Post on 23-May-2018
ANALISIS PELAYANAN ADMINISTRASI RW 6
KELURAHAN PENANGGUNGAN PASCA IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN “ONE WAY”
Disusun dalam rangka mengikuti kegiatan
penelitian kualitatif
Research Study Club
Oleh :
Kelompok 13
Anggota :
1. Cik Ida Kumalasari Amirudin (135030100111043)
2. Rizki Setyo Budi Utomo (145030100111033)
3. Andre Rhonaldo (145030200111004)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
i
LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN KUALITATIF
1. Judul Penelitian : Analisis Pelayanan Administrasi RW 6 Kelurahan
Penanggungan Pasca Kebijakan “One Way”
2. Nama Kelompok : Kipas (Kelompok 13)
3. Ketua Kelompok :
a. Nama Lengkap : Cik Ida Kumalasari Amirudin
b. NIM : 135030100111043
c. Jurusan : Ilmu Administrasi Publik
d. Alamat : Jalan MT. Haryono 9/333
e. No HP : 081654964111
4. Anggota Kelompok :
1) Rizky Setyo Budi Utomo
2) Andre Rhonaldo
Malang, 15 Desember 2014
Ketua RSC Ketua Kelompok
Guardian Muhammad Cik Ida Kumalasari ANIM. 115030200111078 NIM. 135030100111043
ii
RINGKASAN
Analisis Pelayanan Administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan Pasca
Implementasi Kebijakan “One Way”
Oleh : Cik Ida Kumalasari Amirudin, Rizky Setyo Budi Utomo, dan Andre
Rhonaldo
Mundurnya ketua RT dan RW di Kelurahan Penanggungan atas dasar
tindakan serempak penolakan jalan satu arah dengan menyerahkan stempel ke
Balai kota sebagai simbol bahwa 46 ketua RT dan 8 ketua RW di Kelurahan
Penanggungan telah mengundurkan diri dari jabatannya. Hal ini mengakibatkan
terganggunya pelayanan administrasi di Kelurahan Penanggungan karena tidak
adanya stempel dan surat pengantar dari RT-RW.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi Pelayanan
Administrasi di RW 6 Kelurahan Penanggungan Pasca Implementasi Kebijakan
‘One Way’.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer
dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Instrument penelitian yang digunakan yaitu interview guides, filed
notes, dan human instrument. Metode analisa dengan cara reduksi data, penyajian
data, serta menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa pelayanan administrasi
yang terganggu diantaranya KTP dan KK, sedangkan untuk yang lain misalnya
surat keterangan usaha, surat kelahiran, surat kematian, surat keterangan tidak
mampu, dan sebagainya sudah bisa diatasi oleh Pihak Kelurahan dengan
menggunakan surat pernyataan atau surat keterangan bermaterei 6.000 yang
menyatakan bahwa benar-benar warga Penanggungan yang ingin mengurus
administrasi sebagai pengganti surat pengantar dari RT-RW.
Kata Kunci : Pelayanan, Administrasi, Kelurahan Penanggungan
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga penelitian yang berjudul “Analisis Pelayanan Administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan Pasca Implementasi Kebijakan “One Way” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan tepat pada waktunya tanpa ada halangan apapun.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas Diklat RSC (Research Study Club) 2014. Selain itu, dalam penelitian ini diuraikan tentang kondisi dan proses Pelayanan Administrasi di Kelurahan Penanggungan Pasca Implementasi Kebijakan “One Way”.
Dengan penuh kesadaran peneliti mengakui bahwa dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas terselesaikannya penelitian ini tidak lupa peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Allah SWT karena telah memberikan penulis kemudahan dalam penelitian
ini sehingga dapat terselesaikan tanpa ada halangan apapun
2. Mentor Research Study Club (RSC) yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan dalam penelitian ini sehingga terselesaikan sesuai
dengan rencana
Dalam penelitian ini telah diusahakan semaksimal mungkin akan tetapi peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan sedikitnya pengalaman peneliti, maka dari itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang berguna dari semua pihak yang telah membaca penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan masyarakat pada umumnya.
Malang, 15 Desember 2014
Peneliti
iv
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL............................................................................................iHALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iiRINGKASAN.......................................................................................................iiiKATA PENGANTAR.........................................................................................ivDAFTAR ISI........................................................................................................v DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viDAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................63
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................11.1 Latar Belakang...........................................................................................11.2 Rumusan Masalah.....................................................................................21.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................21.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................32.1 Teori Pelayanan Publik..............................................................................32.2 Teori Administrasi.....................................................................................72.3 Implementasi Kebijakan............................................................................92.4 Perwal Nomor 35 Tahun 2013..................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................293.1 Jenis penelitian..........................................................................................293.2 Fokus Penelitian........................................................................................293.3 Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian......................................................303.4 Sumber Data..............................................................................................303.5 Pengumpulan Data.....................................................................................313.6 Instrumen Penelitian..................................................................................313.7 Analisis Data.............................................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................334.1 Gambaran Umum......................................................................................33
4.1.1 Kebijakan “One Way”………………………………………….. 334.1.2 Wilayah Kelurahan Penanggungan…………………………….. 404.1.3 Wilayah RW 6 Kelurahan Penanggungan……………………… 42
4.2 Penyajian Data...........................................................................................424.3 Kondisi pelayanan administrasi RW 6 kelurahan penanggungan pasca
implementasi kebijakan “one way”...........................................................504.4 Proses pelayanan administrasi RW 6 kelurahan penanggungan pasca
implementasi kebijakan “one way”...........................................................544.5 Keterbatasan Penelitian.............................................................................57
BAB V PENUTUP...............................................................................................58a. Kesimpulan................................................................................................58b. Saran..........................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................61LAMPIRAN.........................................................................................................63
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Balai Kota Malang...............................................................................33
Gambar 2. Peta Lalu Lintas Kota Malang.............................................................34
Gambar 3. Kemacetan di Lingkar Universitas Brawijaya Malang........................34
Gambar 4. Kebijakan One Way dan Kemacetan di Kota Malang.........................35
Gambar 5. Kemacetan di Jembatan Soekarno - Hatta Kota Malang.....................36
Gambar 6. Demo Masyarakat di Jalan Lingkar Universitas Brawijaya................37
Gambar 7. Bentuk Penolakan Masyarakat terhadap Kebijakan One Way............38
Gambar 8. Unjuk Rasa Masyarakat di Balai Kota................................................39
Gambar 9. Kantor Kecamatan Klojen...................................................................40
Gambar 10. Kelurahan Penanggungan..................................................................41
Gambar 11. Ruang Pelayanan Kelurahan Penanggungan.....................................42
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Malang adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang memiliki
banyak penduduk sekitar 820.243 (http://dispendukcapil.malangkota.go.id/).
Jumlah penduduk yang besar mengakibatkan meningkatnya jumlah kendaraan
yang juga menyebabkan kemacetan. Kemacetan merupakan salah satu masalah
yang ada di Kota Malang. Maka dari itu, Pemerintah Kota Malang mengeluarkan
sebuah kebijakan “One Way” (Jalan satu arah) guna mengurangi kemacetan.
Salah satu jalan yang diterapkan peraturan jalan satu arah ini adalah Jalan
Mayjend Panjaitan yang masuk dalam Kelurahan Penanggungan. Banyak pro dan
kontra atas dampak yang ditimbulkan dari peraturan jalan satu arah ini. Beberapa
dampak positif tersebut diantaranya adalah kemacetan berkurang, jalan lancar, dan
volume kendaraan dapat terurai. Tetapi juga terdampat dampak negatif dari
peraturan jalan satu arah ini antara lain banyak pengendara yang memacu
kendaraan dengan kecepatan tinggi sehingga banyak terjadi kecelakaan yang
menimbulkan korban dan pendapatan warga menurun.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, sebagian besar Warga
Kelurahan Penanggungan tidak setuju dengan kebijakan satu arah yang sehingga
warga melakukan demo, memblokir jalan, dan 46 Ketua RT dan 8 Ketua RW
mengundurkan diri dengan alasan solidaritas menolak kebijakan ini agar
dikembalikan lagi menjadi dua arah. Akibat dari pengunduran diri tersebut
pelayanan administrasi terhadap warga terhambat. Pelayanan administrasi
merupakan pelayanan yang utama dan vital dari sebuah pemerintahan.
Administrasi adalah seluruh proses dari berbagai kelompok dalam
menyelesaikan kepentingan masing-masing, baik skala kecil maupun skala besar
(Lernard D. White). Administrasi sangat berhubungan erat dengan masyarakat.
Dalam masyarakat, administrasi sangat diperlukan agar segala kegiatan
masyarakat dapat dikerjakan dengan lancar dan stabil. Administrasi yang
digunakan masyarakat adalah ketatausahaan, surat-menyurat, dan sebagainya. Hal
inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
2
Analisis Pelayanan Administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan Pasca
Kebijakan “One Way”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Bagaimana Pelayanan Administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan
Pasca Implementasi Kebijakan “One Way”?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis Pelayanan Administrasi di RW 6
Kelurahan Penanggungan Pasca Implementasi Kebijakan “One Way”
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai kondisi Pelayanan Administrasi di RW 6
Kelurahan Penanggungan Pasca Implementasi Kebijakan ‘One Way’.
b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara
tertulis maupun sebagai referensi mengenai kondisi Pelayanan
Administrasi di RW 6 Kelurahan Penanggungan Pasca Implementasi
Kebijakan ‘One Way’
2. Manfaat Teoritis
Beberapa manfaat secara teoretis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Fakultas Ilmu Administrasi, hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi studi/kajian
b. Salah satu manfaat penelitian ini yaitu memberikan sumbangsih
maupun rujukan referensi bagi para peneliti sejenis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pelayanan Publik
Pelayanan itu adalah proses dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia
sesuai dengan haknya. Kata “umum” dalam “pelayanan” menunjukkan
masyarakat, orang banyak, yang punya kepentingan, terjemahan dalam Bahasa
Inggris “public” kalau dihubungkan dengan kata pelayanan maka menjadi
pelayanan umum (public service) atau pelayanan publik. Moenir (1992) (dalam
Kurniawan 2005:7) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentigan
orang lain sesuai haknya.
Adapun pengertian pelayanan umum sebagaimana dikemukakan oleh
Saefullah (dalam Tony Carri 2009) Pelayanan umum (public service) adalah
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi warga negara
atau secara sah menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Arti pelayanan
publik atau pelayanan masyarakat tidak bisa terlepas dari masalah kepentingan
publik yang menjadi asal-usul kepentingan publik, dengan kata lain ada korelasi
antara kepentingan publik dengan pelayanan publik (masyarakat) pelayanan ini
berarti melayani suatu jasa yang dibutuhkan masyarakat dalam segala bidang.
Kegiatan melayani masyarakat merupakan salah satu tugas dan fungsi
administrasi Negara menurut Sianipar (2000:5) pelayanan diartikan “sebagai cara
melayani, membantu, menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan,
kebutuhan seseorang atau sekelompok orang”.
Menurut Bowen dan Schineider dalam Soesilo Zauhar (1994:3) untuk
mengetahui pengertian pelayanan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
administrasi dan manajemen, perlu terlebih dahulu mengetahui karakteristik dari
pelayanan itu sendiri bahwa pelayanan publik adalah suatu bentuk usaha
pelayanan sektor publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam bentuk
barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk memberikan
bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
4
Dengan semakin dinamisnya laju pembangunan sekarang ini, maka timbul
tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik, lebih cepat
dan tidak berbelit-belit. Namun instansi atau badan pemerintah serta aparaturnya
sebagai pihak yang bertanggungjawab akan seringkali kurang mampu
memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan, dimana menurut Moenir
(1995:41-44) bahwa pada dasarnya perwujudan pelayanan yang didambakan
masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan
yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadangkala dibuat-buat
2. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa adanya gerutu, sindiran, atau
untaian kata lain semacam itu yang nadanya mengarah pada permintaan
sesuatu, baik dengan alasan untuk dinas atau alasan untuk kesejahteraan
3. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan
yang sama, tertib dan tidak pandang bulu
4. Pelayanan yang jujur dan terus terang, artinya apabila ada hambatan
karena adanya suatu masalah yang tidak bisa dielakkan hendak
diberitahukan, sehingga orang tidak menunggu sesuatu yang tidak
menentu
Mengutip dari pendapat Susilo Bambang Yudoyono, Mantan Presiden
Republik Indonesia di Istana Negara mengingatkan bahwa : “jajaran pemerintahan
terutama yang bertugas di garis terdepan bidang pelayanan masyarakat agar tidak
mempersulit proses pelayanan terhadap rakyat, karena pemerintahan yang baik
(good governance) hanya akan terwujud bila pelayanan itu murah, mudah dan
cepat”.
Untuk dapat menilai sejauh mana kualitas pelayanan publik yang
diberikan oleh aparatur pemerintah, perlu adanya kriteria yang menunjukkan
apakah suatu pelayanan publik yang diberikan dapat dikatakan baik atau buruk.
