Bag. Isi.docx

28
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam penggunaan teknik intervensi kateterisasi pada penatalaksanaan kelainan-kelainan katup jantung misalnya percutaneous valve replacement.. Salah satu faktor pendorong kemajuan ini adalah tindakan koreksi berupa operasi jantung terbuka pada penderita- penderita kelainan jantung bawaan. Tetralogy of Fallot merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling sering dijumpai dengan prevalensi sekitar 10%. Saat ini banyak sekali penderita TOF yang mencapai usia dewasa terutama yang telah mengalami total koreksi berupa penutupan VSD, pelebaran RVOT dengan cara reseksi otot infundibular subpulmonal dan pelebaran stenosis pulmonal. Penutupan area yang terbuka saat melakukan pelebaran RVOT dilakukan dengan penempatan patch dari pericardnya sendiri, namun tindakan ini dapat menimbulkan sekuel di kemudian hari berupa kondisi aneurismatik. Disamping itu terdapat korelasi antara ukuran patch dengan derajat keparahan dari regurgitasi

description

MBH

Transcript of Bag. Isi.docx

Page 1: Bag. Isi.docx

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam

penggunaan teknik intervensi kateterisasi pada penatalaksanaan kelainan-kelainan

katup jantung misalnya percutaneous valve replacement.. Salah satu faktor

pendorong kemajuan ini adalah tindakan koreksi berupa operasi jantung terbuka

pada penderita-penderita kelainan jantung bawaan. Tetralogy of Fallot

merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling sering dijumpai dengan

prevalensi sekitar 10%. Saat ini banyak sekali penderita TOF yang mencapai usia

dewasa terutama yang telah mengalami total koreksi berupa penutupan VSD,

pelebaran RVOT dengan cara reseksi otot infundibular subpulmonal dan

pelebaran stenosis pulmonal. Penutupan area yang terbuka saat melakukan

pelebaran RVOT dilakukan dengan penempatan patch dari pericardnya sendiri,

namun tindakan ini dapat menimbulkan sekuel di kemudian hari berupa kondisi

aneurismatik. Disamping itu terdapat korelasi antara ukuran patch dengan derajat

keparahan dari regurgitasi pulmonal yang terjadi (Feldman, 2006; Boenhoeffer,

2000).

Kondisi ini menempatkan kardiolog pada posisi yang sulit saat penderita

paska repair TOF menginjak usia dewasa karena kelainan regurgitasi pulmonal

menimbulkan resiko untuk tindakan reoperasi. Sehingga dipikirkan tindakan non

bedah untuk mengatasi sekuel ini dan sejak tahun 2000 berkembanglah berbagai

penelitian intervensi perkutan dalam upaya mengatasi problem tersebut

(Boenhoeffer, 2000).

Insufisiensi pulmonal adalah inkompetensi dari katup pulmonal

menyebabkan aliran darah dari arteri pulmonalis ke dalam ventrikel kanan selama

diastol. Penyebab paling umum adalah hipertensi pulmonal. Insufisiensi pulmonal

biasanya tanpa gejala. Tanda termasuk decrescendo murmur diastolik. Diagnosis

Page 2: Bag. Isi.docx

2

adalah dengan ekokardiografi. Biasanya tidak ada pengobatan khusus yang

diperlukan kecuali untuk manajemen kondisi menyebabkan hipertensi pulmonal.

1.2 Tujuan

Berdasar latar belakang, tujuan yang dapat diambil yaitu:

1. mengetahui pengertian insufisiensi pulmonal;

2. mengetahui epidemiologi insufisiensi pulmonal;

3. memahami etiologi insufisiensi pulmonal;

4. mengetahui tanda dan gejala insufisiensi pulmonal;

5. memahami patofisiologi insufisiensi pulmonal;

6. mengetahui komplikasi dan prognosis insufisiensi pulmonal;

7. mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan;

8. mengetahui penatalaksanaan insufisiensi pulmonal;

9. memahami pathway atau perjalanan penyakit insufisiensi pulmonal;

dan

10. mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien yang mengalami

insufisiensi pulmonal.

