Post on 05-Jul-2015
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Data
4.1.1 Analisa Data Tanah
Data tanah yang dipakai dalam perencanaan tebal perkerasan jalan yang akan
direncanakan berdasarkan nilai CBR pada setiap ruas jalan pada tabel 3.1.
CBR (%)Jumlah yang Sama atau Lebih Besar
Persen ( % )Yang Sama Atau Lebih Besar
2.7 7 7/7 x 100% = 100%4.9 6 6/7 x 100% =85,741%5.4 5 5/7 x 100% = 71,429%10.8 4 4/7 x 100% = 57,149%11.5 3 3/7 x 100% = 42,857%11.9 2 2/7 x 100% = 28,571%15.3 1 1/7 x 100% = 14,286%
Tabel 4.1. Persentase Nilai CBR
Selanjutnya dari hasil tabel tersebut dibuatkan grafik hubungan antara CBR dan
jumlah persentase tadi. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka
persentase 90%, sehingga nilai CBR yang mewakili dapat dilihat pada grafik berikut
:
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Antara CBR dan Persentase Yang Mewakili
1 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Hasil analisis data tanah dengan cara grafis didapatkan CBR yang mewakili adalah
4,2
4.1.2 Analisa Data Lalu Lintas
Adapun data lalu lintas harian rata – rata yang didapat ada pada tabel 3.2. untuk
menilai setiap kendaraan kedalam satuan penumpang (smp) bagi jalan – jalan
didaerah bukit digunakan koefisien dibawah ini :
Tabel 4.2. Data Lalu Lintas Dalam Satuan Mobil Penumpang
No Jenis KendaraanJumlah
KendaraanKoefisien
LHR( smp)
1 Sepeda Motor 2000 0,5 10002 Mobil penumpang ( 1+1 ) 3000 1 30003 Bus 8 ton (2 + 6 ) 4000 3 120004 Truck 2 as ( 4 + 6 ) 2500 2.5 62505 Truck 3 as ( 6 + 7.7 ) 150 3 450
Jumlah Kendaraan / hari /2jalur 2600 22700
Volume lalu lintas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp) yang besarnya
menunjukan jumlah lalu lintas harian rata – rata untuk kedua jurusan;. jadi menurut
Bina Marga jumlah lalu lintas harian rata – rata >20000 smp dengan klisifikasi jalan
yang akan dibangun adalah jalan kelas I
4.1.3 Analisa Data Curah Hujan
Metode perhitungan curah hujan rencana tahun dengan menggunakan metode
Gamble, adapun hasil curah hujan total tahunan seperti pada tabel :
Tabel 4.3 Data Curah Hujan
No TahunCurah hujan total dalam 1 Tahun
( Xi )1 2001 14572 2002 14303 2003 17934 2004 17575 2005 17916 2006 9677 2007 13508 2008 23479 2009 246110 2010 2050
Adapun rumus – rumus Gamble yang digunakan adalah sebagai berikut :
2 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
X=∑ Xi
n=
18 . 06010
=1. 806
Tabel 4.4 Data Perhitungan Intensitas Curah Hujan
No Xi Xi - X ( Xi – X )2
1 1.457 349 121.8012 1.430 376 141.3763 1.793 13 1694 1.757 49 2.4105 1.791 15 2256 967 839 703.9217 1.350 456 207.9368 2.347 541 292.6819 2.461 655 429.02510 2.050 244 59.536
Total 1.959.080
Standart Deviasiasi ( S )
S=√∑( Xi−X−
)2
n−1
S=√195908010−1
=155 , 52
K= yt− yn
sn
K=2 , 2054−0 ,49520 ,9496
K = 1,8
Xt = X + K . S
Xt = 1.806 + 1,8 x 155,52
Xt = 2078,74 mm/tahun
Jadi Intensitas Curah Hujan yang didapat adalah 2078,74 mm/tahun
3 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
4.1.4 Analisa Data Jumlah Kendaraan Bermotor
1. Peramalan Jumlah Kepemilikan Mobil Penumpang
Tabel 4.5. Data Lalu Lintas Dalam Satuan Mobil Penumpang
Tahun Jumlah Mobil Penumpang
2006 30008
2007 31505
2008 33070
2009 35284
2010 38555
Total 168422
Pertumbuhan jumlah mobil penumpang pada :
a. Tahun 2006 – 2007
i=31505−3000830008
x100 %=4 ,99 %
b. Tahun 2007 – 2008
i=33070−3150531505
x100 %=4 ,97%
c. Tahun 2008 – 2009
i=35284−3307033070
x 100 %=6 ,69 %
d. Tahun 2009 – 2010
i=38555−3528435284
x 100 %=9 ,27 %
Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah mobil penumpang per tahun :
i=4 , 99 %+4 , 97 %+6 , 69 %+9 ,27 %4
=6 , 48 %
2. Peramalan Jumlah Kepemilikan Kendaraan Jenis Truck 2 As
Tabel 4.6 Menentukan Persamaan Linier untuk Truck 2 As
Tahun Jumlah Truck 2 As
2006 17121
2007 19531
2008 21432
2009 22679
4 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
2010 24222
Total 104985
Pertumbuhan jumlah truk 2 As pada :
a. Tahun 2006 – 2007
i=19531−1712117121
x 100%=14 , 08 %
b. Tahun 2007 – 2008
i=21432−1953119531
x 100 %=9 , 73%
c. Tahun 2008 – 2009
i=22679−2143221432
x100 %=5 , 82 %
d. Tahun 2009 – 2010
i=24222−2267922679
x100 %=6 , 80 %
Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah Truk 2 As per tahun :
i=14 ,08 %+9 ,73 %+5 ,82 %+6 , 80 %4
=9 ,11%
3. Peramalan jumlah Truk 3 As
Tabel 4.7 Menentukan Persamaan Linier untuk Truck 3 As
Tahun Jumlah Truck 3 As
2006 625
2007 705
2008 712
2009 801
2010 812
Total 3655
Pertumbuhan jumlah truk 3 As pada :
a. Tahun 2006 – 2007
i=705−625625
x100%=12 , 80%
b. Tahun 2007 – 2008
5 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
i=712−705705
x 100 %=0 , 99 %
c. Tahun 2008 – 2009
i=801−712712
x 100%=12 ,50 %
d. Tahun 2009 – 2010
i=812−801801
x100 %=1 , 37 %
Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah Truk 3 As per tahun :
i=12 ,80 %+0 ,99 %+12 , 50 %+1 , 37 %4
=6 ,92 %
4. Peramalan Jumlah Kepemilikan Kendaraan Jenis Bus
Tabel 4.8 Menentukan Persamaan Linier untuk Bus
Tahun Jumlah Bus
2006 1671
2007 2004
2008 2072
2009 2921
2010 3001
Total 11669
Pertumbuhan jumlah Bus pada :
a. Tahun 2006 – 2007
i=2004−16711671
x100 %=19 , 93 %
b. Tahun 2007 – 2008
i=2072−20042004
x100 %=3 ,39 %
c. Tahun 2008 – 2009
i=2921−20722072
x 100 %=40 , 97 %
d. Tahun 2009 – 2010
6 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
i=3001−29212921
x 100 %=2 ,74 %
Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah Buss per tahun :
i=19 ,93 %+3 ,39 %+40 ,97 %+2 , 74 %4
=16 , 76 %
5. Peramalan Jumlah Kepemilikan Kendaraan Jenis Sepeda Motor
Tabel 4.9 Menentukan Persamaan Linier untuk Sepeda Motor
Tahun Jumlah Bus
2006 122436
2007 124689
2008 125789
2009 128009
2010 130911
Total 631834
Pertumbuhan jumlah sepeda motor pada :
a. Tahun 2006 – 2007
i=124689−122436122436
x100 %=1 , 84 %
b. Tahun 2007 – 2008
i=125789−124689124689
x100%=0 , 88 %
c. Tahun 2008 – 2009
i=128009−125789125789
x100 %=1 , 76 %
d. Tahun 2009 – 2010
i=130911−128009128009
x100 %=2 , 27%
Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah sepeda motor per tahun :
i=1 ,84 %+0 ,88 %+1 , 76 %+2 , 27 %4
=1 ,69 %
7 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Jadi rata – rata pertumbuhan kepemilikan jenis kendaraan per tahun :
Tabel 4.10 Menentukan Pertumbuhan kendaraan per tahun
No Jenis Kendaraan i
1 Mobil Penumpang 6,48 %
2 Truck 2 As 9,27 %
3 Truck 3 As 6,92 %
4 Bus 16,76 %
5 Sepeda Motor 1,69 %
4.2. Perhitungan Trase Jalan Rencana
4.2.1. Menentukan Klasifikasi Jalan
4.1.1.1 Perhitungan Kemiringan
Jika titik pada potongan yang ditinjau berada diantara kontur yang elevasinya sama
maka tidak diperlukan perhitungan lagi dan lokasi tersebut dianggap datar. Jika
masing-masing ujung titik potongan berada pada elevasi yang berbeda, maka perlu
dilakukan perhitungan dengan cara selisih ketinggiannya di bagi dengan jarak kedua
titik tersebut kemudian di kalikan 100%.
