Post on 13-Aug-2015
PENGGUNAAN HEMODIALISIS PADA BIDANG KESEHATAN YANG
MEMAKAI PRINSIP ILMU FISIKA
Makalah
Tugas Akhir Mata Kuliah
Fisika
oleh,
Anita : 0706272553
Erma Sophia WD : 0706272982
Fitra N Luthfiah : 0706273064
Keshia Salsabila : 0706273316
Muhammad Rizky A : 0706273461
Muhammad Taufan S : 0706165734
Mustakim : 0706273474
Sari Tua Roy Nababa : 0706273985
Terry Yuliana R P : 0706274142
Wenny Prasetya D : 0706274275
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2007
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nya
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat dengan tujuan utama yaitu untuk memenuhi nilai tugas akhir mata kuliah fisika
FKM-UI. Hemodialisis sangat berperan dalam dunia kedokteran sebagai solusi
permasalahan gagal ginjal yang kasusnya sedang marak-maraknya terjadi. Hemodialisis
menggunakan prinsip ilmu fisika khususnya tentang fluida dinamis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ilmiah ini tidak terlepas
dari uluran tangan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, petunjuk, saran,
dorongan, dan bantuan materil maupun moril yang sangat berharga.
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan dan waktu yang penulis miliki sekalipun pada akhirnya karya
tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat menghargai saran dan kritik yang
bersifat membangun bagi kesempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap karya tulis
ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca.
Depok, November 2007
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftari Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan.......................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisis................................................................................................. 3
2.2 Fungsi Hemodialisis...................................................................................... 5
BAB III METODOLOGI HEMODIALISIS
3.1 Cara Kerja Hemodialisis............................................................................... 6
3.2 Keuntungan Hemodialisis............................................................................. 9
3.3 Kerugian Hemodialisis.................................................................................. 10
3.4 Cara Penggunaan Hemodialisis.................................................................... 10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................... 11
..............................................................................................................................
4.2 Saran............................................................................................................. 11
..............................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sistem peredaran darah yang ada dalam tubuh kita, darah mengalir melalui
pembuluh darah dari jantung ke seluruh tubuh dan melewati ginjal untuk disaring. Proses
penyaringan ini memisahkan zat-zat yang bersifat racun atau tidak dapat dihancurkan dan
digunakan oleh tubuh sehingga harus dibuang bersamaan dengan urin dengan zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh. Ginjal sebagai organ yang berfungsi dalam proses
penghasilan urin melalui proses filtrasi, reasorbsi, dan augmentasi. Apabila fungsi ini
terganggu maka zat-zat racun yang tidak dapat dihancurkan dan digunakan oleh tubuh
akan mengendap. Sedangkan zat-zat yang bermanfaat seperti glukosa dapat terbuang
sehingga urin terasa manis. Kasus ini sering disebut dengan istilah diabetes melitus atau
kencing manis. Ginjal yang tidak berfungsi dengan normal sering disebut dengan istilah
gagal ginjal. Kasus ini dapat terjadi akibat kerja ginjal yang terlalu berat sehingga
terganggu fungsinya. Selain itu, gagal ginjal juga dapat diakibatkan oleh penyakit
keturunan.
Berbagai upaya kuratif yang telah dilakukan dalam dunia kedokteran seperti
cangkok ginjal dapat membantu kerja ginjal yang sangat berat. Manusia normal memiliki
dua ginjal yang bekerja bersama. Ketika salah satunya rusak atau tidak berfungsi,
cangkok ginjal dapat dilakukan untuk menggantikan salah satu ginjal yang rusak tadi
sehingga dapat bekerja dalam proses penyaringan dan menghasilkan urin yang normal.
Alternatif lain yang saat ini sedang berkembangkan adalah haemodialisis.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi pembahasan masalah
dalam makalah ini. Pembatasan masalah tersebut yaitu mengenai cara kerja alat dialisis
darah secara mekanis dilihat dari prinsip ilmu fisika khususnya fluida dinamis.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dituliskan tujuan dari penulisan
ini adalah :
1. Mengetahui cara penggunaan hemodialisis
2. Mengetahui cara kerja hemodialisis menurut ilmu fisika
3. Mengetahui pengaplikasian ilmu fisika dalam bidang kesehatan
4. Melengkapi nilai tugas akhir mata kuliah fisika
1.4 Metode Penulisan
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam makalah ini adalah kepustakaan.
