Post on 05-Dec-2014
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional,
antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru,
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana
dan prasarana pendidikanlain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang memadai.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti.
Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas.
Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya
tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan
paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah
konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang
bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan pengajaran
berbasis inkuiri.
Apa yang menjadikan pengajaran menjadi aktif? Agar belajar menjadi
aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan
otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka
pelajari. Pengajaran berbasis inkuiri harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan
penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak
leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,
melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang
lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan
sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba
mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut
pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah
satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran berbasis inkuiri untuk
mengungkapkan apakah dengan model berbasis inkuiri dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi sains. Dalam metode pembelajaran berbasis inkuiri
siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan
sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka
dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Meningkatkan Prestasi dan
Motivasi Belajar IPA Dengan Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada
Siswa Kelas ……………………………………..Tahun Pelajaran 2004/2005.”
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan
permasalahnnya sebagi berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya
pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas …………………………….
tahun pelajaran 2004/2005?
2. Bagaimanakah pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri terhadap motivasi
belajar siswa Kelas ………………………………………………… tahun
pelajaran 2004/2005?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran
IPA setelah diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas
……………………………………………………….. tahun pelajaran
2004/2005.
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pengajaran
berbasis inkuiri dalam membangunkan ingatan siswa terhadap materi
pelajaran IPA setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas
………………………………………………………. tahun pelajaran
2004/2005.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam
meningkatkan pemahaman siswa belajar IPA
2. Sumbangan pemikiran bagi guru dalam mengajar dan meningkatkan
pemahaman siswa belajar IPA di ……………………………. tahun pelajaran
2004/2005.
3. Meningkatkan motivasi belajar IPA.
4. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi IPA.
E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran berbasis inkuiri adalah:
Suatu pendekatan pengajaran yang melibatkan siswa didorong untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
2. Motivasi belajar adalah:
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat
melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.
Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang
meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas
………………………………… Tahun Pelajaran 2004/2005.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun pelajaran 2004/2005.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan alat peredaran darah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Prestrasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang
dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta
fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar
merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap
dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah
laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir
dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung
sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir
dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-
minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses
yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang
yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan
tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam
diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu
akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang
telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap
individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil
dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi
adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam
mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan
dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau
pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok
digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa
yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam
hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus
dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi
faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu
sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus
mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan
atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah
tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan
yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.
Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas.
Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan
dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau
hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak
menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor
diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui
kesulitan.
C. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan
bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses
dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah
kemudian diperoleh hasil (produk).
D. Pengajaran Berbasis Inkuiri
Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen
penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang
dalam inovasi atu pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan
penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri, Bruner (1966), penganjur pembelajaran dengan basis inkuiri,
menyatakan sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk
menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi lebih ditujukan
untuk membuat siswa berpikir …. Untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti
apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian
dalam proses, bukan suatu produk (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan
penemuan dapat diterapkan dalam banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, siswa
diberi sederet silinder dengn ukuran dan berat yang berbeda-beda. Siswa diminta
untuk menggelindingkan silinder tersebut pada suatu bidang miring. Bila
percobaan itu dilakukan dengan benar, siswa akan dapat menemukan prinsip-
prinsip utama yagn menentuan kecepatan silinder tersebut.
Belajar dengan penemuan mempunyai berbagai keuntungan. Pembelajaran
dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka
untuk melanjutan pekerjaannya hingga mereka menemukan prinsip-prinsip utama
yang menentukan kecepatan silinder tersebut.
Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan.
Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui,
memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan
jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan
memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisa dan
menangani informasi.
Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajar yang
mengikuti metodologi IPA dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran
bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab. Inkuiri
melibatkan observasi dan pengukuran, pembutan hipotesis dan interpretasi,
pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya
eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelamahan
metode-metodenya sendiri.
Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat menajukan suatu
pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mereka sendiri. Pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tetapi tidak
hanya satu jawaban yang benar).
Inkuiri adalah apa yang dibuat oleh para ilmuwan. Para ilmuwan
melakukan ikuiri dengan suatu cara formal dan sitematis, dan dalam proses
melakukan inkuiri para ilmuwan memberikan kontribusi pada tubuh informasi
yang bersifat kolektif yang kita sebut pengetahuan. Dalam proses mengalami
ilmu melalui inkuiri, siswa belajar bagaiman menjadi ilmuwan. Mereka belajar
lebih banyak lagi ketimbang hanya konsep dan fakta, mereka mempelajari
berbagi proses yang terlibah dalam pemantapan konsep dan fakta.
Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang
nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana
memecahkan maslah, membuat keputusan, dan memperoleh ketarampilan. Inkuiri
memeungkinkan siswa dalam berbgai tahap perkembangannya bekerja dengan
masalah-masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi
terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan
talentanya masing-masing.
Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika
siswa melakukan eksplorasi mereka cenderung mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang akan melibatkan IPA dan matematika, ilmu sosial, bahasa, seni,
dan teknik.
Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus melapoirkan hasil-hasil
temuannya, lisan atau tertulis. Dengan begitu, mereka bekerja dan mengajar satu
sama lain. Inkuiri memungkinkan guru mempelajari siswa-siswanya – siapa
mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman
guru tentang siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih
efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa.
Ketika guru menggunakan teknik inkuiri, guru tidak boleh banyak
bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan
terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar siswa melalui inkuiri.
Dengan demikian, proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses
inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab bagi pendidikan mereka sendiri.
Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatan-
kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yng baik yag ada dalam diri siswa-
siswanya, dan kesulitian-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar.
Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajara siswa-siswanya.
Siklus inkuiri adalah: (1) Observasi (Observation); (2) Bertanya
(Questioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4) Pengumpulan data (Data
Gathering); dan Penyimpulan (Conclusion).
Inkuiri adalah satu proses yang bergerak dari langkah observasi sampai
langkah pemahaman. Inkuiri dimulai dengan observasi yang menjadi dasar
pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan diperoleh melalui suatu siklus
pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian
hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model
konsep yang didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan
berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja.
Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat
dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu.
Dalam proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana mereka harus
berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan slah satu tujuan pendidikan. Ketika
siswa belajar berpikir kritis, merka kan memperlihatkan pikiran-pikiran dan
proses-proses sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanya seperti “Bagaimana itu kita tahu?” atau “Apa
buktinya?”
b. Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.
c. Mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah itu dapat berubah dan bahwa teori
yang ada adalah teori-teori yang terbaik berdasarkan bukti yang kita miliki
sejuh nini.
d. Mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik suatu
kesimpulan yang kuat.
e. Memberi penjelasan atau interpretasi, memalkukan observasi dan/atau
prediksi.
f. Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang diambil
dan memgerikan penjelasan dengan rasa percaya diri.
Salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang
diperbuat atau apa yang diyakini.seperti halnya setiap tujuan yang lain, belajar
berpikir kritis bergantung pada penataan suasana kelas yang mendorong
penerimaan pandangan divergen (berbeda) dan diskusi bebas. Tatanan itu
seharusnya juga lebih menekankan pada pemberian alasan atau pandangan
daripada hanya memberikan jawaban benar. Keterampilan dalam berpikir kritis
paling baik dicapai bila dihibungkan dengan topik-topik yang dikenal siswa.
Tujuan pengajaran berpikir kritis adalah menciptakan suatu semangat berpikir
kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan
mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak
konsisten atau keliru.
Beyer (1988:57) mengidentifiksi 10 keterampilan berpikir kritis yang dpat
digunakan siswa untuk mempertimbangkan validitas (keabsahan) tuntutan atau
argument, memahami periklanan, dan sebagainya.