Contoh :
Perhitungan Kemiringan Potongan 1-1’
Gambar 4.2 Potongan Melintang 1-1’
8 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Kemiringan=|74−72|
150×100 %=1,33 %
Perhitungan Kemiringan Potongan 2-2’
Gambar 4.3 Potongan Melintang 2-2’
Kemiringan=|69,4−71|
150×100 %=1,07 %
Perhitungan Kemiringan Potongan 3-3’
Gambar 4.4 Potongan Melintang 3-3’
Kemiringan=|68,4−72|
150×100 %=2,04 %
9 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Perhitungan Kemiringan Potongan 4-4’
Gambar 4.5 Potongan Melintang 4-4’
Kemiringan=|61−64,2|
150×100 %=2,13 %
Perhitungan kemiringan dengan cara yang sama dengan perhitungan diatas
dilanjutkan seperti yang tertera pada tabel 4.1
Tabel 4.11 Elevasi Titik Rencana Alternatif
POTONGAN
ELEVASIJARAK
MELINTANGBEDA
TINGGIKEMIRINGANKiri
( m )Tengah
( m )Kanan ( m )
a B C d │e│ =│( a - c )│ f = e/d x 100%
1-1' 74 74,8 72 150 2 1,33%2-2' 69,4 72 71 150 1,6 1,07%3-3' 68,4 68,4 72 150 3,6 2,40%4-4' 61 62 64,2 150 3,2 2,13%5-5' 59,2 59,8 62,4 150 3,2 2,13%6-6' 58,1 58,3 59,8 150 1,7 1,13%7-7' 57,4 57,8 58,2 150 0,8 0,53%8-8' 56,8 56,8 57,2 150 0,4 0,27%9-9' 56,2 56 56,2 150 0 0,00%10-10' 55,8 55,6 55,8 150 0 0,00%11-11' 55,2 55,2 55,2 150 0 0,00%12-12' 54,8 54,7 54,8 150 0 0,00%13-13' 54,5 54,7 55 150 0,5 0,33%14-14' 53,9 54,3 54,7 150 0,8 0,53%15-15' 52 54 54,1 150 2,1 1,40%23-23' 56,9 55 50 150 6,9 4,60%
10 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
POTONGAN
ELEVASIJARAK
MELINTANGBEDA
TINGGIKEMIRINGANKiri
( m )Tengah
( m )Kanan ( m )
a B C d │e│ =│( a - c )│ f = e/d x 100%
24-24' 56,6 63 56,6 150 0 0,00%25-25' 6,6 67 53,3 150 3,3 2,20%26-26' 63 72 58,8 150 4,2 2,80%27-27' 74 78 66 150 8 5,33%28-28' 80 80 69 150 11 7,33%29-29' 80 80 80 50 0 0,00%30-30' 80 80 80 50 0 0,00%31-31' 80 80 80 50 0 0,00%32-32' 80 80 80 50 0 0,00%33-33' 80 80 80 50 0 0,00%34-34' 80 80 80 50 0 0,00%35-35' 80 80 80 50 0 0,00%36-36' 80 80 80 50 0 0,00%37-37' 80 80 80 50 0 0,00%38-38' 80 80 80 50 0 0,00%39-39' 80 80,1 80,2 50 0,2 0,40%40-40' 81,2 80,8 81 50 0,2 0,40%41-41' 82 80,8 81,2 50 0,8 1,60%42-42' 83,3 81,4 82 50 1,3 2,60%43-43' 81,5 81,4 81,2 50 0,3 0,60%44-44' 80 81,6 80 50 0 0,00%45-45' 80 81,8 80 50 0 0,00%46-46' 80 82 80 50 0 0,00%47-47' 80 82,5 80 50 0 0,00%48-48' 80 84 80 50 0 0,00%49-49' 80 84,5 80 50 0 0,00%50-50' 80 85 80 50 0 0,00%51-51' 88 87 86 50 2 4,00%52-52' 92 89,8 88,5 50 3,5 7,00%53-53' 92 89,8 88,5 50 3,5 7,00%54-54' 82,5 85 88 50 5,5 11,00%55-55' 80 85 90 50 10 20,00%56-56' 80 80 80 50 0 0,00%57-57' 80 80 80 50 0 0,00%58-58' 80 80 80 50 0 0,00%59-59' 80 80 80 50 0 0,00%60-60' 80 80 80 50 0 0,00%62-62' 80 80 80 50 0 0,00%63-63' 80 80 80 50 0 0,00%64-64' 80 80 80 50 0 0,00%65-65' 80 80 80 50 0 0,00%66-66' 80 80 80 50 0 0,00%67-67' 80 80 80 50 0 0,00%
11 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
POTONGAN
ELEVASIJARAK
MELINTANGBEDA
TINGGIKEMIRINGANKiri
( m )Tengah
( m )Kanan ( m )
a B C d │e│ =│( a - c )│ f = e/d x 100%
68-68' 80 80 80 50 0 0,00%69-69' 80 80 80 50 0 0,00%70-70' 80 80 80 50 0 0,00%71-71' 80 80 80 50 0 0,00%72-72' 80 80 80 50 0 0,00%73-73' 80 80 80 50 0 0,00%74-74' 80 80 80 50 0 0,00%75-75' 80 80 80 50 0 0,00%76-76' 80 80 80 50 0 0,00%77-77' 80 80 80 50 0 0,00%78-78' 80 80 80 50 0 0,00%79-79' 80 80 80 50 0 0,00%80-80' 80 80 80 50 0 0,00%81-81' 80 80 80 50 0 0,00%82-82' 80 80 80 50 0 0,00%83-83' 80 80 80 50 0 0,00%84-84' 80 80 80 50 0 0,00%85-85' 80 80 80 50 0 0,00%86-86' 80 80 80 50 0 0,00%87-87' 80 80 80 50 0 0,00%
Tabel 4.12 Kalisifikasi Jalan Sesuai dengan Kemiringan
POTONGAN JALAN KEMIRINGANKLASIFIKASI
MEDAN
1 s/d 4 Jalan Lurus 1,73 % Datar
5 s/d 15 Tikungan PI1 0,58 % Datar
23 s/d 34 Jalan Lurus 1,86 % Datar
35 s/d 50 Tikungan PI2 0,35 % Datar
51 s/d 68 Jalan Lurus 2,88 % Datar
69 s/d 84 Tikungan PI3 0 % Datar
85 s/d 87 Jalan Lurus 0 % Datar
4.2.2. Menghitung Jarak dan sudut
Diketahui masing-masing Koordinat :
A : ( +000,000 ; +000,000 )
