Post on 11-Jun-2018
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN
BAB VII PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN
Dr. Wahyu Surakusuma, M.Si
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
1
Kompetensi Utama: Profesional
Kompetensi Inti Guru: Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu
Kompetensi Dasar: Memahami konsep dan prinsip pembangunan hutan tanaman,
Menerapkan Teknik-Teknik Penebangan Hasil Hutan Kayu
Yang Ramah Lingkungan (Reduced Impact Logging)
Pembangunan hutan tanaman merupakan salah satu program Kementerian Kehutanan
yang sedang digalakkan. Di masa depan hutan tanaman diharapkan menjadi pemasok utama
industri perkayuan dalam negeri dan untuk memenuhi kebutuhan kayu untuk masyarakat.
Menurut Data Release Ditjen Bina Usaha Kehutanan (2011) jumlah IUPHHK-HTI sampai
Triwulan II tahun 2011 sebanyak 245 unit dengan luas lahan 9.927.792 ha. Pencadangan
areal untuk Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di 103 kabupaten/kota yang tersebar di 26
provinsi sampai Triwulan II tahun 2011 seluas 650.662,73 ha. Hutan tanaman memiliki
berbagai keunggulan dibandingkan dengan hutan alam. Keuntungan hutan tanaman antara
lain:
1. Produktivitas tegakan tinggi. Dengan jumlah tanaman pada akhir panen 200-400 pohon
per ha dapat dihasilkan kayu 150-250 m3 per hektar melalui teknik silvikultur yang
intensif (SILIN)
2. Kayu yang dihasilkan seragam meliputi jenis yang seragam, ukuran kayu pada saat
panen yang relatif sama besarnya sehingga memudahkan untuk bahan baku industri
perkayuan
3. Menyediakan lapangan kerja yang cukup banyak mulai dari persiapan lahan, penanaman
pohon, pemeliharaan sampai penebangan. Tenaga kerja yang diserap khususnya tenaga
kasar (buruh) cukup banyak sehingga dapat mengurangi pengangguran
4. Dampak pembangunan hutan tanaman baik langsung maupun tidak langsung dapat
menggerakkan perekonomian di suatu lokasi. Misalnya hutan tanaman mangium
diSumatera Selatan (PT Musi Hutan Persada) dan di Riau (PT Riau Andalan Pulp and
Paper).
BAB VII PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN
2
Indonesia memiliki berbagai keunggulan dalam pembangunan hutan tanaman diantaranya
: posisi Indonesia di daerah tropis dimana cahaya matahari sekitar 12 jam dan tidak terdapat
musim dingin; Curah hujan yang sangat penting bagi pertumbuhan pohon terdapat dalam
jumlah yang cukup sehingga pertumbuhan pohon dapat dicapai secara maksimum. Sebagai
contoh pertumbuhan pohon sengon sangat cepat dimana pada umur lima tahun mencapai
diameter 20-25 cm dan sudah dapat dipanen; tenaga kerja di Indonesia cukup banyak
sehingga tidak sulit memperoleh tenaga; lahan utnuk penanaman tersedia cukup luas dimana
Kementerian Kehutanan telah mencadangkan lahan cukup luas untuk pembangunan hutan
tanaman.
Progam penanaman satu milyar pohon pada tahun 2011 dan tahun-tahun berikutnya dan
pembangunan hutan tanaman oleh perusahaan dan masyarakat perlu didukung oleh hasil-hasil
IPTEK diantaranya yang terkait dengan Pemilihan jenis pohon yang tepat. Tulisan ini
bertujuan untuk memberikan informasi yang terkait dengan Pemilihan Jenis Pohon untuk
Pembangunan Hutan Tanaman. Diharapkan tulisan ini bermanfaat bagi para pengguna
terutama para penyuluh kehutanan.