1.3 Implikasi Keperawatan

Masalah insufisiensi pulmonal angka kejadiannya memang tidak terlalu

tinggi jika dibandingkan dengan masalah insufisiensi katup jantung yang lain,

namun demikan kepekaan perawat dalam mengkaji dan mengetahui tanda dan

gejala serta karaktristik untuk menentukan insufisiensi pulmonal sangat penting.

Dalam mendiagnosa insufisiensi pulmonal sangat dibutuhkan ketelitian karena

bising akibat insufisiensi aorta mirip dengan insufisiensi pulmonal. Jika terjadi

kesalahan diagnosis tersebut terjadi maka akan menimbulkan penanganan yang

tidak tepat dan menyebabkan ketidak efektifan asuhan keperawatan yang akan

diberikan.

Page 3: Bag. Isi.docx

3

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Insufisiensi Pulmonal

Insufisiensi katup pulmonal paling sering menyertai penyakit

kardiovaskuler lain atau dapat akibat hipertensi pulmonal berat (Behrman dkk,

1999:1594). Suatu pirau kiri ke kanan yang besar dengan aliran darah pulmonalis

yang besar akan menimbulkan peningkatan tekanan arteri pulmonalis secara nyata

karena peningkatan aliran disebut hipertensi pulmonal hiperdinamis. Setelah

penutupan defek melalui pembedahan, tekanan arteri pulmonalis kembali normal.

Aliran arteri pulmonalis yang tetap tinggi dapat mengakibatkan kerusakan

permanen pembuluh darah paru yang lebih kecil sehingga dapat terjadi

penyempitan dan hipertensi pulmonal ireversibel. Katup pulmonal memiliki daun

trikuspid yang berfungsi untuk mencegah aliran balik arteri pulmonalis ke

ventrikel kanan. Katup yang insufisiensi tidak dapat menjalankan fungsinya

sehingga terjadi aliran balik tersebut (Wahab, 2009:180).

2.2 Epidemiologi Insufisiensi Pulmonal

Insufisiensi katup pulmonal kongenital murni merupakan anomali yang

jarang. Mortalitas dan morbiditas ditentukan oleh kelainan yang mendasarinya.

Tidak ada predileksi pada ras atau etnis tertentu (Wahab, 2009:180).

2.3 Etiologi Insufisiensi Pulmonal

Lesi struktural pada katup pulmonal mengakibatkan insufisiensi pulmonal,

suatu kelainan yang jarang terjadi yang bersifat kongenital atau didapat. Lesi ini

sering berhubungan dengan tetralogi Fallot, tetapi dapat juga timbul sebagai

akibat endokarditis bakterialis, terutama yang disebabkan oleh infeksi

stafilokokus dan gonokokus, atau mungkin timbul sesudah tindakan pembedahan

jantung pada katup pulmonal (Delf, 1996:315). Menurut Behrman dkk

Page 4: Bag. Isi.docx

4

(1999:1594), inkompetensi katup merupakan hasil dari pembedahan obstruksi

saluran aliran keluar ventrikel kanan, misalnya valvotomi pulmonal pada

penderita dengan stenosis katup pulmonal dan valvotomi dengan pemotongan

infundibulum pada penderita dengan tetralogi Fallot.

2.4 Tanda dan Gejala Insufisiensi Pulmonal

Insufisiensi pulmonal biasanya tidak menunjukkan gejala klinis yang

bermakna, tetapi gejala gagal jantung kanan akan muncul pada fase dekompensasi

dilatasi ventrikel kanan. Kejadian ini sangat bergantung pada durasi dan beratnya

regurgitasi. Sesak napas sering dikeluhkan terutama selama aktivitas fisik. Anak

yang lebih besar atau remaja dapat mengeluh cepat lelah, nyeri kepala, edema

perifer, nyeri dada, berdebar-debar, dan mungkin ada riwayat pingsan (Wahab,

2009:183).

