Post on 13-Mar-2019
93
BAB VI
KONSEP PERANCANGAN
Gambar 6.1 Kerangka Konsep Sumber: Analisis Penulis, 2016
6.1 Konsep Makro
Konsep ini merupakan dasar dari segala ide perancangan yang mendefinisikan
arah rancangan yang akan diciptakan dalam fasilitas edukasi di TPA. Konsep makro yang
dibuat adalah perencanaan ruang edukasi dan ruang publik dalam sebuah fasilitas TPA
dengan berwawasan ekologis.
6.1.1 Zero Waste Education Center sebagai fasilitas edukasi TPA Suwung (sebagai
jawaban atas permasalahan manfaat apa yang dapat diberikan TPA untuk
masyarakat)
TPA Suwung menggunakan sistem pengolahan sampah yang hampir
menerapkan konsep Zero Waste dalam pengelolaan sampahnya. Sebenarnya, ini
merupakan potensi yang dapat dijadikan sebagai sebuah edukasi bagi masyarakat
umum. Namun, edukasi mengenai sistem pengolahan sampah yang terdapat di
94
TPA Suwung sendiri belum banyak diketahui olah masyarakat umum. Fasilitas
edukasi ini diharapkan menjadi fasilitas yang dapat memperkenalkan lebih jauh
mengenai zero waste dan implementasinya dalam pengelolaan sampah. Dalam
perancangan dan perencanaannya, edukasi pengolahan sampah ini memiliki
wawasan kelingkungan dan community participatory, atau melihat aspek ekologis
dan sosial lingkungan sekitar. Sehingga diharapkan seluruh aspek ini dapat
menjadi bagian dalam edukasi TPA Suwung.
6.1.2 Zero Waste Education Center sebagai ruang publik di TPA Suwung (sebagai
jawaban atas permasalahan bagaimana mengubah Image buruk TPA)
Sebagian besar masyarakat menganggap TPA sebagai area yang bersifat
privat, hanya untuk beberapa orang yang terkait di dalamnya. Sering kali TPA juga
dianggap sebagai tempat dengan Image yang buruk seperti kotor, bau, dan kumuh
sehingga masyarakat enggan untuk mendekati atau masuk ke area TPA. Konsep
ruang terbuka publik di TPA Suwung diharapkan dapat mengubah paradigma
masyarakat mengenai TPA. Dari permasalahan tersebut, untuk menjadikan TPA
sebagai ruang publik perlu adanya revitalisasi pada beberapa area TPA.
Revitalisasi TPA untuk mendukung terciptanya ruang publik di TPA
Dalam kondisi TPA, revitalisasi kawasan dibutuhkan pada area yang
memiliki kondisi yang cukup kritis dan berisiko. Revitalisasi ini dimaksudkan agar
TPA dapat menjadi ruang publik dan mengubah Image buruk TPA. Zona ini
terletak pada area di sekitar pemukiman pemulung serta beberapa area yang
berbatasan langsung dengan tahura mangrove.
Gambar: 6.2 High Risk Zone Revitalization
Sumber: analisis penulis, 2016
95
6.1.3 Zero Waste Education Center sebagai pendukung pelaku kegiatan di TPA
Suwung (sebagai jawaban atas pemasalahan keterlibatan community dalam
fasilitas)
Pelaku kegiatan TPA Suwung salah satunya adalah pemulung, dimana
pemulung ini secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi TPA. Dalam
fasilitas Zero Waste Education Center, Pemulung merupakan community participation
yang dapat mendukung kegiatan, seperti : 1. penyediaan bank sampah bagi
pemulung, sehingga pemulung dapat memperoleh keuntungan dengan adanya
fasilitas Zero Waste Education Center . 2. Pemulung dapat menjadi penggerak
kegiatan recycling, composting, dan pengolahan sampah lain yang dapat dijadikan
edukasi bagi pengunjung. Dengan kata lain, dapat terbentuk hubungan timbal
balik antara fasilitas Zero Waste Education Center dengan pemulung.
Gambar 6.3 Skema kegiatan pemulung Sumber: Analisis Penulis, 2016
6.2 Konsep Meso
Konsep meso merupakan merupakan sebuah jawaban bagaimana bangunan
menanggapi kondisi lingkungan sekitar.
6.2.1 Integrated open and public space
Sistem pencapaian utama dari dan menuju tapak melalui akses utama
jalan TPA Suwung. Jalan ini dilalui dapat dilalui oleh pejalan kaki, kendaraan
roda dua dan empat. Selain itu juga terdapat akses baru dari Jalan Pulau Serangan.
Akses ini diharapkan dapat menghubungkan jalan Pulau Serangan dengan tapak.
Dari analisis tersebut, area parkir dan ruang terbuka diletakkan pada area yang
dekat dengan sirkulasi pencapaian tapak.
Konsep “Integrated open and public space” merupakan konsep yang
menjawab permasalahan bagaimana mengintegrasikan akses jalan dengan fasilitas
96
Zero Waste Education Center. Zona ruang publik dan area parkir merupakan zona
transisi antara bangunan dan akses jalan.
