Post on 05-Aug-2015
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Nurhayati
Umur : 32 tahun
Alamat : cilawu
Pendidikan : Smp
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Kiriman dari : posyandu
MRS : 1 april 2012, pukul 23:00
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Tekanan darah tinggi
Anamnesis khusus :
G2P1A0 merasa hamil 9 bulan, mengeluh tekanan darah
tinggi sejak umur kehamilan 7 bulan. Saat kontrol di posyandu
TD=140/90 berobat. Riwayat tekanan darah tinggi pada
kehamilan sebelumnya dan diluar kehamilan disangkal pasien.
Nyeri kepala yang hebat, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati
tidak diakui. Mules-mules yang semakin kuat dan bertambah
sering sudah dirasakan sejak 6 jam SMRS. Keluar lendir
bercampur darah disangkal. Keluar air-air yang banyak
disangkal. Gerak anak dirasakan pasien.
III. RIWAYAT OBSTETRI
Kehamila
n ke
Temp
at
Penolon
g
Cara
kehamila
n
Cara
persali
nan
BB
lahir
Jenis
kelami
n
usia Keadaa
n
I rumah bidan 9 bulan Pervagin
am
3,7k
g
O+ 6
tahu
n
Hidup
II Hamil saat ini
IV. KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah : ♀ : 24 tahun, SMP, IRT
♂ : 29 tahun, Smp, buruh
KB : suntik 3 bulan sejak tahun 2006 samapai dengan
2009
PNC : 10 x, ke bidan, kunjungan terahir pada hari ke
rumah sakit
HPHT : 15 Juni 2011
TP : 22 maret 2012
Siklus : 7 hari, teratur, tidak nyeri
Menarche : 15 tahun
V. PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens :
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 37,5 °C
Edema : +/+ ektremitas bawah
Varices : -/-
Refleks Fisiologis : +/+
Berat badan : ¿
Tinggi badan : ¿
Cor : Bunyi jantung murni reguler
Pulmo : sonor, VBS kiri = kanan
Hepar : sulit dinilai
Lien : tidak teraba
PEMERIKSAAN PANGGULPEMERIKSAAN PANGGUL
CV : 10,5 cm CD : 12 cm
Promontorium : teraba
Sacrum : konkaf
Spinaichiadica : tak menonjol
Arcus pubis : > 900
Kesan panggul : Panggul sempit relatif
VI. STATUS OBSTETRI
Fundus Uteri : 41 cm di atas symphisis
Lingkar perut : 115 cm
Letak anak : Kepala punggung kiri 5/5
BJA : 152 x/menit
His : 3-4x/menit, reguler
TBBA : 4495gram
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
01-04-2012
Kimia urine
Bilirubin urine : negatif
Ureum : 26 mg/dl
Kreatinin : 0,8 mg/dl
Glukosa sewaktu : 80 mg/dl
Asam Urat : 9,4 mg/dl
Natrium : 136 mg/dl
Kalium : 3,9 mg /dl
Darah
Hb : 11,4 gr/dL
Hematokrit : 35%
Lekosit : 10.000/mm3
Trombosit : 233.000/mm3
eritrosit : 4,28juta/mm3
Urin
Berat jenis urin : 1,020
pH urine : 6.0
nitrit urine : negatif
Protein urine : +
Glukosa urine : negatif
Keton urine : negatif
Urobilinogen urine : normal
Bilirubin urine : negatif
03/04/2012
Darah rutin
Haemoglobin : 10,2 mg/dl
Hematokrit : 42%
Leukos : 17.400 per ml
Trombosit : 191.000 per ml
Eritrosit : 5,03
VIII. DIAGNOSIS
G2P1A0 parturien aterem kala 1 fase aktif + PER
IX. PENGELOLAAN
- Infus rl 20gtt/m
- Dopamet 3x500mg
- Nivedipin 3x10mg
- MgSO4 20% 4gr dalam 100 ml RL (loading dose) dalam 15
menit
- MgSO4 20% 10gr dalam 500 ml RL
Pemantauan persalinan kala 1
Jam tensi nadi respi suhu His Djj Keterangan
23:0
0
180/10
0
84 20 af 3-4 152 Infus RL
Dopamet 500mg
Nifedipin 10mg
MgSo4 20% 4gr
dalam 100cc RL
Dilanjutkan MgSo4
20% 10gr dalam
500cc RL
07:0
0
160/10
0
84 24 Af + 140 Nifedipin 10mg
Dopamet 500mg
LAPORAN OPERASI
Tanggal oprasi : 2 april 20012
Kategori oprasi : besar
Operator : dr. Maya
Ahli anestesi : dr. Hj. Hayati U Sp.An
Asisten I : elis
Asisten anestesi : ozy
Diagnosa prabedah : G2P1A0 parturien aterem PER + CPD
Diagnosa pasca bedah : P2A0 partus maturus dengan SC ai
CPD
Jenis oprasi : SCTP + insersi IUD
Jenis anestesi : NU
Desinfeksi kulit : betadin
Prosedur operasi
1. dilakukan tindakan a dan antiseptik pada daerah abdomen dan
sekitarnya
2. dilakukan insisi mediana infirior kurang lebih 10cm
3. tampak dinding depan uterus, plika vesikouterina dibuka,
kandung kemih disisih kan kebawah dan ditahan dengan
retraktor abdomen, sbr disayat koncav.
