Post on 23-Oct-2015
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Hidung
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah
anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum
nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka
inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior,
berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas
konka media disebut meatus superior.
Gambar 1. Anatomi hidung
a. Septum nasi
Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian
posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh
kartilago septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian
posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila , krista palatina serta krista
sfenoid.
b. Kavumnasi
Kavum nasi terdiri dari:
1. Dasar hidung
Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus
horizontal os palatum.
1 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
2. Atap hidung
Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal,
prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid.
Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh
filamen-filamen n.olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial
konka superior.
3. Dinding Lateral
Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os
maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan
bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina perpendikularis os platinum dan
lamina pterigoideus medial.
4. Konka
Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka. Celah
antara konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior. Celah
antara konka media dan inferior disebut meatus media. Diatas konka media
disebut meatus superior. Kadang-kadang didapatkan konka keempat (konka
suprema) yang teratas. Konka suprema, konka superior, dan konka media
berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior merupakan
tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan palatum.
5. Meatus superior
Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit
antara septum dan bagian lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok
sel-sel etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau
beberapa ostium yang besarnya bervariasi. Di atas belakang konka superior
dan di depan korpus os sfenoid terdapat resesus sfeno-etmoidal, tempat
bermuaranya sinus sphenoid.
6. Meatus media
Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang
lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus
maksila, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian
anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral
terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum.
Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan
2 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris.
Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang
berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. Di atas
infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh
salah satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid
anterior biasanya bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid
anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila
bermuara di posterior muara sinus frontal. Adakalanya sel-sel etmoid dan
kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di depan
infundibulum.
7. Meatus Inferior
Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus,
mempunyai muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3
sampai 3,5 cm di belakang batas posterior nostril.
8. Nares
Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi
dengan nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri
septum. Tiap nares posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina
horisontalis palatum, bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus
vaginalis os sfenoid dan bagian luar oleh lamina pterigoideus.
Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang
terdiri atas sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris
merupakan sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid
yang irregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya
menghadap ke arah apeks prosesus zygomatikus os maksilla.
Benda asing di hidung tersering ditemukan di antara septum dan bagian bawah
konka nasalis inferior, dapat dilihat pada gambar di bawah.
3 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
Gambar 2. Predileksi benda asing di hidung
2.2. Definisi
Benda asing di hidung adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada pada hidung.
2.3. Epidemiologi
Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama pada
usia 1 - 4 tahun. Pada usia ini anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama
daerah yang berlubang, termasuk hidung. Mereka dapat pula memasukkan benda
asing sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di
hidung, atau untuk mengurangi rasa gatal atau perih akibat iritasi yang sebelumnya
sudah terjadi. Benda asing yang tersering ditemukan yaitu sisa makanan, permen,
manik-manik dan kertas. Benda asing seperti plastik dapat pula bertahan lama karena
sukar didiagnosis akibat sifatnya yang noniritatif dan radiolusen sehingga tidak
tampak dari pemeriksaan radiologik.
Benda asing, meskipun tampak sebagai masalah yang tidak serius, juga dapat
menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas bila masuk ke saluran nafas bawah. Pada
usia dibawah 1 tahun, aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian.
2.4. Faktor Predisposisi
4 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing di hidung antara
lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan tempat
tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme dan epilepsi), ukuran, bentuk serta sifat benda asing serta faktor
kecerobohan.
2.5. Klasifikasi Benda Asing
Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui
hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda
asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari
tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik
seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda
cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat
berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran
difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat
proses persalinan.
Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi benda
asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan yang keras seperti
kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.
Pembagian yang lain yaitu :
1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing.
a. Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan
hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya
bezziana. Chrysomya bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili
Calliphoridae, ordo diptera, subordo Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa
berukuran sedang berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm,
bergaris gelap pada toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva
mempunyai kait-kait di bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat
orange. Lalat dewasa meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan
berdarah panas yang hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka,
5 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
lubang-lubang pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus
urogenital.
b. Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.
Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai
rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air
tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan pengisap darah. Pada
tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk
menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan
zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah
sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah,
lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini
pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.
Gambar 3. Lintah hidup di hidung
c. Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah
di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi Port d’entry
atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen
yang lebih banyak.
2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju.
Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang
bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus
diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena
kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.3
6 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
Gambar 4. Manik-manik di bawah konka inferior
2.6. Patofisiologi
Benda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak yang
berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat
dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh anak lain.3 Benda
yang dimasukkan ke dalam hidung anak biasanya benda yang lembut. Benda tersebut
masuk ke hidung saat anak mencoba untuk mencium sesuatu. Anak sering menaruh
benda ke dalam hidung karena perasaan bosan, ingin tahu atau meniru anak lain.
Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian
besar ditemukan di dasar hidung tepat dibawah konka inferior. Lokasi lainnya ada di
depan dari konka media. Benda-benda kecil yang masuk kebagian anterior rongga
hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. Benda asing yang berada di rongga
hidung dalam waktu yang cukup lama serta benda hidup dapat menimbulkan berbagai
kesulitan dalam mengeluarkan benda asing.
7 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
Gambar 5. Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (IT= inferior turbinate, MT= middle turbinate, SS= sphenoid sinus, ST= superior turbinate).