Sebelum melaksanakan pembangunan hutan tanaman , perlu ditetapkan tujuan
pembangunan hutan tanaman. Tujuan Pembangunan Hutan Tanaman bervariasi diantaranya
untuk menghasilkan :
1. Kayu pertukangan termasuk kayu lapis, kayu gergajian, ukiran dll
2. Kayu serat seperti bahan baku pulp dan kertas
3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) diantaranya rotan, sagu, penghasil getah, penghasil
buah, penghasil kulit, minyak atsiri dll
4. Kayu energi seperti wood pellet, kayu bakar, arang, arang aktif dll
5. Rehabilitasi lahan kritis seperti padang alang-alang, sempadan sungai dll
Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan
seperti produktivitas yang tinggi, tumbuh secara baik dan normal serta daur yang ekonomis.
Berkaitan dengan itu jenis pohon yang akan ditanam haruslah sesuai dengan tapak (Species
site matching). Jenis yang tumbuh di rawa tidak cocok bila ditanam dilahan kering. Begitu
pula jenis pohon yang tumbuh di dataran rendah tidak akan tumbuh maksimal bila ditanam di
dataran tinggi. Jenis pohon di daerah tropik umumnya tumbuh kurang baik di daerah
temperate. Jenis pohon yang tumbuh pada daerah-daerah dengan curah hujan tinggi kurang
cocok ditanam pada daerah dengan curah hujan yang rendah.
3
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan hutan tanaman khususnya
kesesuaian jenis dan tapak (site) adalah: Ketinggian diatas permukaan laut atau altitude,
Curah hujan tahunan dan hari hujan pada lokasi yang akan ditanam haruslah memenuhi
persyaratan tumbuh jenis yang akan ditanam, Jenis tanah pada tapak yang akan dibangun
hutan tanaman. Sebagai contoh jenis pohon jati mempunyai kualitas yang baik jika ditanam
pada tanah berkapur dengan musim kemarau dan musim hujan yang jelas misalnya di daerah
Cepu (Jawa Tengah), kebutuhan cahaya (naungan). Jenis-jenis pohon paling tidak terdiri dari
jenis yang perlu cahaya penuh (full light demanders) misalnya Acacia mangium, jenis yang
perlu nanungan pada umur muda misalnya jenis-jenis meranti merah dan suhu dan
kelembaban di pada lokasi tanaman
Jenis-jenis pohon yang dikategorikan kedalam jenis pohon tumbuh cepat umumnya
mempunyai daur tebang atau panen pohon dalam waktu kurang dari 10 tahun. Indonesia
memiliki banyak jenis-jenis pohon asli yang tumbuhnya cepat bahkan sangat cepat bila
menggunakan teknik penanaman yang tepat. Contoh jenis-jenis pohon tumbuh cepat
diantaranya adalah:
1. Sengon (Falcataria moluccana)
2. Mangium (Acacia mangium Wild)
3. Ekaliptus (Eucalyptus pellita, E.urolhylla, E.eurograndis)
4. Nyawai (Ficus variegata)
5. Jabon (Anthocephalus cadamba)
6. Tisuk (Hibiscus macrophyllus Roxb.)
7. Manglid (Manglietia glauca Bl.)
Masa panen atau daur tebang jenis pohon tumbuh sedang berkisar antara 10-30 tahun
dan jenis pohon tumbuh lambat mempunyai daur tebang lebih dari 30 tahun. Umumnya
kayu pertukangan, kayu untuk mebel dan ukiran termasuk dalam jenis tumbuh sedang dan
lambat. Contoh jenis pohon tumbuh sedang antara lain:
1. Meranti merah (Shorea leprosula, S.parvifolia, S.johorensis )
2. Kapur (Dryobalanops lanceolata, D.aromatica)
3. Pulai (Alstonia scholaris, A.sngustiloba)
4. Mahoni (Swietenia macrophylla)
5. Kayu bawang (Disoxylum molissinum )
6. Bambang lanang (Michelia champaka)
7. Cempaka (Elmerillia champaca)
8. Jelutung (Dyera polyohylla Miq.)
4
9. Mahoni Afrika (Khaya anthorheca)
10. Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.)