4. jam 9:40 lahir bayi laki-laki dengan meluksir kepala, berat badan
3650gram, panjang badan 50cm, apgar skor “6 dan “8.
disuntikan oksitosin 10IU, kontraksi baik
5. jam 9:43 lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat,
berat 600 gram, ukuran 16x14x7cm, perdarahan dirawat
6. sbr dijahit lapis demi lapis, lapisan pertama dijahit secara jelujur
interlocking.
7. sebelum semuanya ditutup, dilakukan insersi IUD
8. lapisan ke2 djahit secara jelujur. Setelah yakin tidak ada
perdarahan dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneal
kandung kencing.
9. rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah
10. fascia dijahit dengan safil no 1, kulit dijahit secara
subkutikuler.
11. perdarahan selama operasi kurang lebih 600cc
12. diuresis selama operasi kurang lebih 700cc
intruksi pasca bedah
observasi KU suhu tensi nadi resoirasi suhu perdarahan
infus RL; : D5 2:1 20 gtt per menit
analgetik : tramadol 100 mg + ketorolac 30 mg dalam 500 RL
lain-lain : oksigen 3 liter 6 jam post op
puasa : tidak puasa
antibiotik : cefotaxim 2 x 1 gr
metronidazol 3 x 500
kaltropen supp 2x1
Follow up jaga
02/04/12 KU : CM KEL : -
T : 160/100 mmHg R :
24x/m
N : 84 x/mnt S :
afebris
Mata: ca -/- si -/-
Abdomen cembung lembut
Tfu : 41
His: +
Djj : 140
BAB/BAK (-/+)
v/v : TAK
porsio : tipis lunak
pembukaan : 7-8
ketuban : +
station : -4
D/G2P1A0 parturien kala 1 fase
aktif dengan PER + susp CPD
- infus rl + maintanace MgSo4
- dopamed 3x500mg
- nivedipin 3x10mg
- R/ SC ai CPD
- inform concent
- Observasi
03/04/12
POD I
KU : CM KEL : -
T : 110/70 mmHg R :
20x/m
N: 84 x/m S :
Afebris
Mata: ca -/- si -/-
ASI -/-
Abdomen datar lembut
Kontraksi : baik
Tfu : 2 jari dibawah pusat
PP : +, minimal
LO : tertutup perban
BAB/BAK (-/+)
D/P2A0 partus matorus dengan
SC ai CPD
04/04/12
POD II
KU : CM KEL : -
T : 130/80 mmHg R :
24x/m
N: 84 x/m S :
Afebris
Mata: ca -/- si -/-
ASI +/+ sedikit
Abdomen datar lembut
Kontraksi : baik
Tfu : 2 jari dibawah pusat
PP : +, minimal
LO : kering
BAB/BAK (-/+)
D/P2A0 partus matorus dengan
SC ai CPD
-cefadroxyl 2x500mg
-as.mefenamat 3x500mg
-breast care
-vulva hygine
-mobilisasi
PERMASALAHAN
1. Mengapa pasien ini didiagnosis G2P1A0 parturien aterem kala 1
fase aktif + PER?
2. Bagaimana pengelolaan PER?
3. Mengapa dilakukan SC ai CPD pada pasien ini?
4. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi?
