Post on 08-Nov-2021
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Karakteristik Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Jawa Tengah (disingkat Jateng) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak
di bagian tengah Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah Semarang. Secara geografis,
provinsi Jawa Tengah terletak antara 5o 40’ dan 8o 30’ Lintang Selatan dan antara
108o 30’ dan 111o 30’ Bujur Timur. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa
Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah
selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas
wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa
Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan
perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Wilayah Jawa Tengah terdiri atas wilayah pesisir dan juga pegunungan. Jawa
Tengah sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan laut, memiliki garis pantai
yang membentang sepanjang wilayah, mulai dari ujung barat hingga ujung timur,
yakni 828,82 km. Panjang garis pantai ini terbagi menjadi 2 wilayah, yakni garis
pantai utara dan garis pantai selatan. Ditinjau dari topografinya, wilayah Jawa Tengah
bagian utara, sebagian berupa dataran rendah, sedang makin masuk ke pedalaman
(bagian tengah) didominasi oleh topografi berbukit dan bergunung. Topografi
semacam ini disebabkan oleh kondisi geologi wilayah Jawa Tengah bagian tengah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46
didominasi oleh gunung api dan pegunungan struktural. Menurut tingkat kemiringan
lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki kemiringan 0-2 %, 31% lahan memiliki
2-15 %, 19% lahan memiliki kemiringan 15-40% dan sisanya 12% lahan memiliki
kemiringan lebih dari 40.
Menurut stasiun klimatologi klas I semarang, suhu udara rata-rata di jawa
tengah berkisar antara 18 oC sampai dengan 28 oC. Tempat-tempat yang letaknya
berdekatan dengan pantai umumnya mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi.
Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen hingga 94 persen.
Beberapa sungai yang mengalir bermuara ke pantai Laut Jawa adalah
Kabuyutan, Pemali, Gung, Rambut, Comal, Pekalongan, Waluh, Bodri, Garang,
Jragung, Serang, dan Juwana. Debit aliran sungai ini bervariasi satu sungai dengan
sungai lain dan dari satu musim ke musim yang lainnya. Pada musim penghujan debit
sungai mencapai beberapa puluh meter kubik per detik, sehingga menyebabkan
terjadinya banjir, tetapi pada musim kemarau hanya beberapa mm/detik. Sungai yang
bermuara ke Laut Jawa meliputi 3 wilayah daerah aliran sungai, yaitu:
Wilayah DAS Jratunseluna, luas 734.400 Ha
Wilayah DAS Pemali-Comal, luas 524.730 Ha
Wilayah DAS Solo-Hulu, luas 609.400 Ha
Secara administratif, provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota.
Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan
8.490 desa/kelurahan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47
Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Sumber: id.wikipedia.org
Jumlah penduduk provinsi Jawa Tengah berdasarkan sensus tahun 2015 adalah
35.557.249 jiwa. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah
Kabupaten Brebes (2,342 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (2,227 juta jiwa), dan
Kabupaten Banyumas (1,953 juta jiwa).
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten
ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang
Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal),
daerah Salatiga Raya ( termasuk wilayah Ambarawa, Bringin, Kopeng, Tengaran dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48
Suruh), Solo Raya(termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo,
dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi.
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun.
Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,45% per tahun),
sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).
Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata
pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan
perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%).