Zeithml (1990) (dalam Kurniawan 2005:52-53) mengemukakan bahwa dalam
mendukung hal tersebut, ada sepuluh dimensi yang harus diperhatikan dalam
melihat tolak ukur kualitas pelayanan publik, yaitu :
a. Tangiable, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan komunikasi
5
b. Realiable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam, menciptakan
pelayanan yang dijanjikan dengan tepat
c. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggungjawab
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
d. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan
yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanannya.
e. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap
keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.
f. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan
masyarakat
g. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai bahaya
dan resiko
h. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan
i. Communication, kemauan pemberi pelayanan untuk mendngarkan suara,
keinginan, atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu
menyampaikan informasi baru kepada masyarakat
j. Understanding the costumer, melakukan segala usaha untuk mengetahui
kebutuhan pelanggan
Meningkatkan kualitas jasa atau pelayanan adalah bagian penting dari
pelayanan itu sendiri karena pengguna jasa atau konsumen bisa menilai baik
tidaknya pelayanan dari kualitas tersebut. Masyarakat kemudian akan
menyematkan citra pelayanan apakah memuaskan atau tidak terhadap pelayanan
yang telah diberikan oleh para penyedia layanan. Banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan publik antara lain
yaitu :
a. Peningkatan kualitas pegawai
Dengan terdapatnya pegawai yang berkualitas , akan mendukung pula
pelaksanaan tugas pelayanan di instansi atau perusahaan mereka. Siagian
(1997) (dalam Kurniawan 2005:77) memberikan tujuh kriteria manfaat
yang dapat dipetik dari adanya pengembangan sumber daya manusia,
sebagai upaya peningkatan kualitas pegawai antara lain :
6
1) Peningkatan produktivitas kerja dalam organisasi
2) Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan
3) Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat
4) Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi
5) Mendorong sikap keterbukaan manajemen
6) Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif
7) Penyelesaian konflik secara fungsional
b. Standar Kualitas Pelayanan Publik
Pentingnya kedudukan kualitas pelayanan publik ini dituangkan dalam
Instruksi Presiden No.1 Tahun 1995 tentang Peningkatan Kualitas
Pelayanan Aparatur Pemerintah. Dengan perbaikan dan peningkatan
kualitas pelayanan inilah maka masyarakat yang merasa kebutuhannya
terpenuhi dengan memuaskan akan memebrikan kepercayaan dan
partisipasinya untuk organisasi atau instansi publik yang bersangkutan.
Dalam konteks ini pelayanan publik lebih dititik beratkan bagaimana
elemen-elemen administrasi publik seperti policy making, desain
organisasi, dan proses manajemen dimanfaatkan untuk mensukseskan
pemberian pelayanan publik, dimana pemerintah merupakan pihak
provider yang diberi tanggungjawab. Dan pada akhirnya loyalitas yang
terbangun akan memunculkan semangat publik yang merupakan
pendukung potensial bagi keberhasilan pencapaian tujuan dan cita-cita
nasional.
c. Strategi Kualitas Jasa atau Layanan
Menurut Bryson (1995) (dalam Kurniawan 2005:30) strategi adalah cara
untuk membantu organisasi mengatasi lingkungan yang selalu berubah
serta membantu organisasi untuk memecahkan masalah terpenting yang
mereka hadapi. Dengan strategi, organisasi dapat membangun kekuatan
dan mengambil peluang, sembari mengatasi dan meminimalkan
kelemahan dan ancaman dari luar.
d. Penilaian Kinerja
Penilaian terhadap kinerja sebuah organisasi publik mampu mengevaluasi
seberapa besarkah kemajuan yang terjadi dalam upaya-upaya
7
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pembicaraan mengenai
kinerja tidak lepas dari penilaian atas kualitas pengelolaan dan kualitas
pelaksanaan tugas atau operasi organisasi. Bila dikaji dari tujuan dan misi
utama dari sebuah organisasi publik maka keberhasilan dapat diukur
dengan tercapainya tujuan dan misi dari organisasi tersebut.
2.2 Teori Administrasi
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu
kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dapat dicakup dengan suatu istilah,
yaitu administrasi yang dalam bahasa inggris disebut “Administration”, perkataan
“Administration” berasal dari bahasa latin ad + ministrate, suatu kata kerja yang
berarti melayani, membantu, menunjang, atau memenuhi. Dari perkataan itu
terjadi kata benda “Administratio” dan kata sifat “Administrativus”
Rangkaian kegiatan yang digolongkan sebagai administrasi mencakup :
a. Dilakukan sekelompok orang (2 orang atau lebih)
b. Berlangsung dalam suatu kerjasama
c. Dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Tiga faktor inilah yang merupakan tanda pengenal atau ciri khas dari
administrasi, jika faktor-faktor tersebut disingkat maka hal tersebut berupa
sekelompok orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Tetapi hakikat administrasi ini
belum memberikan gambaran selengkap mengenai isi rangkaian kegiatan tersebut.
Administrasi merupakan rangkaian kegiatan yang bersifat kebijaksanaan,
merencanakan, memutuskan, menyusun, mengatur, memimpin, mengurus,
mengarahkan, membimbing, menyelaraskan, mengendalikan, mengawasi,
menyempurnakan, dan kegiatan-kegiatan lain semacam itu. Untuk lebih
ringkasnya kegiatan tersebut dapat dicakup dalam satu istilah, yaitu menata. Kata
menata berasal dari bahasa jawa kuno “tata atau nata” dan bahasa sansekerta
“tatha” yang dapat mengandung arti mengatur, mengurus, menyusun, dan
sebagainya. Raja-raja Indonesia pada jaman dahulu yang merupakan pejabat yang
membuat kebijaksanaan, merencanakan, mengurus, memimpin, mengarahkan,
membimbing, menyelaraskan, mengendalikan, mengawasi, menyempurnakan, dan
kegiatan-kegiatan lain terhadap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan negara
8
sebagai suatu bentuk usaha bersama manusia mempunyai gelar Sang Nata.
Sehingga, dapat ditegaskan bahwa, baik dari segi bahasa maupun dari segi
kenyataan tidak salah apabila dinyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam pengertian administrasi adalah rangkaian kegiatan penataan.
Tujuan yang hendak dicapai dan sifat sesuatu kerjasama dapat berbeda-
beda, demikian juga jumlah dan susunan orang-orang yang berkerjasama tersebut
dapat berbeda-beda juga. Selanjutnya usaha yang dilakukan dapat berlangsung
pada waktu dan tempat yang berlainan. Tetapi pada kerjasama yang dilakukan
oleh sekelompok orang pasti terdapat rangkaian kegiatan penataan yang menuju
kearah tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Rangkaian kegiatan penataan
sebagai suatu kebulatan kini biasanya dibebankan kepada seseorang atau beberapa
pelaku tertentu yang dinamakan pejabat tertentu sehingga kemudian menjadi
fungsi. Fungsi adalah sekelompok kegiatan yang tergolong dalam jenis yang sama
berdasarkan sifatnya, pelaksanaanya, ataupun suatu pertimbangan lainnya
Dari penjelasan di atas dapat di definisikan bahwa administrasi merupakan
rangkaian kegiatan penataan saja, bukan merupakan rangkaian kegiatan pekerjaan
substantif yang langsung berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Administrasi merupakan rangkaian kegiatan penataan yang menunjang rangkaian
kegiatan pekerjaan substantif yang merupakan pekerjaan pokok. Kelompok
pekerjaan yang dilakukan dengan rangkaian kegiatan pekerjaan substantif
dinamakan pekerjaan pokok atau pekerjaan induk. Di dalam praktek tidak akan
ada administrasi apabila tidak ada pekerjaan pokok atau pekerjaan induk. Dengan
demikian proses administrasi selalu berkaitan dengan pekerjaan pokok. Misalnya
pemerintah akan membangun jalan baru, maka sebelum kegiatan pokok dilakukan
yang antara lain berupa penelitian, pengukuran, pengembangan hutan, perataan
tanah, pemasangan baru, dan pengaspalan, lebih dahulu dilakukan pembentukan
organisasi, menyusun rencana, anggaran kontrak, menyiapkan peralatan,
memberitakan di surat kabar dan setelah jalan jadi masih dilakukan pengontrolan
dan laporan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka dapat disusun
batasan administrasi sebagai berikut: Administrasi adalah segenap rangkaian
kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok
9
orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Apabila administasi sebagai
suatu konsep diteliti, maka selain bermacam-macam pekerjaan pokok yang
dilakukan masing-masing orang bagi tercapainya tujuan, terlihat pula adanya
unsur umum, yaitu unsur yang terdapat dalam kerjasama apapun tujuan dan corak
kerjasama itu. Unsur umum yang terdapat di dalam rangkaian kegiatan penataan
yang dinamakan administrasi menurut pendapat kami ada 8 macam yang
merupakan sub konsep administrasi yaitu :
1) Organisasi
2) Manajemen
3) Komunikasi
4) Informasi
5) Personalia
6) Finansia
7) Material
8) Relasi Publik
Masing-masing subkonsep tersebut bersifat statis, sedangkan dalam
kenyataan di tempat kerja yang di dalamnya sedang berlangsung rangkaian
kegiatan penataan akan terlihat adanya unsur umum sebagai suatu proses yang
bersifat dinamis sebanyak 8 macam. Dan terdapat 8 macam unsur umum
sebagai suatu proses yang bersifat dinamis tersebut adalah :
1) Tata keragaan
2) Tata pimpinan
3) Tata hubungan
4) Tata keterangan
5) Tata kepegawaian
6) Tata keuangan
7) Tata perbekalan
8) Tata humas
2.3 Implementasi Kebijakan
Istilah kebijakan (policy) seringkali penggunaannya saling dipertukarkan
dengan istilah istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan undang
undang, ketentuan ketentuan, usulan usulan dan rancangan rancangan besar.
Kebijakan (policy) diberi arti yang bermacam macam, Harold D. Lasswell dan
Abraham Kaplan (dalam Islamy:1984) memberi arti kebijakan sebagai: “a
projected of goals value and practices” (suatu program pencapaian tujuan, nilai
nilai dan praktek prektek yang terarah).
Amara Raksasataya mengemukakan kebijakan sebagai suatu taktik dan
strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu kebijakan memuat
tiga elemen yaitu :
10
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
dari taktik atau strategi
Kebijakan publik adalah kebijakan yang menyangkut masyarakat umum.
Kebijakan publik ini adalah bagian dari keputusan politik. Keputusan politik itu
sendiri adalah keputusan yang mengikat pilihan terbaik dari berbagai bentuk
alternatif mengenai urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintah
(Surbakti,1984).
Suatu keputusan kebijakan belum menimbulkan akibat tertentu dalam
masyarakat sebelum keputusan itu dilaksanakan. Sementara suatu keputusan dapat
secara otomatis terlaksana. Pembuatan keputusan kebijakan dan implementasi
kebijakan tidaklah terjadi secara berurutan. Artinya proses kedua belum tentu
dimulai ketika proses pertama selesai. Selesai proses implementasi berlangsung,
proses pembuatan kebijakan terjadi. Ada 4 hal yang perlu dibicarakan lebih rinci
dalam proses implementasi ini yaitu penyalahgunaan sumber, pelibatan
orang/kelompok dalam implementasi, interpretasi, manajemen program, dan
penyediaan layanan dan manfaat pada publik.
Pelaksana kebijakan melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh
pembuat kebijakan. Keputusan yang dibuat, misalnya dalam bentuk Undang-
undang atau Peraturan Pemerintah, seringkali masih umum sifatnya, sehingga
ketika aparat pelaksana dihadapkan pada persoalan-persoalan khusus di lapangan,
ia/mereka harus melakukan interpretasi terhadap UU/PP yang berlaku. Aparat
pelaksana dalam hal ini mempunyai keleluasaan untuk melakukan interpretasi
secara otonom.
Kebijakan dilaksanakan secara kelembagaan oleh lembaga birokrasi
dengan stuktur dan distribusi fungsi yang jelas. Kebijakan paling tidak
dilaksanakan oleh satu lembaga pelaksana, dan dalam banyak kasus dilaksanakan
oleh lebih dari satu ulama. Karena itu manajemen program merupakan persoalan
11
penting dalam implementasi program. Lembaga mana yang paling bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan suatu program, lembaga mana yang perlu dilibatkan,
strategi kepemimpinan apa yang perlu dipakai, bagaimana melakukan
perencanaan, perorganisasian, koordinasi, dan kontrol, bentuk insentif dan disentif
apa yang perlu diberikan kepada aparat pelaksana dan sasaran kebijakan, sehingga
program berlangsung secara efektif dan efisien. Secara umum tujuan dari
kebijakan dilakukan untuk mengatasi masalah publik atau meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Kebanyakan dari kita seringkali beranggapan bahwa jika suatu ketika
pemerintah membuat kebijaksanaan Negara tertentu mkaa kebijaksanaan tersebut
dengan sendirinya akan dapat dilaksanakan dan hasil-hasilnya akan mendekati
seperti yang diharapkan oleh pembuat kebijaksanaan tersebut. Namun
kepustakaan metakhir dan penelitian dalam bidang implementasi/pelaksanaan
kebijaksanaan dan pelaksanaan program-program pembangunan telah berhasil
dengan gemilang membeberkan berbagai hambatan terutama dalam pelaksanaan
beberapa jenis kebijaksanaan Negara tertentu.
