Post on 26-Oct-2015
description
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam
penggunaan teknik intervensi kateterisasi pada penatalaksanaan kelainan-kelainan
katup jantung misalnya percutaneous valve replacement.. Salah satu faktor
pendorong kemajuan ini adalah tindakan koreksi berupa operasi jantung terbuka
pada penderita-penderita kelainan jantung bawaan. Tetralogy of Fallot
merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling sering dijumpai dengan
prevalensi sekitar 10%. Saat ini banyak sekali penderita TOF yang mencapai usia
dewasa terutama yang telah mengalami total koreksi berupa penutupan VSD,
pelebaran RVOT dengan cara reseksi otot infundibular subpulmonal dan
pelebaran stenosis pulmonal. Penutupan area yang terbuka saat melakukan
pelebaran RVOT dilakukan dengan penempatan patch dari pericardnya sendiri,
namun tindakan ini dapat menimbulkan sekuel di kemudian hari berupa kondisi
aneurismatik. Disamping itu terdapat korelasi antara ukuran patch dengan derajat
keparahan dari regurgitasi pulmonal yang terjadi (Feldman, 2006; Boenhoeffer,
2000).
Kondisi ini menempatkan kardiolog pada posisi yang sulit saat penderita
paska repair TOF menginjak usia dewasa karena kelainan regurgitasi pulmonal
menimbulkan resiko untuk tindakan reoperasi. Sehingga dipikirkan tindakan non
bedah untuk mengatasi sekuel ini dan sejak tahun 2000 berkembanglah berbagai
penelitian intervensi perkutan dalam upaya mengatasi problem tersebut
(Boenhoeffer, 2000).
Insufisiensi pulmonal adalah inkompetensi dari katup pulmonal
menyebabkan aliran darah dari arteri pulmonalis ke dalam ventrikel kanan selama
diastol. Penyebab paling umum adalah hipertensi pulmonal. Insufisiensi pulmonal
biasanya tanpa gejala. Tanda termasuk decrescendo murmur diastolik. Diagnosis
2
adalah dengan ekokardiografi. Biasanya tidak ada pengobatan khusus yang
diperlukan kecuali untuk manajemen kondisi menyebabkan hipertensi pulmonal.
1.2 Tujuan
Berdasar latar belakang, tujuan yang dapat diambil yaitu:
1. mengetahui pengertian insufisiensi pulmonal;
2. mengetahui epidemiologi insufisiensi pulmonal;
3. memahami etiologi insufisiensi pulmonal;
4. mengetahui tanda dan gejala insufisiensi pulmonal;
5. memahami patofisiologi insufisiensi pulmonal;
6. mengetahui komplikasi dan prognosis insufisiensi pulmonal;
7. mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan;
8. mengetahui penatalaksanaan insufisiensi pulmonal;
9. memahami pathway atau perjalanan penyakit insufisiensi pulmonal;
dan
10. mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien yang mengalami
insufisiensi pulmonal.
1.3 Implikasi Keperawatan
Masalah insufisiensi pulmonal angka kejadiannya memang tidak terlalu
tinggi jika dibandingkan dengan masalah insufisiensi katup jantung yang lain,
namun demikan kepekaan perawat dalam mengkaji dan mengetahui tanda dan
gejala serta karaktristik untuk menentukan insufisiensi pulmonal sangat penting.
Dalam mendiagnosa insufisiensi pulmonal sangat dibutuhkan ketelitian karena
bising akibat insufisiensi aorta mirip dengan insufisiensi pulmonal. Jika terjadi
kesalahan diagnosis tersebut terjadi maka akan menimbulkan penanganan yang
tidak tepat dan menyebabkan ketidak efektifan asuhan keperawatan yang akan
diberikan.
3
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Insufisiensi Pulmonal
Insufisiensi katup pulmonal paling sering menyertai penyakit
kardiovaskuler lain atau dapat akibat hipertensi pulmonal berat (Behrman dkk,
1999:1594). Suatu pirau kiri ke kanan yang besar dengan aliran darah pulmonalis
yang besar akan menimbulkan peningkatan tekanan arteri pulmonalis secara nyata
karena peningkatan aliran disebut hipertensi pulmonal hiperdinamis. Setelah
penutupan defek melalui pembedahan, tekanan arteri pulmonalis kembali normal.
