Benda Asing Pada Hidung

20
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Anatomi Hidung Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior. Gambar 1. Anatomi hidung a. Septum nasi Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela 1 | Stase THT RSIJ Sukapura

Transcript of Benda Asing Pada Hidung

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Hidung

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah

anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum

nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka

inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior,

berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas

konka media disebut meatus superior.

Gambar 1. Anatomi hidung

a. Septum nasi

Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian

posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh

kartilago septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian

posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila , krista palatina serta krista

sfenoid.

b. Kavumnasi

Kavum nasi terdiri dari:

1. Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus

horizontal os palatum.

1 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

2. Atap hidung

Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal,

prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid.

Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh

filamen-filamen n.olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus

olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial

konka superior.

3. Dinding Lateral

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os

maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan

bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina perpendikularis os platinum dan

lamina pterigoideus medial.

4. Konka

Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka. Celah

antara konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior. Celah

antara konka media dan inferior disebut meatus media. Diatas konka media

disebut meatus superior. Kadang-kadang didapatkan konka keempat (konka

suprema) yang teratas. Konka suprema, konka superior, dan konka media

berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior merupakan

tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan palatum.

5. Meatus superior

Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit

antara septum dan bagian lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok

sel-sel etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau

beberapa ostium yang besarnya bervariasi. Di atas belakang konka superior

dan di depan korpus os sfenoid terdapat resesus sfeno-etmoidal, tempat

bermuaranya sinus sphenoid.

6. Meatus media

Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang

lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus

maksila, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian

anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral

terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum.

Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan

2 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris.

Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang

berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. Di atas

infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh

salah satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid

anterior biasanya bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid

anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila

bermuara di posterior muara sinus frontal. Adakalanya sel-sel etmoid dan

kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di depan

infundibulum.

7. Meatus Inferior

Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus,

mempunyai muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3

sampai 3,5 cm di belakang batas posterior nostril.

8. Nares

Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi

dengan nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri

septum. Tiap nares posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina

horisontalis palatum, bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus

vaginalis os sfenoid dan bagian luar oleh lamina pterigoideus.

Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang

terdiri atas sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris

merupakan sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid

yang irregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya

menghadap ke arah apeks prosesus zygomatikus os maksilla.

Benda asing di hidung tersering ditemukan di antara septum dan bagian bawah

konka nasalis inferior, dapat dilihat pada gambar di bawah.

3 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Gambar 2. Predileksi benda asing di hidung

2.2. Definisi

Benda asing di hidung adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh

yang dalam keadaan normal tidak ada pada hidung.

2.3. Epidemiologi

Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama pada

usia 1 - 4 tahun. Pada usia ini anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama

daerah yang berlubang, termasuk hidung. Mereka dapat pula memasukkan benda

asing sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di

hidung, atau untuk mengurangi rasa gatal atau perih akibat iritasi yang sebelumnya

sudah terjadi. Benda asing yang tersering ditemukan yaitu sisa makanan, permen,

manik-manik dan kertas. Benda asing seperti plastik dapat pula bertahan lama karena

sukar didiagnosis akibat sifatnya yang noniritatif dan radiolusen sehingga tidak

tampak dari pemeriksaan radiologik.

Benda asing, meskipun tampak sebagai masalah yang tidak serius, juga dapat

menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas bila masuk ke saluran nafas bawah. Pada

usia dibawah 1 tahun, aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian.

2.4. Faktor Predisposisi

4 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing di hidung antara

lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan tempat

tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, kesadaran menurun,

alkoholisme dan epilepsi), ukuran, bentuk serta sifat benda asing serta faktor

kecerobohan.

2.5. Klasifikasi Benda Asing

Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :

1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui

hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda

asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari

tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik

seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing

eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda

cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat

berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran

difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat

proses persalinan.

Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi benda

asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan yang keras seperti

kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.

Pembagian yang lain yaitu :

1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing.

a. Larva lalat

Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan

hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya

bezziana. Chrysomya bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili

Calliphoridae, ordo diptera, subordo Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa

berukuran sedang berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm,

bergaris gelap pada toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva

mempunyai kait-kait di bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat

orange. Lalat dewasa meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan

berdarah panas yang hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka,

5 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

lubang-lubang pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus

urogenital.

b. Lintah

Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.

Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang

termasuk dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai

rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air

tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan pengisap darah. Pada

tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk

menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan

zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah

sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah,

lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini

pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.

Gambar 3. Lintah hidup di hidung

c. Cacing

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah

di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi Port d’entry

atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen

yang lebih banyak.

2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju.

Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang

bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus

diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena

kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.3

6 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Gambar 4. Manik-manik di bawah konka inferior

2.6. Patofisiologi

Benda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak yang

berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat

dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh anak lain.3 Benda

yang dimasukkan ke dalam hidung anak biasanya benda yang lembut. Benda tersebut

masuk ke hidung saat anak mencoba untuk mencium sesuatu. Anak sering menaruh

benda ke dalam hidung karena perasaan bosan, ingin tahu atau meniru anak lain.

Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian

besar ditemukan di dasar hidung tepat dibawah konka inferior. Lokasi lainnya ada di

depan dari konka media. Benda-benda kecil yang masuk kebagian anterior rongga

hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. Benda asing yang berada di rongga

hidung dalam waktu yang cukup lama serta benda hidup dapat menimbulkan berbagai

kesulitan dalam mengeluarkan benda asing.

7 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Gambar 5. Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (IT= inferior turbinate, MT= middle turbinate, SS= sphenoid sinus, ST= superior turbinate).