Perlu kiranya kita sadari bahwa mempelajari masalah implementasi
kebijaksanaan berarti berusaha untuk memahami “apa yang senyatanya terjadi,
sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa dan
kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijaksanaan Negara, baik itu
menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha
untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa”
(Muzmanian dan Sabatier, 1986, hal. 4). Oleh karena itu guna memperoleh
pemahaman yang baik mengenai implementasi kebijaksanaan Negara kita jangan
hanya menyoroti perilaku dari lembaga-lembaga administrasi atau badan-badan
yang bertanggungjawab atas suatu program berikut pelaksanaannya terhadap
kelompok-kelompok sasaran (target groups), tetapi juga perlu memperhatikan
secara cermat berbagai jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang
langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak
yang terlibat dalam program, dan yang pada akhirnya membawa dampak (yang
diharapkan maupun tidak) terhadap program tersebut.
12
Secara garis besar kita dapat mengatakan bahwa fungsi implementasi itu
ialah membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun
sasaran kebijaksanaan Negara diwujudkan sebagai “outcome” (hasil akhir)
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab itu fungsi implementasi
mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijaksanaan Negara yang
biasanya terdiri dari cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang dirancang/ didesain
secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-
sasaran yang dikehendaki.
Proses implementasi kebijaksanaan hanya dapat dimulai apabila tujuan-
tujuan dan sasaran-sasaran yang semual bersifat umum telah diperinci, program-
program aksi telah dirancang dan sejumlah dana/biaya telah dialokasikan untuk
meweujudkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran tersebut. Inilah syarat-syarat
pokok bagi implementasi kebijaksanaan Negara apapun (Grindle, 1980, hal. 7).
2.4 Perwal Nomor 35 Tahun 2013
SALINAN
NOMOR 35, 201 3
PERATURAN WALIKOTA MALANG
NOMOR 35 TAHUN 201 3
TENTANG
REKAYASA LALU LINTAS DI KAWASAN
JALAN SUMBERSARI - JALAN GAJAYANA - JALAN MT. HARYONO -
JALAN DI. PANJAITAN JALAN – BOGOR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MALANG,
13
Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kota Malang telah melakukan kajian terhadap
kelayakan jembatan Soekarno Hatta sisi sebelah timur sehingga
perlu melakukan rekayasa lalu lintas di jembatan tersebut
supaya tidak menimbulkan percepatan masa usia jembatan
tersebut dan menyelesaikan kemacetan di kawasan Universitas
Brawijaya;
b. bahwa dalam rangka memberikan pengayoman, perlindungan
dan pelayanan kepada masyarakat pengguna jalan melalui
optimalisasi fungsi jalan guna meningkatkan kelancaran dan
memperpanjang usia jembatan, perlu melakukan rekayasa lalu
lintas di kawasan Universitas Brawijaya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota
tentang Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Jalan Sumbersari -
Jalan Gajayana - Jalan MT. Haryono - Jalan DI. Panjaitan -
Jalan Bogor;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah - daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa
Timur, 195 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954
Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 551);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
14
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1987 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang dan
Kabupaten Daerah Tingkat II Malang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3354);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana
dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3529);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
15
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Manajemen Rekayasa, Analisa Dampak serta Manajemen
Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5229);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5221);
13. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan;
14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 1993
tentang Marka Jalan;
15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 Tahun 1993
tentang Rambu-rambu Lalu Lintas di Jalan sebagaimana telah
diubah kedua kalinya dengan Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 60 Tahun 2006;
16. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 20/PRT/M/2010
tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian
Jalan;
17. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2008 Nomor 1
Ser i E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 57).
16
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG REKAYASA LALU
LINTAS DI KAWASAN JALAN SUMBERSARI - JALAN
GAJAYANA - JALAN MT. HARYONO - JALAN DI.
PANJAITAN - JALAN BOGOR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota malang
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Malang
3. Walikota Malang Walikota Malang
4. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kota Malang
5. Kepala Dinas Perhubungan adalah Kepala Dinas Perhubungan Kota
Malang
6. Kepolisian Resort Malang Kota yang selanjutnya disebut Polres Malang
Kota adalah Kepolisian negara republik Indonesia Daerah Jawa Timur
Resort Malang Kota
7. Satuan Lalu Lintas yang selanjutnya disebut SatLantas adalah Satuan Lalu
Lintas Resort Malang Kota
8. Kepala Satuan Lalu Lintas yang selanjutnya disebut KasatLantas adalah
Kepala Satuan Lalu Lintas Resort Malang Kota
9. Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya disebut FLLAJ
adalah Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Malang
10. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapan nya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada
yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan/atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel
dan jalan kabel
11. Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu lintas
17
12. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor
13. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel
14. Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang Lalu lintas jalan.
15. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah kendaraan, orang dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas
pendukungnya
16. Perlengkapan Jalan adalah alat dalam bentuk tertentu yang memuat
lambang, huruf, angka, kalimat dan perpaduan diantaranya yang
digunakan untuk member ikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk
bagi pemakai jalan yang dapat berupa rambu-rambu, marka jalan, alat
pemberi isyarat lalu lintas
17. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran
18. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa
lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai
peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi Pengguna Jalan
19. Marka Jalan adalah suatu benda yang berada dipermukaan jalan yang
meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis
melintang, garis serong serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan
arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas
20. Alat Pemberi Isyarat Lampu Lalu Lintas yang selanjutnya disebut APILL
adalah perangkat elektronik yang gunakan isyarat lampu yang dilengkapi
dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang dan/atau
kendaraan dipersimpangan atau pada ruas jalan
21. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian usaha dan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengedaan, pemasangan, pengaturan
dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan,
mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran Lalu Lintas.
18
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud dilakukannya rekayasa lalu lintas sebagai tindakan offensive operasional
dibidang lalu lintas dalam rangka memberikan pengayoman, perlindungan dan
pelayanan kepada masyarakat pengguna jalan melalui optimalisasi fungsi jalan
guna meningkatkan kelancaran lalu lintas, mengurai dan mengatasi kemacetan di
kawasan tersebut.
Pasal 3
Rekayasa Lalu Lintas diselenggarakan dengan tujuan :
1. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat,
tertib, lancar dan terpadu
2. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat
3. Mengurangi atau menekan seminimal mungkin kemacetan/kesemrawutan
pada kawasan universitas Brawijaya
4. Mengoptimalkan fungsi jalan
5. Dapat memberikan nuansa positif sehingga manfaat rekayasa lalu lintas
dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang Lingkup Peraturan Walikota ini yaitu pembinaan dan penyelenggaraan lalu
lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib dan lancar melalui :
1. Kegiatan gerak pindah kendaraan, orang dan/atau barang di jalan
2. Kegiatan yang menggunakan sarana, pra sarana dan fasilitas pedukung lalu
lintas dan angkutan jalan.
19
BAB IV
PELAKSANAAN
Pasal 5
Kawasan Universitas Brawijaya yang dilakukan rekayasa lalu lintas, sebagai
berikut :
- Dari arah barat Jalan MT. Haryono persimpangan Dinoyo daging satu arah
sampai dengan persimpangan bunderan jalan Bandung
- Dari arah barat Jalan MT. Haryono persimpangan Dinoyo daging satu arah
sampai dengan pertigaan Jalan Bogor bisa belok kanan
- Dari arah barat jalan MT. Haryono diperbolehkan belok kearah kiri
menuju Jalan Soekarno Hatta
- Dari Jalan Bogor satu arah dari sebelah Utara sampai dengan simpang
Jalan Bogor Veteran
- Dari Jalan Bogor bisa belok kiri kearah jalan Bandung atau lurus ke Jalan
Simpang Bogor atau belok kanan kearah jalan Veteran mengikuti APILL
- Persimpangan IT Jalan Sumbersari dan Gajayana menjadi satu arah dari
arah selatan menuju utara sampai persimpangan Dinoyo daging
- Untuk angkutan kota dari Jalan Bogor belok kiri kearah Jalan DI.
Panjaitan sampai dengan Jalan MT. Haryono Persimpangan Dinoyo
- daging diperbolehkan belok kiri ke Jalan Gajayana dengan disediakan
lanjur khusus dalam marka kuning
- Untuk angkotan kota dari Jalan MT. Haryono boleh belok ke kanan ke
arah Jalan Gajayana dan Jalan Sumbersari mengikuti APILL.
Bagian Kedua
Petugas Pelaksana Rekayasa Lalu Lintas
Pasal 6
(1) Kawasan Universitas Brawijaya yang dilakukan rekayasa lalu lintas,
instansi yang dilibatkan yaitu :
a. Dinas Perhubungan
b. Satpol PP
c. Polres Malang Kota
20
d. Polisi Militer
e. Pomal
f. Kodim.
(2) Tanggung jawab pelaksanaan sehari-hari oleh Kepala Dinas Perhubungan
dan Kasat Lantas
(3) Instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas sesuai dengan
Tugas Pokok dan Fungsi masing masing instansi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Pasal 7
Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilakukan dengan cara :
1. melengkapi kelengkapan jalan (rambu-rambu, marka dan isyarat lalu
lintas) dan bagian jalan (trotoar, bahu jalan, lokasi parkir, tempat
penyeberangan, pemberhentian angkutan umum) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan
2. menginventarisasi kebutuhan kelengkapan jalan dan bagian jalan yang
belum ada di Kawasan Universitas Brawijaya
3. melakukan koordinasi dengan instansi terkait melalui FLLAJ dalam
rangka merumuskan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan
Universitas Brawijaya.
Bagian Keempat
Pengaturan Pengendalian Lalu Lintas
Pasal 8
(1) Pengaturan pengendalian lalu lintas dilakukan dengan cara
mengintensifkan kegiatan patroli terutama penjagaan dititik-titik rawan
kemacetan lalu lintas baik dengan kendaraan maupun berjalan kaki sesuai
dengan situasi dan kondisi
(2) Kegiatan patroli sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kegiatan :
a. Penertiban pengguna jalan
21
b. Pengawasan terhadap berfungsinya sarana/pra sarana atau kelengkapan
jalan beserta bagian jalan
c. Deteksi dini dan pencatatan terhadap masalah-masalah yang terjadi
d. Pelayanan masyarakat
e. Penindakan pelanggaran secara proaktif.
Bagian Kelima
Penegakan Hukum
Pasal 9
(1) Kegiatan penegakan hukum di Kawasan Universitas Brawijaya dilakukan
dengan cara :
a. Teguran tertulis
b. Penindakan.
(2) Kegiatan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
merupakan tindakan petugas yang bersifat mengatur, menegur, memberi
peringatan dan petunjuk dengan pola penindakan simpatik.
(3) Kegiatan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
merupakan tindakan petugas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan melalui proses peradilan dengan sarana penegakan hukum tilang
dengan ketentuan tidak menggunakan table uang titipan, sanksi hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 10
(1) Pengawasan dan pengendalian terhadap ketentuan dalam Peraturan
Walikota ini secara teknis dan operasional dilaksanakan Kepala Dinas
Perhubungan dan Kasat Lantas
(2) Petugas wajib menyampaikan laporan mingguan dan laporan bulanan
hasil pelaksanaan tugas kepada Pimpinan masing-masing instansi
(3) Materi laporan mingguan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
merupakan kegiatan yang dulaksanakan oleh Petugas secara harian
22
(4) Materi Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan
rekapitulasi hasil kegiatan mingguan yang disertai analisa bulanan.
BAB VI
ANALISA DAN EVALUASI
Pasal 11
(1) Kegiatan analisa dan evaluasi pelaksanaan perubahan jalur di Kawasan
Universitas Brawijaya dilaksanakan oleh FLLAJ dalam acara rapat
koordinasi bulanan traffic board
(2) Materi analisa dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi hasil palaksanaan uji coba jalur satu arah dalam bentuk laporan
pelanggaran, kecelakaan lalu lintas dan ketertiban/kelancaran lalu lintas.
BAB VII
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 12
Setiap orang yang melintas di Kawasan Universitas Brawijaya wajib :
1. mematuhi aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu-
rambu Lalu Lintas, APILL, Marka Jalan, Gerakan Lalu Lintas
2. bagi pengemudi yang mengemudikan kendaraan bermotor menggunakan
lajur paling kiri, kecuali saat akan mendahului atau mengubah arah
3. bagi pengemudi kendaraan bermotor membawa perlengkapan Surat Izin
Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan atau Surat Tanda Coba
Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang
ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia
4. mengemudikan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion,
klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul
cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot dan kendalaman alur ban
23
5. mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dijalan yang
memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu
utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu
gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat
pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper,
penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca
6. bagi pengemudi yang mengemudikan mobil penumpang umum, mobil bus,
mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan dengan dilengkapi
surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji berkala
7. bagi pengemudi yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum
berhenti pada tempat yang telah ditentukan
8. bagi pejalan kaki berjalan dan menyeberang menggunakan jalur pejalan
kaki contoh trotoar atau nontrotoar, jembatan penyeberang orang dan
zebra cross
9. mematuhi ketentuan lain sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Larangan
Pasal 13
Setiap orang yang melintas di Kawasan Universitas Brawijaya dilarang :
a. mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara berbalapan
b. mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan
melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang
mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan
c. mengemudikan kendaraan bermotor melanggar aturan batas kecepatan
paling tinggi atau paling rendah
d. bagi pengemudi kendaraan bermotor umum menurunkan penumpang
selain ditempat pemberhentian, mengetem atau melewati jaringan jalan
selain yang ditentukan dalam izin trayek
e. mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara atau keadaan yang dapat
membahayakan bagi nyawa atau barang.