2.5 Patofisiologi Insufisiensi Pulmonal

Pada pemeriksaan endokardiogram dewasa, tidak jarang dijumpai suatu

aliran balik fisiologis kecil selama fase diastole ventrikel kanan. Namun demikian,

kondisi patologis dari insufisiensi pulmonal dapat mengakibatkan gangguan

fungsi ventrikel kanan dan pembesaran ventrikel kanan tipe volume yang

berlebihan. Kelainan ini sangat jarang ditemui tanpa adanya kelainan lain yang

mendasari, seperti hipertensi pulmonal, sindrom Marfan, atau kardiomiopati

dilatasi. Insufisiensi pulmonal juga merupakan komplikasi yang umum dijumpai

pasca pembedahan tetralogi Fallot atau stenosis pulmonal. Patofisiologi

insufisiensi pulmonal didasari oleh adanya:

1. dilatasi cincin katup pulmonal;

2. gangguan yang didapat dari morfologi daun katup pulmonal; dan

3. kelainan morfologi kongenital (Wahab, 2009:181).

Insufisiensi pulmonal berbeda dengan insufisiensi aorta karena dua sebab.

Pertama, aliran darah dapat dipertahankan secara tidak langsung oleh kerja

jantung kiri lewat aliran darah balik vena sistemik (systemic venous return) dan

oleh kontraksi atrium kanan. Hal ini tampak pada pasien dengan insufisiensi

Page 5: Bag. Isi.docx

5

pulmonal berat dan ventrikel kanan yang restriktif. Pada kondisi tersebut, terdapat

aliran darah ke dalam arteri pulmonal pada fase akhir diastolik akibat dorongan

atrium kanan dan di sini ventrikel kanan hanya berperan sebagai saluran. Kedua,

tahanan mikrovaskuler paru lebih rendah jika dibandingkan dengan tahanan

sistemik. Darah yang dipompa oleh ventrikel kanan langsung masuk ke vena

pulmonalis melewati mikrovaskuler paru dengan dibantu kerja jantung kiri. Jadi,

pada insufisiensi pulmonal, aliran balik ke ventrikel kanan sewaktu diastole tidak

terlalu banyak. Hal ini menjelaskan mengapa pada insufisiensi pulmonal berat,

fraksi darah yang kembali ke ventrikel kanan hanya berkisar 40%, suatu jumlah

yang dapat ditoleransi dengan baik untuk periode waktu yang lama. Meskipun

demikian, eksaserbasi dapat terjadi pada kejadian yang meningkatkan tekanan

arteri pulmonal, seperti stenosis arteri pulmonalis, penyakit bronkopulmoner,

disfungsi ventrikel kiri, atau penyakit vaskuler paru lainnya (Wahab, 2009:181-

182).

Tabel 1.1 Patofisiologi Insufisiensi Pulmonal Kronis (Wahab, 2009:182)

Dasar

Pasca pembedahan tetralogi fallot

Pasca valvulotomi stenosis katup pulmonal

Sindrom katup pumonal absen (jarang)

Insufisiensi pulmonal kongenital tersendiri

Variabel

Penyerta

Stenosis arteri pulmonal perifer (−)

Hipertensi pulmonal (−)

Aneurisma/akinesia RVOT (−)

Fisiologi ventrikel kanan diastolik destriktif (+ pada

pasien dewasa dan tua)

Progresi Klinis Dilatasi ventrikel kanan (biasanya terdapat fase

kompensasi dalam jangka waktu lama dimana fungsi

ventrikel tetap dipertahankan normal)

Pemanjangan QRS (berhubungan dengan

peningkatan risiko takikardia ventrikel dan kematian

mendadak)

Timbulnya regurgitasi trikuspidalis

Page 6: Bag. Isi.docx

6

Disfungsi ventrikel kanan

Berbagai macam gejala klinis lain yang menyertai

Tanda (−) menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan efek negatif dan tanda (+) menunjukkan efek positif pada insufisiensi pulmonal atau fungsi ventrikel kanan. RVOT: jalur keluar ventrikel kanan.

Aliran balik ke dalam ventrikel kiri dalam waktu yang lama dan jumlah

banyak akan menyebabkan dilatasi ventrikel kanan atau pembesaran ventrikel

kanan tipe volume berlebihan. Lama kelamaan hal ini akan menyebabkan

penurunan fungsi ventrikel kanan dan terjadilah gagal jantung (Wahab,

2009:182).

