Chinese Town Marketing PRESENTATION

20

description

Banyak metoda yang dikembangkan untuk mengangkat kawasan bersejarah atau berninai budaya khusus agar menjadi lokasi yang menarik dan ramai dikunjungi masyarakat. Dalam presentasi ini, penulis mencoba menyampaikan gagasan metoda yang mungkin bisa dikembangkan, secara mandiri oleh masyarakt di tengah terbatasnya dana dan dukungan dari pengelola kota.

Transcript of Chinese Town Marketing PRESENTATION

Wisatawan dan Daerah tujuan wisata: wisatawan mencari suasana khas dan spesifik, alam, budaya, dsb

kawasan dengan keistimewaan suasana yang dibentuk oleh elemen arsitekturnya dapat menjadi daerah tujuan wisata

Motivasi Melakukan Perjalanan: dari segi perilaku konsumen (consumer behavior), berbasis pada psikologi,

terdapat sesuatu yang disebut sebagai intention to use, atau behavioral intention. intention = menunjukkan minat seseorang untuk memilih produk tertentu Apabila kawasan pecinan diasumsikan sebagai suatu produk wisata maka intention = intention to visit to some places or specific place

The Ajzen’s Theory – “The Theory of Planned Behavior”Sumber: Ajzen (2001, 1991, 1988); Engel, Blackwell and Miniard (1995)

Beberapa faktor pendorong dilaksanakannya perjalanan wisata (Pitana & Gayatri, 2005):

Motivasi fisik atau psikologis: relaksasi, kesehatan, kenyamanan, partisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai, dan sebagainya.

Motivasi budaya: keinginan untuk mengetahui budaya, adat, dan kesenian daerah lainnya (termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya)Motivasi sosial: seperti mengunjungi teman/keluarga, menemui mitra kerja,

melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dsb

Motivasi fantasi: fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhanccement yang memberikan kepuasan

psikologis.

Faktor pendorong utama lainnya (Pitana dan Gayatri, 2005: 37):keinginan untuk melihat sesuatu yang barumempelajari orang lain dan/atau daerah lain

mengetahui kebudayaan lain

Terlihat bahwa “motivasi budaya dan adanya tendensi untukberinteraksi langsung dengan masyarakat dan budaya setempat’’ merupakan potensi yang dapat digali dari seseorang untukmelakukan perjalanan ke suatu tempat

Apabila hal ikhwal mengenai tendensi tersebut dikaitkan dengan intention to useatau behavioral intention, maka akan dapat diurai ke dalam tiga variabel yang

mempengaruhinya, yaitu attitude towards behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control.

Wisatawan dan KategorinyaBeberapa tipe wisatawan (Kotler, Makens & Bowens, 1999; Pitana & Gayatri,

2005):Organized mass tourists: umumnya bepergian secara berombongan dalam

bentuk paket, menikmati tempat tujuan dari balik jendela bus dan tinggal di hotel dengan fasilitas yang setara dengan fasilitas di tempat asalnya.

Individual mass tourists: agak mirip dengan organized mass tourists, hanya saja mereka lebih bisa mengontrol tujuannya, guna mencapai tempat tujuan

wisatanya, mereka umumnya menyewa kendaraan.Explorers: tipe yang merencanakan dan mengatur sendiri tujuan mereka, walau kadangkala masih memenfaatkan jasa travel agent. Mereka cenderung untuk menjadi orang yang senang interaksi langsung dengan masyarakat di tempat

tujuan wisata.Drifters: tipe backpacker yang jumlahnya tidak terlalu banyak, dan mereka

umumnya memanfaatkan fasilitas dengan standar setempat. Tipe ini cenderung untuk berbaur dengan masyarakat lokal yang sosial ekonominya rendah.

Umumnya mereka berusia muda.

Mendayagunakan Pesona Arsitektur sebagai Alat Pemasaran:Diduga terdapat hubungan timbal balik antara revitalisasi lingkungan arsitektur dengan kedatangan wisatawan pada lokasi/kawasan ber-

arsitektur setempatDari sudut pandang masyarakat non arsitek:

kawasan ber-arsitektur setempat (pecinan misalnya)akan dirasakan sebagai daerah yang memiliki pesona tertentu\

Pesona tersebut perlu diolah melaui positioning yang tepat

marketing mix: product, price, place, & promotiondiimbangi dengan analisis pada intention to visit dalam diri wisatawan

Dengan demikian diyakini dapat memicu hadirnya wisatawan dalam jumlah besar secara terus menerus