Benda asing yang masuk ke rongga postnasal dapat teraspirasi dan terdorong
ke belakang saat usaha pengeluaran sehingga menimbulkan obstruksi jalan nafas akut.
Benda asing di hidung juga berpengaruh dalam membawa organisme penyebab
penyakit difteri dan penyakit infeksi lainnya. Oleh karena itu, benda asing hidung
dapat menyebabkan masalah yang nyata dan jangan dianggap remeh.
Beberapa benda asing yang masuk kedalam rongga hidung dapat bertahan
bertahun-tahun tanpa adanya perubahan mukosa, namun sebagian besar benda mati
yang masuk ke hidung dapat menimbulkan pembengkakan mukosa hidung dengan
kemungkinan menjadi nekrosis, ulserasi, erosi mukosa, dan epistaksis. Tertahannya
sekresi mukus, benda asing yang membusuk serta ulserasi dapat menyebabkan sekret
berbau busuk.
Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan yang nyata bila terbenam
di jaringan granulasi dengan menerima lapisan kalsium, magnesium fosfat dan
karbonat yang demikian akan menjadi sebuah rhinolith. Terkadang proses ini dapat
terjadi di area mukopus bahkan bekuan darah yang sering disebut nidus. Rhinolith
endogen yang terbentuk dari inti darah atau mukus jarang terjadi pasa usia dibawah 4
tahun, sedangkan rhinolith eksogen yang terbentuk dari benda asing yang diselimuti
oleh garam dapat terjadi pada usia berapapun.
8 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
Rhinolith umumnya terletak di dasar hidung bersifat radioopak, single, sferis
ireguler namun dapat menunjukkan pemanjangan sesuai dengan arah tumbuh di
rongga hidung. Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan
parah dari septum hidung. Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung
berbagai jenis logam berat seperti merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan lithium.
Pembebasan zat ini menyebabkan berbagai jenis lesi tergantung pada lokalisasi
dengan reaksi jaringan lokal serta nekrosis. Sebagai hasilnya terbentuk perforasi
septum, sinekia, penyempitan dan stenosis dari rongga hidung. Benda asing hidup
dapat menginisiasi proses inflamasi dari infeksi lokal ringan sampai kerusakan tulang
hidung.
2.7. Manifestasi klinis
Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena
tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolit di sekitar
benda asing. Gangguan umumnya terjadi pada sisi rongga hidung yang terdapat benda
asing. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan
cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan
bersin. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral
dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga
sering disangka sinusitis. Benda asing seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan
sekret yang berbau busuk.
Gambar 6. Vestibulitis unilateral akibat benda asing hidung.
Benda asing hidup dapat menimbulkan gejala bilateral seperti hidung
tersumbat, sakit kepala, sekret serosanguinous, demam. Rhinolith umumnya bergejala
9 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
dan menimbulkan obstruksi nasal bila rhinolith membesar. Pemeriksaan didaptkan
massa ireguler keabuan, terletak di sepanjang dasar hidung.
2.8. Diagnosis banding
Diagnosis banding untuk obstruksi hidung unilateral antara lain:
1. Sinusitis
2. Polip
3. Tumor
4. Upper respiratory infection (URI)
5. Atresia koana unilateral
6. Tumor hidung
7. Abses
8. Hematoma septum
Keluhan hidung bau dapat ditemukan juga pada rhinitis atrofi, sinusitis dan
tumor. Perlu juga dipertimbangkan adanya masalah psikis bila ternyata tidak
ditemukan kelainan pada hidung pasien.
2.9. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan
anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul "choking" (rasa tercekik),
gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan
radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda asing di saluran
napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan
terapi.
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, katena kasus aspirasi ditegakkan
karena kasus aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat
kejadian. Perlu diketahui macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah beberapa
lama tersedak benda asing itu.
Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta
dibutuhkan kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien. Pasien harus
dalam keadaan imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan, oleh karena itu terkadang
dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien pediatrik.
10 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan
pemeriksaan penunjang. Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing
berjenis metal yang memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.13Selain itu,
rinolith dapat dilihat dari pemeriksaan rhinoskopi anterior, CT scan maupun
endoskopi.
Gambar 7. Rinolith pada pemeriksaan CT scan
Gambar 8. Rinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi
2.10. Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat
perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya benda asing
tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas diatasi dengan pengangkatan
segera secara endoskopik dalam kondisi yang apling aman, dengan trauma yang
minimum. Kebanyakan pasien dengan aspirasi benda asing yang datang ke ahli THT
telah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan
seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.
11 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena
biasanya pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan
anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri yang
ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung sebelumnya baik oleh orang tua
maupun tenaga kesehatan. Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing
di hidung, seperti metode wax hook, menggunakan forgarty catheter, suction, metode
tekanan positif, maupun dengan metode‘Parent’sKiss’.
Gambar 9. Pengunaan Forgarty Catheter
Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung ialah dengan memakai
pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung dib again atas, menyusuri atap
kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan
ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat
pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda
asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.
12 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a
Gambar 10. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator
Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring
dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat
terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang menyebabkan sesak
napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat.
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.
2.11. Komplikasi
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini
hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda asing
pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi.12 Beberapa
komplikasi benda asing pada hidung yang telah dilaporkan, antara lain:
Sinusitis
Otitis Media Akut
Perforasi septum nasi
Selulitis periorbital
Meningitis,
Epiglotitis akut
Difteria
Tetanus
13 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a