Sumber data penulis berupa buku dan artikel yang dikutip dari media elektronik.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini yaitu ditulis secara sistematis dengan
penjabaran awal, yaitu bab pendahuluan diiringi dengan latar belakang masalah,
pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penyajian.
Setelah itu, bab isi dimana terdapat pengertian hemodialisis, fungsi dialisis, sejarah
penemuan hemodialisis, cara kerja hemodialisis, kelebihan dan kekukrangan
hemodialisis, serta cara penggunaannya. Makalah ini diakhiri dengan bab penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisis
Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo yang
berarti darah dan dilisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan salah satu dari
Terapi Pengganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal,
baik akut maupun kronik. Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara waktu
(misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk seumur hidup (misalnya pada
Gagal Ginjal Kronik).
Hemodialisis berawal dari beberapa penemuan yang berhasil maupun yang
menemukan kegagalan oleh beberapa tokoh antara lain, Abel dan Roundtree, Hass, dan
Necheles, serta Kjellstrand. Banyak tokoh yang memegang peranan penting dalam
memanfaatkan dialisis sebagai salah satu cara menangani kasus gagal ginjal, dimulai oleh
Thomas Graham dari Glasgow, orang pertama yang mengemukakan prinsip transportasi
larutan melalui membran semipermeabel pada tahu 1854. Lalu, pemanfaatan prinsip
ginjal yang dikemukakan oleh Abel, Roundtree, dan Turner pada tahun 1913, Dialisis
Peritoneal ditemukan oleh Georg Ganter pada tahun 1923, penggunaan hemodialisis pada
manusia pertama kali oelh Hass pada 28 Februari 1924 dan pengaplikasian prinsip ginjal
pada alat kesehatan ditemukan oleh Kolff pada tahun 1943-1945. Penelitian yang ia
lakukan menunjukkan bahwa hidup seorang pasien yang mengalami gagal ginjal dapat
tertolong dengan penggunaan hemodialisis.
Dr. Willem Kolff adalah orang pertama yang merancang mesin dialisis darah
(dialiser) pada tahun 1943. Hasil penemuannya ini pertama kali sukses pada seorang
pasien wanita berumur 67 tahun yang koma dan mulai sadar setelah 11 jam menjalani
hemodialisis menggunakan dialiser Kolff pada tahun 1945. Setelah beberapa waktu
kesuksesannya, Kolff bertujuan mengembangkan alat bantu hidup ini untuk mengatasi
gagal ginjal akut. Pada akhir Perang Dunia II, Kolff menyumbangkan 5 mesin dialisis
untuk beberapa rumah sakit di dunia, salah satunya Mt. Sinai Hospital in New York.
Kolff memberikan satu set ”blueprints” untuk mesin hemodialisisnya kepada George
Thorn di Peter Bent Brigham Hospital di Boston. Hal ini bertujuan untuk
menyempurnakan dialiser Kolff pada masa yang akan datang, yaitu dialiser Kolff-
Brigham dari bahan stainless steel.
Pada tahun 1950-an, mesin penemuan Willem Kolff digunakan untuk menangani
pasien gagal ginjal akut, tetapi ini tidak dapat menangani pasien penyakit ginjal stadium
akhir. Kemudian, para dokter percaya bahwa alat ini tidak mungkin untuk mendialisis
pasien secara sempuran karena dua alasan. Pertama, Mereka berpendapat bahwa tidak
ada alat buatan manusia yang dapat menggantikan fungsi ginjal dalam waktu yang cukup
lama. Kedua, pasien yang telah sering mengalami dialisis menyebabkan kerusakan pada
pembuluh vena dan arteri, jadi setelah beberapa kali penanganan medis, akan sulit
menemukan pembuluh sebagai akses darah pasien.