(1) Membedakan fakta-fakta yang dapat diverifikasi dan tuntutan nilai-nilai yang
sulit diverifikasi (diuji kebenarannya).
(2) Membedakan antara informasi, tuntutan, atau alasan yang relevan dengan
yang tidak relevan.
(3) Menentukan kecermatan factual (kebenaran) dari suatu penyataan.
(4) Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) dari suaut sumber.
(5) Mengidentifikasi tuntutan atau argument yang mendua.
(6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakn.
(7) Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan).
(8) Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika.
(9) Mengenali ketidak-konsistenan logika dalam suatu alur penalaran.
(10) Menentukan kekuatan suatu argument atau tuntutan.
Beyer mengingatkan bahwa 10 keterampilan berpikir kritis di atas bukan
merupakan suatu urutan langkah-langkah tetapi lebih merupakan daftar cra yang
dapat dilakukan. Dengan cara-cara itu, siswa dapat menangani informasi untuk
mengevaluasi apakah informasi itu benar atau masuk akal. Tugas utama dalam
mengajarkan berpikir kritis kepada siswa adalah membantu mereka belajar tidak
hanya bagaimana menggunakan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu, tetapi juga
menyampaikan kapan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu cocok untuk dipakai.
Proses inkuiri tidak dpat dipisahkan dari konsep berpikir kritis. Konsep
berpikir kritis tidak dapat pula dipisahkan dari konsep inteligensi. Inteligensi
bukan sesuatu yang hanya dpat diukur dengan tes, buan pula sesuatu yang
semata-mata pembawaan genetis secara lahiriah. Howard Gardaner (1983)
menunjukan bahwa intelgensi dapat diubah. “Intelligence is the ability to solve
problems or to create products that are valued between one or more cultural
settings” (Johnson, 2002:141). Intelligensi tidak dapat dipisahkan dari konteks di
mana manusia itu hidup dan berkembang.
Menurut Gardaner, inteligensi tidak dilahirkan, tepai dapat berkembang
atau berkurang, bergantung pada lingkungan atau konteks seseorang. Lingkungan
yng dimaksud adalah teman, guru, orang tua, buku, alat-alat belajar (pena,
computer, kegiatan-kegiatan fisik, musik), dan hal-hal lain yang mencapai otak
melalui panca indera. Dengan menggunakan kriteria khusus untuk
mengidentifikasi konsep inteleigenais, Gardaner mengusulkan delapan jenis
inteligenwsi, yakni: linguistic, logical-mathematic, musical, spatial, bodily-
kinesthetic, interpersonal, intra-personal, dan naturalist. Jenis pekerjan dan
aktivitas yang dapat dikembangkan untuk kedelapan jenis inteligensi ini dpat
dicontohkan sebagai beikut: (1) linguistic: wartawan, reporter, politikus, atu
penulis; (2) logis-mathematis; ahli fisika, neurology, atau insinyur; (3) spasial:
pelukis, interior decorator, atau pemain tennis; (4) bodily-kinesthic: penari balet,
pemain golf, pembalap, atau petinju; (5) musik: pengarang lagu, penyanyi, atau
organis/pianis; (6) interpersonal: hakim, saleperson, atau guru; (7) intrapersonal:
biarawan/rohaniawan, pujangga, atau ahli ilmu jiwa/psikolog; dan (8) naturalist:
ahli botani, ahli kebun binatang, atau ahli pertamanan.
Kedelapan jenis inteligensi ini telah mengilhami para pendidik untuk
mengajar dengan dengan mengac pada salah satu dari delapan jenis inteligensi
tersebut. “Hundred, perhaps thousands, of classrooms around the world rely
today on Gardaner’s theory of multiple intelligences to help students realize their
latent potential” (Johnson, 2002:141). Apakah kelas berfokus pada siswa yang
kurang mampu atau kelas yang siswa-siswanya berbakat, para pendidik melihat
manfaat mengajar yang sesuai dengan cara-cara untuk mencapai berbagai jenis
inteligensi yang dikemukakan Gardaner.
