Post on 16-Feb-2018
7/23/2019 CME-Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia
1/6
PENDAHULUAN
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1
atau lebih parameter sel darah merah: konsen-
trasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel
darah merah. Menurut kriteria WHO anemia
adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g%
pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.1
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ krite-
ria National Cancer Institute, anemia adalah
kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria
dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria inidigunakan untuk evaluasi anemia pada pen-
derita dengan keganasan.1Anemia merupakan
tanda adanya penyakit. Anemia selalu meru-
pakan keadaan tidak normal dan harus dicari
penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium sederhana
berguna dalam evaluasi penderita anemia.1
GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda anemia bergantung pada
derajat dan kecepatan terjadinya anemia,
juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala
akan lebih ringan pada anemia yang terjadi
perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi
mekanisme homeostatik untuk menyesuai-
kan dengan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen.1
Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor1:
Berkurangnya pasokan oksigen ke jaring-
an Adanya hipovolemia (pada penderita
dengan perdarahan akut dan masif )
Pasokan oksigen dapat dipertahankan
pada keadaan istirahat dengan mekanisme
kompensasi peningkatan volume sekuncup,
denyut jantung dan curah jantung pada kadar
Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila
kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb
lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi
gangguan mekanisme kompensasi jantung
karena penyakit jantung yang mendasarinya.1
Gejala utama adalah sesak napas saat berak-
tivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala
dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi
kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears).
Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul
letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengan-
cam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/
atau infark miokard).1
Anemia yang disebabkan perdarahan akut
berhubungan dengan komplikasi berkurang-
nya volume intraseluler dan ekstraseluler.
Keadaan ini menimbulkan gejala mudah
lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram
otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural
dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat,
dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan
kematian.1
Akreditasi IDI 3 SKP
Pendekatan Klinis dan Diagnosis AnemiaAmaylia Oehadian
Subbagian Hematologi Onkologi Medik,
Bagian Penyakit Dalam RS Hasan Sadikin, Bandung
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
407CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
ABSTRAK
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah
merah. Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita ( WHO). Anemia merupakan gejala dan
tanda penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya agar dapat diterapi dengan tepat. Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3
mekanisme independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala
anemia disebabkan karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya hipovolemia. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia
diklasifikasikan menjadi anemia makrositik (mean corpuscular volume/ MCV > 100 fL) , anemia mikrositik (MCV < 80 fL) dan anemia normositik
(MCV 80-100 fL) .Gejala klinis, parameter MCV, RDW (red cell distribution width), hitung retikulosit dan morfologi apus darah tepi digunakan se-
bagai petunjuk diagnosis penyebab anemia.
Kata kunci:anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis
ABSTRACT
Anemia can be defined as reduction of one or more red blood cells parameter such as hemoglobin, hematocrit level or red blood cells number.
Anemia is characterized by hemoglobin level below 13 g% in men and below 12 g% in women (WHO). Anemia can be caused by 1 or more of
3 independent mechanisms such as decreased red cells production, elevated red cells destruction or blood loss. Symptoms of anemia are due
to decreased tissue oxigen delivery or hypovolemia. Based on morphology approach, anemia is classified as macrocytic anemia ( mean cor-
puscular volume/MCV > 100 fL), microcytic anemia (MCV < 80 fL) and normocytic anemia ( MCV 80-100 fL). Clinical symptoms, MCV parameter,
RDW ( red cell distribution width), reticulocyte count and peripheral blood smear could be used to diagnose the etiology of anemia. Amaylia
Oehadian. Climical Approach and Diagnosis of Anemia.
Key words:anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis
CDK 194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407 6/8/2012 2:33:23 PM6/8/2012 2:33:23 PM
7/23/2019 CME-Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia
2/6
408
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
PENYEBAB
Terdapat dua pendekatan untuk menentukan
penyebab anemia1:
Pendekatan kinetik
Pendekatan ini didasarkan pada mekanis-meyang berperan dalam turunnya Hb.
Pendekatan morfologi
Pendekatan ini mengkategorikan anemia ber-
dasarkan perubahan ukuran eritrosit (Mean
corpuscular volume/MCV) dan res-pons reti-
kulosit.
Pendekatan kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih
dari 3 mekanisme independen1:
Berkurangnya produksi sel darah merah
Meningkatnya destruksi sel darah merah
Kehilangan darah.