24
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Malang.
Ditetapkan di Malang
pada tanggal 1 November 2013
WALIKOTA MALANG,
ttd.
H. MOCH. ANTON
Diundangkan di Malang
pada tanggal 1 November 2013 Salinan sesuai aslinya
SEKRETARIS DAERAH, PJ KEPALA BAGIAN HUKUM,
ttd.
Dr. Drs. H. SHOFWAN, SH, M.Si TABRANI, SH, M.Hum.
Pembina Utama Madya Penata Tk.I
NIP. 19580415 198403 1 012 NIP. 19650302 199003 1 019
BERITA DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 NOMOR 35
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dilihat dari tujuan yang dikaitkan dengan topik yang diteliti, maka jenis
penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif
adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran
lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti antara fenomena yang diuji (Sukmadinata, 2006). Pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu Data yang muncul
berwujud kata-kata dan bukan rang kaian angka. Data itu mungkin telah
dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokurnen,
pita rekaman), dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan
(melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis
kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang
diperluas (Miles dan Hubberman).
3.2 Fokus Penelitian
Pusat perhatian dimaksudkan untuk memberikan batasan masalah yang
akan diteliti, sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian, dan juga bertujuan
untuk membatasi masalah yang diteliti agar tidak melebar dan pengumpulan data
akan dapat dilakukan secara tepat. Penelitian ini difokuskan kepada :
1. Analisis Pelayanan Administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan Pasca
Implementasi Kebijakan ‘One Way’
a. Kondisi Pelayanan Administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan
pasca Implementasi Kebijakan “one way”
b. Proses Pelayanan Administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan pasca
Implementasi Kebijakan “one way”
26
3.3 Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat penulis mengambil sumber informasi.
Lokasi penelitian yang diambil adalah Kelurahan Penanggungan, dimana lebih
spesifik lokasi penelitiannya berada di RW 6 dengan alasan mempermudah
peneliti karena banyak jaringan penliti di RW 6 sehingga memudahkan untuk
melakukan penelitian.
3.4 Sumber Data
Sumber data adalah alat yang menjadi sumber informasi baik perorangan
maupun kelompok yang dapat dijadikan sumber, karena dianggap lebih tahu dan
lebih menguasai bidang permasalahan yang berhubungan erat dengan pelaksaan
suatu kegiatan. Cara pengumpulan data dalam suatu penelitian ada dua jenis
sumber data, yaitu :
1. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa opini subyek atau
orang secara individual maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu
benda atau fisik, kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer
tersebut dapat diperoleh melalui sumber informan yang berhubungan
dengan fokus penelitian yang meliputi Kelurahan, dan Pelayanan
Administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan Pasca Implementasi
Kebijakan ‘One Way’
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang terlebih dahulu ditelusuri dan dilaporkan
oleh orang lain di luar peneliti (melalui perantara). Data ini tidak secara
langsung berhubungan dengan informan yang diteliti serta merupakan data
pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Data sekunder meliputi
dokumen-dokumen, arsip-arsip, catatan-catatan dan laporan resmi yang
berkaitan dengan penelitian ini seperti data-data pendukung.
27
3.5 Pengumpulan Data
Tata cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data menggunakan dua
teknik, yaitu :
1. Interview atau Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam metode survei yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada responden atau subyek
penelitian.
2. Observasi
Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang),
obyek (benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan
atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Pedoman Wawancara semi terstuktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, peneliti setengah mengetahui jawaban dari informan
apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara
penulis telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan tertulis
yang didalamnya berisi ide pokok pertanyaan. Wawancara terstuktur ini
dimaksudkan agar setiap responden mendapat pertanyaan yang sama dan
ada juga yang berbeda.
2. Pedoman Observasi
Yaitu instrument yang digunakan untuk mengetahui kondisi sarana dan
prasarana, suasana aktivitas serta lingkungan yang mengarah pada nilai-
nilai tertentu.
3. Dokumentasi
Yaitu terdiri dari garis besar data yang diperlukan seperti kamera.
4. Buku Catatan
Digunakan oleh peneliti untuk mencatat apa yang didengar, diamati, dan
yang dialami pada saat observasi di lapangan.
28
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisa dengan memakai
pendekatan Miles and Huberman dengan tujuan untuk meringkas atau
menyederhanakan data agar lebih berarti dan dapat diinterpretasikan, sehingga
permasalahan dapat dipecahkan, analisa yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa deskriptif.
Alur kegiatan dalam kualitatif meliputi :
1. Reduksi Data
Merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada banyaknya
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari
catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian Data
Adalah transformasi data dikumpulkan dan dianalisis, maka dapat ditarik
kesimpulan, namun kesimpulan akhir itu tidak muncul sampai
pengumpulan data berakhir, oleh karena itu kesimpulan tersebut
diverivikasi.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama
berada di lapangan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut lalu diverifikasi
selama penelitian berlangsung, dengan cara memikir ulang selama
penelitian, tinjauan ulang catatan lapangan, dan upaya-upaya yang luas
untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang
lain.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Kebijakan “One Way”
Kota Malang adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kota ini terletak 90 km di sebelah selatan Kota Surabaya. Malang
merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan
dikenal dengan julukan kota pelajar. Setiap tahunnya kota ini selalu
kedatangan puluhan ribu pendatang baru, baik itu dari kalangan
mahasiswa baru maupun masyarakat biasa yang merantau. Kota dengan
luas wilayah 110,06 km² yang notabennya tidak terlalu luas ini menjadi
semakin padat. Pada tahun 2010, kepadatan penduduk di kota ini mencapai
angka 6.171.
Gambar 1. Balai Kota Malang
Di bidang transportasi, aktivitas mobilitas penduduk mengakibatkan
kemacetan. Kemacetan tersebut kini dianggap sebagai pemandangan
sangat biasa yang terjadi di kota ini. Pemerintah berupaya menangani
masalah kemacetan ini dengan menerapkan kebijakan jalur satu arah atau
kebijakan “one way”. Penerapan dilakukan pada blok Universitas
Brawijaya, Jalan M.T Haryono (kawasan Dinoyo) yang mengarah ke timur
bersambungan dengan Jalan Mayjen Panjaitan. Dari Jalan Mayjen
Panjaitan belok kanan ke Jalan Bogor yang berujung di perempatan Jalan
Bandung yang baru dibangun, untuk memisah ke kiri menuju kota & ke
kanan menuju Jalan Veteran. Dari Jalan Veteran terus ke barat, bertemu di
30
perempatan ITN (Institut Teknologi Nasional), lalu belok kanan menyatu
dengan Jalan Gajayana (wilayah Sumbersari).
Gambar 2. Peta Lalu Lintas Kota Malang
Gambar 3. Kemacetan di Lingkar Universitas Brawijaya Kota Malang
Kasus lalu lintas di Kota Malang, memang sangat pelik. Menjadi
kota pendidikan menuntut banyak fasilitas yang harus disediakan,
terutama jalan. Tidak hanya sekedar orang Malang saja yang
menggunakan fasilitas tersebut, tapi dari berbagai macam daerah,
kabupaten, dan provinsi. Jika setiap mahasiswa yang kuliah di Kota
Malang membawa sepeda motor/mobil, maka pertumbuhan sepeda motor
31
dan mobil pun akan sangat banyak sekali setiap tahunnya. Melihat
kemacetan yng sering terjadi kawasan tersebut membuat pertimbangan
walikota malang untuk menerapkan sistem one way (satu arah) di
kawasan-kawasan tersebut yaitu di jalan Mayjend Panjaitan – Bogor –
Veteran - Gajayana, selatan, timur, dan barat. Antrean paling panjang tentu
dari arah utara yang memang banyak lembaga pendidikan di sana.
Gambar 4. Kebijakan One Way dan Kemacetan di Kota Malang
Jalur satu arah di seputaran lingkar Universitas Brawijaya ini mulai
diberlakukan Rabu, 6 November 2013 yang tercantum dalam Perwal No.
35 Tahun 2013. Penerapan jalur satu arah ini diputuskan Wali Kota
Malang, Moch. Anton untuk mengurai kemacetan dan mengurangi beban
di jembatan Soekarno-Hatta. Peraturan one way ini tidak berlaku bagi
angkutan umum, atau masih bebas di jalur seperti biasanya. Mikrolet ini
diperbolehkan menentang arus dan bisa melintas dari dua arah. Dampak
positifnya adalah warga menjadi lebih sering menggunakan angkutan
umum daripada mobil atau sepeda motor pribadi. Jalan satu arah atau “one
way” hanya diberlakukan pada saat jam-jam sibuk kerja, yaitu pagi hari
dan sore hari. Jalan satu arah atau “one way” diberlakukan dari pagi
sampai menjelang petang. Mulai pukul 18.00, jalan satu arah kembali dua
arah sampai pagi.
32
Gambar 5. Kemacetan di Jembatan Soekarno – Hatta Kota Malang
Kebijakan satu arah ini sendiri diklaim pemerintah kota sebagai
solusi paling tepat dalam mengatasi kemacetan di kawasan sekitar
Universitas Brawijaya. Karena, jika satu arah ini dihentikan oleh warga
maka pemerintah akan melakukan pelebaran jalan kurang lebih 16 meter
yang akan membutuhkan pembebasan lahan dan rumah warga sehingga
dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tetapi terkait pelaksanaannya banyak
terjadi pro dan kontra dalam kebijakan jalur satu arah ini. Kebijakan ini
banyak mendapat tanggapan kontra utamanya dari kalangan rakyat cilik.
Diberlakukannya jalur satu arah ini mengakibatkan jarak tempuh yang
dulunya dekat sekarang menjadi jauh, waktu yang terbuang lebih banyak
dari sebelumnya, serta bahan bakar yang lebih cepat habis dari
sebelumnya. Kebijakan jalur satu arah dinilai tidak mengurai kemacetan
tetapi membagi rata volume kendaraan yang melintas di seluruh jalanan
sehingga terjadi kemacetan dimana-mana dan dianggap sebagai bukan
solusi yang tepat karena dianggap merugikan masyarakat.
33
Gambar 6. Demo Masyarakat di jalan lingkar Universitas Brawijaya
Di berbagai jalan yang dulunya dua arah namun kini menjadi satu
arah, banyak terdapat poster, spanduk, bahkan baliho bertuliskan
“MENOLAK ONE WAY”. Seperti “iki embong pak. Guduk arena sirkuit”,
yang disebabkan karena pengendara sepeda motor maupun mobil yang
melewati jalur satu arah memacu kendaraan mereka dengan sangat
kencang, bahasa kasarannya yaitu kebut-kebutan. Jalan yang menjadi
searah, menjadikan pengendara sepeda motor maupun mobil saling
mendahului, berebut ingin menjadi yang terdepan seperti layaknya sedang
berada di arena sirkuit. Sejumlah kendaraanpun melanggar pembatas jalur
yang khusus untuk angkot, sehingga lalu lintas angkot menjadi tersendat-
sendat; "Ayas (saya) Wong Cilik Menolak Jalur Satu Arah, Mateni
Sandang Pangan", karena pedagang di sepanjang jalur satu arah
mengklaim bahwa dengan diterapkannya kebijakan satu arah
menyebabkan usaha mereka tidak laku karena sepi tidak ada yang mampir;
"Ayas (saya) Getun Milih Ente (Wali Kota Malang, M Anton)", karena
jalur satu arah membuat wilayah mereka menjadi rawan terjadi
kecelakaan. Dibuktikan dengan sudah beberapa kali terjadi warga tertabrak
kendaraan saat menyeberang jalan. Jalur satu arah juga menyebabkan arus
lalu lintas di wilayah mereka semakin semrawut sehingga masyarakat
merasa menyesal telah memilih walikota yang kini sedang menjabat di
34
Kota Malang; “Balikin... Ooh... Balikin... Jalan gue kayak dulu lagi... Loe
harus tanggung jawab kalo jalan ini jadi macet...”, hal ini menunjukkan
bahwa warga menginginkan jalur di kawasan tersebut dikembalikan (dua
arah) seperti semula; dan “Jalur Satu Arah Mendukung CURANMOR”,
yang menunjukkan bahwa dengan adanya jalur satu arah menyebabkan
tindak kriminal curanmor semakin menjadi-jadi karena faktor kelancaran
dalam berkendara (dapat kebut-kebutan).
Gambar 7. Bentuk Penolakan Masyarakat terhadap Kebijakan “One Way”
Kaum minoritas yang menanggapi kebijakan ini dengan pro
berusaha menghibur diri bahwa penerapan one way cocok dilakukan utk
mengurai kemacetan terutama di lingkar Universitas Brawijaya sebagai
salah satu titik kemacetan. Jika memang one way ini bukan solusi
mengatasi kemacetan, pemerintah setempat pasti akan mengkaji ulang
aturan yang mereka buat. Karena, disetiap kebijakan yang dibuat, mungkin
akan ada kebaikan yang dihasilkan. Pemberlakuan jalur satu arah
merupakan salah satu rekayasa lalu lintas yang dibuat untuk mengatasi
kemacetan kota Malang. Keluhan-keluhan dari kaum kontra tentunya juga
sudah ditampung oleh pemerintah kota untuk disampaikan kepada
walikota Malang. Pemerintah masih terus mengkaji dan memikirkan
efeknya jika memang peraturan tersebut benar-benar sudah dilaksanakan
sepenuhnya.