5. Prognosis?
PEMBAHASAN
1. Mengapa pasien ini didiagnosis G2P1A0 parturien serotinus 43-
44 minggu kala 1 fase aktif + PER + suspek bayi besar?
Parturien : dari anamnesa didapat pasien datang dengan keluhan
mules-mules yang semakin sering dan bertambah kuat sejak
6jam SMRS, dan dari hasil pemeriksaan didapatkan pembukaan
4-5 cm dan his 3-4 kali/10 menit 30 detik
serotinus : dari anamnesis didapatkan pengakuan pasien yang
sudah merasa hamil selama 9 bulan. HPHT 8 juni 2011, dari
HPHT didapat taksiran umur kehamilan 43-44 minggu. Serotinus
kehamilan lebih dari 42 minggu.
Kala 1 fase aktif : dari anamnesa didapatkan pasien mengeluh
mules mules yang semakin sering dan bertambah kuat. dan
pasien juga mengatakan sudah merasakan keluar lendir yang
bercampur sedikit darah. Dari pemeriksaan dalam didapatkan,
pembukaan 4-5.
PER: dari anamnesis didapatkan, ibu dirujuk oleh bidan karena
tekanan darah tinggi sejak usia kehamilan 7 bulan. Riwayat
tekanan darah tinggi sebelumnya disangkal. Nyeri kepala,
pandangan kabur dan nyeri ulu ati disangkal. Dari riwayat
penyakit terdahulu tidak didapatkan riwayat penyakit hipertensi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi 180/100mmhg dan dari
pemeriksaan penunjang didapatkan protein urin + (positif 1).
2. Bagaimana pengelolaan pre eklamsi ringan?
Pengelolaan PER pada pasien ini ialah untuk mencegah kejang
dan menurun kan tekanan darah dalam kehamilan.
Dilakukan : observasi tekanan darah, rawat inap, observasi DJJ,
diberikan nivedipi 3x10mg/hari, diberikan metildopa
3x500mg/hari, infus RL 20gtt/menit, pantau protein urine tiap
hari.
3. mengapa dilakukan SC atas indikasi CPD pada pasien ini
pasien datang dengan keluhan tekanan darah tinggi, pada
pemeriksaan tidak ditemukan kelainan panggul sempit. Dari
riawayat obsterti didapatkan pasien melahirkan anak pertama
dengan berat 3,7kg dengan persalinan pervaginam di bidan.
Tidak didapatkan kecurigan CPD pada saat pasien datang.
Setelah diobservasi, pada pembukaan 7 – 8 tidak didapatkan
penurunan kepala janin, kepala janin berada pada st 5/5 dan
kepala janin masih dapat digerakan. Tekanan darah pasien
160/100 saat follow up hari pertama. Alasan tersebutlah yang
mengindikasikan pasien untuk dilakukan secsio cesaria.
4. apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini
PER : - dapat menjadi pre eklampsi berat
- dapat menjadi eklampsi
- gawat janin
- KMK
- IUFD
CPD: - Kaput Suksedaneum
- rupture uteri
- cedar otot dasar panggul
5. prognosis
quo ad vitam : ad bonam karena tanda vital
dapat diperbaiki
quo ad functionam : ad bonam karena setelah
penatalaksanaan tidak didapat kelainan
MATERI
I. PER
Preeklampsia – termasuk eklampsia – adalah penyakit hipertensi yang khas dalam
kehamilan dengan gejala utama adalah hipertensi akut pada ibu hamil dan dalam masa
nifas. Disamping hipertensi akut, proteinuria juga merupakan gejala penting dan diagnosa
preeklampsia akan sulit ditegakkan jika gejala ini tidak ditemukan.
Hipertensi
Hipertensi didiagnosa bila terdapat tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan
penentuan diastolik mengunakan bunyi Korotkoff fase lima.
Pada masa lalu, kriteria diagnosa hipertensi pada kehamilan juga bisa berupa
peningkatan tekanan sistolik setinggi 30 mmHg atau diastolik setinggi 15 mmHg dari
tekanan darah biasanya meskipun tekanan absolutnya dibawah 140/90 mmHg. Namun
kriteria ini sekarang sudah tidak direkomendasikan lagi karena terbukti bahwa banyak ibu
hamil dalam kriteria ini ternyata tidak mengalami gangguan pada kehamilan. Namun, ibu
hamil dengan kriteria seperti ini tetap memerlukan observasi yang lebih ketat.