Berkurangnya produksi sel darah merah
Anemia disebabkan karena kecepatan produk-
si sel darah merah lebih rendah dari destruk-
sinya. Penyebab berkurangnya produksi sel
darah merah1:
Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat;
dapat disebabkan oleh kekurangan diet, ma-
laborpsi (anemia pernisiosa, sprue) atau kehi-
langan darah (defisiensi Fe)
Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik,
pure red cell aplasia,mielodisplasia, initrasi tu-
mor)
Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi,
radiasi)
Rendahnya trophic hormoneuntuk sti-mu-
lasi produksi sel darah merah (eritro-poietin
pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroid-
isme] dan androgen [hipogonadisme])
Anemia penyakit kronis/anemia inamasi,
yaitu anemia dengan karakteristik berkurang-
nya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena
berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastro-
intestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari
ma-krofag, berkurangnya kadar eritropoietin
(relatif ) dan sedikit berkurangnya masa hidup
erirosit.
Peningkatan destruksi sel darah merah
Anemia hemolitik merupakan anemia yang
disebabkan karena berkurangnya masa hidup
sel darah merah (kurang dari 100 hari). Pada
keadaan normal, umur sel darah merah 110-
120 hari.2Anemia hemolitik terjadi bila sum-
sum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan
untuk menggganti lebih dari 5% sel darah
merah/hari yang berhubungan dengan masa
hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.1
Pendekatan morfologi
Penyebab anemia dapat diklasifikasikan ber-
dasarkan ukuran sel darah merah pada apu-
san darah tepi dan parameter automatic cell
counter. Sel darah merah normal mempunyaivo-lume 80-96 femtoliter (1 fL = 10-15liter) de-
ngan diameter kira-kira 7-8 micron, sama de-
ngan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang
berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil
pada apus darah tepi disebut makrositik.1Sel
darah merah yang berukuran lebih kecil dari
inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic
cell countermemperkirakan volume sel darah
merah dengan sampel jutaan sel darah merah
dengan mengeluarkan angka mean corpus-
cular volume (MCV) dan angka dispersi mean
tersebut. Angka dispersi tersebut merupakan
koefisien variasi volume sel darah merah atau
RBC distribution width (RDW). RDW normalberkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW
menunjukkan adanya variasi ukuran sel.
Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia
diklasifikasikan menjadi1,3-5:
Anemia makrositik (gambar 1)
Anemia mikrositik (gambar 2)
Anemia normositik (gambar 3)
Anemia makrositik
Anemia makrositik merupakan anemia de-
ngan karakteristik MCV di atas 100 fL. Anemia
makrositik dapat disebabkan oleh.1,6:
Peningkatan retikulositPeningkatan MCV merupakan karakteris-
tik normal retikulosit. Semua keadaan yang
menyebabkan peningkatan retikulosit akan
memberikan gambaran peningkat-an MCV
Metabolisme abnormal asam nukleat pada
prekursor sel darah merah (defisiensi folat atau
cobalamin, obat-obat yang mengganggu sin-
tesa asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea)
Gangguan maturasi sel darah merah (sin-
drom mielodisplasia, leukemia akut)
Penggunaan alkohol
Penyakit hati
Hipotiroidisme.
Anemia mikrositik
Anemia mikrositik merupakan anemia de-
ngan karakteristik sel darah merah yang kecil
(MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik
biasanya disertai penurunan hemoglobin da-
lam eritrosit. Dengan penurunan MCH ( mean
concentration hemoglobin) dan MCV, akan
didapatkan gambaran mikrositik hipokrom
pada apusan darah tepi.
Penyebab anemia mikrositik hipokrom1:
Berkurangnya Fe: anemia defisiensi Fe,
anemia penyakit kronis/anemia inamasi, de-
fisiensi tembaga.
Berkurangnya sintesis heme: keracunan
logam, anemia sideroblastik kongenital dan
didapat.
Berkurangnya sintesis globin: talasemia
dan hemoglobinopati.
Anemia normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan
MCV normal (antara 80-100 fL). Keadaan ini
dapat disebabkan oleh1-3:
Anemia pada penyakit ginjal kronik.
Sindrom anemia kardiorenal: anemia, ga-
gal jantung, dan penyakit ginjal kronik. Anemia hemolitik:
Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik
sel darah merah: Kelainan membran (sferosito-
sis herediter), kelainan enzim (defisiensi G6PD),
kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell).