11. Pinus (Pinus merkusii)
Contoh jenis pohon tumbuh lambat antara lain:
1. Ulin (Eusideroxylon zwageri )
2. Eboni (Diospyros celebica)
3. Jati (Tectona grandis L.f)
4. Tembesu (Fagraea fragrans)
5. Sungkai (Peronema canescens Jack)
6. Bangkirai (Shorea laevis)
7. Sonokeling (Dalbergia latifolia )
Pemilihan jenis pohon yang akan ditanam dalam pembangunan hutan tanaman sangat
penting. Mengingat investasi yang besar dan waktu yang dibutuhkan untuk panen cukup
lama yaitu berkisar antara 10-30 tahun maka penentuan jenis pohon jangan sampai salah,
apalagi biula dikaitkan dengan selera pasar pada saat panen nantinya. Untuk jenis pohon
tumbuh cepat yang umumnya digunakan untuk bahan baku pulp dan bahan bangunan
ringan waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat dibandingkan dengan jenis tumbuh
sedang dan lambat, karena itu jenis yang dipilih harus tepat dengan mempertimbangkan
berbagai aspek.
Menurut Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2004) dalam Mile (2007)
berbagai produk dan jasa yang mempunyai nilai komersial untuk pengembangan hutan
rakyat diantaranya :
1. Hasil hutan berupa kayu pertukangan untuk bangunan, mebel, perkakas kerajinan
2. Kayu lapis, pulp dan kertas
3. Hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan dari tanaman serbaguna (MPTS) berupa
buah-buahan, biji-bijian, bunga-bungaan, getah-getahan, rotan bamboo, gaharu,
damar, minyak resin , lebah madu dan sutera alam
4. Hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran umbi-umbian dan bunga-bungaan
5. Hasil tanaman industri berupa tanaman rempah, tanaman obat dan minyak resin serat
6. Jasa lingkungan dari ekosistem hutan yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata
alam
7. wisata petualangan, hutan pendidikan dan hutan penelitian
5
Selanjutnya Winrock International (1992) mengemukakan kriteria umum dalam
pemilihan jenis untuk ditanam yaitu :
1. Mudah beradaptasi terhadap kondisi tanah dan iklim yang ada
2. Tahan terhadap hama dan penyakit
3. Sedikit biaya dan waktu untuk pengolahan
4. Tahan terhadap kekeringan dan tekanan iklim lainnya
5. Toleran terhadap perlakuan pemangkasan dan trubusan
6. Memiliki pertumbuhan awal yang cepat
7. Mempunyai percabangan rendah yang dapat dengan mudah dipotong dengan
peralatan sederhana dan mudah diangkut
8. Mempunyai kadar air kayu yang rendah sehingga mudah dikeringkan
9. Mempunyai kegunaan lain yang dapat menyokong kehidupan petani
10. Mempunyai karakteristik akar yang baik
Beberapa persyaratan dalam pemilihan jenis pohon untuk tujuan reboisasi dan pemulihan
lahan terdegradasi dikemukakan oleh Gintings et.al., 1995 sebagai berikut:
1. Mampu tumbuh ditempat terbuka
2. Dapat bersaing dengan alang-alang secara cepat
3. Jenis yang dipilih disenangi oleh masyarakat disekitar
4. Mudah memperoleh biji
5. Mudah bertunas setelah terbakar
6. Dapat bersimbiose dengan jasad renik tanah
Arsyad (1989) dalam Kosasih et.al., (2009) mengemukakan jenis-jenis pohon untuk
ditanam pada lahan-lahan terdegradasi sebaiknya memenuhi criteria yang berikut:
1. Termasuk dalam kategori jenis cepat tumbuh
2. Dapat menghasilkan serasah yang banyak
3. Memiliki sistem perakaran yang melebar dan kuat
4. Mempunyai nilai ekonomi
5. Mampu memperbaiki tanah misalnya jenis lamtoro
6. Mempunyai tajuk pohon yang lebat.
7. Keselamatan Pekerjaan
8. Jarak aman
Sebelum penebangan dilakukan, Anda harus memastikan bahwa tidak ada orang
dalam jarak setidaknya dua kali tinggi pohon dari pohon yang akan Anda jatuhkan. Anda dan
6
rekan kerja Anda harus menggunakan pakaian atau jaket berwarna atau rompi agar mudah
terlihat satu sama lain dan orang yang lewat di sekitar area penebangan.