Terjadinya edema juga sudah tidak digunakan lagi sebagai kriteria diagnostik
karena terlalu banyak ditemukan pada kehamilan normal.
Proteinuria
Proteinuria dideskripsikan sebagai jumlah protein urin per 24 jam ≥ 300 mg atau
jumlah protein urin pada sampel urin acak persisten 30 mg/dL (+1 dipstick).
Perlu diperhatikan bahwa derajat proteinuria dalam 24 jam bisa saja mengalami
fluktuasi walaupun dalam kasus yang berat sekalipun. Oleh karena itu, pengambilan
sampel urin acak yang dilakukan hanya sekali mungkin saja gagal untuk menggambarkan
keadaan proteinuria yang terjadi.
Insidensi Dan Faktor Resiko
Insidensi preeklampsia secara umum dinyatakan sekitar 5% meskipun terdapat
beberapa laporan yang bervariasi. Tingkat insidensi ini sangat dipengaruhi oleh paritas
dan berhubungan dengan ras, etnis, predisposisi genetik serta faktor lingkungan. Sekitar
7,6% dari ibu nullipara ditemukan menderita preeklampsia dan 3,3% dari kelompok
tersebut berkembang menjadi preeklampsia berat Insidensi ini lebih besar daripada ibu
multipara.
Faktor lain yang bisa meningkatkan resiko terjadinya preeklmpsia adalah;
kehamilan multipel, riwayat hipertensi kronik, usia diatas 35 tahun, dan berat badan yang
berlebihan selama kehamilan, serta ibu dengan kehamilan kembar. Suatu hal yang
menjadi ironi adalah penurunan resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan pada ibu
hamil yang merokok meskipun rokok diketahui banyak dihubungkan dengan gangguan
pada kehamilan. Plasenta previa juga dinyatakan dapat menurunkan resiko terjadinya
hipertensi dalam kehamilan.
Patologi
Preeklampsia merupakan sindroma penurunan perfusi darah organ akibat dari
vasospasme dan aktivasi endotelial yang spesifik ditemukan pada masa kehamilan.
Walaupun etiologinya belum jelas, banyak para ahli sepakat bahwa vasopasme
merupakan proses awal dari terjadinya penyakit ini. Gambaran patologis pada fungsi
beberapa organ dan sistem, yang kemungkinan disebabkan oleh vasospasme dan iskemia,
telah ditemukan pada kasus-kasus preeklampsia dan eklampsia berat.
Vasospasme bisa merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam
lapisan otot polos pembuluh darah, reaksi imunologi, maupun radikal bebas. Semua ini
akan menyebabkan terjadinya kerusakan/jejas endotel yang kemudian akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan antara kadar vasokonstriktor (endotelin,
tromboksan, angiotensin, dan lain-lain) dengan vasodilatator (nitritoksida, prostasiklin,
dan lain-lain). Selain itu, jejas endotel juga menyebabkan gangguan pada sistem
pembekuan darah akibat kebocoran endotelial berupa konstituen darah termasuk platelet
dan fibrinogen.
Vasokontriksi yang meluas akan menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi
normal berbagai macam organ dan sistem. Gangguan ini dibedakan atas efek terhadap ibu
dan janin, namun pada dasarnya keduanya berlangsung secara simultan. Gangguan ibu
secara garis besar didasarkan pada analisis terhadap perubahan pada sistem
kardiovaskular, hematologi, endokrin dan metabolisme, serta aliran darah regional.
Sedangkan gangguan pada janin terjadi karena penurunan perfusi uteroplasenta.
Kardiovaskular
Gangguan berat pada fungsi kardiovaskular sering ditemukan pada kasus-kasus
preeklampsia atau eklampsia. Gangguan tersebut pada dasarnya berhubungan dengan
peningkatan afterload yang diakibatkan oleh hipertensi dan aktivasi endotelial berupa
ekstravasasi cairan ke ruang ekstraselular terutama di paru-paru.
Hemodinamik
Dibandingkan dengan ibu hamil normal, penderita preeklampsia atau eklampsia
memiliki peningkatan curah jantung yang signifikan pada fase preklinik, namun tidak ada
perbedaan pada tahanan perifer total. Sedangkan pada stadium klinik, pada kasus
preeklampsia atau eklampsia terjadi penurunan tingkat curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer total yang signifikan dibandingkan dengan kasus normal.