B=P I.1 : ( +234,620 ; +259,719 )
12 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
D =PI2 : ( +1070,296 ; +876,464 )
E=PI.3 : ( +2289,327 ; +934,378 )
G : ( +2549,038 ; +845,773 )
Perhitungan Jarak
Dari koordinat yang diketahui maka dapat dicari masing – masing jaraknya yaitu :
d1=√( X1−X A )2+ (Y 1−Y A )2
d1=√(234,620−000,000)2+(259,719−000,000)2=350,001 ≈ 350 m
d2=√( X2−X1 )2+(Y 2−Y 1 )2
d2=√(1070,296−234,620)2+(876,464−259,719)2=1038,999 ≈1039 m
d3=√( X3−X 2)2+(Y 3−Y 2 )2
d3=√(2289,327−1070,296 )2+(934,378−876,464 )2
d3=1220,406 ≈ 1220,5 m
d4=√ ( XG−X3 )2+(Y G−Y 3 )2
d4=√ (2549,038−2289,327 )2+ (845,773−934,378 )2
d4=274,410 ≈ 274,5 m
Perhitungan Sudut
1. Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan B ( P I1 ),
Sudut ( Δ1)
Tg α 1=|X A−X1||Y A−Y 1|
=|000,000−234,620||000,000−259,719|
=0,903
α 1=arch tan 0,903=42,0820=4 2o 04 ' 55 ¿
Tg β2=|X2−X1||Y 2−Y 1|
=|1070,296−234,620||876,464−259,719|
=1,355
β2=arch tan 1,355=53,5724=5 3o 34 ' 20 ¿
13 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Jadi sudut (Δ3)
Δ1=β1−α 1=5 3o 34 ' 20 -4 {2} ^ {o} 04'55=11o29 ' 25
2. Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan D ( P I2 ),
Sudut ( Δ2)
Tg α 2=|X1−X2||Y 1−Y 2|
=|234,620−1070,296||259,719−876,464|
=1,355
α 2=arch tan 1,355=53,5724=5 3o 34 ' 20 ¿
Tg β2=|X3−X2||Y 3−Y 2|
=|2289,327−1070,296||934,378−876,464|
=21,049
β2=arch tan 21,049=87,280=87o 16 ' 48 ¿
Jadi sudut (Δ2)
Δ2=β2−α 2=87o16 ' 48 -5 {3} ^ {o} {34} ^ {'} 20 =33o 42 ' 28
3. Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan E ( P I3 ),
Sudut ( Δ3)
Tg α 3=|X2−X3||Y 2−Y 3|
=|1070,296−2289,327|
|876,464−934,37|=21,049
α 3=arch tan21,049=87,280=87o 16 ' 48 ¿
Tg β3=|XG−X3||Y G−Y 3|
=|2549,038−2289,327||845,773−934,378|
=2,931
14 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
β3=arch tan2,931=71,161=71o 09 ' 40 ¿
Jadi sudut (Δ3)
Δ3=180−β3−α3=180o−87o 16 ' 48 - {71} ^ {o} 09'40=21o 33 ' 32
Berdasarkan perhitungan pada peta kontur yang di dapat pada peta di dapat jarak
dan sudut sebagai berikut :
d1 = 350 m Δ1 = 11o29’25”
d2 = 1039 m Δ2 = 33o 42' 28
d3 = 1220,5 m Δ3 = 21o 33 ' 32
d4 = 274,5 m
Duga Rencana atau penentuan di estimasi menurut pertimbangan perencana dengan
memperhatikan, keadaan medan, perbandingan antara timbunan dan galian. Gambar
di bawah ini adalah contoh cara yang digunakan perencana sebagai pertimbangan
penentuan titik duga rencana elevasi jalan yang direncanakan.
Gambar 4.6 Sudut pada Tikungan Rencana Jalan
15 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV � 16 | P a g e
Gam
bar
4.7
pot
onga
n m
eman
jang
dan
tras
e ja
lan
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
No Uaraian Standar
1 Klasifikasi Medan Datar2 Lalu Lintas Harian Rata - rata >200003 Kecepatan Rencana 1204 Lebar Daerah Penguasaan Minimum 605 Lebar Perkerasan 2x3,756 Lebar Bahu 3,57 Lereng Melintang Perkerasan 2%8 Lereng Melintang Bahu 4%9 Jenis Lapisan Permukaan Jalan10 Miring Tikungan Maksimum (e) 10%11 Jari - jari Lengkung Minimum 560 m12 Landai Maksimum 3%
Aspal Beton
4.3. Perhitungan Alinemen Horizontal
4.2.1 Perhitungan Tikungan I (B)
Tabel 4.13.a Standard Perencanaan Geometrik Jalan Kelas I
Tabel 4.14.a Koefisien gesekan melintang pada tikungan
V( km/jam ) 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Fmaks 0,166 0,160 0,153 0,147 0,140 0,128 0,115 0,103 0,090
Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)
Pada daftar I standar perencanaan geometrik untuk daerah datar ( D ) diperoleh
Rmin = 560 m dan pada daftar II diperoleh Rmaks = 2000, syaratnya menjadi 560 <
R < 2000
17 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Rumus :
Rmin=V R
2
127(emaks+ f maks)
Rmin=1202
127(0,1+0,09)=596,768 m ≈ 600
Karena 560 < 600 (Rmin) < 2000 maka di gunakan Rc (jari-jari tikungan rencana
dicoba sebesar = 650 m)
Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan I (11°29’25”) direncanakan
S-C-S.
1. Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)
Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran
dengan ukuran 700 m
a. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung
peralihan, maka panjang lengkung :
Ls=V R
3,6T → dimana nilaiT=3 detik
Ls=1203,6
×3=100 m
b. Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :
Ls=0,022V R
3
Rc . C−2,727
V R . eC
Ls=0,0221203
700 × 0,45−2,727
120 × 0,10,45
Ls=47,249 m
Nilai e pada perhitungan diatas digunakan nilai superelevasi maksimum(emaks)
untuk V>90 km/jam maka, C = 0,45
c. Berdasarkan kelandaian relative maksimum
Ls=m ( emaks+en ) b=280 (0,1+0,03 ) 3,75=136,5 m
18 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Nilai m di dapat berdasarkan nilai landai relatif maksimum terbesar pada tabel
daftar standar perencanaan alinemen (m = 280)
2. Perhitungan bagian spiral
Θs=90o× Lsπ × Rc
=90o ×136,53,14 × 700
=5,589=0 5o 35 ' 21
Ys= Ls2
6 Rc
= 136,52
6 ×700=4,436 m
Xs=Ls .(1− Ls2
40 Rc2 )=136,5 ×(1− 136,52
40 ×7002 )=136,37 m
P=Ys−Rc (1−cos θs )=4,436−700¿
P=1,108 m
K=Ls− Ls3
40 Rc2 −Rc .sin θs
K=136,5− 136,53
40 ×7002−700 × sin 05o35 ' 21 =} 68,194 ¿
3. Perhitungan lengkung circle ( Lc )
Θc=β 1−Θs=11o29 ’25 ”−2× 05o35 ' 21 = {0} ^ {o} 18'43
Lc= Θc
18 0oπ . Rc=0o 18 ' 43 } over {18 {0} ^ {o}} ×3,14×700=3,809 ¿
Lc = 3,809 m < 20 m , maka tidak memenuhi syarat perhitungan dengan
S-C-S sehingga di ganti dengan lengkung tipe S – S
Rumus perhitungan untuk lengkung tipe S-S
Lc=0
Θs=12
. β=12
×1 1o 29 ’25 ”=05o 44 ’ 43”=5,745
Ls=Θs . π . Rc
90=05o 44 ’ 43 ”× 3,14 ×700
9 0o =140,312
Ls = 140,312 > Lsmin=136,5 , jadi memenuhi syarat lengkung S-S
4. Perhitungan jarak titik station ke lengkung lingkaran ( Es )
19 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Pergeseran busur lingkaran terhadap tangen asli (P)
P=p¿ . Ls=0,0007315 ×140,312=0,103
Menghitung letak dan busur lingkaran yang tergeser dari titik fisik (K)
K=k¿ . Ls=0,4999987 ×140,312=70,156
Nilai p* dan k* di dapat dari tabel besaran p* dan k*
Es=( Rc+P ) . sec12
β 1−Rc=(700+0,095 ) × sec 05o 44 ’ 43 ”−700
Es=3,629
Ts=( Rc+P )× tan12
β 1+K
Ts=(700+0,095 ) × tan05o 44 ’ 43 ”+65,145
Ts=140,594 m
5. Perhitungan panjang tikungan total
L tot = 2. Ls < 2 Ts
L tot = 2 × 140,312 < 2 x 140,594 m
L tot = 280,624 m < 281,187 m
( memenuhi syarat )
6. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan
a) Untuk Perencanaan jalan kelas I, digunakan kendaraan rencana adalah
kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :
Lebar kedaraan rencana (b) : 2,6 m
Jarak antar gandar (P) : 18,9 m
Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m
b) Jumlah Lajur (n) : 2
c) Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 × 3,75
d) Jari-jari pada tengh lintasan (R) : 700 m
e) Kecepatan Rencana : 120 Km/jam
20 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada
lajur sebelah dalam
B=√ {√R c2−64+1,25}2
+64−√Rc2−64+1,25
B=√ {√7002−64+1,25 }2+64−√7002−64+1,25=2,546 m
Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)
Z=0,105V
√ R=0,105 ×120 km / jam
√700 m=0,476 m
Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)
Bt=n ( B+C )+Z
Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,75 = 7,5 m
Untuk Bn = 7,5 C = 0,91 m
Bt=2 (2,546 m+0,91m )+0,476 m=7,388 m
Bt < Bn jadi tidak perlu diadakan pelebaran perkerasan
7. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan I
Perhitungan jarak pandang henti
Jh=V r
3,6.T +
( V r
3,6 )2
2. g . f
Dimana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-
0,55.
Jh = Jarak Pandang Henti (m)
Jadi :
21 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Jh=V r
3,6.T +
( V r
3,6 )2
2. g . f=120
3,6×2,5+
( 1203,6 )
2
2 ×9,8 × 0,5=196,712 m
Jh=196,712 ≈ 197 m
Jh yang digunakan adalah Jh min yaitu 250 m
Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Jd=d1+d2+d3+d4
d1=0,278.T 1(V R−m+2.T 1
2 )d2=0,278.V R .T 2
d3=30 s /d100 m
d4=2/3.d2
Dimana :
t1 = waktu reaksi yang besarnya tergantung pada kecepatan
yang sesuai dengan persamaan t1 = 2.12+0.026V.
t2 = waktu dimana kendaraan yanng menyiap berada pada lajur
kanan yang dapat ditentukan dengan mempergunakankorelasi
t2 = 6.56+0.048V.
m = perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan
yang disiap = 15km/jam.
a = percepatan rata-rata yang besarnya tergantung pada
kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat ditentukan
dengan mempergunakan korelasi a = 2.052+0.0036V.
a=2,052+0,0036. V R=2,052+0,0036 ×120=2,484 detik
T 1=2,12+0,026. V R=2,12+0,026 ×120=5,24 detik
T 2=6,56+0,048. V R=6,56+0,048 ×120=12,32detik
d1=0,278× 5,24(120−10+ 2,484 ×5,242 )=169,719 m
d2=0,278.V R .T 2=0,278 ×120 × 12,32=410,9952 m
d3=99 m
22 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
d4=2/3.d2=2/3 × 410,9952=273,9968
Jd=169,719+410,9952+99+273,9968=953,711m
Jd yang digunakan adalah Jd 953,711 m
Diketahui :
V = 120 km / jam
Jarak Pandang Henti ( S ) = 250 m
Jarak Pandang Menyiap (M) = 953,711 m
L = 280,624 m
Untuk S < L, maka :
Θs=28,684 ×250700
=10,244=10o 14 ' 39
m=R ¿
m=700 × ¿
m=11,159 m
Untuk M > L, maka :
Θs=28,684 ×280,624
700=11,49919=11o29 ' 57
m=12
( M−L ) sin Θs+¿ R ¿¿
m=12
(953,711−280,624 ) sin11o 29' 57 } +700×(1- cos {{11} ^ {o} 29'57 ¿¿
m=81,141 m
8. Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )
D1 = 350 m
Perhitungan diagram superelevasi :
jadi :
sta pI1 = 0 + d1 = 0 + 350,00 m
sta Ts1 = sta PI1 – Ts
= 0 + 350,000 m – 140,594 m
23 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
No Uaraian Standar
1 Klasifikasi Medan Datar2 Lalu Lintas Harian Rata - rata >200003 Kecepatan Rencana 1204 Lebar Daerah Penguasaan Minimum 605 Lebar Perkerasan 2x3,756 Lebar Bahu 3,57 Lereng Melintang Perkerasan 2%8 Lereng Melintang Bahu 4%9 Jenis Lapisan Permukaan Jalan10 Miring Tikungan Maksimum (e) 10%11 Jari - jari Lengkung Minimum 560 m12 Landai Maksimum 3%
Aspal Beton
= 0 + 209,406 m
Sta SC1 = sta Ts1 + Ls
= 0 + 219,45 m + 140,312 m
= 0 + 349,718 m
Sta CS1 = Sta SC1 = 0 + 349,718 m
Sta St1 = Sta CS1 + Ls
= 0 + 349,718 m + 140,312 m
= 0 + 490,03 m.