2.6 Komplikasi dan Prognosis Insufisiensi Pulmonal

Pasien dengan kelainan ini mungkin tidak mengalami gangguan apapun,

kecuali ada faktor lain yang memperberat. Komplikasi yang dapat terjadi salah

satunya adalah endokarditis (Wahab, 2009:186).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu sebagai

berikut.

1. Elektrokardiografi

Kebanyakan pasien memiliki irama sinus meskipun aritmia atrium

dapat terkihat. Pada pasien dengan kelainan insufisiensi pulmonal

tersendiri, pemanjangan QRS dengan morfologi rSR pada prekordial

kanan menggambarkan adanya pembesaran ventrikel kanan tipe

volume. Durasi QRS menggambarkan prognosis terjadinya aritmia

ganas. Dari pemeriksaan EKG dapat juga terlihat deviasi sumbu ke

kanan dan pembesaran atrium kanan (Wahab, 2009:184).

2. Rontgen dada

Insufisiensi berat dapat disertai gambaran kardiomegali tipe kanan.

Gambaran prunning dijumpai pada hipertensi pulmonal. Prunning

adalah gambaran arteri pulmonalis di sentral dan perihiler yang

Page 7: Bag. Isi.docx

7

prominen disertai corakan vaskuler perifer yang sangat sedikit (Wahab,

2009:184).

3. Ekokardiografi

Ekokardiografi 2 dimensi dan M-Mode dapat memperlihatkan adanya

dilatasi ventrikel kanan. Volume berlebihan pada ventrikel kanan dapat

menyebabkan pergerakan septum ventrikel yang tidak normal, berupa

pendataran saat diastolik dan gerakan paradoks. Kelainan bentuk katup

pulmonal dapat terlihat. Teknik Doppler digunakan untuk

memperlihatkan aliran regurgitan (Wahab, 2009:184).

2.8 Penatalaksanaan Insufisiensi Pulmonal

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu operasi penggantian katup

pulmonal. Operasi ini diperlukan apabila dijumpai insufisiensi sedang-berat dan

progresif. Tindakan ini juga ditujukan untuk mencegah terjadinya disfungsi

ventrikel kanan yang menetap (Wahab, 2009:184). Menurut Behrman dkk

(1999:1594), inkompetensi katup pulmonal murni biasanya ditoleransi dengan

baik dan tidak memerlukan penanganan bedah. Bila insufisiensi pulmonal berat,

terutama jika ada juga insufisiensi trikuspidal yang berarti, penggantian dengan

homograf mungkin diperlukan untuk melindungi fungsi ventrikel kanan.

Page 8: Bag. Isi.docx

8

BAB 3. PATHWAY

Kelainan jantung kongenitalsianotik : tetralogi of fallot

hipertensi pulmonal

kerusakan valvular Gangguan pertukaran gas

Penyempitan katup pulmonal

Aliran darah balik ke Suplai darah ke pulmo ↓ventrikel kanan

Penumpukan darah diventrikel kanan

Beban kerja ventrikel kanan ↑Ventrikel kanan mengalami dilatasi

Volume dan tekanan dalamventrikel kanan ↑

Aliran darah dari atrium kananke ventrikel kanan terhambat

Penumpukkan darah di atrium kanan

Aliran darah yang menuju atrium kanan terhambat

Penimbunan darah pada vena sistemik

Kelebihan volume cairan

Suplai darah ke atrium kiri ↓

Suplai darah ke ventrikel kiri ↓

Suplai darah ke aorta ↓

Suplai darah ke tubuh ↓ Penurunan curah jantung

Page 9: Bag. Isi.docx

9

Suplai darah ke tubuh ↓

Suplai darah ke jaringan ↓ Gangguan perfusi jaringan

Suplai O2 ke jaringan ↓

Hipoksemia

Sesak

Kelemahan tubuh

Bayi atau anak cepat lelah : beraktivitas

Intoleransi aktivitas

Nafsu makan menurun

Asupan menurun

Nutrisi menurun

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

Page 10: Bag. Isi.docx

10

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

Pengumpulan Data

1. Identitas Pasien meliputi nama, nama panggilan, umur, tanggal lahir, dan

jenis kelamin. Pada identitas pasien juga tercantum identitas orang tua

pasien meliputi nama, umur, agama, suku, bahasa, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, dan alamat.