Aliran arteri pulmonalis yang tetap tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
permanen pembuluh darah paru yang lebih kecil sehingga dapat terjadi
penyempitan dan hipertensi pulmonal ireversibel. Katup pulmonal memiliki daun
trikuspid yang berfungsi untuk mencegah aliran balik arteri pulmonalis ke
ventrikel kanan. Katup yang insufisiensi tidak dapat menjalankan fungsinya
sehingga terjadi aliran balik tersebut (Wahab, 2009:180).
2.2 Epidemiologi Insufisiensi Pulmonal
Insufisiensi katup pulmonal kongenital murni merupakan anomali yang
jarang. Mortalitas dan morbiditas ditentukan oleh kelainan yang mendasarinya.
Tidak ada predileksi pada ras atau etnis tertentu (Wahab, 2009:180).
2.3 Etiologi Insufisiensi Pulmonal
Lesi struktural pada katup pulmonal mengakibatkan insufisiensi pulmonal,
suatu kelainan yang jarang terjadi yang bersifat kongenital atau didapat. Lesi ini
sering berhubungan dengan tetralogi Fallot, tetapi dapat juga timbul sebagai
akibat endokarditis bakterialis, terutama yang disebabkan oleh infeksi
stafilokokus dan gonokokus, atau mungkin timbul sesudah tindakan pembedahan
jantung pada katup pulmonal (Delf, 1996:315). Menurut Behrman dkk
4
(1999:1594), inkompetensi katup merupakan hasil dari pembedahan obstruksi
saluran aliran keluar ventrikel kanan, misalnya valvotomi pulmonal pada
penderita dengan stenosis katup pulmonal dan valvotomi dengan pemotongan
infundibulum pada penderita dengan tetralogi Fallot.
2.4 Tanda dan Gejala Insufisiensi Pulmonal
Insufisiensi pulmonal biasanya tidak menunjukkan gejala klinis yang
bermakna, tetapi gejala gagal jantung kanan akan muncul pada fase dekompensasi
dilatasi ventrikel kanan. Kejadian ini sangat bergantung pada durasi dan beratnya
regurgitasi. Sesak napas sering dikeluhkan terutama selama aktivitas fisik. Anak
yang lebih besar atau remaja dapat mengeluh cepat lelah, nyeri kepala, edema
perifer, nyeri dada, berdebar-debar, dan mungkin ada riwayat pingsan (Wahab,
2009:183).
2.5 Patofisiologi Insufisiensi Pulmonal
Pada pemeriksaan endokardiogram dewasa, tidak jarang dijumpai suatu
aliran balik fisiologis kecil selama fase diastole ventrikel kanan. Namun demikian,
kondisi patologis dari insufisiensi pulmonal dapat mengakibatkan gangguan
fungsi ventrikel kanan dan pembesaran ventrikel kanan tipe volume yang
berlebihan. Kelainan ini sangat jarang ditemui tanpa adanya kelainan lain yang
mendasari, seperti hipertensi pulmonal, sindrom Marfan, atau kardiomiopati
dilatasi. Insufisiensi pulmonal juga merupakan komplikasi yang umum dijumpai
pasca pembedahan tetralogi Fallot atau stenosis pulmonal. Patofisiologi
insufisiensi pulmonal didasari oleh adanya:
1. dilatasi cincin katup pulmonal;
2. gangguan yang didapat dari morfologi daun katup pulmonal; dan
3. kelainan morfologi kongenital (Wahab, 2009:181).
Insufisiensi pulmonal berbeda dengan insufisiensi aorta karena dua sebab.
Pertama, aliran darah dapat dipertahankan secara tidak langsung oleh kerja
jantung kiri lewat aliran darah balik vena sistemik (systemic venous return) dan
oleh kontraksi atrium kanan. Hal ini tampak pada pasien dengan insufisiensi
5
pulmonal berat dan ventrikel kanan yang restriktif. Pada kondisi tersebut, terdapat
aliran darah ke dalam arteri pulmonal pada fase akhir diastolik akibat dorongan
atrium kanan dan di sini ventrikel kanan hanya berperan sebagai saluran. Kedua,
tahanan mikrovaskuler paru lebih rendah jika dibandingkan dengan tahanan
sistemik. Darah yang dipompa oleh ventrikel kanan langsung masuk ke vena
pulmonalis melewati mikrovaskuler paru dengan dibantu kerja jantung kiri. Jadi,
pada insufisiensi pulmonal, aliran balik ke ventrikel kanan sewaktu diastole tidak
terlalu banyak. Hal ini menjelaskan mengapa pada insufisiensi pulmonal berat,
fraksi darah yang kembali ke ventrikel kanan hanya berkisar 40%, suatu jumlah
yang dapat ditoleransi dengan baik untuk periode waktu yang lama. Meskipun
demikian, eksaserbasi dapat terjadi pada kejadian yang meningkatkan tekanan
arteri pulmonal, seperti stenosis arteri pulmonalis, penyakit bronkopulmoner,
disfungsi ventrikel kiri, atau penyakit vaskuler paru lainnya (Wahab, 2009:181-
182).