35
Gambar 8. Unjuk Rasa Masyarakat di Balai Kota
Dampak positif dan negatif tersebut merupakan bagian dari resiko
pengambilan keputusan jalur satu arah di kawasan lingkar Universitas
Brawijaya yang selalu mengalami peningkatan kepadatan kendaraan.
Menurut beberapa masyarakat di RW.6 Kelurahan Penanggungan,
Pemerintah Kota Malang tidak mempunyai kajian sebagai dasar
pemberlakuan satu arah sehingga kebanyakan masyarakat warga
Kelurahan Penanggungan khususnya, menolak jalan satu arah dengan
alasan tersebut dan berbagai dampak sosial dan ekonomi.
Banyak aksi yang dilakukan oleh warga Penanggungan, termasuk
melakukan demo, memblokir jalan, sampai secara serempak 46 ketua RT
dan 8 ketua RW di Kelurahan Penanggungan mengundurkan diri sebagai
bentuk penolakan terhadap jalan satu arah demi membela dan
memperjuangkan keinginan dan suara warganya. Ketua RT dan ketua RW
tersebut menyerahkan stempel ke Balaikota sebagai simbol bahwa mereka
telah mengundurkan diri dari jabatannya. Akibatnya banyak masalah baru
yang ditimbulkan akibat mundurnya RT dan RW ini, salah satunya adalah
36
terganggunya pelayanan administrasi di Kelurahan Penanggungan. Karena
tidak adanya stempel dan surat pengantar dari RT-RW, maka warga yang
akan mengurus administrasi berupa surat-surat tidak bisa dilayani karena
alasan tersebut.
Beberapa pihak termasuk dari pihak warga dan pihak kelurahan
menginginkan agar pelayanan administrasi ini tetap berjalan dengan lancar
meski seluruh RT dan RW telah mengundurkan diri dengan menyerahkan
stempel. Masyarakat juga menginginkan apabila dalam keadaan darurat,
Lurah Penanggungan dapat tetap memberikan layanan pada masyarakat
karena sebagai pelayan masyarakat, Lurah Penanggungan diharapkan tetap
memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat yang membutuhkan
layanan administrasi. Sehingga meski tanpa stempel dari RT dan RW
sepertinya layanan akan tetap berlangsung, mengingat kondisi tidak
memungkinkan untuk meminta stempel RT dan RW.
4.1.2 Wilayah Kelurahan Penanggungan
Gambar 9. Kantor Kecamatan Klojen
Kecamatan Klojen adalah salah satu kecamatan yang ada di
Kota Malang yang terdiri dari beberapa kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Klojen
2. Kelurahan Rampel Celaket
3. Kelurahan Samaan
37
4. Kelurahan Kidul Dalam
5. Kelurahan Sukoharjo
6. Kelurahan Kasin
7. Kelurahan Oro-Oro Dowo
8. Kelurahan Bareng
9. Kelurahan Gading Kasri
10. Kelurahan Penanggungan
11. Kelurahan Kauman
Penanggungan adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan
Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Batas dari kelurahan
Penanggungan adalah Sebelah Barat adalah Ketawanggede. Sebelah
selatan adalah Sumbersari. Kelurahan Penanggungan memiliki Kode Pos
yaitu 65113. Kelurahan Penanggungan terdiri dari 46 RT dan 8 RW.
Kelurahan Penanggungan bertempat di Jalan Ter. Cikampek Malang.
Nomor Telepon dari Kelurahan Penanggungan adalah 583520.
Gambar 10. Kelurahan Penanggungan
38
Gambar 11. Ruang Pelayanan Kelurahan Penanggungan
4.1.3 Wilayah RW 6 Kelurahan Penanggungan
Kelurahan Penanggungan terdiri dari 46 RT dan 8 RW. Salah
satunya adalah RW 6.
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Kondisi pelayanan administrasi RW 6 kelurahan
penanggungan pasca implementasi kebijakan “one way”
Banyak aksi yang dilakukan oleh warga Penanggungan Pasca
Implementasi Kebijakan “One Way” termasuk melakukan demo,
memblokir jalan, sampai secara serempak 46 ketua RT dan 8 ketua
RW di Kelurahan Penanggungan mengundurkan diri sebagai bentuk
penolakan terhadap jalan satu arah demi membela dan
memperjuangkan keinginan dan suara warganya. Ketua RT dan
ketua RW tersebut menyerahkan stempel ke Balaikota sebagai
simbol bahwa mereka telah mengundurkan diri dari jabatannya.
Akibatnya banyak masalah baru yang ditimbulkan akibat mundurnya
RT dan RW ini, salah satunya adalah terganggunya pelayanan
administrasi di Kelurahan Penanggungan. Karena tidak adanya
39
stempel dan surat pengantar dari RT-RW, maka warga yang akan
mengurus administrasi berupa surat-surat tidak bisa dilayani karena
alasan tersebut.
Beberapa pihak termasuk dari pihak warga dan pihak
kelurahan menginginkan agar pelayanan administrasi ini tetap
berjalan dengan lancar meski seluruh RT dan RW telah
mengundurkan diri dengan menyerahkan stempel. Masyarakat juga
menginginkan apabila dalam keadaan darurat, Lurah
Penanggungan dapat tetap memberikan layanan pada masyarakat
karena sebagai pelayan masyarakat, Lurah Penanggungan
diharapkan tetap memberikan pelayanan yang baik pada
masyarakat yang membutuhkan layanan administrasi. Sehingga
meski tanpa stempel dari RT dan RW sepertinya layanan akan tetap
berlangsung, mengingat kondisi tidak memungkinkan untuk
meminta stempel RT dan RW. Selain itu warga dan pihak
kelurahan juga menginginkan RT dan RW tersebut kembali pada
jabatannya agar pelayanan administrasinya juga berjalan secara
maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya data yang telah
didapat dari pewawancara dengan Bapak Jayus, S.Pd selaku bagian
pelayanan di Kelurahan Penanggungan :
“Saya juga tidak tahu seharusnya para RT dan RW juga ini
memikirkan proses pelayanan administrasi di warga nya
masing-masing. Tapi saya kira ini sifatnya masih
sementara. Biarkan mereka mengundurkan diri karena itu
juga hak mereka. Harapan kelurahan ya menginginkan
stempelnya agar segera kembali. Yang jelas dari kelurahan
sendiri juga ingin terus menjalankan pelayanan untuk
warga Penanggungan, terutama pelayanan administrasi
yang sangat dimungkinkan akan banyak warga yang
mengurus berbagai macam surat-surat termasuk surat
keterangan usaha, surat kelahiran, surat kematian, dan
sebagainya….. Pada saat penyerahan stempel para RT dan
40
RW pun ini tidak melibatkan kelurahan, jadi sekarang ini
pihak kelurahan sendiri ya berkomitmen dan ramah dalam
melayani warga Penanggungan”
Hal ini ditunjukkan dengan adanya data yang telah didapat
dari pewawancara dengan Ibu Utik selaku warga RW 6 Kelurahan
Penanggungan :
“RT dan RW mengundurkan diri dengan alasan menolak
dua arah dan mereka merundingkan ini bersama dengan
RT dan RW di Kelurahan Penanggungan yang
menganggap keputusan ini adalah solusi yang diberikan
oleh RT dan RW di Kelurahan Penanggungan. Ada
beberapa warga yang tahu dan ada juga yang tidak.
Mereka satu suara dengan tindakan ini. Saya pribadi juga
bingung dan tidak tahu bagaimana berkomentar tentang
tindakan RT dan RW tersebut. Yang jelas saya sendiri juga
ingin dua arah ini juga dikembalikan dengan berbagai
alasan sosial dan ekonomi. Saya berharap RT dan RW juga
kembali seperti semula supaya pelayanan dan membuat
surat-surat juga lancar, karena sebelumnya juga lancar-
lancar saja. Saya juga berharap kendala ini nantinya tetap
membuat pelayanan administrasinya tetap berjalan.
Apalagi misalnya dalam keadaan darurat seperti butuh
surat keterangan tidak mampu untuk daftar sekolah ya
semoga pihak kelurahan bisa menanganinya.”
Akibat tidak adanya stempel dan surat pengantar dari RT-
RW, pelayanan administrasi di Kelurahan Penanggungan, RW 6
khususnya dikhwatirkan lumpuh ataupun tidak berjalan. Dugaan
tersebut membuat warga dan pihak Kelurahan turun sendiri untuk
mengatasi berbagai pelayanan administrasi di masyarakat RW 6,
Kelurahan Penanggungan pasca mundurnya RT dan RW karena
tidak menginginkan kondisi pelayanan administrasi tersebut lumpuh
ataupun tidak berjalan.
41
Implementasinya kondisi pelayanan administrasi di
Kelurahan Penanggungan, RW 6 khususnya tetap berjalan dengan
lancar dan aman. Pelayanan administrasi sudah dijalankan oleh
warga dan Kelurahan terutama bagian pelayanan di Kelurahan
Penanggungan. Bagian pelayanan Kelurahan Penanggungan sudah
melayani warganya dengan baik walaupun dengan berbagai
kendala stempel dan surat pengantar dari RT dan RW. Pelayanan
secara umum dan bukan merupakan produk dari Kelurahan seperti
surat keterangan kematian, surat kelahiran, surat keterangan usaha,
dan sebagainya masih tetap jalan. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya data yang telah didapat dari pewawancara dengan Bapak
Jayus, S.Pd selaku bagian pelayanan di Kelurahan Penanggungan :
“Ini sifatnya sementara. Dan sampai sekarang ini
pelayanan secara umum masih kami tangani dengan baik
walaupun tanpa pengantar dari RT dan RW. Kondisi
pelayanan administrasi masih dikatakan aman saja, semua
pelayanan administrasi masih berjalan walaupun tanpa
stempel dari RT dan RW. Pelayanan secara umum, bukan
produk kelurahan saja, secara umum artinya surat
keterangan kematian, surat kelahiran, surat keterangan
usaha, dan sebagainya tetap jalan. Jadi bisa disimpulkan
pelayanan administrasi masih tetap jalan dan aman…….
Pada saat penyerahan stempel para RT dan RW pun ini
tidak melibatkan kelurahan, jadi sekarang ini pihak
kelurahan sendiri ya berkomitmen dan ramah dalam
melayani warga Penanggungan.”
Hal ini ditunjukkan dengan adanya data yang telah didapat
dari pewawancara dengan Ibu Utik selaku warga RW 6 Kelurahan
Penanggungan :
“Pelayanan nya menurut saya lumayan lancar walaupun
sampai sekarang stempelnya tidak ada, karena jalan dua
arah yang sudah dikembalikan ini juga sifatnya sementara
42
dan stempelnya juga belum diambil oleh RT dan RW di
balai kota tersebut. Namun tetap berjalan pelayanannya
karena warga dan kelurahan juga turun menanganinya
walaupun ada beberapa administrasi yang diminta warga
tidak bisa dipenuhi.”
Pelayanan administrasi di Kelurahan Penanggungan
berjalan dengan lancar karena beberapa solusi yang sudah
dilaksanakan oleh Kelurahan Penanggungan, diantaranya ialah
mengurus administrasi ataupun surat-surat menggunakan surat
keterangan maupun surat pernyataan bermateri 6.000 sebagai
pengganti stempel dan surat pengantar dari RT dan RW. Pelayanan
secara umum sudah bisa dilayani dengan baik oleh Pihak
Kelurahan, hanya saja sebelumnya warga yang ingin mengurus
administrasi ataupun surat-surat di kelurahan tanpa biaya atau
gratis, namun sekarang karena keterbatasan anggaran di kelurahan
Penanggungan, warga yang akan mengurus administrasi ataupun
surat-surat harus membayar 6.000 untuk materi yang digunakan
untuk surat keterangan dan surat pernyataan yang menerangkan
bahwa benar-benar warga Kelurahan Penanggungan yang ingin
mengurus administrasi ataupun surat-surat. Pelayanan yang bukan
merupakan produk dari Kelurahan misalnya KTP (Kartu Tanda
Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga), tidak bisa dilayani oleh
kelurahan karena KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu
Keluarga) membutuhkan form baku yaitu form yang harus
diketahui RT dan RW serta pihak yang bersangkutan, kemudian
membutuhkan stempel, tanda tangan dan surat pengantar dari RT
dan RW, sehingga pihak kelurahan tidak bisa melayani. Pihak
kelurahan sudah mengkonfirmasi kepada Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil bahwa tanpa ada surat pengantar dari RT dan RW
yang baku tidak bisa dilayani. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
data yang telah didapat dari pewawancara dengan Bapak Jayus,
S.Pd selaku bagian pelayanan di Kelurahan Penanggungan :
43
“Ini sifatnya sementara. Dan sampai sekarang ini
pelayanan secara umum masih kami tangani dengan baik
walaupun tanpa pengantar dari RT dan RW. Kondisi
pelayanan administrasi masih dikatakan aman saja, semua
pelayanan administrasi masih berjalan walaupun tanpa
stempel dari RT dan RW. Pelayanan secara umum, bukan
produk kelurahan saja, secara umum artinya surat
keterangan kematian, surat kelahiran, surat keterangan
usaha, dan sebagainya tetap jalan. Pelayanan administrasi
yang tidak bisa dilayani hanya KTP dan KK, karena KTP
dan KK sifatnya adalah pengantar dengan memakai form
baku yaitu form yang harus diketahui oleh RT dan RW serta
harus distempel dan tanda tangan dari RT dan RW
sehingga pihak kelurahan tidak bisa melayani. Kalau
pelayanan administrasi yang lain bisa, namun yang
biasanya mengurus adminitrasi di kelurahan ini tanpa
biaya, sekarang harus keluar biaya Rp. 6.000,- oleh warga.