Setiap siswa mampu mengembangkan setiap jenis inteligensidi atas
dengan asumsi bahwa siswa belajar dalam suatu lingkungan belajar yang kaya
yang memungkikan mereka menghubungkan makna dengan konteks. “CTL’s
component work together to provide this rich environment, offering students
many opportunities to ignite the eight multiple intelligences” (Amstrong,
1994:35). Guru CTL menyadari dan menghargai bahwa setiap anak memiliki
derajat yang berbeda dalam hal inteligensinya dan bahwa CTL sebagai suatu
system holistic berhubungan dengan delapan inteligensi yang dibawa setiap anak
pada lingkungan belajar.
Delapan inteligensi (Howard Gardaner, 1983)
Multiple IntelligencesLogika-matematika Peka terhadap pola, keterampilan dan sistematika.Linguistic/ilmu bahasa Peka terhadap bunyi, ritme, dan makna kata
MusikKemapuan menghasilkan dan menghargai ritme, tinggi rendah suara, dan warna suara
Spatial/jarakKemampuan untuk melakukan transformasi mengenai persepsi awal seseorang dan kemampuan mengkreasi kembali aspek-aspek pengalaman visual seseorang.
Bodily-kinesthetic/fisik-kinestetikKemampuan mengontrol gerak tubuh seseorangdan kemampuan menangani objek secara terampil.
Inter personal/antar-pribadiKemampuan untuk menjawab atu memberikan reaksi secara tepat berbagai suasana batin, temperamen, motivasi dan keinginanorang lain.
Intapersonal/antar-pribadi
Bagaimana menjiwai perasaan sendiri, kemampuan mendiskriminasikan berbagi perasaan seseorang, dan kemampuan menarik kesimpulan untuk menuntun tingkah laku seseorang
Naturalist/alamiahMengamati, mengalami dan mengorganisasikan berbagai pola dalam lingkungan alamiah
Guru yang menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri haru menjadikan
siswa mampu berdiri sendiri, harus mendorong siswa untuk mandiri sedini
mungkin sejak dari awal masuk sekolah. Timbul pertanyaan, bagaimana caranya
guru membantu siswa agar mereka tumbuh mandiri? Jawabannya adalah memberi
kebebasan kepada siswa untuk mengikuti minat alamiah mereka. Guru harus
mendorong siswa untuk memecahkan sendiri msalah yang dihadapinnya atau
memecahkan sendiri di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban
dari masalah yang mereka hadapi. Siswa akan mendapat keuntungan jika mereka
dapat “melihat” dan “melakukan” sesuatu daripada hanya sekedar mendengarkan
ceramah atau penjelasan guru. Guru dapat membantu siswa memahami konsep-
konsep yang sulit dengan bantuan gambar dan demontrasi.
Belajar harus luwes dan bersifat menyelidiki atau melalui penemuan. Jika
siswa tampak berusaha dengan menghadapi suatu, berikan mereka waktu untuk
mencoba sendiri memecahkan masalah tersebut sebelum memberikan
pemecahannya. Guru juga harus memperhatikan sikap siswa terhadap belajar.
Menurut Jerome, S. Burner, sekolah harus merangsang keingintahuan siswa,
meminimalkan risiko kegagalan, dan bertindak serelevan mungkin bagi siswa.
Sebagai saran tamhahan bagi guru yangmengajar dengan pendekatan inkuiri: (1)
doronglah siswa agar mereka mengajukan dugan awal dengan cara guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan membimbing; (2) gunakan bahan dan
permainan yang bervariasi; (3) berikan kesempatan kepada siswa untuk
memuaskan keingintahuan mereka, meskipun mereka mengajukan gagasan-
gagasan yang tidak berhubungan langsung dengan pelajaran yang diberikan; dan
(4) gunakan sejumlah contoh yang kontras atau perlihatkan perbedaan yang nyata
dengan materi ajar mengenai topik-topik yang terkait.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)
penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social
eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data
yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
………………………………………. tahun pelajaran 2004/2005.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September semester gasal tahun pelajaran 2004/2005.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas
………………………………. tahun pelajaran 2004/2005 pada pokok
bahasan alat peredaran darah.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki
kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA pada pokok
bahasan alat peredaran darah. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.
Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif). Sebelumnya soal-
soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis
mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas
pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan
memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi
butir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk
mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi Arikunto, 2001:
72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus
belah dua sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari
harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf
kesukaran adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir
soal sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan pengajaran berbasis inkuiri, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
digunakan rumus sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan pengajaran berbasis inkuiri dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif
siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pengajaran berbasis inkuiri.
A. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
yang dilakukan meliputi:
1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes
sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30,36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45
5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46
2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 654. Harga
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 24)
dengan r (95%) = 0,404. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
- 20 soal mudah
- 16 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 10 soal. Dengan
demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 12 September 2004 di Kelas ……….. dengan jumlah siswa
24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Table 4.2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No. Urut NilaiKeterangan
No. Urut NilaiKeterangan
T TT T TT1 80 √ 13 90 √2 50 √ 14 70 √3 70 √ 15 50 √4 40 √ 16 40 √5 60 √ 17 80 √6 80 √ 18 80 √7 70 √ 19 70 √8 60 √ 20 70 √9 40 √ 21 50 √10 80 √ 22 60 √11 70 √ 23 70 √12 80 √ 24 90 √
Jumlah 780 7 5 Jumlah 820 8 4Jumlah Skor 1600Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400 % Skor Tercapai 66,67
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas : 9
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
66,6715
62,50
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
pengajaran berbasis inkuiri diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 66,67 dan ketuntasan belajar mencapai 62,50% atau ada 15 siswa
dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena
siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 62,50% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih canggung dengan diterapkannya
pengajaran berbasis inkuiri.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 19 September 2004 di Kelas V dengan jumlah
siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan
pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Table 4.4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No. Urut NilaiKeterangan
No. Urut NilaiKeterangan
T TT T TT1 80 √ 13 80 √2 60 √ 14 60 √3 80 √ 15 80 √4 80 √ 16 70 √5 70 √ 17 70 √6 60 √ 18 70 √7 70 √ 19 60 √8 60 √ 20 90 √9 70 √ 21 80 √10 80 √ 22 60 √11 80 √ 23 80 √12 70 √ 24 80 √
Jumlah 860 9 3 Jumlah 880 9 3Jumlah Skor 1740Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400 % Skor Tercapai 72,50
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 18
Jumlah siswa yang belum tuntas : 6
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
72,5018
75,00
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 72,50 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 18 siswa
dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena siswa sudah mulai akrab dengan pengajaran
berbasis inkuiri, disamping itu ada perasaan senang pada diri siswa
dengan adanya cara belajar yang baru karena itu adalah pengamalan
pertama bagi siswa.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 25 September 2004 di Kelas V dengan jumlah
siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Table 4.6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
No. Urut NilaiKeterangan
No. Urut NilaiKeterangan
T TT T TT1 60 √ 13 80 √2 80 √ 14 90 √3 80 √ 15 80 √4 70 √ 16 70 √5 70 √ 17 80 √6 90 √ 18 60 √7 80 √ 19 80 √8 60 √ 20 90 √9 80 √ 21 80 √10 90 √ 22 70 √11 70 √ 23 80 √12 80 √ 24 70 √
Jumlah 910 10 2 Jumlah 930 11 1Jumlah Skor 1840Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400 % Skor Tercapai 76,67
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 21
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal : Tuntas
Tabel 4.7. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
76,6721
87,50
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 76,67 dan dari 24 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa dan
3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87,50% (termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami
pembelajaran berbasis inkuiri. Disamping itu peningkatan kemampuan
guru dalam mengelola pengajaran berbasis inkuiri semakin mantap.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pengajaran berbasis inkuiri. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pengajaran berbasis inkuiri
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
mengajar selanjutnya penerapan pengajaran berbasis inkuiri dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pengajaran berbasis
inkuiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasasi belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan
siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan
belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 62,50%,
75,00%, dan 87,50%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal
telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pengajaran berbasis inkuiri dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal
ini berdampak positif terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran
yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran IPA dengan pengajaran berbasis inkuiri yang paling dominan
adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan
guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah pengajaran berbasis inkuiri dengan baik. Hal
ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan,
menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya
jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
PUNUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pengajaran berbasis inkuiri memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (62,50%), siklus II
(75,00%), siklus III (87,50%).