Penemuan Kolff tidak memungkinkan untuk digunakan karena tidak mampu
untuk proses pemindahan fluida. Dr. Nils Alwal, pada tahun 1946 di University of Lund,
mencoba memodifikasi alat ginjal ini dalam sebuah tabung stainless steel agar ada
tekanan yang mempengaruhi, cara ini bekerja efektif pada aplikasi hemodialisis. Alwall
juga membantah penemu dari arteri vena pelangsir untuk dialisis. Ia pertama kali
melaporkan ini pada tahun 1948, dimana dia menggunakan pelangsir vena itu untuk
melangsir kelinci. Secara berkelanjutan dia menggunakan tabung pengalir yang terbuat
dari bahan kaca, sama fungsinya dengan dialisator ciptaannya yang terbuat dari bahan
kanister, untuk menangani 1500 pasien gagal ginjal antara tahun 1946 dan 1960, sebagai
laporan pada Kongres Nefrologi Internasional yang pertama di Evian pada September
1960. Kemudian Alwall dengan Holger Crafoord, seorang pebisnis berkebangsaan
Swedia, untuk membangun sebuah perusahaan di bidang pembuatan mesin dialisis,
Gambro.
Dr. Belding H. Scribner berkolaborasi dengan seorang dokter bedah, Dr. Wayne
Quinton, memodifokasi tabung pengalir dengan menggantinya dengan bahan Teflon. Hal
lain yang menjadi kunci pengembangan mereka yaitu dengan menghubungkan tabung
yang satu dengan yang lain.gelas tersebut kemudian memindahkan media ke kepingan
tabung silikon yang ukurannya pendek.ini akan membentuk basis yang kemudian
dinamakan tabung scribner.mungkin bagian-bagian yang lain akan lebih umum dikatakan
sebagai tabung Quinton-scribner.setelah proses perawatan,akses sirkulasi akan disimpan
dalam keadaan terbuka dengan menghubungkan dua tabung bagian luar dengan
menggunakan tabung teflon berbentuk huruf U,yang kemudian akan mengalirkan darah
dari tabung arteri belakang menuju vena.
2.2 Fungsi Hemodialisis
Hemodialisis berfungsi membuang produk-produk sisa metabolisme seperti
potassium dan urea dari darah dengan menggunakan mesin dialiser. Mesin ini mampu
berfungsi sebagai ginjal menggatikan ginjal penderita yang sudah rusak kerena
penyakitnya, dengan menggunakan mesin itu selama 24 jam perminggu, penderita dapat
memperpanjang hidupnya sampai batas waktu yang tidak tertentu.
BAB III
METODOLOGI HEMODIALISIS
3.1 Cara Kerja Hemodialisis
Prinsip dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis dan
ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Pada
hemodialisis, darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser ( yang
berfungsi sebagai ginjal buatan ) untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses
difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat). Tekanan di dalam ruang
dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan,
limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke
dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan difusi solute (zat terlarut) melalui suatu
membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa metabolisme) dari kompartemen
darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut
dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah dibersihkan,
darah dialirkan kembali ke dalam tubuh. (Nephrology Channel, 2001).
Mesin hemodialisis (HD) terdiri
dari pompa darah, sistem pengaturan
larutan dialisat, dan sistem monitor.
Pompa darah berfungsi untuk
mengalirkan darah dari tempat tusukan
vaskuler ke alat dializer. Dializer adalah
tempat dimana proses HD berlangsung
sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan
cairan dalam darah dan dialisat. Sedangkan tusukan vaskuler merupakan tempat
keluarnya darah dari tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi
ketubuh penderita. Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit. Lokasi
pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan dialisat.
Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C sebelum dialirkan kepada dializer. Suhu
larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan
komplikasi. Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin
efektifitas proses dialisis dan keselamatan.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang ukurannya lebih
besar mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya akan memindahkan
lebih banyak padatan daripada dialisator yang ukurannya lebih kecil, khususnya dalam
tingkat aliran darah yang tinggi. Hal ini juga tergantung pada koefisien permeabilitas
membran untuk tiap padatan pada masing-masing pertanyaan sehingga efisiensi dialisator
bekerja sebagai KoA yang pada akhirnya menghasilkan koefisien permeabilitas dan area
Kebanyakan jenis dialisator memiliki permukaan membran area sekitar 0,8 sampai
2,2 meter persegi dan nilai KoA memiliki urutan dari mulai 500-1500 ml/min. KoA yang
dinyatakan dalam satuan ml/min dapat diperkirakan melalui pembersihan maksimum dari
dialisator dalm tekanan darah yang sangat tinggi dari grafik tingkat alirannya.
Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam hemodialisis adalah konsep
fluida bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan tidak viskous (tidak ada geseran
dalam), keadaan tunak (steady state) atau melalui lintasan tertentu, mengalir secara
stasioner, dan tidak termampatkan (incompressible) serta mengalir dalam jumlah cairan
yang sama besarnya (kontinuitas).
Secara matematis, ada tiga teorema fluida bergerak yang digunakan,yaitu :
1. Hukum Kontinuitas
ρ1 A1 ν1 = ρ2 A2 ν2
dimana, ρ = massa jenis fluida (kg/m³)
A = luas permukaan penampang (m²)
ν = kecepatan fluida (m/s)
2. Hukum Bernoulli
P + ½ρν² + ρgh = konstan
dimana, P = tekanan (Pa)
ρ = massa jenis fluida (kg/m³)
ν = kecepatan fluida (m/s)
g = kecepatan gravitasi (m/s²)
h = tinggi pipa atau selang (m)
3. Hukum Poiseuille
V = π (r²)² (P1 – P2)
t 8 η L
dimana, V = volume (m³)
t = waktu (s)
π = 3,14
r = jari-jari pembuluh (m)
P = tekanan (Pa)
η = viskousitas = 0,003 – 0,004 Pa (untuk darah)
L = panjang pembuluh (m)
3.2 Keuntungan Hemodialisis
Hemodialisis mempunyai beberapa keuntungan,diantaranya sebagai berikut.
1. Tidak ada nyeri/sakit selama prosedur.
2. Dilaksanakan secara santai, pasien bisa sambil makan/nonton TV, baca buku dll.
3. Hemodialisis sebagai terapi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan
memperpanjang usia.Namun, tindakan itu tak bebas risiko. Selain kesiapan tenaga
kesehatan di unit dialisis untuk mengatasi komplikasi, kesiapan pasien secara
psikologis dan dukungan keluarga berperan penting dalam keberhasilan
hemodialisis.
4. Hemodialisis dapat sedini mungkin menghambat progresivitas penyakit. Yaitu, jika
pengeluaran kreatinin 9-14 ml/menit/1,73 m2, baik pada penderita diabetes maupun
nondiabetes. Hemodialisis bisa dimulai lebih awal pada pasien malnutrisi, pasien
mengalami kelebihan cairan tubuh, penurunan kesadaran, kejang, radang kandung
jantung, hiperkalemia (meningginya kadar kalium darah), serta asidosis metabolik
berulang. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang
ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal.
5. Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik.
Hemodialisis dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal karena sumbatan batu yang
akan menjalani operasi dan pasien yang menunggu cangkok ginjal.
3.3 Kerugian Hemodialisis
Di samping memiliki beberapa keuntungan, hemodialisis juga mempunyai
beberapa kerugian, diantaranya sebagai berikut.
1. Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun.
2. Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
3. Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoietin lebih tinggi.
4. Efek samping hemodialisis antara lain tekanan darah rendah, anemia, kram otot, detak
jantung tak teratur, mual, muntah, sakit kepala, infeksi, pembekuan darah (trombus), dan
udara dalam pembuluh darah (emboli). (Haven,2005).
3.4 Cara Penggunaan Hemodialisis
Hemodialisa merupakan suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer.
prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa), lebih
populer disebut (Brescia-) Cimino Fistula, melalui
pembedahan yang cukup baik agar dapat diperoleh
aliran darah yang cukup besar. Fistula arteriovenosa
dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh darah
vena di leher atau paha dan bersifat temporer.
Kemudian aliran darah dari tubuh pasien masuk ke
dalam sirkulasi darah mesin HD yang terdiri dari selang
Inlet/arterial (ke mesin) dan selang Outlet/venous (dari
mesin ke tubuh). Kedua ujungnya disambung ke jarum
dan kanula yang ditusukkan ke pembuluh darah pasien.