Dengan tidak adanya stempel dan tanda tangan dari RT
dan RW diwajibkan untuk membuat surat pernyatan bahwa
benar-benar warga Penanggungan yang akan mengurus
administrasi dengan matrei 6.000 tersebut. Jadi bisa
disimpulkan pelayanan administrasi masih tetap jalan,
hanya saja KTP dan KK yang tidak bisa pihak kelurahan
layani karena bukan produk kelurahan. Pihak kelurahan
Penanguungan juga sudah mengkonfirmasi kepada Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil bahwa tanpa ada surat
pengantar dari RT dan RW yang baku tidak bisa dilayani
jadi ya mohon maaf. Yang merupakan produk kelurahan
tetap dilakukan oleh pihak kelurahan. Namun ya seperti itu
tadi, yang biasanya warga Penanggungan tanpa biaya
akan dilayani, sekarang ini yang mengurus surat-surat
harus dengan biaya (matrei 6.000) agar meyakinkan
44
bahwasanya yang mengurus surat-surat adalah benar-
benar warga Penanggungan karena tidak adanya surat
pengatar dari RT dan RW maupun stempelnya jadi
memakai alternatif dengan surat pernyataan tersebut sebab
dari kelurahan sendiri juga tidak ada anggarannya untuk
matrei ataupun biaya dari surat pernyatan tersebut. Jadi ya
mohon maaf untuk KTP dan KK ya tidak bisa dilayani oleh
pihak kelurahan, tapi untuk yang lain bisa. Ada beberapa
pelayanan administrasi yang bisa diatasi oleh kelurahan
dengan surat keterangan namun yang tidak berhubungan
dengan keuangan, dan sebagainya. Sebenarnya pihak
kelurahan merasa berat membebankan biaya untuk
mengurus surat kepada warga walaupun hanya materei,
namun bagaimana lagi? Dari kelurahan sendiri tidak ada
anggarannya.”
4.2.2 Proses pelayanan administrasi RW 6 kelurahan penanggungan
pasca implementasi kebijakan “one way”
Pelayanan administrasi RW 6 Kelurahan Penanggungan
berjalan dengan lancar walaupun ada beberapa kendala seperti
tidak ada stempel, tamda tangan, dan surat pengantar dari RT dan
RW. Dengan solusi yang sudah dilaksanakan oleh Kelurahan
Penanggungan dengan menggunakan surat pernyataan dan surat
keterangan bermateri 6.000 yang menerangkan benar-benar warga
Penanggungan yang ingin mengurus administrasi ataupun surat-
surat sehingga warga Penanggungan masih bisa mengurus
administrasi dan surat-surat sesuai kebutuhan dan keinginan warga
kecuali KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga)
karena KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga)
membutuhkan form baku yaitu form yang diketahui RT dan RW
dan mendapatkan stempel, tanda tangan, dan surat pengantar dari
RT dan RW. Pihak kelurahan juga sudah mengkonfirmasi kepada
45
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bahwa tanpa ada surat
pengantar dari RT dan RW yang baku tidak bisa dilayani, karena
bukan merupakan produk kelurahan. Pelayanan secara umum yang
merupakan produk dari Kelurahan misalnya surat keterangan
kematian, surat kelahiran, surat keterangan usaha, dan sebagainya
masih bisa dilayani oleh pihak kelurahan.
Proses administrasi yang harus dilakukan warga
Penanggungan untuk mengurus administrasi maupun surat-surat
adalah datang ke Kelurahan Penanggungan dengan membawa KTP
(Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga) asli yang
dasarnya adalah benar-benar warga Kelurahan Penanggungan,
kemudian mengisi surat pernyatan maupun surat keterangan yang
menyatakan bahwa benar-benar warga Penanggungan yang ingin
mengurus administrasi maupun surat-surat bermateri 6.000 sebagai
pengganti stempel, tanda tangan, dan surat pengantar dari RT dan
RW. Materei 6.000 digunakan agar lebih meyakinkan bahwa yang
mengurus administrasi ataupun surat-surat adalah benar-benar
warga Penanggungan. Warga Penanggungan juga diharapkan untuk
membawa materei sendiri karena kelurahan Penanggungan tidak
menyediakan materi. Biaya materi yang digunakan pun biaya dari
warga itu sendiri yang ingin mengurus adminitrasi ataupun surat-
menyurat karena keterbatasan anggaran kelurahan untuk
menyediakan materi. Kemudian warga yang ingin mengurus
administrasi ataupun surat-surat menyatakan surat apa yang ingin
dibuat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya data yang telah didapat
dari pewawancara dengan Bapak Jayus, S.Pd selaku bagian
pelayanan di Kelurahan Penanggungan :
“….Dasarnya warga datang ke kelurahan dengan
membawa KTP dan KK asli yang dasarnya warga itu
adalah benar-benar penduduk kelurahan Penanggungan.
Pelayanan administrasi secara umum bisa dilayani, namun
yang biasanya mengurus adminitrasi di kelurahan ini tanpa
46
biaya, sekarang harus keluar biaya Rp. 6.000,- oleh warga.
Dengan tidak adanya stempel dan tanda tangan dari RT
dan RW diwajibkan untuk membuat surat pernyatan bahwa
benar-benar warga Penanggungan yang akan mengurus
administrasi. Ya seperti itu tadi, yang biasanya warga
Penanggungan tanpa biaya akan dilayani, sekarang ini
yang mengurus surat-surat harus dengan biaya (matrei
6.000) agar meyakinkan bahwasanya yang mengurus surat-
surat adalah benar-benar warga Penanggungan karena
tidak adanya surat pengatar dari RT dan RW maupun
stempelnya jadi memakai alternatif dengan surat
pernyataan tersebut sebab dari kelurahan sendiri juga
tidak ada anggarannya untuk matrei ataupun biaya dari
surat pernyatan tersebut. Ada beberapa pelayanan
administrasi yang bisa diatasi oleh kelurahan dengan surat
keterangan namun yang tidak berhubungan dengan
keuangan, dan sebagainya. Kesimpulannya adalah warga
yang ingin mengurus administrasi ataupun surat-surat
tinggal mengisi surat pernyataan ataupun surat keterangan
yang sudah disediakan oleh kelurahan dan mau mengurus
surat apa, kemudian matrei disediakan oleh warga itu
sendiri. Sebenarnya pihak kelurahan merasa berat
membebankan biaya untuk mengurus surat kepada warga
walaupun hanya materei, namun bagaimana lagi?”
4.3 Analisis kondisi Pelayanan administrasi RW 6 kelurahan
penanggungan pasca implementasi kebijakan “one way”
Menurut Zeithml (1990) (dalam Kurniawan 2005:52-53)
mengemukakan dalam mendukung hal tersebut, ada sepuluh dimensi yang
harus diperhatikan dalam melihat tolak ukur kualitas pelayanan publik,
yaitu :
47
1. Tangiable, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan
komunikasi
2. Realiable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam,
menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat
3. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen
bertanggungjawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan
keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan
pelayanannya.
5. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap
keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan
pribadi.
6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik
kepercayaan masyarakat
7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai
bahaya dan resiko
8. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan
pendekatan
9. Communication, kemauan pemberi pelayanan untuk mendngarkan
suara, keinginan, atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk
selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat
10. Understanding the costumer, melakukan segala usaha untuk
mengetahui kebutuhan pelanggan
Tangiable, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan
komunikasi. Fasilitas fisik dan peralatan di Kelurahan Penanggungan
seperti komputer, meja, kursi, papan tulis, berkas-berkas yang tertata rapi,
dan alat tulis dalam kondisi baik dan masih bisa digunakan dengan baik
sama halnya juga dengan fasilitas fisik yang ada di RW 6. Begitupun juga
dengan fasilitas komunikasi berupa telepon yang digunakan di Kelurahan
Penanggungan secara tidak langsung tampak terlihat dalam kondisi baik.
48
Realiable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam,
menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat. Pelayanan
administrasi di RW 6 Kelurahan Penanggungan sudah berjalan dengan
lancar walaupun beberapa pelayanan yang dijanjikan tidak tepat karena
adanya beberapa kendala berupa stempel, tanda tangan, dan surat
pengantar dari RT dan RW yang tidak ada.
Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen
bertanggungjawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Pihak
kelurahan sangat komitmen dan bertanggungjawab dalam melayani warga
Penanggungan yang dibuktikan dari pernyataan Bagian Pelayanan
Kelurahan Penanggungan walaupun kualitas pelayanan nya belum terlihat
maksimal.
Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan
keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanannya.
Pihak kelurahan sangat tanggap terhadap tuntutan dari warga
Penanggungan. Contohnya pada saat salah satu pegawai kelurahan
mengelilingi daerah Penanggungan dan makan di sebuah warung makan,
banyak warga yang bertanya dan menunut mengenai stempel yang belum
kembali juga sehingga menghambat pelayanan administrasi. Pihak
kelurahan sangat tanggap dalam menanggapinya meskipun merupakan
pembicaraan nonformal.
Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap
keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.
Rata-rata pegawai di Kelurahan Penanggungan bersikap ramah dan
bersahabat kepada warganya, bahkan orang asing seperti pada saat peneliti
datang ke Kelurahan untuk melakukan wawancara disambut dengan baik
dan ramah. Seringkali warga yang berada di Kelurahan Penanggungan
dengan berbagai keperluan menikmati hidangan yang ada di Kelurahan.
Misalnya ada susu ataupun makanan ringan di Kelurahan, pegawai
Kelurahan mempersilahkan warganya untuk ikut menikmati bersama.
Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik
kepercayaan masyarakat. Banyak warga Penanggungan yang berkomentar
49
terhadap Kelurahan karena mundurnya ketua RT dan ketua RW, serta
stempel yang tidak kembali juga walaupun jalan sudah kembali menjadi
dua arah. Beberapa jawaban yang dapat menyinggung warga
Penanggungan tetap disampaikan dengan jujur dan apa adanya oleh pihak
kelurahan kepada warga Penanggungan sehingga walaupun tidak semua
warga Penanggunga percaya kepada Kelurahan, beberapa warga sudah
percaya dengan kinerja dari Kelurahan Penanggungan.
Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai
bahaya dan resiko. Jasa pelayanan yang diberikan oleh kelurahan
Penanggungan terdapat resiko berupa biaya yang dikeluarkan oleh warga
Penanggungan. Warga yang ingin mengurus administrasi ataupun surat-
surat harus mengisi surat pernyataan maupun surat keterangan bermateri
6.000 yang menyatakan bahwa benar-benar warga Penanggungan yang
ingin mengurus administrasi sebagai pengganti stempel, tanda tangan, dan
surat pengantar dari RT dan RW. Materi tersebut disediakan oleh warga
Penanggungan karena terbatasnya anggaran kelurahan untuk menyediakan
materi. Walaupun sebelum mundurnya ketua RT dan ketua RW, pelayanna
administrasi di kelurahan tanpa biaya atau gratis, namun pasca mundurnya
ketua RT dan ketua RW menggukanakan materei 6.000 agar benar-benar
meyakinkan bahwa yang ingin mengurus administrasi ataupun surat-surat
adalah benar-benar warga Penanggungan.
Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan
pendekatan. Kemudahan yang diberikan oleh kelurahan adalah dengan
menyediakan surat pernyataan ataupun surat keterangan bagi warga yang
ingin mengurus administrasi.
Communication, kemauan pemberi pelayanan untuk mendengarkan
suara, keinginan, atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu
menyampaikan informasi baru kepada masyarakat. Pihak kelurahan sudah
cukup mendengarkan suara, keinginan atau aspirasi warganya dengan
memberikan solusi dengan tanggap namun kurang nya sosialisasi sehingga
beberapa warga Penanggungan masih belum tahu mengenai solusi yang
dilaksanakan Kelurahan untuk mengatasi masalah pelayanan administrasi.
50
Understanding the costumer, melakukan segala usaha untuk
mengetahui kebutuhan pelanggan. Solusi yang sudah ditawarkan adalah
bentuk usaha dari kelurahan untuk mengatasi masalah pelayanan
administrasi di warga Penanggungan. Termasuk menyediakan surat
pengantar ataupun surat keterangan bagi warga yang ingin mengurus
administrasi.