Anemia hemolitik karena kelainan ekstrin-
sik sel darah merah: imun, autoimun (obat,
virus, berhubungan dengan kelainan limfoid,
idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan
lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroan-
Gambar 1Anemia makrositik1
Gambar 2Anemia mikrositik1
Gambar 3Anemia normositik1
CDK 194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408 6/8/2012 2:33:23 PM6/8/2012 2:33:23 PM
7/23/2019 CME-Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia
3/6
409
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
giopati (purpura trombositopenia trombotik,
sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria),
dan zat kimia (bisa ular).
EVALUASI PENDERITAEvaluasi penderita dengan anemia diarahkan
untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan1:
Apakah penderita mengalami perdarah-
an saat ini atau sebelumnya?
Apakah didapatkan adanya bukti pening-
katan destruksi sel darah merah (hemolisis)?
Apakah terdapat supresi sumsum tulang?
Apakah terdapat defisiensi besi? Apakah
penyebabnya?
Apakah terdapat defisiensi asam folat dan
vitamin B12? Apakah penyebabnya?
Riwayat penyakit
Beberapa komponen penting dalam riwayatpenyakit yang berhubungan dengan anemia1:
Riwayat atau kondisi medis yang me-
nyebabkan anemia (misalnya, melena pada
penderita ulkus peptikum, artritis reumatoid,
gagal ginjal).
Waktu terjadinya anemia: baru, subakut,
atau lifelong. Anemia yang baru terjadi pada
umumnya disebabkan penyakit yang didapat,
sedangkan anemia yang berlangsung lifelong,
terutama dengan adanya riwayat keluarga,
pada umumnya merupakan kelainan heredi-
ter (hemoglobinopati, sferositosis herediter).
Etnis dan daerah asal penderita: talasemia
dan hemoglobinopati terutama didapatkan
pada penderita dari Mediterania, Timur Te-
ngah, Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara.
Obat-obatan. Obat-obatan harus dieva-
luasi dengan rinci. Obat-obat tertentu, seperti
alkohol, asam asetilsalisilat, dan antiinamasi
nonsteroid harus dievaluasi dengan cermat.
Riwayat transfusi.
Penyakit hati.
Pengobatan dengan preparat Fe.
Paparan zat kimia dari pekerjaan atau ling-
kungan.
Penilaian status nutrisi.
Pemeriksaan sik
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda
keterlibatan organ atau multisistem dan un-
tuk menilai beratnya kondisi penderita.
Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan1,4:
adanya takikardia, dispnea, hipotensi pos-
tural.
pucat: sensitivitas dan spesifisitas untuk
pucat pada telapak tangan, kuku, wajah atau
konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi
antara 19-70% dan 70-100%.
ikterus: menunjukkan kemungkinan
adanya anemia hemolitik. Ikterus sering sulit
dideteksi di ruangan dengan cahaya lampuartifisial. Pada penelitian 62 tenaga medis, ik-
terus ditemukan pada 58% penderita dengan
bilirubin >2,5 mg/dL dan pada 68% penderita
dengan bilirubin 3,1 mg/dL.
penonjolan tulang frontoparietal, maksila
(facies rodent/chipmunk) pada talasemia.
lidah licin (atrofi papil) pada anemia de-
fisiensi Fe.
limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri
tulang (terutama di sternum); nyeri tulang
dapat disebabkan oleh adanya ekspansi ka-
rena penyakit infiltratif (seperti pada leuke-
mia mielositik kronik), lesi litik ( pada mieloma
multipel atau metastasis kanker). petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain.
kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada ane-
mia defisiensi Fe.
Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell,
sferositosis herediter, anemia sideroblastik fa-
milial).
Infeksi rekuren karena neutropenia atau
defisiensi imun.
Pemeriksaan laboratorium
Complete blood count(CBC)
CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, he-
matokrit, jumlah eritrosit, ukuran eritrosit, dan
hitung jumlah leukosit. Pada beberapa labo-
ratorium, pemeriksaan trombosit, hitung jenis,
dan retikulosit harus ditambahkan dalam per-
mintaan pemeriksaan (tidak rutin diperiksa).