Volume darah
Hemokonsentrasi adalah pertanda penting bagi terjadinya preeklampsia dan
eklampsia yang berat. Pitchard dkk (1984) melaporkan bahwa pada ibu hamil dengan
eklampsia tidak terjadi hipervolemia seperti yang diharapkan. Pada seorang wanita
dengan usia rata-rata, biasanya terjadi peningkatan volume darah dari ± 3500 mL saat
tidak hamil menjadi ± 5000 mL beberapa minggu terakhir kehamilan. Dalam kasus
eklampsia, peningkatan volume ± 1500 mL ini tidak ditemukan. Keadaan ini
kemungkinan berhubungan dengan vasokonstriksi luas yang diperburuk oleh peningkatan
permeabilitas vaskular.
Hematologi
Abnormalitas hematologi ditemukan pada beberapa kasus hipertensi dalam
kehamilan. Diantara abnormalitas tersebut bisa timbul trombositopenia, yang pada suatu
waktu bisa menjadi sangat berat sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyebab
terjadinya trombositopenia kemungkinan adalah peningkatan produksi trombosit yang
diiringi oleh peningkatan aktivasi dan pemggunaan platelet. Kadar trombopoeitin, suatu
sitokin yang merangsang proliferasi platelet, ditemukan meningkat pada kasus
preeklampsia dengan trombositopenia (Frolich dkk, 1998). Namun, aggregasi platelet
pada kasus preeklampsia lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal (Baker
dan Cunningham, 1999). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh “kelelahan” platelet
akibat aktivasi in vivo. Selain itu, juga ditemukan penurunan dari faktor-faktor
pembekuan plasma dan kerusakan eritrosit sehingga berbentuk bizzare dan mudah
mengalami hemolisis akibat vasospasme berat.
Gambaran klinis preeklampsia dengan trombositopenia ini akan semakin buruk bila
juga ditemukan gejala peningkatan enzim hepar. Gangguan ini dikenal dengan HELLP
syndrome, yang terdiri dari hemolysis (H), elevated liver enzymes (EL), dan low platelet
(LP).
Endokrin Dan Metabolisme
Kadar renin, angiotensin, dan aldosteron plasma meningkat pada kehamilan normal.
Namun pada kasus hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan dari kadar ini
dibandingkan dengan kehamilan normal.
Renal
Pada kasus preeklampsia, terjadi penurunan aliran darah ginjal sehingga terjadi
penurunan laju filtrasi glomerolus dibandingkan dengan kehamilan normal. Pada ginjal
juga terjadi perubahan anatomis berupa pembesaran glomerolus sebesar 20% (Sheehan,
1950).
Otak
Secara patologi anatomi, pada kasus preeklampsia maupun eklampsia, manifestasi
sistem saraf pusat yang terjadi disebabkan oleh lesi pada otak berupa edema, hiperemia,
dan perdarahan. Sheehan (1950) meneliti otak postmortem 48 orang ibu hamil yang
meninggal dengan eklampsia dan ditemukan perdarahan mulai dari perdarahan ptekie
sampai masif pada 56% kasus. Keadaan yang selalu ditemukan pada kasus preeklampsia
maupun eklampsia dengan manifestasi neurologis adalah perubahan fibrinoid pada
dinding pembuluh darah otak.
Perfusi Uteroplasenta
Gangguan perfusi uteroplasenta akibat vasospasme hampir dapat dipastikan
merupakan penyebab tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada kasus
preeklampsia. Brosens dkk melaporkan bahwa diameter rata-rata arteriol spiral
miometrium dari 50 ibu dengan kehamilan normal adalah 500 µm. Dengan pemeriksaan
yang sama pada 36 ibu dengan preeklampsia ditemukan diameter rata-ratanya adalah 200
µm.
DIAGNOSA
Klasifikasi Preeklampsia:
Kriteria minimum;
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 dipstick
Kriteria yang meningkatkan derajat kepastian terjadinya preeklampsia;
Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria 2000 mg/24 jam atau ≥ +2 dipstick
Kreatinin serum ≥ 1,2 mg/dL kecuali sudah diketahui sudah meningkat sebelum
kehamilan
Trombosit > 100.000/mm3
Hemolisis mikroangiopati (penigkatan LDH)
Penigkatan ALT atau AST
Nyeri kepala, gangguan serebral dan visus yang persisten
Nyeri epigastrium yang persisten
Bila pada kasus preeklampsia sudah ditemukan kejang dan atau koma, maka
penyakit ini disebut dengan eklampsia yang pada dasarnya sama dengan preeklampsia
hanya saja memiliki tingkatan keparahan yang lebih berat.
