Post on 29-Nov-2015
description
Wisatawan dan Daerah tujuan wisata: wisatawan mencari suasana khas dan spesifik, alam, budaya, dsb
kawasan dengan keistimewaan suasana yang dibentuk oleh elemen arsitekturnya dapat menjadi daerah tujuan wisata
Motivasi Melakukan Perjalanan: dari segi perilaku konsumen (consumer behavior), berbasis pada psikologi,
terdapat sesuatu yang disebut sebagai intention to use, atau behavioral intention. intention = menunjukkan minat seseorang untuk memilih produk tertentu Apabila kawasan pecinan diasumsikan sebagai suatu produk wisata maka intention = intention to visit to some places or specific place
The Ajzen’s Theory – “The Theory of Planned Behavior”Sumber: Ajzen (2001, 1991, 1988); Engel, Blackwell and Miniard (1995)
Beberapa faktor pendorong dilaksanakannya perjalanan wisata (Pitana & Gayatri, 2005):
Motivasi fisik atau psikologis: relaksasi, kesehatan, kenyamanan, partisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai, dan sebagainya.
Motivasi budaya: keinginan untuk mengetahui budaya, adat, dan kesenian daerah lainnya (termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya)Motivasi sosial: seperti mengunjungi teman/keluarga, menemui mitra kerja,
melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dsb
Motivasi fantasi: fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhanccement yang memberikan kepuasan
psikologis.
Faktor pendorong utama lainnya (Pitana dan Gayatri, 2005: 37):keinginan untuk melihat sesuatu yang barumempelajari orang lain dan/atau daerah lain
mengetahui kebudayaan lain
Terlihat bahwa “motivasi budaya dan adanya tendensi untukberinteraksi langsung dengan masyarakat dan budaya setempat’’ merupakan potensi yang dapat digali dari seseorang untukmelakukan perjalanan ke suatu tempat
Apabila hal ikhwal mengenai tendensi tersebut dikaitkan dengan intention to useatau behavioral intention, maka akan dapat diurai ke dalam tiga variabel yang
mempengaruhinya, yaitu attitude towards behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control.
Wisatawan dan KategorinyaBeberapa tipe wisatawan (Kotler, Makens & Bowens, 1999; Pitana & Gayatri,
2005):Organized mass tourists: umumnya bepergian secara berombongan dalam
bentuk paket, menikmati tempat tujuan dari balik jendela bus dan tinggal di hotel dengan fasilitas yang setara dengan fasilitas di tempat asalnya.
Individual mass tourists: agak mirip dengan organized mass tourists, hanya saja mereka lebih bisa mengontrol tujuannya, guna mencapai tempat tujuan
wisatanya, mereka umumnya menyewa kendaraan.Explorers: tipe yang merencanakan dan mengatur sendiri tujuan mereka, walau kadangkala masih memenfaatkan jasa travel agent. Mereka cenderung untuk menjadi orang yang senang interaksi langsung dengan masyarakat di tempat
tujuan wisata.Drifters: tipe backpacker yang jumlahnya tidak terlalu banyak, dan mereka
umumnya memanfaatkan fasilitas dengan standar setempat. Tipe ini cenderung untuk berbaur dengan masyarakat lokal yang sosial ekonominya rendah.
Umumnya mereka berusia muda.