4.4 Analisis Proses pelayanan administrasi RW 6 kelurahan
penanggungan pasca implementasi kebijakan “one way”
Menurut Zeithml (1990) (dalam Kurniawan 2005:52-53)
mengemukakan dalam mendukung hal tersebut, ada sepuluh dimensi yang
harus diperhatikan dalam melihat tolak ukur kualitas pelayanan publik,
yaitu :
1. Tangiable, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan
komunikasi
2. Realiable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam, menciptakan
pelayanan yang dijanjikan dengan tepat
3. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen
bertanggungjawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan
yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanannya
5. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap
keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan
pribadi
6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan
masyarakat
7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai
bahaya dan resiko
8. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan
9. Communication, kemauan pemberi pelayanan untuk mendngarkan
suara, keinginan, atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk
selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat
51
10. Understanding the costumer, melakukan segala usaha untuk
mengetahui kebutuhan pelanggan
Realiable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam,
menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat. Pelayanan
administrasi di RW 6 Kelurahan Penanggungan sudah berjalan dengan
lancar walaupun beberapa pelayanan yang dijanjikan tidak tepat karena
adanya beberapa kendala berupa stempel, tanda tangan, dan surat
pengantar dari RT dan RW yang tidak ada sehingga membutuhkan proses
yang lebih rumit dan berbeda seperti sebelum mundurnya ketua RT dan
ketua RW. Prosesnya adalah dengan datang ke Kelurahan Penanggungan
dengan membawa KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu
Keluarga) asli yang dasarnya adalah benar-benar warga Kelurahan
Penanggungan, kemudian mengisi surat pernyatan maupun surat
keterangan yang menyatakan bahwa benar-benar warga Penanggungan
yang ingin mengurus administrasi maupun surat-surat bermateri 6.000
sebagai pengganti stempel, tanda tangan, dan surat pengantar dari RT dan
RW. Materei 6.000 digunakan agar lebih meyakinkan bahwa yang
mengurus administrasi ataupun surat-surat adalah benar-benar warga
Penanggungan. Warga Penanggungan juga diharapkan untuk membawa
materei sendiri karena kelurahan Penanggungan tidak menyediakan
materi. Biaya materi yang digunakan pun biaya dari warga itu sendiri yang
ingin mengurus adminitrasi ataupun surat-menyurat karena keterbatasan
anggaran kelurahan untuk menyediakan materi. Kemudian warga yang
ingin mengurus administrasi ataupun surat-surat menyatakan surat apa
yang ingin dibuat.
Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen
bertanggungjawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Pihak
kelurahan sangat komitmen dan bertanggungjawab dalam melayani warga
Penanggungan yang dibuktikan dari pernyataan Bagian Pelayanan
Kelurahan Penanggungan dan sudah bertanggungjawab dengan tetap
menjalankan proses pelayanan administrasi dengan berbagai solusi yaitu
52
menggunakan surat pernyataan ataupun surat keterangan bermateri 6.000
yang menyediakan surat pernyataan ataupun surat keterangannya untuk
warga yang ingin mengurus administrasi ataupun surat-surat.
Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan
keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanannya.
Pihak kelurahan sangat tanggap terhadap tuntutan dari warga
Penanggungan dengan pengetahuan dan terampil memberikan solusi untuk
mengatasi masalah pelayanan administrasi. Solusi tersebut adalah
menggunakan surat pernyataan ataupun surat keterangan bermateri 6.000
yang menyatakan benar-benar warga Penanggungan sebagai pengganti
stempel, tanda tangan, dan surat pengantar dari RT dan RW.
Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap
keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.
Pada saat beberapa warga mengurus administrasi, surat-surat ataupun
dengan alasan lain di Kelurahan, pihak kelurahan selalu melayani dengan
sikap ramah dan bersahabat walaupun beberapa proses terhambat dan
permintaan warga yang terkadang rumit, namun pihak kelurahan selalu
melayani dengan baik.
Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai
bahaya dan resiko. Jasa pelayanan yang diberikan oleh kelurahan
Penanggungan terdapat resiko berupa biaya yang dikeluarkan oleh warga
Penanggungan. Warga yang ingin mengurus administrasi ataupun surat-
surat harus mengisi surat pernyataan maupun surat keterangan bermateri
6.000 yang menyatakan bahwa benar-benar warga Penanggungan yang
ingin mengurus administrasi sebagai pengganti stempel, tanda tangan, dan
surat pengantar dari RT dan RW. Materi tersebut disediakan oleh warga
Penanggungan karena terbatasnya anggaran kelurahan untuk menyediakan
materi. Walaupun sebelum mundurnya ketua RT dan ketua RW, pelayanna
administrasi di kelurahan tanpa biaya atau gratis, namun pasca mundurnya
ketua RT dan ketua RW menggukanakan materei 6.000 agar benar-benar
meyakinkan bahwa yang ingin mengurus administrasi ataupun surat-surat
adalah benar-benar warga Penanggungan.
53
Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan
pendekatan. Kemudahan yang diberikan oleh kelurahan adalah dengan
menyediakan surat pernyataan ataupun surat keterangan bagi warga yang
ingin mengurus administrasi.
Communication, kemauan pemberi pelayanan untuk mendengarkan
suara, keinginan, atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu
menyampaikan informasi baru kepada masyarakat. Pihak kelurahan sudah
cukup mendengarkan suara, keinginan atau aspirasi warganya dengan
memberikan solusi dengan tanggap namun kurang nya sosialisasi sehingga
beberapa warga Penanggungan masih belum tahu mengenai solusi yang
dilaksanakan Kelurahan untuk mengatasi masalah pelayanan administrasi.
Understanding the costumer, melakukan segala usaha untuk
mengetahui kebutuhan pelanggan. Solusi yang sudah ditawarkan adalah
bentuk usaha dari kelurahan untuk mengatasi masalah pelayanan
administrasi di warga Penanggungan. Termasuk menyediakan surat
pengantar ataupun surat keterangan bagi warga yang ingin mengurus
administrasi.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dialami dalam penelitian ini pertama adalah
kesulitan mencari narasumber guna mencari keterangan mengenai
pelayanan dan proses administrasi pasca kebijakan one way di RW 6
Kelurahan Penanggungan. Kedua adalah masih tertutupnya narasumber
untuk dimintai keterangan tentang pelayanan dan proses administrasi
pasca kebijakan one way di RW 6 Kelurahan Penanggungan. Perlu waktu
bagi narasumber untuk terbuka dalam menyampaikan keterangan teentang
pelayanan dan proses administrasi pasca kebijakan one way di RW 6
Kelurahan Penanggungan.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Warga Kelurahan Penanggungan tidak setuju dengan diberlakukannya
kebijakan jalur satu arah, sehingga warga melakukan demo, memblokir jalan,
dan berakibat terhadap 46 Ketua RT dan 8 Ketua RW yang mengundurkan
diri dengan alasan solidaritas menolak kebijakan satu arah dengan tujuan agar
dikembalikan lagi menjadi dua arah. Akibat dari pengunduran diri ketua RW
tersebut pelayanan administrasi warga terhambat padahal pelayanan
administrasi merupakan pelayanan yang utama dan vital dari sebuah
pemerintahan.
Pelayanan administrasi terancam tidak berjalan dan lumpuh, dengan
tidak adanya stempel, tanda tangan, dan surat pengantar dari RT dan RW,
warga terancam tidak bisa mengatasi masalah administrasi dan surat-surat.
Kelurahan Penanggungan memberikan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan menggunakan surat keterangan ataupun surat
pernyataan bermateri 6.000 yang menerangkan bahwa benar-benar warga
Penanggungan yang ingin mengurus administrasi sebagai pengganti stempel,
tanda tangan, dan surat pengantar dari RT dan RW, sehingga warga
Penanggungan masih bisa mengurus administrasi.
Ada beberapa pelayanan administrasi yang tidak dapat dilayani oleh
warga yaitu KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga) karena
KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga) membutuhkan form
baku yaitu form yang diketahui dari RT dan RW dan mendapatkan stempel,
tanda tangan serta surat pengantar dari RT dan RW. Kelurahan Penanggungan
sudah mengkonfirmasi kepada Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan bahwa
KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga) membutuhkan form
baku sehingga tidak bisa dilayani oleh Kelurahan Penannggungan.
Kondisi pelayanan administrasi di Kelurahan Penanggungan,
khususnya RW 6 berjalan dengan lancar dengan solusi baru yang sudah
dilaksanakan Kelurahan Penanggungan, walaupun prosesnya sedikit sulit dan
55
masih banyak masyarakat RW 6 Kelurahan Penanggungan tidak tahu
mengenai solusi ini.
Menurut Zeithml (1990) (dalam Kurniawan 2005:52-53)
mengemukakan dalam mendukung hal tersebut, ada sepuluh dimensi yang
harus diperhatikan dalam melihat tolak ukur kualitas pelayanan publik, yaitu :
Tangiable, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan komunikasi di
Kelurahan Penanggungan seperti komputer, meja, kursi, papan tulis, berkas-
berkas yang tertata rapi, dan alat tulis dalam kondisi baik, dan alat
komunikasi seperti telepin terlihat dalam kondisi baik. Realiable, terdiri dari
kemampuan unit pelayanan dalam, menciptakan pelayanan yang dijanjikan
dengan tepat. Pelayanan administrasi di RW 6 Kelurahan Penanggungan
sudah berjalan dengan lancar dan tepat. Responsiveness, kemauan untuk
membantu konsumen bertanggungjawab terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan. Pihak kelurahan sangat komitmen dan bertanggungjawab dalam
melayani warga Penanggungan yang dibuktikan dari pernyataan Bagian
Pelayanan Kelurahan Penanggungan walaupun kualitas pelayanan nya belum
terlihat maksimal. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan
keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanannya.
Pihak kelurahan sangat tanggap terhadap tuntutan dari warga Penanggungan.
Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan
konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi. Credibility,
sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan masyarakat Rata-
rata pegawai di Kelurahan Penanggungan bersikap ramah dan bersahabat
serta jujur kepada warganya. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus
bebas dari berbagai bahaya dan resiko. Jasa pelayanan yang diberikan oleh
kelurahan Penanggungan terdapat resiko berupa biaya yang dikeluarkan oleh
warga Penanggungan. Warga yang ingin mengurus administrasi ataupun
surat-surat harus mengisi surat pernyataan maupun surat keterangan bermateri
6.000 yang menyatakan bahwa benar-benar warga Penanggungan yang ingin
mengurus administrasi sebagai pengganti stempel, tanda tangan, dan surat
pengantar dari RT dan RW. Materei tersebut disediakan oleh warga
Penanggungan karena terbatasnya anggaran kelurahan untuk menyediakan
56
materi. Walaupun sebelum mundurnya ketua RT dan ketua RW, pelayanna
administrasi di kelurahan tanpa biaya atau gratis, namun pasca mundurnya
ketua RT dan ketua RW menggukanakan materei 6.000 agar benar-benar
meyakinkan bahwa yang ingin mengurus administrasi ataupun surat-surat
adalah benar-benar warga Penanggungan. Access, terdapat kemudahan untuk
mengadakan kontak dan pendekatan. Kemudahan yang diberikan oleh
kelurahan adalah dengan menyediakan surat pernyataan ataupun surat
keterangan bagi warga yang ingin mengurus administrasi. Communication,
kemauan pemberi pelayanan untuk mendengarkan suara, keinginan, atau
aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan
informasi baru kepada masyarakat. Understanding the costumer, melakukan
segala usaha untuk mengetahui kebutuhan pelanggan. Solusi yang sudah
ditawarkan adalah bentuk usaha dari kelurahan untuk mengatasi masalah
pelayanan administrasi di warga Penanggungan. Termasuk menyediakan
surat pengantar ataupun surat keterangan bagi warga yang ingin mengurus
administrasi. Walaupun masih ada bentuk komunikasi yang kurang baik
sehingga beberapa warga Penanggungan masih belum tahu mengenai solusi
dari Kelurahan tersebut.
5.2 Saran
Sebaiknya pemerintah agar lebih cepat mengatasi masalah mengenai
pelayanan dan proses administrasi agar masyarakat tidak kesulitan dalam
mengurus administrasi. Sebaiknya RW segera kembali agar masyarakat tidak
jadi korban dalam masalah ini. Sebaiknya warga tidak terus menerus
mengeluh atas pelayanan administrasi karena pihak dari kelurahan sedang
berusaha mengatasi.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Drs. MSi. 2006. Kebijakan Publik. Yogyakarta, Genta Press
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta :
Pembaruan
Margono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Moenir, H. A. S. 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta :
Bumi Aksara
Parsons, Wayne. 2005. Public Policy : Pengantar Teori dan Praktek Analisis
(Pelopor Pelayanan Publik di Indonesia). Majalah Semeru Edisi 379, April 2008
Sianipar,JPG.2000. Manajemen Pelayanan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persaja
The Liang Gie. 1962. Pengertian Kedudukan dan Perincian Ilmu Administrasi.
Yogyakarta : Liberty Yogyakarta
Wahan, Solichin, Abdul Drs. MA. 1990. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
Jakarta : Rineka Cipta
Zauhar, Soesilo. 1994. Kualitas Pelayanan Publik Suatu Paparan Teoritik.