Tabel 1.1 Patofisiologi Insufisiensi Pulmonal Kronis (Wahab, 2009:182)
Dasar
Pasca pembedahan tetralogi fallot
Pasca valvulotomi stenosis katup pulmonal
Sindrom katup pumonal absen (jarang)
Insufisiensi pulmonal kongenital tersendiri
Variabel
Penyerta
Stenosis arteri pulmonal perifer (−)
Hipertensi pulmonal (−)
Aneurisma/akinesia RVOT (−)
Fisiologi ventrikel kanan diastolik destriktif (+ pada
pasien dewasa dan tua)
Progresi Klinis Dilatasi ventrikel kanan (biasanya terdapat fase
kompensasi dalam jangka waktu lama dimana fungsi
ventrikel tetap dipertahankan normal)
Pemanjangan QRS (berhubungan dengan
peningkatan risiko takikardia ventrikel dan kematian
mendadak)
Timbulnya regurgitasi trikuspidalis
6
Disfungsi ventrikel kanan
Berbagai macam gejala klinis lain yang menyertai
Tanda (−) menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan efek negatif dan tanda (+) menunjukkan efek positif pada insufisiensi pulmonal atau fungsi ventrikel kanan. RVOT: jalur keluar ventrikel kanan.
Aliran balik ke dalam ventrikel kiri dalam waktu yang lama dan jumlah
banyak akan menyebabkan dilatasi ventrikel kanan atau pembesaran ventrikel
kanan tipe volume berlebihan. Lama kelamaan hal ini akan menyebabkan
penurunan fungsi ventrikel kanan dan terjadilah gagal jantung (Wahab,
2009:182).
2.6 Komplikasi dan Prognosis Insufisiensi Pulmonal
Pasien dengan kelainan ini mungkin tidak mengalami gangguan apapun,
kecuali ada faktor lain yang memperberat. Komplikasi yang dapat terjadi salah
satunya adalah endokarditis (Wahab, 2009:186).
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu sebagai
berikut.
1. Elektrokardiografi
Kebanyakan pasien memiliki irama sinus meskipun aritmia atrium
dapat terkihat. Pada pasien dengan kelainan insufisiensi pulmonal
tersendiri, pemanjangan QRS dengan morfologi rSR pada prekordial
kanan menggambarkan adanya pembesaran ventrikel kanan tipe
volume. Durasi QRS menggambarkan prognosis terjadinya aritmia
ganas. Dari pemeriksaan EKG dapat juga terlihat deviasi sumbu ke
kanan dan pembesaran atrium kanan (Wahab, 2009:184).
2. Rontgen dada
Insufisiensi berat dapat disertai gambaran kardiomegali tipe kanan.
Gambaran prunning dijumpai pada hipertensi pulmonal. Prunning
adalah gambaran arteri pulmonalis di sentral dan perihiler yang
7
prominen disertai corakan vaskuler perifer yang sangat sedikit (Wahab,
2009:184).
3. Ekokardiografi
Ekokardiografi 2 dimensi dan M-Mode dapat memperlihatkan adanya
dilatasi ventrikel kanan. Volume berlebihan pada ventrikel kanan dapat
menyebabkan pergerakan septum ventrikel yang tidak normal, berupa
pendataran saat diastolik dan gerakan paradoks. Kelainan bentuk katup
pulmonal dapat terlihat. Teknik Doppler digunakan untuk
memperlihatkan aliran regurgitan (Wahab, 2009:184).
2.8 Penatalaksanaan Insufisiensi Pulmonal
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu operasi penggantian katup
pulmonal. Operasi ini diperlukan apabila dijumpai insufisiensi sedang-berat dan
progresif. Tindakan ini juga ditujukan untuk mencegah terjadinya disfungsi
ventrikel kanan yang menetap (Wahab, 2009:184). Menurut Behrman dkk
(1999:1594), inkompetensi katup pulmonal murni biasanya ditoleransi dengan
baik dan tidak memerlukan penanganan bedah. Bila insufisiensi pulmonal berat,
terutama jika ada juga insufisiensi trikuspidal yang berarti, penggantian dengan
homograf mungkin diperlukan untuk melindungi fungsi ventrikel kanan.