Mendayagunakan Pesona Arsitektur sebagai Alat Pemasaran:Diduga terdapat hubungan timbal balik antara revitalisasi lingkungan arsitektur dengan kedatangan wisatawan pada lokasi/kawasan ber-
arsitektur setempatDari sudut pandang masyarakat non arsitek:
kawasan ber-arsitektur setempat (pecinan misalnya)akan dirasakan sebagai daerah yang memiliki pesona tertentu\
Pesona tersebut perlu diolah melaui positioning yang tepat
marketing mix: product, price, place, & promotiondiimbangi dengan analisis pada intention to visit dalam diri wisatawan
Dengan demikian diyakini dapat memicu hadirnya wisatawan dalam jumlah besar secara terus menerus
Manfaatnya: Perputaran kegiatan wisata yang berlangsung secara simultan (di kawasan ber-arsitektur spesifik, beserta segala kegiatan sosial–budayanya) akan mengeraskan gaung keberadaan daerah tersebut menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata favorit Akibat lanjutannya: kawasan itu akan dapat memperoleh pendapatan Dengan tingkat pendapatan yang cukup akan tersedia pendanaan guna memelihara kelangsungan dan keberadaan kawasan itu sendiri
sumber gambar: kotler, 2000
sebagai perbandingan:
mengapa tidak dicoba cara seperti ini? atau bila sudah dimulai, populerkanlahUntuk Lokal Indonesia (Termasuk Pecinan)
sebagai perbandingan contoh non pecinan--desa adat tenganan di bali selatan:wisatawan dapat merasakan suasana ruang yang menyenangkan
plus kehidupan masyarakat yang khas dan menarik
suasana ruang yang menarik plus bisa ditinggali dan belajar sesuatu: belajar anyam, dsbmemberikan pengalaman khusus yang berkesan artinya: positioning yang baik
artinya: di desa-desa yang telah menjadi desa wisata utama: harapan wisatawan bertemu dengan kenyataan di lapangan
sebagai perbandingan - non pecinan : unit-unit rumah bali di desa batuan - bali
Wisata Dan Pengembangan Kepariwisataan:Dilakukan modifikasi adakalanya ’memaksa’ ekspresi kebudayaan lokal untuk
dimodifikasi, agar sesuai dengan kebutuhan pariwisata. Ekspresi budaya dimodifikasi agar dapat ’dijual’ kepada wisatawan (Pitana dan Gayatri, 2005: 37).
Termodifikasi di lain pihak, kesenian, kerajinan, dan berbagai aspek kebudayaan lokal bisa mengalami revitalisasi akibat kedatangan pariwisata (De Kadt, 1997.,
dalam Pitana dan Gayatri, 2005: 137)
Atmosfir Arsitektur Spesifik di Kawasan Tertentu (misalnya Pecinan): arsitektur, tidak selalu berupa bangunan
ruang juga merupakan hasil dari arsitektur, terdiri dari: ruang luar dan ruang dalam dihidupkannya pusat jajan malam hari pada akhir pekan, di beberapa kota:
dapat merevitalisasi suatu kawasan, contohnya: daerah gang warung semarang
pada perayaan Ceng Ho tahun 2005 di Semarang terarsa bahwa bahwa citra kawasan dapat didayagunakan (didongkrak) guna membangkitkan pariwisata
sebaliknya kunjungan wisata yang berkelajutan secara bertahap dapat merevitalisasi kembali makna dan citra kawasan tersebut (dengan dikenal masyarakat
ada kegiatan baru daerah tersebut tidak mati)sulap: daerah yang semula identik dengan bongkar muat perdagangan dan
pergudangan = tidak menarik telah disulap = menjadi pusat jajan malam hari yang menarik
kehadiran pengunjung: juga menjadi atraksi
suasana kawasan pecinan yang menjadi pusat jajan malan hari – semarang
wisata:Kenyataan vs harapan- Kenyataan = harapan?- Kenyataan > harapan?- Kenyataan < harapan?
kenyataan sesuai harapan, atau
kenyataan lebih baik dari harapan arus kunjungan
tinggi multiplier efect
terbentuk siklus: yang tidak boleh terputus
suasana pecinan di semarangphotograph by: Agus S Sadana
suasana pecinan di semarangphotograph by: Agus S Sadana
contoh: potensi yang mungkin dapat digali
sumber gambar: hasil pemotretan di pecinan semarang
Referensi
Budihardjo, Eko. Arsitektur Sebagai Warisan Budaya.Jakarta: Djambatan, 1997.Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi., & FakultasTeknik Universitas Gadjahmada. Laporan Pendahuluan:Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Wisata di Bali.Yogyakarta, 1993.Kotler, Philip., John Bowen., & James Makens. Marketing forHospitality and Tourism. Upper Saddle River: Prentice-Hall,1999.Pitana, I. Gde., & Putu G. Gayatri. Sosiologi Pariwisata.Yogyakarta: Andi, 2005.Rahmadi B. S. Arsitektur Indonesia Sebagai PencerminanBudaya Bangsa. Dalam: Budihardjo, Eko, 1997, hal: 2 – 11.Prijotomo, Joseph. Pasang Surut Arsitektur di Indonesia.Surabaya: Ardjun, 1988.