2. Penerapan pengajaran berbasis inkuiri mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari pelajaran IPA
yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa
siswa tertarik dan berminat dengan pengajaran berbasis inkuiri sehingga
mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pengajaran berbasis inkuiri memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan pengajaran berbasis inkuiri dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau
dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di …………………………………………. tahun pelajaran
2004/2005.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Melvin, L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR
IPA DENGAN MENERAPKAN PENGAJARAN BERBASIS
INKUIRI PADA SISWA KELAS ………………………
………………………………………………
TAHUN 2004/2005
KARYA ILMIAH
OLEH
…………………………………
NIP: ……………………………
DINAS PENDIDIKAN ……………………………………
……………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian ini telah disetujui dan disyahkan untuk melengkapi perpustakaan
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan dapat diajukan sebagai salah satu Karya
Ilmiah untuk Penetapan Angka Kredit Jabatan Guru pada Golongan IV a ke IV b.
Kepala Sekolah ……………………………
……………………………….. Penulis
……………………………… …………………………
NIP: ………………….. NIP: …………….
Mengetahui Mengetahui
Kepala UPTD Perpustakaan Umum Kepala Cabang Dinas Pendidikan
……………… ………………………
…………………………. …………………………
NIP: ………………… NIP: ……………
Mengetahui Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan Ketua PD II PGRI
……………………… ……………………….
……………………………. ………………………
Pembina TK I NPA: …………………..
NIP: ……………KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
karya ilmiah dengan judul “Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA Dengan
Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas
…………………………….. Tahun Pelajaran 2004/2005”, penulisan karya ilmiah ini
kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai
sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak
didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan ……………………….
2. Yth. Ketua PD II PGRI ………………………………
3. Yth. Rekan-rekan Guru ……………………………….
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
ABSTRAK
Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA Dengan Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas II B SDN Sukorame Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2010-2011
Kata Kunci: pembelajaran ipa, pengajaran berbasis inkuiri
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri? (b) Bagaimanakah pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran IPA setelah diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas II B SDN Sukorame Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2010-2011
Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (83,33%), siklus II (85,71%), siklus III (94,29%).
Simpulan dari penelitian ini adalah metode pengajaran berbasis inkuiri dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa II B SDN Sukorame Kecamatan
Gresik Kabupaten Gresik Tahun Pelajaran 2010-2011, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran IPA.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Abstrak ............................................................................................................. iv
Daftar Isi .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 3
D. Kegunaan Penelitian ......................................................... 3
E. Definisi Operasional Variabel ........................................... 4
F. Batasan Masalah ................................................................ 5
BAB II KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ..................................... 6
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Presasi Belajar ........... 8
C. Hakikat IPA ....................................................................... 9
D. Pengajaran Berbasis Inkuiri .............................................. 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ............................. 21
B. Rancangan Penelitian ........................................................ 21
C. Instrumen Penelitian ........................................................ 22
D. Metode Pengumpulan Data ................................................ 26
E. Teknik Analisis Data ....................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Item Butir Soal .................................................... 28
B. Analisi Data Penelitian Persiklus ...................................... 30
C. Pembahasan ....................................................................... 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 42
B. Saran .................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44