Pada banyak automated blood counter, didap-
atkan parameter RDW yang menggambarkan
variasi ukuran sel.1
Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi
Apusan darah tepi harus dievaluasi de-ngan
baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat di-
deteksi dengan automated blood counter.1
Sel darah merah berinti (normoblas)
Pada keadaan normal, normoblas tidak
ditemukan dalam sirkulasi. Normoblas dapatditemukan pada penderita dengan kelainan
hematologis (penyakit sickle cell, talasemia,
anemia hemolitik lain) atau merupakan
bagian dari gambaran lekoeritroblastik pada
pende-rita dengan bone marrow replace-
ment. Pada penderita tanpa kelainan he-
matologis sebe-lumnya, adanya normoblas
dapat menunjukkan adanya penyakit yang
mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal
jantung berat.1
Hipersegmentasi neutrofil
Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnor-
malitas yang ditandai dengan lebih dari 5%
neutrofil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih
neutrofil berlobus >6. Adanya hipersegmen-tasi neutrofil dengan gambaran makrositik
berhubungan dengan gangguan sintesis DNA
(defisiensi vitamin B12 dan asam folat).1
Hitung retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hi-
tung retikulosit dapat berupa persentasi dari
sel darah merah, hitung retikulosit absolut,
hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau re-
ticulocyte production index. Produksi sel darah
merah efektif merupakan proses dinamik. Hi-
tung retikulosit harus dibandingkan dengan
jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa
anemia. Rumus hitung retikulosit terkoreksi
adalah1:
Hitungretikulosit =terkoreksi
% retikulosit penderita x hematokrit
45
Faktor lain yang memengaruhi hitung retiku-
losit terkoreksi adalah adanya pelepasan re-
tikulosit prematur di sirkulasi pada penderita
anemia. Retikulosit biasanya berada di darah
selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa
RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila re-
tikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tu-
lang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi
selama 2-3 hari. Hal ini terutama terjadi pada
anemia berat yang menyebabkan peningkat-
an eritropoiesis. Perhitungan hitung retikulosit
dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebut
reticulocyte production index(RPI).1
RPI = (%retikulosit x hematokrit penderita / 45)
Faktor koreksi
Faktor koreksi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Faktor koreksi hitung RPI2,7
Hematokrit penderita (%) Faktor koreksi
40 45
35 39
25 3415 24
7/23/2019 CME-Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia
4/6
410
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
sum tulang, hipersplenisme atau defisiensi
B12 atau asam folat.
Adanya leukositosis dapat menunjukkan ada-
nya infeksi, inamasi atau keganasan hema-
tologi. Adanya kelainan tertentu pada hitungjenis dapat memberikan petunjuk ke arah pe-
nyakit tertentu1:
Peningkatan hitung neutrofil absolut pada
infeksi
Peningkatan hitung monosit absolut pada
mielodisplasia
Peningkatan eosinofil absolut pada infeksi
tertentu
Penurunan nilai neutrofil absolut setelah
kemoterapi
Penurunan nilai limfosit absolut pada in-
feksi HIV atau pemberian kortikosteroid
Jumlah trombosit
Abnormalitas jumlah trombosit memberikaninformasi penting untuk diagnostik. Trombo-
sitopenia didapatkan pada beberapa keadaan
yang berhubungan dengan anemia, misalnya
hipersplenisme, keterlibatan keganasan pada
sumsum tulang, destruksi trombosit autoimun
(idiopatik atau karena obat), sepsis, defisiensi
folat atau B12. Peningkatan jumlah trombosit
dapat ditemukan pada penyakit mielopro-
liferatif, defisiensi Fe, inamasi, infeksi atau
keganasan. Perubahan morfologi trombosit
(trombosit raksasa, trombosit degranulasi) da-
pat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif
atau mielodisplasia.1
Pansitopenia
Pansitopenia merupakan kombinasi anemia,
trombositopenia dan netropenia. Pansitopenia
berat dapat ditemukan pada anemia aplastik,
defisiensi folat, vitamin B12, atau keganasan
hematologis (leukemia akut). Pansitopenia ri-
ngan dapat ditemukan pada penderita de-
ngan splenomegali dan splenic trappingsel-sel
hematologis.1
Evaluasi kadar hemoglobin dan hematokrit se-
cara serial dapat membantu diagnostik.1Con-
toh: Pada seorang penderita, Hb turun dari 15
g% menjadi 10 g% dalam 7 hari. Bila disebab-kan oleh ganguan produksi total (hitung reti-
kulosit = 0) dan bila destruksi sel darah merah
berlangsung normal (1% per hari), Hb akan
turun 7% dalam 7 hari. Penurunan Hb seha-
rusnya 0,07 x 15 g% = 1,05 g%. Pada penderita
ini, Hb turun lebih banyak, yaitu 5 g%, sehing-
ga dapat diasumsikan supresi sumsum tulang
saja bukan merupakan penyebab anemia dan
menunjukkan adanya kehilangan darah atau
destruksi sel darah merah.1
Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel darah merah (MCV) dan RDW dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi anemia berdasarkan MCV dan RDW7
MCV Normal RDW Peningkatan RDW
Mikrositik
(MCV 100 fL)
Anemia aplastik , mielodisplas ia Defisiensi B12, fo lat , anemia hemoli tik
autoimun, cold aglutinin disease, penyakit
tiroid, alkohol
Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan 1.