Gambar 1. Jarak aman penebangan pohon
Mulai perencanaan pekerjaan penebangan sebelum Anda menebang. Tentukan arah
rebah. Perhatikan faktor-faktor yang berbeda yang dapat mempengaruhi penebangan, seperti
arah angin, kekuatan angin, kemiringan dan hambatan di seluruh daerah kerja. Pelajari pohon.
Apakah sudah rusak oleh pembusukan, retak atau ada beberapa faktor lainnya? Apakah ada
risiko cabang/ranting kering atau rusak jatuh dari pohon atau dari pohon yang berdekatan?
Apakah pohon condong ke satu arah tertentu? Ke arah mana harus pohon ditebang,
perhitungkan pekerjaan awal agar memudahkan pekerjaan berikutnya? Untuk pekerjaan
limbing berikutnya, disarankan untuk mengambil ketinggian kerja yang sesuai. Misalnya,
Anda dapat memastikan bahwa pohon itu dijatuhkan ke arah batang pohon yang sudah jatuh,
batu atau elevasi lainnya di area itu. Hati-hati terhadap bagian bawah pohon yang ditebang
karena bisa saja ada hentakan di situ.
7
Gambar 2. Penentuan tinggi pohon dan jarak aman penebangan
Seberapa jauh pohon akan mencapai jarak untuk jatuh? Ketika menebang pohon dekat
dengan bangunan, penting untuk memperhatikan jarak jatuh pohon. Salah satu cara adalah
dengan menggunakan prinsip-prinsip geometris sederhana dan menentukan titik di tanah
yang membentuk segitiga sama sisi dan siku-siku, yaitu jarak yang sama dengan tinggi
pohon. Prinsip ini dapat ditentukan dengan menggunakan tongkat kayu. Pegang tongkat
sehingga jarak mata Anda ke tongkat sama dengan panjang tongkat, dan sudut antara dua sisi
segitiga menjadi lurus. Ketinggian mata Anda terhadap tanah sama dengan ketinggian pada
pohon yang tidak dihitung pada prinsip perhitungan ini. Hasil yang didapat pada perhitungan
ketinggian pohon tadi akan ditambahkan jarak dari tanah ke mata Anda.
Jatuhkan ke arah alami jatuh jika mungkin Sebagian besar pohon memiliki arah alami
jatuh. Hal ini dipengaruhi oleh kecondongan pohon, bentuk cabang dan setiap beban yang
ada. Jika Anda tidak yakin dengan bentuk pohon yang condong, bergerak sedikit menjauh
dari pohon dan periksa dengan mistar/pengukur tegak lurus. Pada tingkat tertentu,
memungkinkan bagi Anda untuk mengarahkan jatuhnya pohon sesuai pada musim gugur, tapi
cara ini membutuhkan biaya dan meningkatkan risiko serta aktivitas fisik tambahan. Hal ini
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman bersama dengan alat pendukung
yang tepat. Pohon dengan kayu yang sudah lemah, seperti pohon yang mati atau membusuk,
harus selalu ditebang ke arah termudah.
Pohon yang condong ke arah tertentu, bentuk pohon,
panjang pohon, diameter pohon, jenis pohon dan
pembusukan merupakan faktor yang mempengaruhi
penebangan pohon, serta kemiringan tanah, arah
angin, saluran udara, jalan dan bangunan juga harus
diperhatikan.
Pemanenan terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu penebangan, penyaradan
(memindahkan kayu dari petak tebang ke TPN) dan pengangkutan (mengeluarkan kayu dari
hutan menuju tempat tujuan pengangkutan). Pemanenan merupakan kegiatan kehutanan
dengan resiko kesehatan dan kecelakaan kerja serta menimbulkan kerusakan lingkungan yang
tinggi sehingga pengetahuan tentang teknik pemanenan sesuai standar dan prosedur yang
benar sangat diperlukan. Dengan memiliki pengetahuan tersebut diharapkan saat bekerja di
lapangan akan sesuai dengan standar dan prosedur yang benar. Saat ini telah dikembangkan.