4.2.2 Perhitungan Tikungan II (D)
Tabel 4.13.b Standard Perencanaan Geometrik Jalan Kelas I
Tabel 4.14.b Koefisien gesekan melintang pada tikungan
V( km/jam ) 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Fmaks 0,166 0,160 0,153 0,147 0,140 0,128 0,115 0,103 0,090
24 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)
Pada daftar I standar perencanaan geometrik untuk daerah datar ( D ) diperoleh
Rmin = 560 m dan pada daftar II diperoleh Rmaks = 2000, syaratnya menjadi 560 <
R < 2000
Rumus :
Rmin=V R
2
127(emaks+ f maks)= 1202
127(0,1+0,140)=472,440 m
Karena 560 > 209,974 (Rmin) < 2000 maka di gunakan Rc (jari-jari tikungan rencana
= 570 m)
Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan II (33°42’38”)
direncanakan S-C-S.
1. Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)
Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran
dengan ukuran 570 m
a. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung
peralihan, maka panjang lengkung :
Ls=V R
3,6T → dimana nilaiT=3 detik
Ls=1203,6
×3=100 m
b. Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :
Ls=0,022V R
3
Rc . C−2,727
V R . eC
Ls=0,0221203
570 × 0,4−2,727
120× 0,10,4
Ls=84,927 m
c. Berdasarkan kelandaian relative maksimum
25 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Ls=m ( emaks+en ) b=280 (0,1+0,03 ) 3,75=136,5 m
2. Perhitungan bagian spiral
Θs=90o× Lsπ × Rc
=90o ×136,53,14 × 570
=6,864=06o 51 ' 50
Ys= Ls2
6 Rc
= 136,52
6 ×570=5,448 m
Xs=Ls .(1− Ls2
40 Rc2 )=136,5 ×(1− 136,52
40 ×5702 )=136,304 m
P=Ys−Rc (1−cos θs )=6,864−570¿
P=1,363 m
K=Ls− Ls3
40 Rc2 −Rc .sin θs=136,5− 136,53
40× 5702 −570 ×sin 0 6o51 ' 50 }¿¿
K=68,182m
3. Perhitungan lengkung circle ( Lc )
Θc=β 2−2.Θs=33o 42 ' 28 -2×0 {6} ^ {o} 51'50=19o 58' 48
Lc= Θc
18 0oπ . Rc=19o 58 ' 48 } over {18 {0} ^ {o}} ×3,14×570=198,668 ¿
Lc = 198,668 m > 20 m, maka memenuhi syarat perhitungan dengan S-C-S
4. Perhitungan jarak titik station ke lengkung lingkaran ( Es )
Es=( Rc+P ) . sec12
β 2−Rc
Es=(570+1,363 ) × sec12
3 3o 42 ' 28 } -57¿
Es=27,006 m
Ts=( Rc+P )× tan12
β 2+K
Ts=(570+1,363 )× tan12
33o 42 ' 28 } + 68,182 ¿
26 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Ts=241,273 m
5. Perhitungan panjang tikungan total
L tot = Lc + 2.Ls < 2 Ts
L tot = 198,668 + 2×136,5 < 2 x 241,273 m
L tot = 471,668 m < 482,546 m
( memenuhi syarat )
6. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan
a) Untuk Perencanaan jalan kelas I, digunakan kendaraan rencana adalah
kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :
Lebar kedaraan rencana (b) : 2,6 m
Jarak antar gandar (P) : 18,9 m
Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m
b) Jumlah Lajur (n) : 2
c) Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 × 3,75
d) jari-jari pada tengh lintasan (R) : 570 m
e) Kecepatan Rencana : 120 Km/jam
B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada
lajur sebelah dalam
B=√ {√R c2−64+1,25}2
+64−√Rc2−64+1,25
B=√ {√5702−64+1,25 }2+64−√5702−64+1,25=0,056 m
Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)
Z=0,105V
√ R=0,105 ×120 km / jam
√570 m=0,528 m
Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)
Bt=n ( B+C )+Z
Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,75 = 7,5 m
Untuk Bn = 7,5 C = 0,91 m
27 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Bt=2 (0,056 m+0,91m )+0,528 m=2,46m
Bt < Bn jadi tidak perlu diadakan pelebaran perkerasan
7. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan II
Diketahui :
V = 120 km / jam
Jarak Pandang Henti ( S ) = 250 m
Jarak Pandang Menyiap (M) = 953,711 m
L = 471,668 m
Untuk S < L, maka :
Θs=28,684 ×250570
=12,5807=12o 34 ' 50
m=R ¿
Untuk M > L, maka :
Θs=28,684 ×471,668
570=23,736=23o 44 ' 8
m=12
( M−L ) sin Θs+¿ R ¿¿
m=12
(953,711−471,668 ) sin 24o 15 ' 50 } +570×(1- cos {{24} ^ {o} 15'50¿¿
m=149,398 m
8. Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )
D2 = 1039 m
Perhitungan diagram superelevasi :
e total=en+emax=3 %+10 %=13 %=0,13
a=en
etotal
Ls= 3 %13 %
×147=33,923
jadi :
sta pI2 = Sta PI1 + d2 = 0 + 350,00 m + 1039 m = 1+389,00 m
sta TS2 = sta PI2 – Ts
= 1 + 389,00 m – 241,273 m
28 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
No Uaraian Standar
1 Klasifikasi Medan Datar2 Lalu Lintas Harian Rata - rata >200003 Kecepatan Rencana 1204 Lebar Daerah Penguasaan Minimum 605 Lebar Perkerasan 2x3,756 Lebar Bahu 3,57 Lereng Melintang Perkerasan 2%8 Lereng Melintang Bahu 4%9 Jenis Lapisan Permukaan Jalan10 Miring Tikungan Maksimum (e) 10%11 Jari - jari Lengkung Minimum 560 m12 Landai Maksimum 3%
Aspal Beton
= 1 + 147,727 m
Sta SC2 = sta TS2 + Ls
= 1 + 147,727 m + 136,5 m
= 1 + 284,227 m
Sta CS2 = sta SC2 + Lc
= 1 + 284,227 m + 198,668 m
= 1 + 482,895 m
Sta ST2 = sta CS2 + Ls
= 1 + 477,558 m + 136,5 m
= 1 + 619,395 m
4.2.3 Perhitungan Tikungan III (E)
Tabel 4.13.c Standard Perencanaan Geometrik Jalan Kelas I
Tabel 4.14.c Koefisien gesekan melintang pada tikungan
V( km/jam ) 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Fmaks 0,166 0,160 0,153 0,147 0,140 0,128 0,115 0,103 0,090
29 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)
Pada daftar I standar perencanaan geometrik untuk daerah datar ( D ) diperoleh
Rmin = 560 m dan pada daftar II diperoleh Rmaks = 2000, syaratnya menjadi 560 <
R < 2000
Rumus :
Rmin=V R
2
127(emaks+ f maks)= 1202
127(0,1+0,140)=472,440 m
Karena 560 > 209,974 (Rmin) < 2000 maka di gunakan Rc (jari-jari tikungan rencana
= 570 m)
Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan II (21°33’32”)
direncanakan S-C-S.
1. Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)
Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran
dengan ukuran 570 m
a. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung
peralihan, maka panjang lengkung :
Ls=V R
3,6T → dimana nilaiT=3 detik
Ls=1203,6
×3=100 m
b. Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :
Ls=0,022V R
3
Rc . C−2,727
V R . eC
Ls=0,0221203
570 × 0,4−2,727
120× 0,10,4
Ls=84,927 m
c. Berdasarkan kelandaian relative maksimum
30 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Ls=m ( emaks+en ) b=280 (0,1+0,03 ) 3,75=136,5 m
2. Perhitungan bagian spiral
Θs=90o× Lsπ × Rc
=90o ×136,53,14 × 570
=6,864=06o 51 ' 50
Ys= Ls2
6 Rc
= 136,52
6 ×570=5,448 m
Xs=Ls .(1− Ls2
40 Rc2 )=136,5 ×(1− 136,52
40 ×5702 )=136,304 m
P=Ys−Rc (1−cos θs )=6,864−570¿
P=1,363 m
K=Ls− Ls3
40 Rc2 −Rc .sin θs=136,5− 136,53
40× 5702 −570 ×sin 0 6o51 ' 50 }¿¿
K=68,182m
3. Perhitungan lengkung circle ( Lc )
Θc=β 3−2.Θs=21o 33' 32-2×0 {6} ^ {o} 51'50=7o 49 ' 52
Lc= Θc
18 0oπ . Rc=7o 49 ' 52 } over {18 {0} ^ {o}} ×3,14×570=77,867 ¿
Lc = 77,867 m > 20 m, maka memenuhi syarat perhitungan dengan S-C-S
4. Perhitungan jarak titik station ke lengkung lingkaran ( Es )
Es=( Rc+P ) . sec12
β 3−Rc
Es=(570+1,363 ) × sec12
21o 33 ' 32} -57 ¿
Es=11,626m
Ts=( Rc+P )× tan12
β 2+K
Ts=(570+1,363 )× tan12
21o 33 ' 32} + 68,182 ¿
Ts=176,963 m
31 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
5. Perhitungan panjang tikungan total
L tot = Lc + 2.Ls < 2 Ts
L tot = 77,867 + 2×136,5 < 2 x 176,963 m
L tot = 350,867 m < 353,872 m
( memenuhi syarat )
6. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan
a) Untuk Perencanaan jalan kelas I, digunakan kendaraan rencana adalah
kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :
Lebar kedaraan rencana (b) : 2,6 m
Jarak antar gandar (P) : 18,9 m
Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m
b) Jumlah Lajur (n) : 2
c) Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 × 3,75
d) jari-jari pada tengh lintasan (R) : 570 m
e) Kecepatan Rencana : 120 Km/jam
B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada
lajur sebelah dalam
B=√ {√R c2−64+1,25}2
+64−√Rc2−64+1,25
B=√ {√5702−64+1,25 }2+64−√5702−64+1,25=0,056 m
Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)
Z=0,105V
√ R=0,105 ×120 km / jam
√570 m=0,528 m
Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)
Bt=n ( B+C )+Z
Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,75 = 7,5 m
Untuk Bn = 7,5 C = 0,91 m
Bt=2 (0,056 m+0,91m )+0,528 m=2,46m
32 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Bt < Bn jadi tidak perlu diadakan pelebaran perkerasan
1. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan III
Diketahui :
V = 120 km / jam
Jarak Pandang Henti = 250 m
Jarak Pandang Menyiap (M) = 953,711 m
L = 350,867 m
Untuk S >L, maka :
Θs=28,684 ×250570
=12,5807=12o 34 ' 50
m=R ¿
Untuk M > L, maka :
Θs=28,684 ×350,867
570=17,657=17o 39 ' 24
m=12
( M−L ) sin Θs+¿ R ¿¿
m=12
(953,711−350,867 )sin 17o39 ' 24 } +570×(1- cos {{17} ^ {o} 39'24 ¿¿
m=118,277 m
2. Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )
D3 = 1220,5 m
Perhitungan diagram superelevasi :
e total=en+emax=3 %+10 %=13 %=0,13
a=en
etotal
Ls= 3 %13 %
×147=33,923
jadi :
sta pI3 = Sta PI2 + d3 = 1+389,00 m + 1220,5 m = 2 + 609,5 m
sta TS3 = sta PI3 – Ts
33 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
= 2 + 609,5 m – 176,963m
= 2 + 432,537 m
Sta SC3 = sta TS3 + Ls
= 2 + 427,276 + 136,5
= 2 + 569,037 m
Sta CS3 = sta SC3 + Lc
= = 2 + 574,276 m + 77,867 m
= 2 + 646,904 m
Sta ST3 = sta CS3 + Ls
= 2 + 641,642 m + 147 m
= 2 + 783,404 m
Tabel 4.15 Perhitungan Tikungan Horizontal
Perhitungan PI1 PI2 PI3
R 700 570 570
Ls 140,312 m 136,5 m 136,5 m
θs 5,745 6,864 6,864
Ys - 5,448 m 5,448 m
Xs - 136,304 m 136,304 m
P 0,103 1,363 1,363
K 70,156 68,182 68,182
Δc 11°29’25” 33°42’28” 21° 33”’32
Lc - 198,668 m 77,867 m
Es 3,629 m 27,006 m 11,626 m
Ts 140,594 m 241,273 m 179,963 m
Syarat Ltotal < 2TsL total 280,624 m 471,668 m 214,366 m
2Ts 281,187 m 482,546 m 364,488 m
KeteranganMemenuhi
syaratMemenuhi
syaratMemenuhi
syarat
4.4. Perhitungan Alinyement Vertikal
1. Perhitungan PPV1
Menentukan kelandaiaan jalan :
34 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
1. Kelandaian 1 ( g1 )
Jarak patok A ke PPV1 = 1050 m
Duga rencana patok A = 68
Duga rencana pada PPV1 = 68
g 1=Duga rencana pada PPV1-Duga rencana patok A Jarak patok A ke PPV1
x100 %
g 1=68−681050
x100 %
g 1=0%
[ g1 ]=0%
2. Kelandaian 2 ( g2 )
Jarak patok PPV1 ke PPV2 = 638,5 m
Duga rencana pada PPV1 = 68
Duga rencana pada PPV2 = 87
g 2=Duga rencana pada PPV2-Duga rencana patok PPV1 Jarak patok PPV1 ke PPV2
x100 %
g 2=87−68638 ,5
x 100%
g 2=+3 %
[ g2 ]=3%
Perbedaan kelandaian A
A = g2 – g1
A = 3% – 0%
A = 3 %
[ A ]
= 3 %
35 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
g1 = 0%
g2 = 3 %
PPV1A
PPV2
Gambar sesuai data :
Gambar 4.8 perbedaan kelandaian di titik PPV1
Sta. PPV1 = 0 + 1050 m
Elevasi PPV1 = + 68
g1 = 0 %
g2 = +3 %
A = 3 %
Maka didapat bentuk PPV1 adalah ”CEKUNG”
Menentukan Panjang Lengkung Vertikal (Lv)
a. Berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan
Dimana S = jarak pandang menyiap = 953,711 m
Untuk (S > L)
Lv=2. S−(120+3,5. S)
A=2×953,711−
(120+3,5 × 953,711)3
Lv=754,759
Jd > L : 953,711 m > 754,789 m memenuhi syarat
Untuk (S < L)
Lv= A . S2
120+3,5. S= 3 × 953,7112
120+3,5 × 953,711=789,098
Jd < L : 953,711 m < 789,098 m tidak memenuhi syarat
b. Berdasarkan jarak pandang bebas dibawah bangunan
Dimana S = jarak pandang henti = 250 m
36 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Untuk (S > L)
Lv=2. S−3480A
=2 ×250−34803
Lv=−660
Jh > L : 250 m > - 660 m tidak memenuhi syarat
Untuk (S < L)
Lv= A .S2
3480=3 ×2502
3480=53,88
Jd < L : 250 m < 53,88 m tidak memenuhi syarat
c. Berdasarkan Bentuk Visual Lengkung Vertikal Cekung
Lv= A ×V 2
380=3× 1202
380=113,684m
Jadi Panjang L yang digunakan adalah 754,789 ≈ 755 m
Menghitung panjang penyimpangan dari titik potong kedua tangen atau pusat
perpotongan Vertikal (PPV) kelengkungan vertikal.