B. Deskripsi Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah
1. Sejarah Berdirinya Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah
Ombudsman berasal dari bahasa Skandinavia kuno, yakni umbuðsmann yang
artinya perwakilan. Ombudsman merupakan sebuah jabatan/badan yang di jabat oleh
seseorang/sekelompok orang yang bertugas untuk mendengarkan segala keluhan,
menyelidiki, dan merekomendasikan tindakan yang tepat. Sebagai pejabat yang
menerima keluhan, ombudsman memiliki akses ke manajemen puncak. Dapat
disimpulkan bahwa ombudsman merupakan perantara antara pihak yang
menyampaikan keluhan dengan pihak yang dikeluhkan. Menurut Allan Weitzman
seorang partner firma hukum Proskauer Rose LLP, Ombuds adalah para konselor
yang netral dan tidak memihak yang bisa memberi nasihat kepada para pribadi
mengenai masalah-masalah dengan rentang mulai dari para manajer yang kasar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49
hingga gugatan atas aktivitas perusahaan yang ilegal. Ombudsman di tunjuk sebagai
pihak yang dipercaya dapat menyelesaikan masalah yang bersifat informal dan
rahasia tanpa kehilangan kendali atas penanganan masalah itu sendiri. Ombudsman
biasanya bersifat terpisah dari manajemen lini dan melampir langsung ke manajemen
puncak organisasi.
Ombudsman di Indonesia berawal dari adanya gagasan di era kepemimpinan
presiden B.J. Habibie. Di masa itu, mendirikan Ombudsman di Indonesia masih
sebatas gagasan. Kemudian di tahun 1999, era presiden Abdurrahman Wahid gagasan
mengenai mendirikan ombudsman semakin gencar kembali, yang kemudian dikaji
mendalam oleh tim pengkaji. Pada tahun 2000, tepatnya pada 10 Maret 2000
dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman
Nasional, sehingga mulai saat itu, Indonesia memasuki babak baru dalam sistem
pengawasan, yang diartikan sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap
perbaikan pelayanan publik di Indonesia. Pada tahun 2008, kedudukan Ombudsman
di perkuat dengan dikeluarkannya UU RI No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman
Republik Indonesia (ORI).
Dalam kedudukannya, ORI termasuk kedalam lembaga negara non struktural.
Lembaga ini dibentuk melalui peraturan perundang-undangan yang tugas dan fungsi
pelaksanaannya untuk menunjang jalannya roda pemerintahan. ORI merupakan
lembaga yang berdiri sendiri atau independen tanpa ada campur tangan dari pihak
manapun. Dalam penyelenggaraannya, lembaga ini di biayai seluruh atau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50
sebagiannya dengan menggunakan anggaran negara. Sehingga segala kegiatan yang
dilakukan langsung pertanggungjawabannya kepada Presiden.
Ombudsman Republik Indonesia perwakilan Jawa Tengah (ORI Jateng)
merupakan perwakilan dari Ombudsman RI atau Ombudsman pusat. Sehingga
lembaga ini memiliki hubungan hierarkis dengan Ombudsman RI. Apabila di lihat
dari segi ruang lingkupnya, ORI Jateng merupakan lembaga negara pelayanan publik
yang lingkup kerjanya mengawasi segala kegiatan lembaga negara maupun swasta
yang penyelenggaraannya menggunakan anggaran negara dimana kedudukannya
berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sejak UU. NO. 37 Tahun 2008 disahkan,
kedudukan ORI hanya berada di pusat saja. Kemudian dikarenakan ORI belum
mampu untuk menjangkau masyarakat di daerah maka di bentuklah perwakilan di
masing-masing provinsi. Ini sesuai dengan amanat UU No. 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman RI pasal 43 ayat 1 yang mengatur mengenai perwakilan ombudsman,
isinya:
“Apabila dipandang perlu, Ombudsman dapat mendirikan perwakilan
Ombudsman di daerah provinsi kabupaten/kota.”
Kemudian dibentuklah Peratuan pemerintah No. 21 Tahun 2011 tentang
Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia
di Daerah. Kemudian dalam pasal 2 ayat 1 dan 2, berbunyi:
Ayat 1: “Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Ombudsman dapat
membentuk Perwakilan Ombudsman di Provinsi atau Kabupaten/Kota
Ayat 2: “Pembentukan Perwakilan Ombudsman bertujuan memberikan kemudahan
bagi masyarakat untuk mengakses pelayanan dari Ombudsman dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51
rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengawasan untuk
mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan publik yang baik.