2. Keluhan utama

Keluhan utama anak yang menderita insufisiensi pulmonal yaitu sesak

napas, nyeri dada, nyeri kepala, dan berdebar-debar.

3. Riwayat penyakit sekarang dalam insufisiensi pulmonal dapat dikaitkan

dengan penyakit yang dirasakan saat ini dan penanganan apa yang telah

diberikan.

4. Riwayat penyakit dahulu meliputi penyakit yang pernah diderita, riwayat

operasi, riwayat alergi, dan riwayat imunisasi. Dalam insufisiensi

pulmonal dapat diakibatkan penyakit tetralogi of fallot dan telah dilakukan

pembedahan katup sehingga apabila pembedahan yang dilakukan tidak

sempurna maka dapat menyebabkan perubahan anatomi katup jantung

pulmonal sehimgga katup jantung tidak dapat menutup secara sempurna

saat aliran darah melewati katup pulmonal.

5. Riwayat perinatal meliputi antenatal, intranatal, postnatal (0-7 hari).

Kebutuhan nutrisi ibu saat hamil tidak terpenuhi sehingga saat

pembentukan janin, anatomi jantung tidak sempurna yang salah satunya

dapat menyebabkan insufisiensi pulmonal.

6. Riwayat penyakit keluarga

-

Page 11: Bag. Isi.docx

11

7. Keadaan umum

Dalam kasus insufisiensi pulmonal biasanya tidak menunjukkan gejala

klinis. Namun pada kasus dapat dilakukan anamnesis, sebagai berikut:

a. Keadaan pasien : pasien tampak lemah / tampak sesak, tingkat kesadaran

pasien.

b. Tanda-tanda vital : Berat Badan ( BB ) pasien menurun atau tidak, dan

Tinggi Badan ( TB )

c. Pemeriksaan kepala dan leher : pasien tampak gelisah, wajah pucat,

konjungtiva anemis, skelera ikterik, eksoptalmus, ptechie, bibir sianosis,

hidung simetris, keluhan pusing, nyeri kepala dan pingsan.

d. Pemeriksaan dada : obsrevasi gerakan pernafasan ( frekuensi, irama,

kedalaman nafas), kesimetrisan dada, suara nafas vesikuler / ronchi, saat

palpasi teraba thrill di daerah pulmonal, kaji bising insufisiensi pulmonal .

e. Pemerikasaan kulit / ekstremitas : akral hangat atau dingin , kulit lembab

atau kering, sianosis, adanya edema

f. Pemeriksaan kuku : sianosis perifer, cavilary refill time

4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan

inadekuat.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penimbunan darah pada

vena sistemik.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay

dan kebutuhan oksigen.

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan suplai darah ke

paru-paru.

5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan suplai darah ke

seluruh tubuh.

6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan nafsu makan.

Page 12: Bag. Isi.docx

12

4.3 Intervensi Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan yang diebrikan pada pasien dengan diagnose

medis insufisiensi pulmonal sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul,

yaitu:

Dx : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transport oksigen

inadekuat.

Tujuan : Pasien akan mampu mempertahankan/menunjukkan perbaikan

perfusi jaringan sesuai ketepatan individu yang di tunjukkan dengan nilai

CRT < 2 detik.

Kriteria Hasil : Pasien mampu mempertahankan/menunjukkan perbaikan

perfus jaringan sesuai ketepatan individu yang ditunjukkan dengan nilai

CRT<2detik.

No. Intervensi Rasional

1. Kaji tanda- tanda vital pasien Perubahan tanda-tanda vital dapat membantu menentukan derajat gangguan pada perfusi jaringan.