Ev =± A . Lv
800
dimana :
Ev = Penyimpangan dari titik PPV ke lengkungan vertikal
LV = Panjang lengkung vertikal (775 m)
A = Selisih Kelandaian (3 %)
Ev= A . Lv800
→3 × 755
800=2,83 m
a. Menentukan Elevasi Stationing
Elv. PPV1’ = Elv. PPV1 + Ev
= + 68 + (2,83)
= + 70,83
Sta. PPV1’ = Sta. A + 1050 m
= (0 + 000) + 1050 m
37 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
= 1 + 050 m
Elv. PLV1 = Elv. PPV1 + (g1 . ½ Lv)
= + 68 + (0,0 %. ½ . 755)
= + 68 + ( 0)
= + 68
Sta. PLV1 = Sta. PPV1 – ½ Lv
= ( 0 + 1050) – ½ . 755
= 0 + 672,5 m
Elv. PTV1 = Elv. PPV1 + ( g2 . ½ Lv)
= + 68 + (3 % . ½ 775)
= + 79,63
Sta. PTV1 = Sta. PPV1 + ½ . Lv
= (1 + 050) + ½ .755
= 1 + 427,5 m
2. Perhitungan PPV2
Menentukan kelandaiaan jalan :
Jarak patok PPV1 ke PPV2 = 638,5 m
Duga rencana pada PPV1 = 68
Duga rencana pada PPV2 = 87
g 2=Duga rencana pada PPV2-Duga rencana patok PPV1 Jarak patok PPV1 ke PPV2
x100 %
g 2=87−68638 ,5
x 100%
g 2=+3 %
[ g2 ]=3%
3. Kelandaian 3 ( g3 )
Jarak patok PPV2 ke PPV3 = 1195 m
Duga rencana pada PPV2 = 87
Duga rencana pada PPV3 = 80
38 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
g2 =3 % g3 =0, 6%
PPV3
PPV2G
g 3=Duga rencana pada PPV3-Duga rencana patok PPV2 Jarak patok PPV2 ke PPV3
x100 %
g 3=80−871195
x 100 %
g 3=−0,6 %
[ g3 ]=0,6%
Perbedaan kelandaian A
A = g3-g2
A = 0, 6 % - 3%
A = +2,4 %
[ A ]
= 2,4 %
Gambar sesuai data :
Gambar 4.9 Perbedaan kelandaian di titik PPV2
Sta. PPV2 = 1 + 688,5 m
Elevasi PPV2 = + 87
g2 = + 3 %
g3 = + 0,06 %
A = + 2,4 %
Maka didapat bentuk PPV2 adalah ”CEMBUNG”
Menentukan Panjang Lengkung Vertikal (Lv)
39 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
a. Berdasarkan jarak pandang berada seluruh dalam daerah lengkung
(S<L).
Jarak pandang henti : 250 m
Lv= A . S2
100 (√2 h 1+√2 h 2 )2= 2,4 × 2502
100 (√2× 0,1+√2× 1,2 )2
Lv=376,351 m
S < L : 250 m < 376,351 m memenuhi syarat
b. Berdasarkan jarak pandang berada di luar dan didalam daerah
lengkung (S >L)
Jarak Pandang Menyiap : 953,711 m
Lv=2. S−200 (√h 1+√h2 )2
A=2× 953,711−
200 (√1,2+√1,2 )2
2,4
Lv=1507,422 m
S > L : 953,711 m < 1507,422 m tidak memenuhi syarat
c. Berdasarkan keluwesan bentuk
Lv=0,6. V R=0,6 × 120=72 m
d. Berdasarkan syarat drainase
Lv=50. A=50 × 2,4=120m
Jadi Panjang L yang digunakan adalah 376,351
Menghitung panjang penyimpangan dari titik potong kedua tangen atau pusat
perpotongan Vertikal (PPV) kelengkungan vertikal.
Ev =± A . Lv
800
dimana :
Ev = Penyimpangan dari titik PPV ke lengkungan vertikal
LV = Panjang lengkung vertikal (407,3 m)
40 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
A = Selisih Kelandaian (2,597%)
Ev= A . Lv800
→2,4 ×376,561
800=1,130 m
b. Menentukan Elevasi Stationing
Elv. PPV2’ = Elv. PPV2 - Ev
= + 87 - (1,13)
= + 85,87 m
Sta. PPV2’ = Sta. PPV1 + 638,5 m
= (1 + 1050) + 638,5 m
= 1 + 688,5 m
Elv. PLV2 = Elv. PPV2 - (g2 . ½ Lv)
= + 87 - (3 %. ½ . 376,351)
= + 87 - ( 5,65)
= + 81,35
Sta. PLV2 = Sta. PPV2 – ½ Lv
= ( 1 + 688,5) – ½ . 376,351
= 1 + 500,325 m
Elv. PTV2 = Elv. PPV2 - (g3 . ½ Lv)
= + 87 - (0,06 %. ½ . 376,351)
= + 87 - (1,13 )
= + 85,870
Sta. PTV2 = Sta. PPV2 + ½ Lv
= ( 1 + 688,5) + ½ . 376,351
= 1 + 876,676 m
Tabel 4.16 Perhitungan Lengkung Vertikal
Perhitungan PPV1 PPV2
LV 755 376,351
EV 2,83 1,13
STA 1 + 050 1 + 688,5
PLV 0 + 672,5 1 + 500,325
41 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
PTV 1 + 427,5 1 + 876,676
4.5. Perhitungan Galian dan Timbunan.
Hitungan diambil dari potongan melintang :
Perhitungan luas penampang Galian dan timbunan di hitung dengan
menggunakan rumus trapesiun :
A=( h1+h2 ) × jarak patok
2
Dimana :
A = luas penampang tanah
h = │duga rencana – duga tanah asli│
Persamaan yang digunakan untuk menghitung volume galian dan timbunan adalah :
Volume (m3) = (A1 + A2) / 2 × jarak
Dimana :
A1 = luas penampang di Sta.1, (m2)
A2 = luas penampang di Sta.2, (m2)
Contoh Perhitungan Luas Galian di Potongan 1-1
Tabel 4.17 Perhitungan Luas Penampang Galian pada potongan 1-1
42 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Gam
bar 4.10 contoh gam
bar perhitungan luas galian dan timbunan
No h (m) Jarak Patok (m)
I5.415
0.5 2.70755.415
II5.415
0.3 1.74456.215
III6.215
0.4 2.4866.215
IV6.215
0.3 1.74455.415
V5.415
3.5 18.70755.275
VI5.275
3.75 19.6406255.2
VII5.2
3.75 19.6406255.275
VIII5.275
3.5 18.70755.415
IX5.415
0.3 1.74456.215
X6.215
0.4 2.4866.215
XI6.215
0.3 1.74455.415
XII5.415
0.5 2.70755.415
Luas (m2)
43 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Untuk Perhitungan galian dan timbunan selanjutnya di lampirkan pada lampiran
hasil perencanaan.