TERAPI
Tujuan dasar dari penatalaksanaan dari komplikasi kehamilan dari preeklampsia
adalah:
Mencegah terjadinya eklampsia
Kelahiran anak dengan kemungkinan hidup yang besar
Persalinan dengan trauma yang seminimal mungkin dengan upaya menghindari
kesulitan untuk persalinan berikutnya
Mencegah hipertensi yang menetap
Prenatal Care
Pada tingkat permulaan, preeklampsia tidak menunjukkan gejala-gejala sehingga
dibutuhkan deteksi dini melalui prenatal care yang baik. Penentuan pemeriksaan prenatal
hendaknya dilakukan setiap 4 minggu sampai minggu ke-28, kemudian dilanjutkan setiap
2 minggu sampai minggu ke-36, dan selanjutnya setiap minggu pada bulan-bulan akhir
kehamilan. Pada pemeriksaan kehamilan hendaknya ditentukan tekanan darah,
penambahan berat badan, adanya edema, dan proteinuria. Perhatian harus ditujukan pada
ibu hamil yang memiliki faktor predisposisi terhadap preeklampsia, diantranya;
Nuliparitas
Riwayat keluarga preeklampsia dan eklampsia
Kehamilan ganda
Diabetes mellitus
Hipertensi kronis
Mola hidatidosa
Hidrops fetalis
Ibu hamil juga harus mengetahui tanda-tanda bahaya, yaitu sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan bengkak pada kaki dan tangan. Jika tanda-tanda ini muncul hendaknya
segera datang untuk memeriksakan diri tanpa harus menunggu jadwal rutin. Beberapa
cara pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan nutrisi dan intervensi farmakologis
seperti obat anti hipertensi, asam salisilat, heparin, diuretikum, dan lain-lain.
Preeklampsia Ringan
Rawat jalan
Banyak istirahat
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam
Sedatif ringan; fenobarbital (3x30 mg p.o) atau diazepam (3x2 mg p.o) selama 7
hari
Roboransia
Kunjungan ulang setiap 1 minggu
Rawat inap
Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak ada perbaikan
Berat badan meningkat > 2 kg/minggu selama 2 kali pemeriksaan berturut-turut
Timbul salah satu atau lebih gejala preeklampsia berat
Preeklampsia Berat
Dasar pengobatan adalah istirahat, diet, sedatif, obat anti hipertensi, dan induksi
persalinan. Penderita dapat ditangani secara konservatif maupun aktif. Pada perawatan
konservatif, kehamilan dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan
medisinal. Sedangkan pada pengobatan aktif, kehamilan segera diinduksi dengan
pemberian pengobatan medisinal.
Indikasi Perawatan Aktif Adalah:
Ibu
Kehamilan > 37 minggu
Tanda-tanda impending eklampsia seperti sakit kepala hebat, gangguan
penglihatan, nyeri ulu hati, kegelisahan dan hiperrefleksi, serta kegagalan
perawatan konservatif
Kenaikan tekanan darah setelah 6 jam pemberian pengobatan medisinal
Tidak ada perbaikan setelah 24 jam pemberian pengobatan medisinal
Janin
Gawat janin dan Pertumbuhan Janin Terganggu (PJT)
Laboratorik
HELLP Syndrome
Pengobatan Medisinal
Obat anti kejang
Terapi pilihan pada preeklampsia adalah magnesium sulfat (MgSO4). Diberikan 4
gram MgSO4 20% (20 cc) i.v dan disusul 8 gram (20 cc) MgSO4 40% intramuskular.
Sebagai dosis pemeliharaan, diberikan 4 gram (10 cc) MgSO4 40% setiap 6 jam setelah
dosis awal. Syarat pemberian MgSO4 adalah:
Harus tersedia antidotum yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc)
Frekuensi pernafasan ≥ 16 kali/menit
Produksi urin ≥ 30 cc/jam (≥ 0,5 cc/KgBB/jam)
Refleks patela positif
Pemberian MgSO4 harus dihentikan apabila:
Ada tanda intoksikasi
Setelah 24 jam pascapersalinan
Dalam 6 jam pascapersalinan sudah terjadi perbaikan
Apabila tidak tersedia MgSO4, dapat diberikan diazepam10 mg i.v yang dapat
diulangi setelah 6 jam.