8
BAB 3. PATHWAY
Kelainan jantung kongenitalsianotik : tetralogi of fallot
hipertensi pulmonal
kerusakan valvular Gangguan pertukaran gas
Penyempitan katup pulmonal
Aliran darah balik ke Suplai darah ke pulmo ↓ventrikel kanan
Penumpukan darah diventrikel kanan
Beban kerja ventrikel kanan ↑Ventrikel kanan mengalami dilatasi
Volume dan tekanan dalamventrikel kanan ↑
Aliran darah dari atrium kananke ventrikel kanan terhambat
Penumpukkan darah di atrium kanan
Aliran darah yang menuju atrium kanan terhambat
Penimbunan darah pada vena sistemik
Kelebihan volume cairan
Suplai darah ke atrium kiri ↓
Suplai darah ke ventrikel kiri ↓
Suplai darah ke aorta ↓
Suplai darah ke tubuh ↓ Penurunan curah jantung
9
Suplai darah ke tubuh ↓
Suplai darah ke jaringan ↓ Gangguan perfusi jaringan
Suplai O2 ke jaringan ↓
Hipoksemia
Sesak
Kelemahan tubuh
Bayi atau anak cepat lelah : beraktivitas
Intoleransi aktivitas
Nafsu makan menurun
Asupan menurun
Nutrisi menurun
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
10
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Pengumpulan Data
1. Identitas Pasien meliputi nama, nama panggilan, umur, tanggal lahir, dan
jenis kelamin. Pada identitas pasien juga tercantum identitas orang tua
pasien meliputi nama, umur, agama, suku, bahasa, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama anak yang menderita insufisiensi pulmonal yaitu sesak
napas, nyeri dada, nyeri kepala, dan berdebar-debar.
3. Riwayat penyakit sekarang dalam insufisiensi pulmonal dapat dikaitkan
dengan penyakit yang dirasakan saat ini dan penanganan apa yang telah
diberikan.
4. Riwayat penyakit dahulu meliputi penyakit yang pernah diderita, riwayat
operasi, riwayat alergi, dan riwayat imunisasi. Dalam insufisiensi
pulmonal dapat diakibatkan penyakit tetralogi of fallot dan telah dilakukan
pembedahan katup sehingga apabila pembedahan yang dilakukan tidak
sempurna maka dapat menyebabkan perubahan anatomi katup jantung
pulmonal sehimgga katup jantung tidak dapat menutup secara sempurna
saat aliran darah melewati katup pulmonal.
5. Riwayat perinatal meliputi antenatal, intranatal, postnatal (0-7 hari).
Kebutuhan nutrisi ibu saat hamil tidak terpenuhi sehingga saat
pembentukan janin, anatomi jantung tidak sempurna yang salah satunya
dapat menyebabkan insufisiensi pulmonal.
6. Riwayat penyakit keluarga
-
11
7. Keadaan umum
Dalam kasus insufisiensi pulmonal biasanya tidak menunjukkan gejala
klinis. Namun pada kasus dapat dilakukan anamnesis, sebagai berikut:
a. Keadaan pasien : pasien tampak lemah / tampak sesak, tingkat kesadaran
pasien.
b. Tanda-tanda vital : Berat Badan ( BB ) pasien menurun atau tidak, dan
Tinggi Badan ( TB )
c. Pemeriksaan kepala dan leher : pasien tampak gelisah, wajah pucat,
konjungtiva anemis, skelera ikterik, eksoptalmus, ptechie, bibir sianosis,
hidung simetris, keluhan pusing, nyeri kepala dan pingsan.
d. Pemeriksaan dada : obsrevasi gerakan pernafasan ( frekuensi, irama,
kedalaman nafas), kesimetrisan dada, suara nafas vesikuler / ronchi, saat
palpasi teraba thrill di daerah pulmonal, kaji bising insufisiensi pulmonal .
e. Pemerikasaan kulit / ekstremitas : akral hangat atau dingin , kulit lembab
atau kering, sianosis, adanya edema
f. Pemeriksaan kuku : sianosis perifer, cavilary refill time
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan
inadekuat.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penimbunan darah pada
vena sistemik.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay
dan kebutuhan oksigen.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan suplai darah ke
paru-paru.