2. Berikan posisi yang nyaman ; semi fowler

Memberikan posisi yang nyaman dan mengurangi nyeri dan sesak

3. Monitoring aliran gas darah pasien. Mengetahui kenormalan aliran gas darah

4. Monitor capillary refill time Mengetahui adanya gangguan pada sirkulasi darah

5. Anjurkan untuk tirah baring total Mengurangi beban kerja jantung

6. Bantu aktifitas sehar-hari sebagian atau seluruhnya

Mengurangi kinerja jantung berlebih.

7. Observasi tanda-tanda penurunan atau peningkatan curah jantung (Mudah lelah, akral dingin, pucat)

Mengetahui derajat curah jantung

8. Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi

Membantu memberi bantuan pernapasan yang tepat

Page 13: Bag. Isi.docx

13

Dx : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penimbunan darah pada

vena sistemik.

Tujuan : pasien akan dapat menunjukkan pengurangan volume cairan yang

berlebih.

Kriteria Hasil : pasien akan mampu menunjukkan penurunan tekanan darah

normal yaitu TD 95/65 mmHg untuk usia 1 tahun, sedangkan yang 6 tahun

105/65.

No Intervensi Rasional

1 Kaji edema ekstremitas atau bagian tubuh

Mengetahui edema ekstremitas atau bagian tubuh

2 Kaji adanya distensi vena jugularis

Mengetahui adanya distensi vena jugularis

3 Anjurkan pasien untuk meninggikan ekstremitas

Meningkatkan aliran darah balik vena

4 Kolaborasikan dengan ahli farmakologi tentang pemberian obat diuretik

Menghambat reabsorpsi natrium/klorida yang meningkatkan ekskresi cairan

5 Kaji efek pemberian obat diuretik Mengetahui efek obat diuretik yang diberikan

Dx : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplay dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : Pasien akan mampu menunjukkan peningkatan yang dapat diukur

dalam toleransi aktivitas.

Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan peningkatan yang dapat diukur

dalam toleransi aktivitas artinya pasien tidak cepat merasa lelah saat

beraktivitas.

No. Intervensi Rasional

1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas.

Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas.

2. Bantu aktivitas sehari-hari sebagian/seluruhnya.

Membatasi pengeluaran energi dalam beraktvitas.

3. Intruksikan pasien tentang teknik penghematan energi.

Membantu keseimbangan oksigen.

Page 14: Bag. Isi.docx

14

4. Kaji keefektifan pasien melakukan teknik penghematan energi.

Mengetahui keakftifan pasien dalam melakukan keaktifan.

5. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diri.

Memberikan bantuan mendorong kemandirian dalam melakukan.

4.4 Implementasi Asuhan Keperawatan

1. Implementasi asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transport oksigen

inadekuat.

a. Telah dilakukan pengkajian tanda-tanda vital pasien.

b. Telah diberikan posisi yang nyaman; semi fowler.

c. Telah dilakukan monitoring aliran gas darah pasien.

d. Telah dilakukan monitor capillary refill time.

e. Telah dianjurkan untuk tirah baring total kepada pasien.

f. Telah dilakukan bantuan dalam aktifitas sehar-hari sebagian atau

seluruhnya.

g. Telah dilakukan observasi tanda-tanda penurunan atau peningkatan

curah jantung (Mudah lelah, akral dingin, pucat).

h. Telah dilakukan kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai

indikasi kepada pasien.

2. Implementasi asuhan keperawatan dengan diagnose keperawatan

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penimbunan darah pada

vena sistemik.

a. Telah dilakukan pengkajian edema ekstremitas atau bagian tubuh

pasien.

b. Telah dilakukan pengkajian distensi vena jugularis pada pasien.

c. Telah dilakukan tindakan meninggikan ekstremitas di atas bantal

pada pasien.

d. Telah diberikan terapi obat diuretik kepada pasien 2x sehari.

e. Telah dilakukan pengkajian efek pemberian obat diuretik.

Page 15: Bag. Isi.docx

15

3. Implementasi asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay

dan kebutuhan oksigen.

a. Telah dilakukan pengkajian respon pasien terhadap aktivitas. Telah

diberikan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

sebagian/seluruhnya.

b. Telah dilakukan penginstruksian pasien tentang teknik penghematan

energy.

c. Telah dilakukan pengkajian keefektifan pasien melakukan teknik

penghematan energy.

d. Telah diberikan dorongan kepada pasien untuk melakukan aktivitas

diri.