Obat anti hipertensi
Obat anti hipertensi hanya diberikan jika tekanan sistolik > 180 mmHg dan
diastolik > 110 mmHg
Hidralazine 2 mg i.v, dilanjutkan dengan 100 mg dalam 500 cc NaCl secara titrasi
sampai tekanan darah sistolik < 170 mmHg dan diastolik < 110 mmHg
Klonidin 1 ampul dalam 10 cc NaCl i.v, dilanjutkan dengan titrasi 7 ampul dalam
500 cc cairan A2 atau RL
Nifedipin p.o 10 mg 3-4 kali
Obat lain seperti; metildopa, etanolol, dan labetalol
Obat-obatan lain
Diuretikum, diberikan dengan indikasi edema paru, gagal jantung kongestif, dan
edema anasarka. Pemberian diuretik merupakan indikasi terminasi kehamilan
Kardiotonika, dengan indikasi payah jantung
Antipiretik, antibiotik, dan analgetik bila ada indikasi
II. CPD
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah suatu keadaan dimana
terdapat ketidakseimbangan antara ukuran kepala bayi dan panggul
ibu yang menyebabkan kesulitan dalam persalinan. CPD merupakan
salah satu kehamilan resiko tinggi. CPD dapat terjadi jika terdapat
kelainan pada rongga panggul, ukuran kepala janin yang besar, atau
lebih seringnya, kombinasi kedua hal tersebut
Faktor janin yang berperan pada CPD antara lain akibat ukuran kepala
janin yang terlalu besar atau akibat kesalahan posisi dari letak kepala
janin (seperti posisi occiput, presentasi muka dan dahi) yang
menyebabkan hambatan penurunan kepala di jalan lahir.5
Besarnya kepala rata-rata tergantung dari besarnya janin.
Pemeriksaan besarnya janin dapat dilakukan sesaat sebelum proses
persalinan atau saat persalinan berlangsung.7
Ada beberapa perkiraan berat janin, yaitu:
a. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (Rumus Naegle) 7
b. Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen.
Tetapi pemeriksaan ini memerlukan latihan dan pengalaman
yang agak lama. Suatu penaksiran dianggap baik jika
kesalahannya tidak melebihi 10%.7
c. Perhitungan menurut Paulsson-Langstadt. Uterus dianggap
sebagai suatu benda yang terdiri dari bahan homogen berbentuk
elips jika letak janin memanjang. Volume tergantung dari
diameter transversa dan diameter longitudinal dari uterus, yang
diukur menggunakan jangka Baudeloque. Kemudian secara
empirik dibuat suatu grafik yang menggambarkan hubungan
berat badan dan jumlah kedua diameter itu. 7
d. Rumus Johnson-Toshack. Berdasarkan atas ukuran Mac
Donald, yaitu jarak antara simfisis pubis dan batas antara fundus
uteri melalui konveksitas abdomen: 7
BBJ = (MD-12) x 155 gram
BBJ = berat badan janin dalam gram
MD= ukuran Mac Donald dalam cm:
Kepala belum H III: (MD-13)
Kepala di HIII: (MD-12)
Kepala lewat H III: (MD-11)
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%
e. Dengan menggunakan ultrasonografi, ditentukan diameter
biparietalis janin.7
Kelainan posisi dan presentasi janin yang berhubungan dengan CPD,
antara lain: 1,5,6
Posisi Oksipitalis Posterior Persisten
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui
pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring,
sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan
melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang, atau kanan
belakang. Meskipun ubun-ubun kecil berada di kiri atau di kanan
belakang pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya
ke depan, yaitu bila kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul
mempunyai bentuk serta ukuran normal. Dalam keadaan fleksi, bagian
kepala yang pertama mencapai dasar panggul ialah oksiput. Oksiput
akan memutar ke depan karena dasar panggul dengan muskulus
levator ani-nya membentuk ruang yang lebih luas di depan, sehingga
memberikan tempat yang lebih sesuai bagi oksiput. Dengan demikian
keberadaan ubun-ubun kecil di belakang masih dapat dianggap
sebagai variasi persalinan biasa. Pada kurang dari 10% keadaan,
kadang-kadang ubun-ubun kecil tidak dapat berputar ke depan,
sehingga tetap di belakang. Keadaan ini dinamakan posisi oksiput
posterior persistens.