4.6 Perhitungan Perencanaan Perkerasan Jalan
Perencanaan Jalan ini adalah menggunakan metode Bina Marga. Adapun hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan lebar perkerasan yang direncanakan yaitu 7,5 m, maka jumlah jalur
dibagi menjadi 2 jalur
44 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
2. Koefisien Distribusi Kendaraan ( C ) untuk kendaraan ringan atau kendaraan
berat yang lewat pada jalur rencana.
a. Kendaraan ringan pada 2 jalur 2 arah didapat C = 0,5
Kendaraan ringan = kendaraan dengan berat total < 5 ton
b. Kendaraan berat pada 2 jalur 2 arah didapat C = 0,5
Kendaraan berat = kendaraan dengan berat total ≥ 5 ton
3. Daya Dukung Tanah Dasar ( DDT ) dengan mempergunakan niali CBR rata –
rata dengan cara grafis diketahui CBR = 4,2 dengan Grafik Korelasi DDT dan
CBR ( Nomogram Korelasi ), maka didapat DDT = 4,4
Gambar 4.11 Grafik Korelasi DDT dan CBR
4. Faktor Regional ( FR ), dari analisa data Curah Hujan di dapat Intensitas Curah
Hujan = 2078,74 mm/tahun, maka FR = 2,5
5. Rata – rata pertumbuhan jumlah kendaraan per tahun ( i ) :
1. mobil penumpang = 6,48 %
2. truck 2 as = 9,11 %
45 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
3. truck 3 as = 6,92 %
4. bus = 16,76 %
5. sepeda motor = 1, 69 %
6. Lalu lintas Harian Rata – rata ( LHR )
Data – data kendaraan tahun 2010 :
Mobil penumpang ( 1 + 1 ) = 3000 kendaraan
Bus 8 ton ( 2 + 6 ) = 4000 kendaraan
Truk 2 As ( 4 + 6 ) = 2500 kendaraan
Truk 3 As ( 6 + 7.7 ) = 150 kendraan
LHR 2011 = 9650 kendaraan /hari/ 2 jalur
LHR pada awal Umur Rencana tahun 2012 dengan rumus ( 1 + i) n
Mobil penumpang = ( 1 + 6,48 %)² . 3000 = 3401,40 kendaraan
Bus 8 ton = (1+ 16,76% )2 . 4000 = 5453,16 kendaraan
Truk 2 As 10ton = ( 1+ 9,11% )2 . 2500 = 2976,25 kendaraan
Truk 3 As = ( 1 + 6,92% )2. 150 = 171,48 kendaraan
LHR pada tahun ke 10 ( akhir umur rencana ) ,rumus ( 1 + i) n
Pada 10 tahun :
Mobil penumpang = ( 1 + 6,48 %)12 . 3000 = 6372,91 kendaraan
Bus 8 ton = (1+ 16,76% )12 . 4000 = 25679,65 kendaraan
Truk 2 As 10ton = ( 1+ 9,11% )12 . 2500 = 7117,29 kendaraan
Truk 3 As = ( 1 + 6,92% )12. 150 = 334,81 kendaraan
7. Angka Ekivalen ( E ) untuk masing – masing kendaraan adalah sebagai berikut :
Mobil penumpang ( 1 + 1 ) = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
Bus 8 ton ( 2 + 6 ) = 0,0036 + 0,2923 = 0,2959
Truk 2 As 10 ton ( 4 + 6 ) = 0,0577 + 0,2923 = 0,35
Truk 3 As ( 6 + 7.7) = 0,2923 + 0,7452 = 1,0375
46 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
8. Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP ) dengan rumus :
LEP=∑J=1
n
LHRJxCjxEj
Mobil penumpang ( 1 + 1 ) = 3401,40 x 0,50 x 0,0004 = 0,680
Bus 8 ton ( 2 + 6 ) = 5453,16 x 0,50 x 0,2959 = 806,795
Truk 2 As 10 ton ( 4 + 6 ) = 2976,25 x 0,50 x 0,35 = 520,844
Truk 3 As ( 6 + 7.7) = 171,48 x 0,50 x 1,0375 = 88,955
∑ LEP = 1417,279
9. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA ) dengan rumus
LEA=∑J=1
n
LHRJ (1+i )UR xCJxEJ
Pada 10 tahun :
Mobil penumpang ( 1 + 1 ) = 6372,91 x 0,50 x 0,0004 = 1,275
Bus 8 ton ( 2 + 6 ) = 25679,65 x 0,50 x 0,2959 = 3799,304
Truk 2 As 10 ton ( 4 + 6 ) = 7117,29 x 0,50 x 0,35 = 1245,526
Truk 3 As ( 6 + 7.7) = 334,81 x 0,50 x 1,0375 = 178,870
∑ LEA = 5224,975
Lintas Ekivalen Tengah ( LET )
LET = ½ ( LEP + LEA)
LET10 = ½ ( LEP + LEA) = ½ (1417,279 + 5224,975) = 3321,127
10. Menghitung Lintas Ekivalen Rencana ( LER )
LER = LET x UR/10
LER10 = LET x UR/10 = 3321,127x 10/10 = 3321,127 ≈ 3322
11. Indeks Tebal Perkerasan ( ITP )
- Indeks Permukaan Awal Umur rencana (IP o ) dari perkerasan rencana , dengan
jenis lapis perkerasan laston maka didapat IP o = 3,6
47 | P a g e
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
- Indeks Permukaan Akhir Umur rencana (Ipt ) yang ditentukan sesuai dengan
klasifikasi jalan dipergunakan, didapat IPt = 2,5
- Dari Ipo dan Ipt dapat menentukan Nomogram 1 - 9 yang dipakai, maka
digunakan Nomogram 2.
- CBR = 4,2 diketahui terus didapat DDT = 4,4 , dari DDT dihubungkan garis
lurus melalui LER sampai pada ITP.
- ITP didapat 5,36 dibuat garis melalui FR = 2,5
- LER10 = 3322 maka ITP didapat 14,75
Gambar 4.12 Grafik Nomogram 2 untuk menentukan ITP
12. Tebal Masing – masing Perkerasan
UR = 10 tahun :
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3
Koefisien kekuatan relative
48 | P a g e
SURFACE (25 cm)
Tanah Dasar CBR 4,2%
SUB BASE (30 cm)
BASE ( 25 cm)
Perancangan
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �
Laston MS 590 = 0,35
Batu Pecah kelas C = 0,12
Tanah pasir = 0,25
Untuk Lapisan Permukaan di dapat :
Berdasarkan tabel 2.34 dengan jenis material laston MS 590, dan ITP 14,75 maka di
dapat :
tebal minimum 10 cm , digunakan 25 cm
Untuk Lapisan Pondasi Bawah di dapat :
tebal minimum 10 cm , digunakan 25 cm
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3
14,75 = 0,35.25 + 0,12 D2 + 0,10.30
14,75 = 8,75 + 0,12 D2 +3
D2 = (14,75 – 8,75 – 3) / 0,12
D2 = 25 25 cm ( syarat minimum)
Gambar 4.13 Tebal Lapisan Perkerasan Jalan
49 | P a g e