Guna memperkuat dasar hukum kantor Ombudsman RI yang berada di daerah,
maka dibentuklah aturan di lingkugan internal Ombudsman, yakni Peraturan
Ombudsman No. 10 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Tentang
Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia
di daerah. Akhirnya sejak disahkan aturan-aturan diatas, dibentuklah perwakilan
Ombudsman di masing-masing daerah. Kini Ombudsman RI memiliki 34 kantor
perwakilan, salah satunya di provinsi Jawa Tengah.
Perwakilan ORI di Jawa Tengah berdiri sejak tahun 2012. Di tahun tersebut,
belum seluruhnya wilayah kerja di Jawa Tengah menjadi naungan ORI Jateng.
Melainkan kolaborasi dengan ORI perwakilan DIY. Sehingga wilayah kerja Jawa
Tengah di bagi menjadi dua wilayah, yakni Jateng bagian Utara menjadi wewenang
ORI Jateng, sedangkan Jateng bagian Selatan menjadi wewenang ORI DIY. Alasan di
bagi dalam 2 wilayah ini agar masyarakat lebih mudah menjangkau ketika akan
melaporkan aduan pada Ombudsman RI. Namun, sistem ini tidaklah berjalan efektif.
Oleh karenanya, pada awal tahun 2017 wilayah Jateng selatan yang sebelumnya di
naungi ORI DIY seluruhnya di limpahkan menjadi wewenang ORI perwakilan
Jateng.
Lokasi kantor ORI perwakilan Jateng saat ini di Jl. Siwalan No.5 Wonodri,
Kota Semarang, Jawa Tengah 50242. Dengan adanya kantor yang berada di wilayah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52
ibukota Jawa Tengah, menjadikan layanan Ombudsman sendiri menjadi lebih mudah
untuk di jangkau oleh masyaarakat Jawa Tengah.
2. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi Ombudsman RI Provinsi Jawa Tengah
Kantor perwakilan Ombudsman RI di provinsi Jawa Tengah memiliki
hubungan hierarkis dengan Ombudsman RI pusat. Sehingga Ombudsman RI
perwakilan Jawa Tengah memiliki visi, misi, tugas, dan fungsi yang sama.
Visi Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah:
“Ombudsman Republik Indonesia yang Berwibawa, Efektif, dan Adil”
Dalam menjalankan visinya, terdapat beberapa langkah yang harus di capai. Hal
ini tercantum dalam misi lembaga, yang diantaranya:
1. Memperkuat kelembagaan.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan Ombudsman RI.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat.
4. Mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik oleh penyelenggara
pemerintahan.
5. Memperkuat pemberantasan dan pencegahan maladministrasi dan korupsi.
Adapun dalam UU No. 37 Tahun 2008 pasal 7, terdapat hal-hal yang memuat
tugas ombudsman dalam menjalankan kegiatan lembaga, diantaranya:
a) Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
b) Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan.
c) Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan
Ombudsman.
d) Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
e) Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan.
f) Membangun jaringan kerja.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53
g) Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
h) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.
Dalam hal fungsinya, sesuai dengan UU No. 37 Tahun 2008 pasal 6 dijelaskan
Ombudsman berfungsi untuk mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan baik di pusat maupun
daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan
yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.
3. Struktur Organisasi Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah
Dalam menjalankan kegiatan kelembagaan, perlu adanya elemen yang
mendukung kegiatan tersebut. Begitu halnya dengan Ombudsman RI Perwakilan
Jawa Tengah dalam menjalankan kegiatan kelembagaannya. Oleh karenanya,
dibentuklah struktur organisasi sebagai elemen utama yang mendukung kegiatan
kelembagaan.
Struktur Ombudsman RI Perwakilan di daerah didasarkan pada Peraturan
Ombudsman RI No. 10 tahun 2012 tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja
Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia di daerah. Dalam pasal 13 ayat 1
tersebut diatur mengenai susunan organisasi, sebagai berikut:
a) 1 orang Kepala Perwakilan.
b) Paling banyak 5 orang Asisten Ombudsman di kantor perwakilan.
c) Unsur sekretariat yang merupakan staff sekretariat jenderal yang bertugas
untuk mendukung pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang perwakilan
Ombudsman.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54
Namun sejak diundangkan pada 26 Februari 2018, Peraturan Ombudsman RI No.