Selama proses HD, darah pasien diberi Heparin agar tidak
membeku ketika berada di luar tubuh yaitu dalam sirkulasi darah mesin. Selama
menjalani HD, posisi pasien dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat yang diperlukan antara
lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan hormon eritropoetin serta pemberian zat
besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar fosfat darah yang meningkat yang dapat
mengganggu kesehatan tulang, diberikan obat pengikat fosfat (Phosphate binder). Obat-
obat lain yang diperlukan sesuai kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat
antigatal, vitamin penunjang (yang bebas fosfor maupun mineral yang tidak perlu).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Hemodialisis merupakan salah satu dari
Terapi Pengganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal,
baik akut maupun kronik. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
hemodialisis merupakan alat medis yang berteknologi canggih dengan menggunakan
konsep ilmu fisika fluida. Alat yang berperan dalam dunia kesehatan ini membantu
menangani pasien gagal ginjal.
4.1 Saran
Seiring dengan perkembangan dunia kedokteran khususnya aplikasi dalam
kesehatan masyarakat indonesia, hemodialisis sebagai alat pencuci darah sangat
dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu kesehatan masyarakat indonesia. Dengan
demikian, penggunaan hemodialisis harus lebih diterapkan dalam bidang kesehatan.
Selain itu, pemerintah dalam hal ini harus lebih meningkatkan fasilitas kesehatan dengan
cara menambah fasilitas kesehatan di rumah sakit umum dan puskesmas, mengingat
puskesmas merupakan tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat umum,
teruama masyarakat yang tergolong tidak mampu. Hal yang paling penting dalam upaya
pemerataan kesehatan bagi seluruh masyarakat indonesia adalah mahalnya biaya
pengobatan. Pemerintah harus memberi keringanan biaya kesehatan bagi rakyat miskin
sehingga mereka yang menderita gagal ginjal dapat ditangani dengan alat pengobatan
yang canggih seperti mesin hemodialisis dengan biaya yang murah.
DAFTAR PUSTAKA
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Soedarto, Herriyadi. 1982. Gagal Ginjal Akut. Bandung : Penerbit Buku Kedokteran
Universitas Padjajaran.
Tipler, Paul. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
ARGUMENTASI
Saya memberikan argumentasi mengenai makalah ini baik atau tidaknya, melihat dari berbagai aspek. Menurut saya, makalah ini dapat dikatakan makalah yang baik, karena jika dilihat dari aspek:
1. Kerangka MakalahSusunan kerangka dalam makalah ini sudah baik, karena makalah yang baik, kerangkanya terdiri dari adanya: a. Cover
b. Daftar Isic. Kata Pengantard. Bab I Pendahuluane. Bab II Pembahasanf. Bab III Penutupg. Kesimpulanh. Sarani. Daftar Pustaka
2. IsiYang dimaksud dilihat dari aspek isi, yaitu isi dari satu persatu pembahasan yang terdapat dalam susunan kerangka:a. Cover, sudah tercantum beberapa keterangan, seperti : tugas kelompok, judul
makalah yang dibuat, logo universitas, nama dan NIMb. Daftar isi, sudah tersusun dengan baik urutan-urutannya.c. Kata pengantar, sudah tercantum mengenai hal dasar pemikiran mengapa
makalah tersebut dibuat dan mengapa judul makalah tersebut diangkat dan dibahas dalam makalah. Serta diakhiri dengan tanda tangan pembuat makalah.
d. Bab I pendahuluan, sudah tercantum dan tersusun mengenai latar belakang, pembatasan makalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
e. Bab II pembahasan, dalam bab pembahasan bisa dikatakan sebagai tinjauan pustaka, yang mana terdiri dari pengertian dan segala hal yang menjadi pokok pembahasan yang sesuai dengan judul makalah.
f. Bab III penutup, dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan, sudah dijelaskan kesimpulan, atau hal apa yang menjadi
permasalahan dalam makalah tersebut. Dan saran yang diberikan pun sudah sesuai dengan permasalahan dalam makalah.
3. BahasaBahasa yang digunakan dalam makalah ini menggunakan bahasa ilmiah, karena sesuai dengan pembahasan makalahnya mengenai keilmiahan .
4. Isi yang terdapat dalam pembahasan,Sudah baik, karena pembahasan yang dijelaskan tidak berbelit-belit, langsung sesuai dengan permasalahan sesuai judul makalah. Dan cara menyampaikan isi pembahasan tersebut komunikatif, sehingga memudahkan bagi pembaca makalah untuk memahami maksud dan isi dari makalah tersebut serta isi tersebut dapat dipertanggung jawabkan.