8
pendekatan penerapan teknik pemanenan yang ramah lingkungan yang dikenal
dengan RIL (Reduce Impact Logging). RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pemanenan kayu yang memperhatikan
fungsi produksi dan konservasi hutan. RIL bertujuan untuk mengurangi pengaruh negatif
pemanenan kayu terhadap lingkungan dan dapat menghasilkan pemanfaatan sumber daya
hutan yang maksimal dan lestari.
Dalam konsep RIL ada 6 titik krusial perbaikan teknik dan teknologi pemanenan kayu
yaitu:
1. Perncanaan sebelum pemanenan
2. Pembukaan wilayah hutan
3. Operasi penebangan
4. Operasi penyaradan
5. Operasi pengangkutan
6. Operasi perbaikan terhadap kerusakan setelah pemanenan kayu
Ciri – ciri penerapan RIL adalah:
1. Peta pohon dan garis kontur berskala besar
2. Peta rencana pemanenan kayu yang memuat informasi
a. Garis kontur
b. Areal yang dilindungi
c. Lokasi pohon masak tebang, pohon inti, pohon dilindungi dan pohon induk
d. Jaringan jalan, TPN dan jaringan jalan sarad
e. Rencana arah penyaradan dan arah rebah pohon yang akan ditebang
3. Penggunaan peta pemanenan kayu dalam operasi penebangan dan penyaradan
4. Penebangan sesuai dengan arah rebah yang direncanakan dan menggunakan teknik yang
tepat
5. Pembuatan jalan sarad sesuai dengan rencana
6. Menggunakan teknik winching
7. Koordinasi operator chainsaw dan operator traktor penyarad
8. Training terhadap pekerja, operastor chainsaw, operator traktor, mandor, supervisor dan
inspector blok secara teratur.
9. Breefing rutin mengenai prosedur teknik
10. Menerapkan tarif upah yang adil dan transparan
9
A. Teknik Penebangan
Penebangan adalah proses merubah pohon berdiri menjadi batang rebah dengan
dampak yang kecil. Penebangan dilakukan untuk memperoleh kayu untuk suatu keperluan
dan dalam rangka pemeliharaan hutan (penjarangan). Prinsip dalam melakukan
penebangan adalah meminimalkan kecelakaan, kerusakan terhadap pohon yang ditebang,
tegakan sisa, tanah dan air. Satu regu tebang terdiri dari 1 orang operator chainsaw dan 4 -
5 helper. Helper memiliki tugas untuk membantu persiapan sebelum penebangan,
membersihkan cabang dan ranting dan melakukan pengukuran saat pembagian batang.
Hutan hujan tropis seperti di Indonesia merupakan sebuah lingkungan kerja dengan
tingkat bahaya yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi pohon yang diatas 40 m, serta
tajuk yang lebar dan tidak teratur. Selain itu, tajuk yang saling terkait antara pohon
menyulitkan untuk menentukan arah rebah dalam penebangan. Dengan memperhatikan
kondisi tersebut maka terdapat beberapa kondisi yang menimbulkan resiko dalam kegiatan
penebangan, yaitu:
1. Kayu mungkin tersangkut cabang dan liana saat akan tumbang
2. Cabang dari pohon yang ditebang ataupun pohon didekatnya dapat patah saat proses
jatuhnya pohon
3. Pohon yang berdekatan saat penebangan akan memicu “kick-back” dengan arah yang
tidak dapat diprediksi
4. Liana dapat patah dan berbalik arah dengan arah yang tidak dapat diprediksi
5. Tumbangnya pohon dapat menekan pohon lain sehingga dampak yang ditimbulkan 2
kali tinggi pohon yang tumbang
Selanjutnya perlu dilakukan usaha untuk meminimalisir resiko kerja dalam
penebangan. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :
1. Penebang selalu dibantu oleh helper. Komunikasi sebelum pohon jatuh harus baik
sehingga final cut tidak dilakukan sebelum helper menyatakan kondisi aman
2. Selalu menjaga jarak aman antara regu tebang
3. Menunggu beberapa saat setelah pohon jatuh sebelum dilakukan pembagian batang,
untuk menghindari cabang yang tersangkut pada pohon lain