Gambar 6.4 area parkir dan ruang publik Sumber: analisis penulis, 2016
6.2.2 Orientasi
Konsep orientasi yang digunakan Zona terbangun meliputi dua area, yaitu
bagian utara dan selatan. Di mana kedua area ini dipisahkan oleh ekosistem bakau
dan nantinya menjadi zona transisi yang termasuk dalam bagian desain. Dengan
tata letak ini memungkinkan desain yang lebih fleksibel serta memberikan
orientasi hadapan bangunan yang maksimal.
Gambar 6.5 Tata letak zona terpisah
Sumber: Analisis Penulis, 2016
6.2.3 Landscape/vegetasi
Konsep vegetasi menggunakan vegetasi yang dapat mereduksi bau yang terdapat
di TPA. Tata Vegetasi pada TPA dibagi menjadi beberapa zona. Diantaranya:
1. Zona green belt
Merupakan zona penyangga yang berfungsi untuk membuat kondisi lebih nyaman
tapi juga menjaga udara sekitar, penahan untuk mencegah atau mengurangi dampak
97
negatif keberadaan TPA sampah terhadap kawasan sekitarnya. Jenis tanaman yang
direkomendasikan pada subzona penyangga yaitu tanaman yang sesuai dengan kondisi
alam setempat, termasuk iklim, rona fisik, dan kondisi lapisan tanah. Tanaman yang
sesuai tersebut merupakan kombinasi antara perdu untuk menutup permukaan tanah
dan pohon/tanaman keras. Tanaman pangan tidak direkomendasikan karena risiko-
risiko Lindi yang berada di badan air dan terserap oleh akar tanaman. Pohon dengan
luasan permukaan mahkota yang besar akan membantu dalam penyerapan debu dan letak
mahkota yang rendah dapat menyamarkan pemandangan yang kurang baik.
Tabel 6.1 Jenis Tanaman Penyangga
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2012/
2. Zona pasif
Selain untuk menghias dan memperindah, jenis tanaman yang digunakan pada
zona pasif ini juga berfungsi untuk menyerap bau dan CO2 yang yang dihasilkan dari
kegiatan TPA. Jenis tanaman tersebut antara lain:
Gambar 6.6 Jenis Tanaman Zona Pasif Sumber: Kementrian PU
6.3 Konsep Mikro
6.3.1 Ecomimicry concept
Dari hasil identifikasi, terdapat dua aspek ekologi dan sosial pada ekosistem TPA
sebagai basis desain, yaitu ekosistem mangrove dan Landfill TPA. Analisis terhadap
bentuk, material, struktur, proses dan fungsi pada ekosistem mangrove dan Landfill TPA
ini digunakan sebagai dasar implementasi desain bangunan.
98
Gambar 6.7 Diagram konsep Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016
Tabel 6.2 Tabel implementasi desain ecomimicry
Level ecomimicry
Implemantasi Desain
Bentuk Mengadaptasi bentuk dinamis dari pertumbuhan mangrove dan bentuk berkontur dari Landfill
Material Menggunakan material alami dan material Zero Waste (3R)
Struktur dan
konstruksi
Menganalogikan struktur vertikal ekosistem mangrove sebagai struktur hierarki ruang, cara hidup mangrove sebagai adaptasi konstruksi bangunan.
Proses dan fungsi
Mengadaptasi pelaku kegiatan di Landfill dan menganalogikan pelaku kegiatan di ekosistem mangrove sebagai penggerak kegiatan atau community
participation.
Mengadaptasi sistem/siklus/daur yang terdapat di Landfill TPA maupun ekosistem mangrove; seperti siklus fotosintesis, siklus/rantai energi, dan lainnya untuk diterapkan pada bangunan melalui teknologi seperti photovoltaic, rainwater harvesting, dsb.
Sumber: Analisis Penulis, 2016
99
6.3.2 Cyclical Sequence pada Konsep Ruang dan Zonasi
Konsep edukasi yang diterapkan dalam Zero Waste Eduction Park adalah konsep
Experiential Learning, yaitu proses belajar yang didasarkan pada pengalaman. Sehingga
dalam konsep zonasi dan tata ruang diambil berdasarkan pola kegiatan dan fase-fase pada
Experiential Learning, yaitu “Cyclical Sequence”. Alur atau pola ini akan menjadi proses
dalam kegiatan edukasi. Konsep ini menjadi jawaban atas permasalahan bagaimana Zero
Waste Eduction Park menjadi fasilitas edukasi yang menyenangkan)
Gambar 6.8 Skema konsep zonasi
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016
1. Zona publik - privat
Zona publik-privat menentukan tingkat ketenangan dalam zona. Zona tersebut dibagi
menjadi 2 bagian, di antaranya terdapat ekosistem mangrove sebagai zona transisi
yang menghubungkan zona privat dan publik.