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan suplai darah ke
seluruh tubuh.
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
12
4.3 Intervensi Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan yang diebrikan pada pasien dengan diagnose
medis insufisiensi pulmonal sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul,
yaitu:
Dx : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transport oksigen
inadekuat.
Tujuan : Pasien akan mampu mempertahankan/menunjukkan perbaikan
perfusi jaringan sesuai ketepatan individu yang di tunjukkan dengan nilai
CRT < 2 detik.
Kriteria Hasil : Pasien mampu mempertahankan/menunjukkan perbaikan
perfus jaringan sesuai ketepatan individu yang ditunjukkan dengan nilai
CRT<2detik.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji tanda- tanda vital pasien Perubahan tanda-tanda vital dapat membantu menentukan derajat gangguan pada perfusi jaringan.
2. Berikan posisi yang nyaman ; semi fowler
Memberikan posisi yang nyaman dan mengurangi nyeri dan sesak
3. Monitoring aliran gas darah pasien. Mengetahui kenormalan aliran gas darah
4. Monitor capillary refill time Mengetahui adanya gangguan pada sirkulasi darah
5. Anjurkan untuk tirah baring total Mengurangi beban kerja jantung
6. Bantu aktifitas sehar-hari sebagian atau seluruhnya
Mengurangi kinerja jantung berlebih.
7. Observasi tanda-tanda penurunan atau peningkatan curah jantung (Mudah lelah, akral dingin, pucat)
Mengetahui derajat curah jantung
8. Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi
Membantu memberi bantuan pernapasan yang tepat
13
Dx : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penimbunan darah pada
vena sistemik.
Tujuan : pasien akan dapat menunjukkan pengurangan volume cairan yang
berlebih.
Kriteria Hasil : pasien akan mampu menunjukkan penurunan tekanan darah
normal yaitu TD 95/65 mmHg untuk usia 1 tahun, sedangkan yang 6 tahun
105/65.
No Intervensi Rasional
1 Kaji edema ekstremitas atau bagian tubuh
Mengetahui edema ekstremitas atau bagian tubuh
2 Kaji adanya distensi vena jugularis
Mengetahui adanya distensi vena jugularis
3 Anjurkan pasien untuk meninggikan ekstremitas
Meningkatkan aliran darah balik vena
4 Kolaborasikan dengan ahli farmakologi tentang pemberian obat diuretik
Menghambat reabsorpsi natrium/klorida yang meningkatkan ekskresi cairan
5 Kaji efek pemberian obat diuretik Mengetahui efek obat diuretik yang diberikan
Dx : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplay dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Pasien akan mampu menunjukkan peningkatan yang dapat diukur
dalam toleransi aktivitas.
Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan peningkatan yang dapat diukur
dalam toleransi aktivitas artinya pasien tidak cepat merasa lelah saat
beraktivitas.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas.
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas.
2. Bantu aktivitas sehari-hari sebagian/seluruhnya.
Membatasi pengeluaran energi dalam beraktvitas.
3. Intruksikan pasien tentang teknik penghematan energi.
Membantu keseimbangan oksigen.
14
4. Kaji keefektifan pasien melakukan teknik penghematan energi.
Mengetahui keakftifan pasien dalam melakukan keaktifan.
5. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diri.
Memberikan bantuan mendorong kemandirian dalam melakukan.
4.4 Implementasi Asuhan Keperawatan
1. Implementasi asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transport oksigen
inadekuat.
a. Telah dilakukan pengkajian tanda-tanda vital pasien.
b. Telah diberikan posisi yang nyaman; semi fowler.
c. Telah dilakukan monitoring aliran gas darah pasien.
d. Telah dilakukan monitor capillary refill time.
e. Telah dianjurkan untuk tirah baring total kepada pasien.
f. Telah dilakukan bantuan dalam aktifitas sehar-hari sebagian atau
seluruhnya.
g. Telah dilakukan observasi tanda-tanda penurunan atau peningkatan
curah jantung (Mudah lelah, akral dingin, pucat).
h. Telah dilakukan kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai
indikasi kepada pasien.