Dengan pelvimetri rontgenologik dapat diketahui bentuk panggul dan ukuran-
ukuran panggul. Ukuran-ukuran panggul yang perlu diketahui: 7
- Pintu atas panggul:
* Conjugata vera (CV) : 12 cm
* Diameter transversa (DT) : 13.5 cm
- Panggul Tengah:
* Diameter interspinarum : 10,5 cm
* Diameter anteroposterior (AP) : 11.5 cm
- Pintu bawah panggul:
* Diameter anteroposterior (AP) : 7,5 cm
* Diameter intertuberantia : 10,5 cm
Dengan ukuran-ukuran tersebut dapat diketahui daya akomodasi panggul (DA).
Daya akomodasi panggul adalah volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat
dilahirkan secara spontan dan normal melalui panggul. Daya ini dinyatakan dalam persen
atau gram BB. 7
Kapasitas pintu atas panggul:
CV x DT x 100% =……..X %
120
= ……….gr (untuk anak 4000 gr)
Kapasitas panggul tengah:
DI x AP x 100% =………….Y%
115
=…………..gr (untuk anak 4000gr)
Hubungan daya akomodasi dan taksiran berat janin:
a. Taksiran berat janin kurang dari daya akomodasi dikurangi 10%, disimpulkan
tidak ada CPD.
b. Bila taksiran berat janin berada diantara daya akomodasi dikurangi 10% degan
daya akomodasi ditambah 10%, kemungkinan ada CPD (diduga CPD).
c. Bila taksiran berat janin lebih dari daya akomodasi ditambah 10%, disimpulkan
ada CPD. 7
Kapasitas dari pelvis keseluruhan adalah angka yang terkecil dari keduanya. Daya
akomodasi pada kapasitas 100% adalah 4000 gram, sehingga daya akomodasi dari
panggul tersebut adalah kapasitas x 4000 gram. Koreksi dilakukan pada panggul jenis
android dan platipeloid, arsitektur tulang pelvis yang tidak normal seperti sakrum yang
dangkal dan menekuk ke depan. Diambil faktor koreksi 10% sehingga daya akomodasi
dikurangi 10%.7
2.1.1. Penatalaksanaan
Dewasa ini terdapat 2 tindakan utama untuk menangani persalinan pada CPD,
yakni seksio sesarea dan partus percobaan. Di samping itu kadang-kadang ada indikasi
untuk melakukan simfisiotonomia dan kraniotomia, akan tetapi simfisiotonomia jarang
sekali dilakukan di indonesia, sedangkan kraniotomia hanya dikerjakan pada janin mati. 1
Seksio Sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum persalinan
mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu. 1
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup
bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat CPD yang
nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada
faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan letak
janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa
infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain. 1
Seksio sesarea sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau
karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-
syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi. 1
Partus Percobaan
Partus percobaan adalah : Percobaan untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita
dengan panggul yang sempit relatif dan hanya dilakukan pada letak belakang kepala.
Jadi pada partus percobaan, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 7
- Sudah benar-benar in partu, yaitu pembukaan 2 jari dan his sudah
teratur
- His normal dan adekuat
- Serviks lunak
- Anak dalam letak kepala dan hidup
Pemeriksaan dilakukan antara 2-4 jam, dan pada saat ketuban pecah. 7
Dalam istilah inggris ada istilah 2 macam istilah persalinan percobaan
1. Trial of labor : adalah persalinan percobaan yang dilakukan dari mulai pembukaan 3
cm sampai lengkap atau sudah sampai di H III+
2. Test of labor : Sebetulnya merupakan fase terkhir dari trial of labor, karena test of
labor mulai dari pembukaan lengkap dan berakhir satu jam sesudahnya..
Kalo dalam 1 jam setelah pembukaan lengkap kepala turun sampai H III+ maka test of
labor dikatakan berhasil.
Indikasi partus percobaan :
1. Presentasi belakang kepala
2. Panggul sempit relatif
3. Tidak gawat janin
Kontra indikasi partus percobaan :
1. Panggul sempit absolut
2. Bayi besar
3. Gawat janin