Bagan 1 Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit7
Klasifikasi anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan hitung retikulosit dapat dilihat
pada bagan 2.
Bagan 2 Anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan retikulosit7
Bukti adanya perdarahantersembunyi (occult blood loss)
Evaluasi adanya ulkus, kolitis,karsinoma, hernia hiatal, parasit
Tidak ada bukti perdarahan tersembunyi
Coombs positif, sferosit Coombs negatif
Anemia hemolitik autoimun Anemia hemolitik nonimun
Evaluasi adanya kehilangan darah
Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi
Anemia makrositik (MCV > 100 fL)
Hitung retikulosit
Anemia hemolitik, perdarahan, desiensi B12dan folat yang sedang mendapat terapi
Meningkat
Anemia megaloblastik(desiensi folat dan B12)
Perubahan megaloblastik
Normal atau menurun
Makrositik berbentuk bulat, tidakada hipersegmentasi
Pemeriksaan sumsum tulang
Non-megaloblastik: mielodisplasia, alkohol,obat, toksin, penyakit hati, anemia aplastik
CDK 194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410 6/8/2012 2:33:28 PM6/8/2012 2:33:28 PM
7/23/2019 CME-Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia
5/6
411
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Untuk membedakan anemia defisiensi Fe
dengan anemia inamasi dapat dilihat pada
bagan 4.
Indikasi pemeriksaan sumsum tulang padapenderita anemia7:
1. Abnormalitas hitung sel darah dan/atau
morfologi darah tepi
Sitopenia dengan penyebab tidak diketa-
hui
Leukositosis dengan penyebab tidak dike-
tahui atau disertai leukosit abnormal
Sel teardrops atau leukoeritroblastosis
(gambar 4 dan 5)
Rouleaux(gambar 6)
Tidak ada atau rendahnya respons retiku-
losit terhadap anemia
2. Evaluasi penyakit sistemik
Splenomegali, hepatomegali, limfade-
nopati yang tidak diketahui penyebabnya
Stagingtumor: limfoma, tumor solid
Pemantauan efek kemoterapi
Fever of unknown origin (dengan kultur
sumsum tulang)
Evaluasi trabekular tulang pada penyakit
metabolik.
Penyebab anemia normositik normokrom tanpa peningkatan respons retikulosit dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3 Anemia normokrom normositik tanpa peningkatan respons retikulosit7
Gambaran morfologi apus darah tepi Evaluasi
Leukoeritroblastosis
Leukosit abnormal
Rouleaux
Tidak ada sel abnormal
Proses mieloptisis: pemeriksaan sumsum tulang untuk spaceoccupying lesion(metastasis tumor, limfoma, mielofibrosis)
Leukemia, limfoma pemeriksaan sumsum tulang
Mieloma multipel: elektroforesis serum dan urine, fototulang (lesi litik), pemeriksaan sumsum tulang
Anemia inamasi, anemia sideroblastik: evaluasi penyakitdasar, feritin, TIBC, saturasi transferin, pemeriksaan sumsumtulang
Awal desiensi Fe, talasemia,hemoglobin abnormal
Rouleaux: peningkatanglobulin, penurunan albumin
Evaluasi penyakit dasar
Anemia inamasiFragmen sel darah merah:hemolisis
Banyak sel target: HbE,penyakit hati
Non-diagnostik
Pemeriksaan ironbinding capacity
Sel target, basophilicstippling:Talasemia minor
Rendah (pria
7/23/2019 CME-Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia
6/6
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012412
TINJAUAN PUSTAKA
Kemungkinan anemia inamasi
TIBC rendahFe/total iron binding capacity (TIBC)
Rendah (2,8 nmol)
Tinggi (>15%)
% saturasi transferin
9-15%
Soluble transferin receptor serum Anemia desiensi Fe
Rendah (