4.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Hasil Evaluasi

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transport oksigen inadekuat.

Pasien mampu

mempertahankan /

menunjukkan

perbaikan perfusi

jaringan sesuai

ketepatan individu

yang di tunjukkan

dengan nilai CRT <

2 detik.

Tindakan berhasil

jika CRT < 2 detik.

Dan tindakan tidak

berhasil jika CRT >

2 detik.

Maka tindakan dapat

dilanjutkan atau

tindakan dapat

dimodifikasi.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penimbunan darah pada vena sistemik.

pasien akan mampu

menunjukkan

penurunan tekanan

darah normal yaitu

95/65 mmHg.

Tindakan berhasil

jika TD 95/65

mmHg untuk usia 1

tahun, sedangkan

yang 6 tahun 105/65.

Page 16: Bag. Isi.docx

16

Dx : Intoleransi

aktivitas berhubungan

dengan

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

Pasien mampu menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.

Tindakan berhasil jika pasien tidak merasakan cepat lelah saat beraktivitas.

Page 17: Bag. Isi.docx

17

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Insufisiensi pulmonal adalah gangguan fungsi katup pulmonal disertai

penutupan tidak sempurna yang menyebabkan aliran balik darah dari arteri

pulmonal ke dalam ventrikel kanan. Katup pulmonal tidak mampu melaksanakan

tugas yang diberikan dengan maksimal akibatnya darah yang dipompakan dari

ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis tidak terpompa secara sempurna

sehingga ada sebagian darah yang kembali ke ventrikel kanan dan mengalami

penumpukan di ventrikel kanan. Insufisiensi pulmonal merupakan anomali yang

jarang. Insufisiensi katup pulmonal ini dapat diakibatkan oleh hipertensi

pulmonal, endokarditis bakterialis, sindrom Marfan, kardiomiopati dilatasi, dan

komplikasi pasca pembedahan tetralogi Fallot atau stenosis pulmonal. Tanda dan

gejala pada anak yang lebih besar atau remaja dapat mengeluh cepat lelah, nyeri

kepala, edema perifer, nyeri dada, berdebar-debar, dan mungkin ada riwayat

pingsan.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu elektrokardiografi,

rontgen dada, dan ekokardiografi. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu

operasi penggantian katup pulmonal. Operasi ini diperlukan apabila dijumpai

insufisiensi sedang-berat dan progresif. Jika insufisiensi pulmonal bisa ditoleransi

dengan baik tidak memerlukan penanganan bedah. Bila insufisiensi pulmonal

berat, terutama jika ada juga insufisiensi trikuspidal yang berarti, penggantian

dengan homograf mungkin diperlukan untuk melindungi fungsi ventrikel kanan.

Proses keperawatan yang komprehensif meliputi pengkajian, ketepatan penentuan

diagnosa, pemilihan intervensi, ketepatan implementasi, dan evaluasi sangat

diperlukan untuk menangani manifestasi klinis yang muncul pada insufisiensi

pulmonal.

Page 18: Bag. Isi.docx

18

5.2 Saran

1. Bagi mahasiswa keperawatan

Pengembangan materi insufisiensi pulmonal diperlukan terkait dengan

minimnya pembahasan tentang materi ini. Ini juga terkait dengan kejadian

insufisiensi pulmonal yang jarang terjadi.

2. Bagi institusi pendidikan

Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu

inovasi mahasiswa untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada

klien sebelum prosedur invasit atau bedah.

Page 19: Bag. Isi.docx

19

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E., Kliegman, Robert M., dan Arvin, Ann M. 1999. Ilmu

Kesehatan Anak Nelson. Edisi Lima Belas Volume Dua. Jakarta: EGC.

Delf, Mohlan H. 1996. Major Diagnosis Fisik. Edisi Sembilan. Jakarta: EGC.

Samik, Wahab A. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang

Tidak Sianotik. Jakarta: EGC.