4. Saat bekerja dekat jalan atau tempat dengan banyak orang, berikan peringatan akan
adanya pohon yang akan tumbang
5. Pastikan saat ada orang lain masuk area penebangan telah memakai alat pelindung diri
6. Pastikan penebang memahami teknik penebangan sehingga akan meminimalkan resiko
kerja dan limbah kayu
10
7. Perusahaan harus melengkapi penebang dengan alat-alat keselamatan diri
Beberapa alat keselamatan diri yang harus
digunakan dalam penebangan adalah:
1. Helm
2. Sarung tangan
3. Penutup telinga
4. Kaca penutup muka
5. Baju dan celana panjang
6. Sepatu boot
7. Chainsaw harus dilengkapi dengan
penghenti rantai otomatis
Sebelum melakukan penebangan maka penebang perlu memiliki beberapa
pengetahuan dasar antara lain:
1. Kemampuan menentukan arah rebah ke arah jalan sarad
2. Kemampuan menebang dengan dampak yang kecil
3. Pohon yang akan dipanen pada periode berikutnya menjadi salah satu faktor pertimbangan
dalam menentukan arah rebah
4. Pengalaman menebang akan dapat menghindari jatuh pohon di tanah yang tidak rata,
batang retak yang akan mengurangi volume kayu
5. Penebangan harus dilengkapi dengan peta topografi yang menggambarkan area
penyangga, daerah yang curam dan peta pohon sehingga dapat mengarahkan arah rebah ke
jalan sarad sehingga penyaradan lebih efektif
6. Lebih baik apabila memiliki buku saku kebijakan penebangan di perusahaan
Persiapan sebelum penebangan:
Persiapan sebelum penebangan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Setelah
regu tebang mempersiapkan chainsaw, memastikan kondisi alat baik dan dapat beroperasi,
termasuk mempersiapkan bahan bakar. Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum
melakukan penebangan adalah:
1. Menentukan arah rebah
2. Membersihkan bagian bawah pohon dan mempersiapkan gergaji mesin
3. Liana pada pohon harus dipotong
4. Helper membersihkan daerah disekitar pohon dan area penyelamatan
5. Membuat takik rebah menghadap arah rebah
11
Gambar 3 persiapan menghindari resiko keselamatan kerja
Kegiatan membersihkan rintangan berupa liana bertujuan untuk meminimalisir bahaya
kecelakaan kerja, kerusakan alat dan mempermudah pekerjaan penebangan. Pada perusahaan
kegiatan ini biasanya disebut pengimasan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memudahkan
membuat takik rebah dan takik belas serta memotong banir pohon sheingga memungkinkan
tunggul yang ditinggalkan rendah (di atas banir untuk pohon berbanir) dan sekitar 5 – 10 cm
diatas tanah untuk pohon tidak berbanir. Pelaksanaan pengimasan dilakukan saat akan
menebang namun pada perusahaan besar dapat dilakukan 1 bulan sebelum penebangan
sebagai persiapan penebangan.
Dalam Endom, Wesman dan Sukanda. 2009. Disampaikan bahwa di perusahaan Hutan
Tanaman Industri (HTI) tertentu telah menjadi prosedur bahwa sebelum dilakukan
penebangan ada kegiatan pengupasan kulit dalam keadaan berdiri. Hal tersebut dimaksudkan
untuk memperingan pekerjaan saat pengupasan lanjutan setelah kayu ditebang. Pengupasan
dilakukan dari pangkal bawah sekitar 5 cm dari tanah dan dapat dipakai sebagai tanda batas
tinggi tunggul. Dengan menggunakan parang, pengupasan kulit kayu sampai kira-kira 4-8
meter dari pangkal pohon. Ada pula pengupasan yang dilakukan setelah pohon ditebang dan
dipotong-potong sesuai dengan ukuran (sortimen) tertentu. Pengupasan setelah penebangan
dilakukan minimal 95%. Kulit kayu, ranting dan cabang yang tidak terpakai diletakkan di
jalur sarad secara merata dan jalur sarad harus terbebas dari kayu yang masih dimanfaatkan.