29 tahun 2018 resmi berlaku atas perubahan aturan sebelumnya Peraturan
Ombudsman RI No. 10 Tahun 2012. Sehingga kini dalam pasal 13 ayat 1 yang
mengatur mengenai susunan organisasi berbunyi:
a) 1 (orang) Kepala Perwakilan.
b) Asisten Ombudsman.
c) Unsur Tata Usaha yang merupakan staff sekretariat jenderal.
Gambar 4.2. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Asisten Ombudsman Republik
Indonesia berdasarkan Peraturan Ombudsman 30 Tahun 2018
a. Kepala Perwakilan
Kepala perwakilan Ombudsman adalah sesorang yang ditugaskan untuk
memimpin kantor perwakilan Ombudsman di daerah. Kepala perwakilan
Ombudsman di angkat dan diberhentikan oleh ketua Ombudsman RI atas
persetujuan yang dihasilkan rapat pleno anggota Ombudsman. Sedangkan masa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55
jabatan yang dapat di jabat yakni selama 5 tahun dan dapat di perpanjang sebanyak
1 kali masa jabatan.
b. Asisten Ombudsman
Asisten Ombudsman adalah pegawai yang diangkat oleh Ketua Ombudsman
berdasarkan persetujuan rapat anggota Ombudsman untuk membantu Ombudsman
dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya. Asisten Ombudsman terbagi
ke dalam 4 tingkatan, yakni: Asisten Pratama, Asisten Muda, Asisten Madya, dan
Asisten Utama. Penjenjangan tersebut ditentukan berdasarkan pengalaman,
keahlian, dan kompetensi yang dimiliki. Penjenjangan berdasarkan pada Peraturan
Ombudsman Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012 tentang Penentuan,
Persyaratan, dan Pengembangan serta Penetapan Penjenjangan Karier Asisten
Ombudsman Republik Indonesia pasal 21 bahwa jenjang jabatan asisten di kantor
perwakilan paling tinggi adalah asisten muda.
Dalam susunan dan tata kerja asisten Ombudsman RI di perwakilan dibentuk
yang namanya Kelompok Keasistenan Ombudsman Perwakilan. Ini merupakan
unsur yang melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang Ombudsman sesuai dengan
wilayah kerjanya. Kelompok keasistenan Ombudsman, memiliki fungsi pelaksanaan
teknis atas tugas Ombudsman, sebagai berikut:
Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56
Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan
Ombudsman.
Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan.
Membangun jaringan kerja.
Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
Melakukan tugas lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, perlu adanya pembagian kelompok
keasistenan Ombudsman Perwakilan yang ini dibagi ke dalam tiga unit kerja
keasistenan, yang mana untuk masing – masing unit di pimpin oleh seorang
koordinator yang bertanggungjawab kepada kepala perwakilan daerah masing-
masing. Pembagian tersebut meliputi:
a) Keasistenan pencegahan
b) Keasistenan penerimaan dan verifikasi laporan perwakilan (PVL)
c) Keasistenan pemeriksaan laporan
c. Sekretariat jenderal
Sekretariat Jenderal merupakan pegawai negeri yang berada di lingkungan
Sekretariat Jenderal Ombudsman RI. Pegawai negeri yang dimaksud dibagi menjadi
2 kategori, yakni PNS yang diangkat oleh sekretariat jenderal Ombudsman, dan
pegawai negeri yang dipekerjakan atau diperbantukan. Sekjen Ombudsman yang
berkududukan di Perwakilan mempunyai tugas untuk menyelenggarakan dukungan
yang berkaitan dengan ketatausahaan kepada Ombudsman Republik Indonesia
tergantung wilayah kerjanya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57
4. Alur Penyelesaian Laporan Masyarakat
Gambar 4.3 Alur Penyelesaian Laporan Masyarakat berdasarkan UU No. 37 Tahun 2008
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58
5. Komposisi Pegawai Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah
a. Komposisi Pegawai Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah berdasarkan
Jenis Kelamin Pegawai
Tabel 4.1 Jumlah pegawai berdasarkan Jenis Kelamin Pegawai
Jenis Kelamin Jumlah
Pria 9
Wanita 5
b. Komposisi Pegawai Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah berdasarkan
Jabatan Pegawai
Tabel 4.2 Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan Pegawai
c. Komposisi Pegawai Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pegawai
Tabel 4.3 Jumlah pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan Pegawai
Pendidikan Terakhir Jumlah
SMA 2
S1 7
S2 5
Jabatan Jumlah
Asisten Ombudsman 9
Staff Sekretariat Jenderal
Ombudsman
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59
C. Kinerja Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah
Membahas mengenai kinerja pegawai Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Jawa Tengah, pastilah berkaitan dengan pelaksanaan pegawai dalam
menjalankan tugas dan fungsi Ombudsman Republik Indonesia di wilayah kerjanya.
Di kantor perwakilan Ombudsman RI Jawa Tengah, Asisten Ombudsman dibagi ke
dalam 3 kelompok keasistenan. Dalam kelompok keasistenan ini memiliki tugasnya
masing-masing. Berikut tugas, hambatan, dan capaian target dari masing-masing
kelompok keasistenan tersebut.
a) Keasistenan pencegahan
Keasistenan pencegahan merupakan asisten yang memiliki tugas dan fungsi
untuk mencegah adanya maladministrasi pelayanan publik yang berada di wilayah
kerja Ombudsman, dalam hal ini ialah provinsi Jawa Tengah. Kemudian tugas
keasistenan pencegahan yang diamanatkan Peraturan Ombudsman RI No. 29 Tahun
2018, sebagai berikut:
Melakukan koordinasi dengan pengawas internal, instansi
penyelenggara layanan dalam rangka pencegahan
maladministrasi.
Membangun jaringan kerja dengan penyelenggara layanan
dalam rangka pencegahan maladministrasi.
Melakukan program pencegahan maladministrasi.
Melakukan sosialisasi.
Melakukan investigasi sistemik.
Menyampaikan saran perbaikan kebijakan, penyempurnaan
organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik.
Melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan.
Melakukan tugas lain yang diberikan Ombudsman dan/atau
kepala perwakilan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60
Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan terhadap asisten bidang
pencegahan ibu Tri Lindawati bahwa tugas sebagai asisten bidang pencegahan,
diantaranya, sosialisasi tentang fungsi, tugas dan wewenang Ombudsman. Adapun
kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan bekerjasama dengan beberapa radio yang
ada di kota Semarang. Tak hanya radio saja, melalui siaran pertelevisian juga
digunakan Ombudsman sebagai media dalam mensosialisasikan tugas, fungsi, dan
wewenang Ombudsman. Pada beberapa kesempatan pula, Ombudsman juga
melakukan sosialisasi di beberapa instansi, seperti Sosialisasi dalam acara persiapan
reakreditasi Departemen Hubungan Internasional Fisip Undip pada 15 Oktober 2018,
Sosialisasi dalam acara sosialisasi civitas akademika STAI Al-Husain Magelang pada
24-25 Oktober 2018, dan masih banyak lagi kegiatan sosialisasi di kelompok
keasistenan pencegahan ini.