2. Implementasi asuhan keperawatan dengan diagnose keperawatan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penimbunan darah pada
vena sistemik.
a. Telah dilakukan pengkajian edema ekstremitas atau bagian tubuh
pasien.
b. Telah dilakukan pengkajian distensi vena jugularis pada pasien.
c. Telah dilakukan tindakan meninggikan ekstremitas di atas bantal
pada pasien.
d. Telah diberikan terapi obat diuretik kepada pasien 2x sehari.
e. Telah dilakukan pengkajian efek pemberian obat diuretik.
15
3. Implementasi asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay
dan kebutuhan oksigen.
a. Telah dilakukan pengkajian respon pasien terhadap aktivitas. Telah
diberikan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sebagian/seluruhnya.
b. Telah dilakukan penginstruksian pasien tentang teknik penghematan
energy.
c. Telah dilakukan pengkajian keefektifan pasien melakukan teknik
penghematan energy.
d. Telah diberikan dorongan kepada pasien untuk melakukan aktivitas
diri.
4.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Hasil Evaluasi
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transport oksigen inadekuat.
Pasien mampu
mempertahankan /
menunjukkan
perbaikan perfusi
jaringan sesuai
ketepatan individu
yang di tunjukkan
dengan nilai CRT <
2 detik.
Tindakan berhasil
jika CRT < 2 detik.
Dan tindakan tidak
berhasil jika CRT >
2 detik.
Maka tindakan dapat
dilanjutkan atau
tindakan dapat
dimodifikasi.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penimbunan darah pada vena sistemik.
pasien akan mampu
menunjukkan
penurunan tekanan
darah normal yaitu
95/65 mmHg.
Tindakan berhasil
jika TD 95/65
mmHg untuk usia 1
tahun, sedangkan
yang 6 tahun 105/65.
16
Dx : Intoleransi
aktivitas berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Pasien mampu menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
Tindakan berhasil jika pasien tidak merasakan cepat lelah saat beraktivitas.
17
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Insufisiensi pulmonal adalah gangguan fungsi katup pulmonal disertai
penutupan tidak sempurna yang menyebabkan aliran balik darah dari arteri
pulmonal ke dalam ventrikel kanan. Katup pulmonal tidak mampu melaksanakan
tugas yang diberikan dengan maksimal akibatnya darah yang dipompakan dari
ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis tidak terpompa secara sempurna
sehingga ada sebagian darah yang kembali ke ventrikel kanan dan mengalami
penumpukan di ventrikel kanan. Insufisiensi pulmonal merupakan anomali yang
jarang. Insufisiensi katup pulmonal ini dapat diakibatkan oleh hipertensi
pulmonal, endokarditis bakterialis, sindrom Marfan, kardiomiopati dilatasi, dan
komplikasi pasca pembedahan tetralogi Fallot atau stenosis pulmonal. Tanda dan
gejala pada anak yang lebih besar atau remaja dapat mengeluh cepat lelah, nyeri
kepala, edema perifer, nyeri dada, berdebar-debar, dan mungkin ada riwayat
pingsan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu elektrokardiografi,
rontgen dada, dan ekokardiografi. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu
operasi penggantian katup pulmonal. Operasi ini diperlukan apabila dijumpai
insufisiensi sedang-berat dan progresif. Jika insufisiensi pulmonal bisa ditoleransi
dengan baik tidak memerlukan penanganan bedah. Bila insufisiensi pulmonal
berat, terutama jika ada juga insufisiensi trikuspidal yang berarti, penggantian
dengan homograf mungkin diperlukan untuk melindungi fungsi ventrikel kanan.
Proses keperawatan yang komprehensif meliputi pengkajian, ketepatan penentuan
diagnosa, pemilihan intervensi, ketepatan implementasi, dan evaluasi sangat
diperlukan untuk menangani manifestasi klinis yang muncul pada insufisiensi
pulmonal.
18
5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Pengembangan materi insufisiensi pulmonal diperlukan terkait dengan
minimnya pembahasan tentang materi ini. Ini juga terkait dengan kejadian
insufisiensi pulmonal yang jarang terjadi.
2. Bagi institusi pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu
inovasi mahasiswa untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada
klien sebelum prosedur invasit atau bedah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E., Kliegman, Robert M., dan Arvin, Ann M. 1999. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson. Edisi Lima Belas Volume Dua. Jakarta: EGC.
Delf, Mohlan H. 1996. Major Diagnosis Fisik. Edisi Sembilan. Jakarta: EGC.
Samik, Wahab A. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang
Tidak Sianotik. Jakarta: EGC.