Majalah Administrasi. Edisi 2x 1994
http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang
www.KoranTempo.com 23/12/2006
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/35/name/jawa-
timur/detail/3573/kota-malang
http://www.malangkota.go.id/
58
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-
deskriptif.html
59
LAMPIRAN
A. Data Rekap Transkip Wawancara
Wawancara dengan Kelurahan - Bagian Pelayanan di Kelurahan
Penanggungan
Narasumber : Jayus, S.Pd
NIP. 196012121982031020
Pewawancara : Cik Ida Kumalasari A
Cik Ida : Apa pendapat Kelurahan mengenai fenomena
mundurnya RT dan RW?
Pak Jayus : Saya juga tidak tahu seharusnya para RT dan RW
juga ini memikirkan proses pelayanan administrasi
di warga nya masing-masing. Tapi saya kira ini
sifatnya masih sementara. Biarkan mereka
mengundurkan diri karena itu juga hak mereka.
Harapan kelurahan ya menginginkan stempelnya
agar segera kembali. Yang jelas dari kelurahan
sendiri juga ingin terus menjalankan pelayanan
untuk warga Penanggungan, terutama pelayanan
administrasi yang sangat dimungkinkan akan
banyak warga yang mengurus berbagai macam
surat-surat termasuk surat keterangan usaha, surat
kelahiran, surat kematian, dan sebagainya.
Cik Ida : Bagaimana kondisi dan proses pelayanan
administrasi di Kelurahan Penanggungan pasca
kebijakan one way?
Pak Jayus : Ini sifatnya sementara. Dan sampai sekarang ini
pelayanan secara umum masih kami tangani dengan
baik walaupun tanpa pengantar dari RT dan RW.
Kondisi pelayanan administrasi masih dikatakan
aman saja, semua pelayanan administrasi masih
60
berjalan walaupun tanpa stempel dari RT dan RW.
Pelayanan secara umum, bukan produk kelurahan
saja, secara umum artinya surat keterangan
kematian, surat kelahiran, surat keterangan usaha,
dan sebagainya tetap jalan. Dasarnya warga datang
ke kelurahan dengan membawa KTP dan KK asli
yang dasarnya warga itu adalah benar-benar
penduduk kelurahan Penanggungan. Pelayanan
administrasi yang tidak bisa dilayani hanya KTP
dan KK, karena KTP dan KK sifatnya adalah
pengantar dengan memakai form baku yaitu form
yang harus diketahui oleh RT dan RW serta harus
distempel dan tanda tangan dari RT dan RW
sehingga pihak kelurahan tidak bisa melayani.
Kalau pelayanan administrasi yang lain bisa, namun
yang biasanya mengurus adminitrasi di kelurahan
ini tanpa biaya, sekarang harus keluar biaya Rp.
6.000,- oleh warga. Dengan tidak adanya stempel
dan tanda tangan dari RT dan RW diwajibkan untuk
membuat surat pernyatan bahwa benar-benar warga
Penanggungan yang akan mengurus administrasi
dengan matrei 6.000 tersebut. Jadi bisa disimpulkan
pelayanan administrasi masih tetap jalan, hanya saja
KTP dan KK yang tidak bisa pihak kelurahan layani
karena bukan produk kelurahan. Pihak kelurahan
Penanguungan juga sudah mengkonfirmasi kepada
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bahwa tanpa
ada surat pengantar dari RT dan RW yang baku
tidak bisa dilayani jadi ya mohon maaf. Yang
merupakan produk kelurahan tetap dilakukan oleh
pihak kelurahan. Namun ya seperti itu tadi, yang
biasanya warga Penanggungan tanpa biaya akan
61
dilayani, sekarang ini yang mengurus surat-surat
harus dengan biaya (materei 6.000) agar
meyakinkan bahwasanya yang mengurus surat-surat
adalah benar-benar warga Penanggungan karena
tidak adanya surat pengatar dari RT dan RW
maupun stempelnya jadi memakai alternatif dengan
surat pernyataan tersebut sebab dari kelurahan
sendiri juga tidak ada anggarannya untuk materei
ataupun biaya dari surat pernyatan tersebut. Jadi ya
mohon maaf untuk KTP dan KK ya tidak bisa
dilayani oleh pihak kelurahan, tapi untuk yang lain
bisa. Ada suatu kasus warga yang kehilangan KTP
nya, dan mengurus di kelurahan karena KTP
tersebut akan digunakan untuk naik pesawat untuk
ke luar daerah, dan jadinya tertunda karena hal ini.
Dan bisa kita lihat jalan nya juga sudah
dikembalikan dua arah walaupun masih banyak isu
ini sebenarnya masih bersifat sementara atau tidak,
karena stempel nya juga belum kembali dan bisa
dikatakan RT dan RW ini juga belum kembali. Pada
saat penyerahan stempel para RT dan RW pun ini
tidak melibatkan kelurahan, jadi sekarang ini pihak
kelurahan sendiri ya berkomitmen dan ramah dalam
melayani warga Penanggungan. Ada beberapa
pelayanan administrasi yang bisa diatasi oleh
kelurahan dengan surat keterangan namun yang
tidak berhubungan dengan keuangan, dan
sebagainya. Kesimpulannya adalah warga yang
ingin mengurus administrasi ataupun surat-surat
tinggal mengisi surat pernyataan ataupun surat
keterangan yang sudah disediakan oleh kelurahan
dan mau mengurus surat apa, kemudian materei
62
disediakan oleh warga itu sendiri. Sebenarnya pihak
kelurahan merasa berat membebankan biaya untuk
mengurus surat kepada warga walaupun hanya
materei, namun bagaimana lagi? Dari kelurahan
sendiri tidak ada anggarannya. Sekali lagi saya
mengharapkan dari RT dan RW juga bisa kembali.
Ada sedikit cerita, saya makan di warung itu ditanya
oleh yang punya warung makannya, apakah stempel
itu sudah kembali atau belum karena saya sendiri
juga memakai seragam, saya sedang jalan saja suka
ditanyai oleh warga, ya mungkin mereka juga
butuh. Sebenarnya sih pelayanan administrasi yang
diminta warga pada saat fenomena ataupun sebelum
fenomena ini terjadi sama saja.
Cik Ida : Pelayanan administrasi apa saja yang sering
diminta oleh warga?
Pak Jayus : Pelayanan administrasi yang diminta ini sifatnya
musiman. Contohnya saja jika musim masuk
sekolah, banyak warga meminta surat keterangan
tidak mampu.
Cik Ida : Apa aktivitas kelurahan pasca mundurnya RT RW
di Kelurahan Penanggungan?
Pak Jayus : Kelurahan tetap melakukan aktivitas seperti
biasanya. Pada saat-saat tertentu memang tidak ada
aktivitas tertentu dari kelurahan, namun terkadang
juga disibukkan dengan aktivitas seperti biasanya
yaitu melayani warga Penanggungan
Cik Ida : Bagaimana tindakan kelurahan dalam pelayanan
pasca mundurnya para RT dan RW di Kelurahan
Penanggungan?
Pak Jayus : Kelurahan mengambil alternatif untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu dengan surat pernyataan dan
63
surat keterangan yang disertai materi 6.000 sebagai
pengganti surat pengantar dari RT dan RW sehingga
warga masih tetap bisa melakukan ataupun meminta
pelayanan administrasi maupun mengurus surat-
surat
Wawancara dengan Ibu Utik (Salah seorang warga RT.9 RW.6
sekaligus penjual nasi / warung makan)
Narasumber : Ibu Utik
Pewawancara : Andre Rhonaldo
Andre : Apa pendapat warga mengenai fenomena
mundurnya RT dan RW?
Ibu Utik : RT dan RW mengundurkan diri dengan alasan
menolak dua arah dan mereka merundingkan ini
bersama dengan RT dan RW di Kelurahan
Penanggungan yang menganggap keputusan ini
adalah solusi yang diberikan oleh RT dan RW di
Kelurahan Penanggungan. Ada beberapa warga
yang tahu dan ada juga yang tidak. Mereka satu
suara dengan tindakan ini. Saya pribadi juga
bingung dan tidak tahu bagaimana berkomentar
tentang tindakan RT dan RW tersebut. Yang jelas
saya sendiri juga ingin dua arah ini juga
dikembalikan dengan berbagai alasan sosial dan
ekonomi. Saya berharap RT dan RW juga kembali
seperti semula supaya pelayanan dan membuat
surat-surat juga lancar, karena sebelumnya juga
lancar-lancar saja. Saya juga berharap kendala ini
nantinya tetap membuat pelayanan administrasinya
tetap berjalan. Apalagi misalnya dalam keadaan
darurat seperti butuh surat keterangan tidak mampu
64
untuk daftar sekolah ya harapan saya terdahulu
semoga pihak kelurahan bisa menanganinya. Jalan
dua arah ini juga banyak dampaknya, ada cerita
saya pernah nyebrang jalan dan tertabrak sepeda
motor sehingga menyebabkan luka-luka karena kaki
saya terserempet dan sakit selama satu minggu dan
saya tidak bekerja, walaupun ada juga warga yang
pernah tertabrak sepeda motor hingga meninggal.
Sehingga saya dan beberapa warga juga ingin
dikembalikan lagi dua arah walaupun saya pribadi
juga tidak tahu lagi dengan keputusan
mengundurkan diri seperti ini, sekarang juga sudah
dikembalikan dua arah ya Alhamdulillah beberapa
kendaraan tidak ngebut lagi terutama yang sepeda
motor, karena jika mobil kan masih tidak apa-apa,
masih lumayan lah, laju kecepatannya masih bisa
dikontrol oleh orang yang mau nyeberang.
Andre : Bagaimana kondisi pelayanan administrasi di RW
6 Kelurahan Penanggungan pasca kebijakan one
way?
Ibu Utik : Untuk masalah pelayanan ya masih sedikit
kesulitan awalnya karena stempelnya masih di
balaikota. Pada awalnya Pelayanan nya menurut
saya ya kurang lancar karena sampai sekarang kalau
mengurus surat ya sulit karena stempelnya tidak
ada, jika belum ada tanda tangan dari RT dan RW
dibawa ke kelurahan ya kesulitan karena jalan dua
arah yang sudah dikembalikan ini juga sifatnya
sementara dan stempelnya juga belum diambil oleh
RT dan RW di balai kota tersebut. Yang akhirnya
solusi dari kelurahan untuk mengurus surat-surat,
ada beberapa warga yang sudah tahu, ada juga yang
65
tidak, sehingga beberapa warga yang tidak tahu
masih beranggapan mengurus surat-surat sulit
seperti persepsi sebelumnya. Namun yang sudah
tahu ya lancar dan enak mengurus suratnya. Namun
tetap berjalan pelayanannya karena warga dan
kelurahan juga turun menanganinya walaupun ada
beberapa administrasi yang diminta warga tidak bisa
dipenuhi.
Andre : Bagaimana proses pelayanan administrasi di RW 6
Kelurahan Penanggungan pasca kebijakan one way?
Ibu Utik : Prosesnya sedikit rumit karena beberapa warga
dan kelurahan sendiri yang akhirnya menangani
sendiri proses pelayanannya. Karena stempelnya
juga tidak ada jadi tidak semua bentuk pelayanan
administrasi bisa diatasi, ada beberapa yang
langsung bisa diatasi oleh pihak kelurahan dengan
kelurahan itu sendiri
Andre : Siapa yang mengatasi pelayanan administrasi
pasca RW mundur?
Ibu Utik : Warga sendiri dan pihak kelurahan Penanggungan
Andre : Pelayanan administrasi apa saja yang sering
diminta oleh warga RW 6?
Ibu Utik : Ya seperti mengurus KTP dan surat pengantar
misalnya surat keterangan tidak mampu dan surat-
surat lainnya untuk anak masuk sekolah
66
B. Dokumentasi
Berikut adalah gambar dari surat pengantar peneliti untuk melakukan penelitian
dengan judul penelitian “Pelayanan Administrasi di Kelurahan Penanggungan
Pascra Implementasi Kebijakan One Way (Studi pada RW.06 Kelurahan
Penanggungan Kota Malang)” yang beranggotakan Cik Ida Kumalasari Amirudin,
Rizky Setyo Budi Utomo, dan Andre Rhonaldo.
67
Berikut adalah gambar dari interview guide dan outline penelitian untuk
melakukan penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada
narasumber pada saat melakukan wawancara.
68
Berikut adalah foto pada saat peneliti melakukan wawancara kepada bagian
pelayanan di kelurahan Penanggungan
69
Berikut adalah foto dan gambar dari Kelurahan Penanggungan dan pada saat
peneliti melihat lingkungan sekitar serta aktivitas yang terjadi di Kelurahan
Penanggungan
70
Berikut adalah foto ruang pelayanan di Kelurahan Penanggungan yaitu tempat
dimana warga Penanggungan mengurus adminitrasi dan surat-menyurat yang
diinginkan ataupun diminta warga dan aktivitas yang terjadi di Kelurahan
Penanggungan adalah membaca Koran seperti foto diatas serta mengurusi surat-
surat keterangan dan pernyataan dari warga untuk mengurus administarsi.
71
Berikut adalah pada saat peneliti melakukan wawancara kepada salah seorang
warga RW.6 Kelurahan Penanggungan
72
Berikut adalah foto-foto pada saat peneliti menganalisis dan mengumpulkan data
hasil penelitian