Manfaatnya: Perputaran kegiatan wisata yang berlangsung secara simultan (di kawasan ber-arsitektur spesifik, beserta segala kegiatan sosial–budayanya) akan mengeraskan gaung keberadaan daerah tersebut menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata favorit Akibat lanjutannya: kawasan itu akan dapat memperoleh pendapatan Dengan tingkat pendapatan yang cukup akan tersedia pendanaan guna memelihara kelangsungan dan keberadaan kawasan itu sendiri

sumber gambar: kotler, 2000

sebagai perbandingan:

mengapa tidak dicoba cara seperti ini? atau bila sudah dimulai, populerkanlahUntuk Lokal Indonesia (Termasuk Pecinan)

sebagai perbandingan contoh non pecinan--desa adat tenganan di bali selatan:wisatawan dapat merasakan suasana ruang yang menyenangkan

plus kehidupan masyarakat yang khas dan menarik

suasana ruang yang menarik plus bisa ditinggali dan belajar sesuatu: belajar anyam, dsbmemberikan pengalaman khusus yang berkesan artinya: positioning yang baik

artinya: di desa-desa yang telah menjadi desa wisata utama: harapan wisatawan bertemu dengan kenyataan di lapangan

sebagai perbandingan - non pecinan : unit-unit rumah bali di desa batuan - bali

Wisata Dan Pengembangan Kepariwisataan:Dilakukan modifikasi adakalanya ’memaksa’ ekspresi kebudayaan lokal untuk

dimodifikasi, agar sesuai dengan kebutuhan pariwisata. Ekspresi budaya dimodifikasi agar dapat ’dijual’ kepada wisatawan (Pitana dan Gayatri, 2005: 37).

Termodifikasi di lain pihak, kesenian, kerajinan, dan berbagai aspek kebudayaan lokal bisa mengalami revitalisasi akibat kedatangan pariwisata (De Kadt, 1997.,

dalam Pitana dan Gayatri, 2005: 137)

Atmosfir Arsitektur Spesifik di Kawasan Tertentu (misalnya Pecinan): arsitektur, tidak selalu berupa bangunan

ruang juga merupakan hasil dari arsitektur, terdiri dari: ruang luar dan ruang dalam dihidupkannya pusat jajan malam hari pada akhir pekan, di beberapa kota:

dapat merevitalisasi suatu kawasan, contohnya: daerah gang warung semarang

pada perayaan Ceng Ho tahun 2005 di Semarang terarsa bahwa bahwa citra kawasan dapat didayagunakan (didongkrak) guna membangkitkan pariwisata

sebaliknya kunjungan wisata yang berkelajutan secara bertahap dapat merevitalisasi kembali makna dan citra kawasan tersebut (dengan dikenal masyarakat

ada kegiatan baru daerah tersebut tidak mati)sulap: daerah yang semula identik dengan bongkar muat perdagangan dan

pergudangan = tidak menarik telah disulap = menjadi pusat jajan malam hari yang menarik

kehadiran pengunjung: juga menjadi atraksi

suasana kawasan pecinan yang menjadi pusat jajan malan hari – semarang

wisata:Kenyataan vs harapan- Kenyataan = harapan?- Kenyataan > harapan?- Kenyataan < harapan?

kenyataan sesuai harapan, atau

kenyataan lebih baik dari harapan arus kunjungan

tinggi multiplier efect

terbentuk siklus: yang tidak boleh terputus

httpwww.falundafa.or.id

www.seasite.niu.edu

contoh-contoh gambar dari browsing internet

www.sinarharapan.co.id

contoh-contoh gambar dari browsing internet

suasana festival cheng ho di semarangPhotograph by: Agus S Sadana

suasana festival cheng ho di semarangphotograph by: Agus S Sadana

suasana pecinan di semarangphotograph by: Agus S Sadana

suasana pecinan di semarangphotograph by: Agus S Sadana

contoh: potensi yang mungkin dapat digali

sumber gambar: hasil pemotretan di pecinan semarang

Referensi

Budihardjo, Eko. Arsitektur Sebagai Warisan Budaya.Jakarta: Djambatan, 1997.Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi., & FakultasTeknik Universitas Gadjahmada. Laporan Pendahuluan:Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Wisata di Bali.Yogyakarta, 1993.Kotler, Philip., John Bowen., & James Makens. Marketing forHospitality and Tourism. Upper Saddle River: Prentice-Hall,1999.Pitana, I. Gde., & Putu G. Gayatri. Sosiologi Pariwisata.Yogyakarta: Andi, 2005.Rahmadi B. S. Arsitektur Indonesia Sebagai PencerminanBudaya Bangsa. Dalam: Budihardjo, Eko, 1997, hal: 2 – 11.Prijotomo, Joseph. Pasang Surut Arsitektur di Indonesia.Surabaya: Ardjun, 1988.