Gambar 6.9 Pembagian zona dalam Zero Waste Eduction Park Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
2. Berdasarkan fase pada Experiential Learning , zona publik-privat dibagi menjadi:
Gambar 6.10 Pembagian zona dalam Zero Waste Eduction Park Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
100
3. Pola kegiatan
Gambar 6.11 Pembagian zona dalam Zero Waste Eduction Park Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
4. Konsep ruang Cyclical Sequence
Gambar 6.12 Pembagian zona dalam Zero Waste Eduction Park
Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
Tabel 6.3 Pembagian zona edukasi
Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
101
Gambar 6.13 pembagian zona dalam Zero Waste Eduction Park Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
5. Konsep hierarki ruang vertikal
Gambar 6.14 Struktur vertikal ekosistem mangrove dan diagram implementasi
Sumber: ian.umces.edu, analisis pribadi, 2016
102
Gambar 6.15 pembagian zona Zero Waste Eduction Park
Sumber: dokumentasi penulis, 2016
a. Life Gallery
Life gallery termasuk dalam kategori ruang concrete experience dan
ditempatkan pada area ekosistem mangrove. Life gallery ini merupakan
gabungan fungsi antara mangrove trails dan gallery. Fungsi ini menjadi area
transisi sebelum memasuki fasilitas edukasi lainnya. Life gallery merupakan
sebuah life parameter, dimana pengunjung akan merasakan kondisi hutan
mangrove yang bebas maupun tercemar sampah.
Gambar 6.16 Ilustrasi life gallery Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
103
b. Ecorium
Ecorium adalah sebuah ruang untuk melihat suatu kegiatan atau
workshop secara pasif melalui ruang kaca/transparan.
Gambar 6.17 Ilustrasi Ecorium
Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
c. Workshop Area
Workshop termasuk dalam ruang kegiatan aktif, terdiri dari kegiatan
edukasi pengolahan sampah yaitu composting, recycling, dan renewing energy.
Kegiatan ini diawali dengan proses pemilahan sampah dengan bank sampah
yang dilakukan oleh pemulung setempat. Kemudian pada area workshop,
sampah terpilah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan edukasi.
Gambar 6.18 Ilustrasi Workshop area Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
d. Hiding Entrance
Area pintu masuk lobby terletak di area ekosistem mangrove dan terletak
menjorok lebih ke dalam. Pengunjung dibawa terlebih dulu melalui hutan
mangrove.
104
Gambar 6.19 Ilustrasi Hiding Entrance Sumber: Dokumentasi penulis, 2016
6.3.3 Konsep Bentuk
Konsep bentuk bangunan mengambil tipologi bentuk yang terdapat di ekosistem
TPA. Bentuk yang diambil mengikuti bentuk kontur Landfill TPA dan pertumbuhan
ekosistem mangrove yang dinamis.
Gambar 6.20 Ilustrasi Bentuk Sumber: http://openbuildings.com/buildings/island-city-central-park-grin-grin-profile-2817 http://www.pafosa.net/wp-content/uploads/2010/02/ill.jpg
6.3.4 Konsep Material
Konsep material menggunakan prinsip 3R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle
pada
konsep Zero waste. Bahan material sebisa mungkin menggunakan material yang
identik dengan TPA. Prinsip pengunaan material sampah:
- Reduce : mengurangi penggunaan material baru
- Reuse : menggunakan kembali material sebagai elemen bangunan
- Recycle : mendaur ulang material menjadi material baru yang lebih baik
105
Penggunaan sampah sebagai material elemen bangunan bertujuan untuk
menciptakan sustainable design, ramah lingkungan, menghemat energi dan green.
Penggunaan material sampah yang identik dengan TPA juga bertujuan untuk
mempertahankan aspek lokalitas dan menciptakan identitas bangunan yang berada di
TPA. Contoh penerapan:
Gambar 6.21 penerapan Reuse material dalam elemen bangunan
Sumber: http://www.futurarc.com/index.cfm/competitions/2016-fgla-merit-cc/
6.3.4 Konsep sustainable dan green design
Ecomimicry design bertujuan untuk menciptakan Sustainable dan Green Design yang
terinspirasi dari sistem energi pada alam/ekosistem.
Gambar 6.22 Skema rantai makanan pada mangrove
Sumber: Analisis Penulis, 2016
106
Energy Resources
1. Photosynthesis as photovoltaic system
Gambar 6.23 proses fotosintesis sebagai implementasi Fotovoltaic bangunan
Sumber: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/, www.pinterest.com
2. Rainwater harvesting
Gambar 6.24 proses fotosintesis sebagai implementasi Fotovoltaic bangunan (Chong Qing Tower,
China & Editt Tower, Singapore) Sumber: https:// www.ctbuh.org
3. Waste to energy
Gambar 6.25 Skema waste to energy resources Sumber: http://server1.docfoc.com/uploads/Y2016/01/03/y2KhpYvJMX/1.png http://2.bp.blogspot.com/-nM9BCzXJcRE/TZURNl2fiMI/AAAAAAAAAGA/
4B8VzE3qDtQ/s1600/Landfill+Cutaway.jpg