Selain sosialisasi kelompok keasistenan pencegahan juga memiliki tugas untuk
menjalin komunikasi dengan instansi terlapor terkait jaminan atas data yang menjadi
obyek pemeriksaan. Contoh kegiatannya seperti koordinasi dengan Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah terkait dengan tindak lanjut pengaduan masyarakat pada 27
Februari 2018, koordinasi terkait dengan tindak lanjut permasalahan siswa SMAN 1
Semarang pada 7 Maret 2018, dan kegiatan koordinasi lainnya. Berikut jumlah
kegiatan keasistenan bidang pencegahan selama periode 2015-2018.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61
Tabel 4.4 Jumlah Kegiatan Pencegahan Tahun 2015-2018
Berdasarkan pada tabel diatas, bahwa jumlah kegiatan pencegahan selalu terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun. Kegiatan pencegahan terjadi peningkatan sejak
tahun 2015. Seperti dari tahun 2015 ke tahun 2016 meningkat hingga 2 kali lipat.
Kemudian dari tahun 2016 ke tahun 2017 hampir mencapai 30 kegiatan. Bahkan dari
tahun 2017 ke tahun 2018 terjadi peningkatan kembali hampir 2 kali lipat. Apabila
dilihat kembali, bahwa kegiatan keasistenan pencegahan tidak hanya melakukan
sosialisasi dan koordinasi saja sebagai bentuk pencegahan maladministrasi di
perwakilan Jawa Tengah. Melainkan juga melakukan kajian-kajian. Contoh
kegiatanya seperti pada 23 Mei 2018, melaksanakan FGD dalam rangka kajian
No. Langkah
Pencegahan
Jumlah
Kegiatan
Pencegahan
Triwulan IV
(Januari –
Desember
2015)
Jumlah
Kegiatan
Pencegahan
Triwulan
IV (Januari
– Desember
2016)
Jumlah
Kegiatan
Pencegahan
Triwulan III
(Juli–
September
2017)
Jumlah
Kegiatan
Pencegahan
Triwulan IV
(Januari –
Desember
2018)
1 Sosialisasi 12 50 62 105
2 Koordinasi 16 15 29 47
3 Kerjasama 2 2 0 0
4 Kajian
Sistemik - - 4 -
5 Kajian
Strategis - - - 4
Total: 30 67 95 156
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62
strategis terkait penyelenggaraan pengisian perangkat desa di kabupaten Pati dengan
tema ”perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik pada penyelenggaraan
pengisian perangkat desa di kabupaten pati”.
Bidang pencegahan dalam meminimalisir tindakan maladministrasi tidak dapat
dilakukan sendirian, perlu adanya peran masyarakat juga untuk tindakan pencegahan
ini. Oleh karenanya, Ombudsman membentuk sebuah wadah yang bernama “Konco
Ombudsman”. Konco ombudsman ini didalamnya terdiri dari pihak luar seperti
mahasiswa magang, media, komunitas, dan lainnya. Konco ombudsman dibentuk atas
dasar kesadaran ombudsman sebagai lembaga yang masih belum dapat menjangkau
seluruh masyarakat, khususnya dalam hal pencegahan. Agar kegiatan pencegahan ini
berjalan dengan baik, maka konco ombudsman ini diberi pelatihan terkait
pengetahuan tentang pencegahan maladmistrasi, harapannya agar semakin banyak
masyarakat yang sadar akan pentingnya mencegah tindak maladministrasi pelayanan
publik.
Berdasarkan pada tabel 4.4 tersebut, bahwa keasistenan bidang pencegahan
dalam hal ini selalu dapat mencapai target yang di tetapkan, sebagaimana hasil
wawancara sebagai berikut:
“Target bidang pencegahan yang pasti mencegah tindak maladministrasi.