Benda asing yang masuk ke rongga postnasal dapat teraspirasi dan terdorong

ke belakang saat usaha pengeluaran sehingga menimbulkan obstruksi jalan nafas akut.

Benda asing di hidung juga berpengaruh dalam membawa organisme penyebab

penyakit difteri dan penyakit infeksi lainnya. Oleh karena itu, benda asing hidung

dapat menyebabkan masalah yang nyata dan jangan dianggap remeh.

Beberapa benda asing yang masuk kedalam rongga hidung dapat bertahan

bertahun-tahun tanpa adanya perubahan mukosa, namun sebagian besar benda mati

yang masuk ke hidung dapat menimbulkan pembengkakan mukosa hidung dengan

kemungkinan menjadi nekrosis, ulserasi, erosi mukosa, dan epistaksis. Tertahannya

sekresi mukus, benda asing yang membusuk serta ulserasi dapat menyebabkan sekret

berbau busuk.

Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan yang nyata bila terbenam

di jaringan granulasi dengan menerima lapisan kalsium, magnesium fosfat dan

karbonat yang demikian akan menjadi sebuah rhinolith. Terkadang proses ini dapat

terjadi di area mukopus bahkan bekuan darah yang sering disebut nidus. Rhinolith

endogen yang terbentuk dari inti darah atau mukus jarang terjadi pasa usia dibawah 4

tahun, sedangkan rhinolith eksogen yang terbentuk dari benda asing yang diselimuti

oleh garam dapat terjadi pada usia berapapun.

8 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Rhinolith umumnya terletak di dasar hidung bersifat radioopak, single, sferis

ireguler namun dapat menunjukkan pemanjangan sesuai dengan arah tumbuh di

rongga hidung. Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan

parah dari septum hidung. Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung

berbagai jenis logam berat seperti merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan lithium.

Pembebasan zat ini menyebabkan berbagai jenis lesi tergantung pada lokalisasi

dengan reaksi jaringan lokal serta nekrosis. Sebagai hasilnya terbentuk perforasi

septum, sinekia, penyempitan dan stenosis dari rongga hidung. Benda asing hidup

dapat menginisiasi proses inflamasi dari infeksi lokal ringan sampai kerusakan tulang

hidung.

2.7. Manifestasi klinis

Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena

tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolit di sekitar

benda asing. Gangguan umumnya terjadi pada sisi rongga hidung yang terdapat benda

asing. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan

cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan

bersin. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral

dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga

sering disangka sinusitis. Benda asing seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan

sekret yang berbau busuk.

Gambar 6. Vestibulitis unilateral akibat benda asing hidung.

Benda asing hidup dapat menimbulkan gejala bilateral seperti hidung

tersumbat, sakit kepala, sekret serosanguinous, demam. Rhinolith umumnya bergejala

9 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

dan menimbulkan obstruksi nasal bila rhinolith membesar. Pemeriksaan didaptkan

massa ireguler keabuan, terletak di sepanjang dasar hidung.

2.8. Diagnosis banding

Diagnosis banding untuk obstruksi hidung unilateral antara lain:

1. Sinusitis

2. Polip

3. Tumor

4. Upper respiratory infection (URI)

5. Atresia koana unilateral

6. Tumor hidung

7. Abses

8. Hematoma septum

Keluhan hidung bau dapat ditemukan juga pada rhinitis atrofi, sinusitis dan

tumor. Perlu juga dipertimbangkan adanya masalah psikis bila ternyata tidak

ditemukan kelainan pada hidung pasien.

2.9. Penegakkan Diagnosis

Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan

anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul "choking" (rasa tercekik),

gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan

radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda asing di saluran

napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan

terapi.

Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, katena kasus aspirasi ditegakkan

karena kasus aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat

kejadian. Perlu diketahui macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah beberapa

lama tersedak benda asing itu.

Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta

dibutuhkan kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien. Pasien harus

dalam keadaan imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan, oleh karena itu terkadang

dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien pediatrik.

10 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan

pemeriksaan penunjang. Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing

berjenis metal yang memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.13Selain itu,

rinolith dapat dilihat dari pemeriksaan rhinoskopi anterior, CT scan maupun

endoskopi.

Gambar 7. Rinolith pada pemeriksaan CT scan

Gambar 8. Rinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi

2.10. Penatalaksanaan

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat

perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya benda asing

tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas diatasi dengan pengangkatan

segera secara endoskopik dalam kondisi yang apling aman, dengan trauma yang

minimum. Kebanyakan pasien dengan aspirasi benda asing yang datang ke ahli THT

telah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan

seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.

11 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena

biasanya pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan

anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri yang

ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung sebelumnya baik oleh orang tua

maupun tenaga kesehatan. Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing

di hidung, seperti metode wax hook, menggunakan forgarty catheter, suction, metode

tekanan positif, maupun dengan metode‘Parent’sKiss’.

Gambar 9. Pengunaan Forgarty Catheter

Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung ialah dengan memakai

pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung dib again atas, menyusuri atap

kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan

ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat

pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda

asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.

12 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Gambar 10. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring

dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat

terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang menyebabkan sesak

napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat.

Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus

benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.

2.11. Komplikasi

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini

hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda asing

pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi.12 Beberapa

komplikasi benda asing pada hidung yang telah dilaporkan, antara lain:

Sinusitis

Otitis Media Akut

Perforasi septum nasi

Selulitis periorbital

Meningitis,

Epiglotitis akut

Difteria

Tetanus

13 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a

Gambar 11. Komplikasi Akibat Benda Asing di Hidung

14 | Stase T H T R S I J S u k a p u r a