12
Setelah melakukan pembersihan bagian bawah pohon maka berikutnya adalah kegiatan
menentukan arah rebah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah rebah:
1. Keadaan pohon, posisi tumbuhnya pohon, percabangan, tajuk, liana/tumbuhan yang
terkait dengan pohon lain
2. Arah angin
3. Keamanan pekerja (jarak antar regu tebang min 2 x tinggi pohon)
4. Keadaan lapangan (usahakan pohon jatuh kearah lereng bukit yang datar/rata)
5. Keselamatan kayu (batang jatuh usahakan tidak menimpa batu, tunggak, selokan, parit
atau batang kayu lain)
6. Arah penyaradan. Prosedur penentuan arah rebah: Arah rebah yang terbaik adalah
mendekati jalan sarad dengan pola sirip ikan (sudut 30 – 45 derajat) atau arah rebah
sejajar diatas jalan sarad dengan arah berlawanan dengan arah penyaradan, Bila
memungkinkan arah rebah diarahkan ke tempat kosong dan pada tajuk yang sudah
ditebang sebelumnya, Pada areal curam arah rebah kesamping lereng (kontur)
Pada dasarnya penebangan dilakukan dengan membuat takik rebah, takik balas dan
membuat engsel. Takik rebah dibuat dengan membuat potongan datar (alas takik) dan
potongan miring (atap takik) yang bertujuan untuk mengarahkan rebahan pohon sehingga
pohon akan rebah sesuai arah rebah yang ditentukan, mencegah terjadinya ungkitan pada
tunggak, penuntun terciptanya engsel setelah takik rebah dibuat dan untuk menentukan
letak takik balas. Takik rebah dibuat searah dengan arah rebah yang dibuat. Selanjutnya
takik balas adalah potongan datar yang dibuat lebih tinggi dari alas takik rebah dan
berlawanan dengan takik rebah bertujuan untuk mengurangi kekuatan serat pada bagian
tersebut sehingga mempermudah rebahnya pohon. Engsel dibuat dengan menyisakan
bagian pohon antara takik balas dan takik rebah yang bertujuan untuk mengurangi
kecepatan jatuhnya pohon sehingga dapat menghindari rusaknya kayu hasil penebangan.
13
Gambar 4. Teknik pembuatan takik
rebah
Gambar 5. Teknik pembuatan takik
balas
Tabel 1. Beberapa teknik penebangan pohon berdasarkan pedoman Reduce Impact
Logging
1 Teknik Penebangan
pada Pohon normal.
Tahapan kerja:
a. Buat takik rebah
dengan membuat
potongan datar
sedalam ¼ - 1/3
diameter pohon
pada ketinggian
maksimum 50 cm
14
(lebih rendah akan
lebih baik)
b. Buat potongan
atap/miring takik
rebah dengan sudut
45 derajat terhadap
potongan datar
c. Buat potongan
datar dari belakang
takik rebah
setinggi 5 – 10 cm
dari potongan datar
takik rebah
d. Tinggalkan engsel
selebar 1/10 – 1/6
diameter pohon
2 Teknik menebang
pohon miring.
a. Takik rebah dibuat
sesuai dengan arah
rebah yang
diinginkan
b. Buat engsel
asimetris dimana
lebar kayu negsel
lebih sempit disisi
arah miring pohon
c. Gunakan baji untuk
membantu
mengarahkan arah
rebah pohon
15
3 Teknik menebang
pohon kecil yang
miring.
Tahapan:
a. Buat takik rebah
b. Buat takik balas
dengan pemotongan
dari sisi kiri dan
kanan takik balas
c. Potong dari depan
takik balas
4 Teknik menebang
pohon besar yang
miring.
Tahapan kerja:
a. Buat takik rebah
b. Buat takik balas
dengan cara
menusuk dari
samping kiri takik
balas
c. Pemotongan dengan
cara menusuk dari
samping kanan
takik balas
d. Pemotongan takin
balas dari depan
takik balas
5 Teknik menebang
pohon besar.
a. Membuat takik
rebah
16
b. Membuat lubang
pusat
c. Membuat takik
balas setinggi 10-20
cm diatas takik
rebah
6 Teknik menebang
pohon berbanir
Banir merupakan
bagian pohon yang
khas berupa akar yang
menganjur keluar
menyerupai dinding
penopang pohon pada
pangkal pohon. Saat
akan menebang pohon
berbanir ada beberapa
teknik memanfaatkan
batang berbanir antara
lain:
a. Merimbas banir
setelah pohon rebah
b. Banir besar
dipotong sebelum
penebangan
Teknik menebang
pohon berbanir
tahapan kerja:
1. buat takik rebah
2. hilangkan banir di
samping kiri dan
Keterangan gambar:
1. Takik rebah
2. Menghilangkan banir samping
3. Takik balas
17
kanan takik balas
3. buat takik balas
a. Arah rebah
b. Tinggi takik rebah
c. Tinggi takik balas
d. Engsel
e. baji
7 teknik menebang
pohon berbanir yang
miring
Saat pembuatan takik
tidak sesuai dengan
ketentuan maka akan
mengakibatka banyak
kerugaian secara
ekonomi dan
meningkatkan resiko
kerja. Beberapa akibat
yang ditimbulkan
akibat pembuatan
takik balas yang tidak
sesuai adalah:
1. Terlalu tinggi =
Pemborosan kayu
2. Dua takik rebah =
arah rebah meragukan
3. Terlalu tinggi dan
miring = pemborosan
kayu dan arah rebah
meragukan
Keterangan gambar:
a. arah rebah sama dengan arah miring
pohon
b. Arah rebah berlawanan dengan arah
miring pohon
c. Arah rebah menyerong ke kiri atau ke
kanan arah miring pohon
Bilangan 1, 2, 3 dan 4 menunjukan
urutan/tahapan kerja (membuat takik
rebah,
menghilangkan banir, pembuatan takik balas
dan memotong banir penahan)
B. Pembagian batang
Pembagian batang adalah kegiatan yang dilakukan setelah pohon rebah berupa membagi
batang menjadi ukuran-ukuran tertentu. Pembagian batang bertujuan untuk mendapatkan
kayu sesuai ukuran dan standar yang dibutuhkan atau dipesan oleh pembeli. Hal ini menjadi
penting karena apabila terjadi salah pengukuran dalam pembagian batang, kayu tidak akan
laku di jual atau nilai ekonominya menjadi turun, bahkan hanya akan menjadi limbah. Untuk
18
itu, pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan pembagian batang sangat penting untuk
dikuasai oleh operator.
Sebelum kegiatan pembagian batang, perlu dilakukan pembersihan cabang dan ranting.
Seluruh cabang dan ranting dari pohon yang rebah dibersihkan, dipapras/dipotong dengan
dengan menggunakan chainsaw atau parang sehingga batang bersih dan menjadi kayu bulat
(log). Usahakan pemotongan cabang dan ranting tersebut tidak merusak bagian kayu bulat
(log) karena akan menimbulkan cacat dan mengurangi nilai kayu.
Sebelum pemotongan batang perlu dilakukan pengukuran dan pembagian batang. Dalam
pengukuran dan pembagian batang biasanya diberikan kelebihan ukuran (spilasi) dari ukuran
yang dipersyaratkan. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kesalahan pemotongan.
Beberapa teknik pemotongan batang sesuai Reduce Impact Logging adalah:
1. Pemotongan batang harus tegak lurus sumbu batang, tidak boleh miring melebihi 10
derajat terhadap sumbu vertikal.
2. Teknik Pemotongan batang yang ada tegangan. Potong bagian yang mengalami tekanan
(a) lalu potong bagian yang mengalami regangan (b)
3. Teknik memotong batang