Selama ini, bidang pencegahan selalu mencapai target yang di tetapkan
oleh pusat. Sehingga gak ada masalah terkait ini.”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63
Di kantor Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, unit keasistenan pencegahan
terdiri dari 1 koordinator dan 1 staff asisten bidang pencegahan. Sebagai bidang yang
di emban hanya oleh 2 orang pastilah ada hambatan didalamnya, diantaranya:
“Hambatan kami selama bekerja, diantaranya: Wilayah 35
kota/kabupaten, sedangkan di bidang pencegahan hanya terdapat 2
asisten yang mendapat tugas pencegahan. Selain itu, persepsi instansi
terlapor yang menganggap Ombudsman sebagai lembaga yang selalu
mencari – cari kesalahan. Tak hanya itu, Masyarakat yang mengetahui
Ombudsman banyak yang melaporkan masalahnya namun tidak
memahami prosedur pelaporan di Ombudsman dengan tepat.”
b) Keasistenan penerimaan dan verifikasi laporan perwakilan (PVL)
Keasistenan penerimaan dan verifikasi laporan perwakilan merupakan asisten
yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan penyelesaian laporan pada tahapan
penerimaan, pencatatan dan verifikasi laporan di wilayah kerja Ombudsman RI
Perwakilan Jawa Tengah. Adapun kelompok keasistenan ini memiliki tugas, sebagai
berikut:
Menerima, mencatat, dan melakukan verifikasi laporan dugaan
maladministrasi pelayanan publik.
Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan.
Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan Ombudsman.
Melakukan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan.
Melakukan tugas lain yang diberikan Ombudsman dan/atau Kepala
Perwakilan.
Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan terhadap asisten bidang PVL,
ibu Bellinda bahwa asisten bidang PVL merupakan garda terdepan Ombudsman
dalam menanggapi aduan masyarakat. Tugas sebagai asisten bidang PVL
diantaranya: Menerima laporan masyarakat melalui email, telepon, maupun datang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64
langsung. Kemudian, memverifikasi syarat-syarat formil maupun materiil laporan.
Selain itu juga, Mengedukasi masyarakat tentang cara menyampaikan aduan yang
bukan menjadi wewenang. Sebagai contoh laporan yang di sampaikan terkait dengan
tindak korupsi di sebuah lembaga, maka asisten unit PVL berhak menyampaikan
kepada pelapor bahwa laporan tersebut tidak akan di tindak lanjuti oleh Ombudsman,
kemudian pelapor diarahkan untuk menyampaikan laporan kepada pihak yang
berwenang yakni KPK.
Dalam melaksanakan tugasnya, bidang PVL juga tak terlepas dari target. Berikut
hasil wawancara yang disampaikan asisten ombudsman bidang PVL terkait target
yang dicapai:
“Bidang PVL memiliki tugas untuk selalu memberikan respon/kepastian
penindakan laporan kepada pelapor dengan waktu maksimal 14 hari
kerja. Selama ini bidang PVL, tidak pernah tidak mencapai target
tersebut. Kemudian, konsekuensi apabila kita tidak merespon Selama 14
hari kerja pastinya ya mendapat komplain dari pelapor.”
Selain itu, asisten bidang PVL dalam menjalankan tugas dan fungsinya tak
terlepas dari hambatan. SDM dalam unit kerja PVL di ORI Jateng, terdiri dari 1 orang
koordinator dan 1 orang staff asisten Ombudsman unit keasistenan PVL Keterbatasan
jumlah SDM menjadi salah satu hal yang membatasi asisten PVL menjalankan tugas
dan fungsinya. Berikut hasil wawancara terkait dengan hambatan yang di alami oleh
asisten bidang pvl:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 65
“Hambatan kami di bidang PVL yakni SDM yang hanya di emban
oleh 2 orang. Sedangkan kami harus selalu siap merespon laporan
masyarakat yang ada di 35 kabupaten/kota. Berhubung asisten bidang
PVL hanya 2 orang, maka harus di maksimalkan sumber daya yang
ada. PVL selain memverifikasi laporan juga mensosialisasikan
lembaga Ombudsman kepada pelapor. Oleh karenanya, apabila dilihat
dari segi jumlah pegawai beban kerjanya cukup berat, sehingga perlu
adanya penambahan pegawai.”
c) Keasistenan pemeriksaan laporan
Keasistenan pemeriksaan laporan merupakan asisten yang menjalankan fungsi
Ombudsman pada tahapan pemeriksaan di wilayah kerja Ombudsman RI Perwakilan
Jawa Tengah. Dalam unit kerja pemeriksaan, SDM yang ada terdiri atas 1 orang
koordinator dan 4 orang staff asisten bidang pemeriksaan laporan. Kelompok ini
memiliki tugas, sebagai berikut:
Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan.
Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan ombudsman.
Melaksanakan ajudikasi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik
Melakukan koordinasi dengan pengawas internal instansi penyelenggara
layanan untuk pemeriksaan laporan.
Melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan.
Melakukan tugas lain yang diberikan Ombudsman dan/atau Kepala
Perwakilan.
Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan terhadap asisten bidang
Pemeriksaan, tugas asisten bidang Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut:
“Kegiatan pemeriksaan ya melakukan pemeriksaan laporan. Baik
itu pemeriksaan data maupun pemeriksaan lapangan. Kemudian
melakukan klarifikasi, melakukan pemanggilan, dsb.” (Amhar Azet,
31 Januari 2019)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 66
“Tugas sebagai asisten bidang pemeriksaan diantaranya:
menerima data, memeriksa data, melakukan klarifikasi,
melakukan pemanggilan, pemeriksaan lapangan, konsiliasi,
penghentian pemeriksaan”. (M. Agus Ardhiansyah, 22 Maret
2019)
Asisten bidang pemeriksaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya tak terlepas
dari target yang harus dicapai. Berikut hasil wawancara terkait dengan hambatan
yang di alami oleh asisten bidang pemeriksaan:
“Untuk masalah target yang menentukan pusat, sehingga yang
berhak menentukan kinerja sudah mencapai target atau belum,
yakni pusat yang menentukan” (Amhar Azet, 31 Januari
2019)
“Konsekuensi target tercapai beban kerja lebih ringan, apabila
tidak tercapai, tidak memperoleh reward dari pimpinan.
Konsekuensti tidak tercapai akan mendapat pembinaan yang
dilakukan oleh pusat, selain itu juga mendapat komplain dari
pelapor.” (M. Agus Ardhiansyah, 22 Maret 2019)
Dalam melaksanakan tugasnya, asisten bidang pemeriksaan dalam menjalankan
tugas dan fungsinya juga tak terlepas dari hambatan. Menurut bapak Agus bahwa
hambatan di bidang pemeriksaan ini yakni kurangnya waktu dalam menyelesaikan
tugas.. Ini dikarenakan tugas yang diberikan sering merangkap-rangkap. Selain itu
juga, belum adanya penetapan jangka waktu maksimal yang digunakan untuk
menyelesaikan sebuah laporan. Anggaran operasional juga dianggap masih kurang
begitu mengakomodir. Namun, pernyataan berbeda justru disampaikan oleh bapak
Amhar Azet bahwa beban asisten unit pemeriksaan memang cukup berat. Ditambah
lagi dengan kurangnya jumlah SDM yang ada. Namun semua itu harusnya bukan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 67
dianggap sebagai hambatan, justru sebagai sebuah tantangan. Tantangan bagi
organisasi untuk membuat kekurangan menjadi sebuah kelebihan.
Berdasarkan pada paparan di atas sudah di jelaskan mengenai tugas masing-
masing asisten. Mayoritas asisten Ombudsman di perwakilan Jawa tengah ini sudah
memahami tugas dan fungsinya masing-masing. Guna menilai, apakah kinerja
pegawai sudah baik atau belum harus menilik kembali pada aturan yang ada, yakni
Peraturan Ombudsman RI No. 13 Tahun 2013 pasal 4. Dalam aturan tersebut,
kinerja pegawai ditentukan berdasarkan pada penilaian kinerja, tingkat kehadiran,
dan pencapaian prestasi kerja tertentu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
dengan Plt. Kepala perwakilan, bahwa kinerja Pegawai Ombudsman RI, sebagai
berikut
Membahas mengenai kinerja pegawai Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Jawa Tengah, pastilah berkaitan dengan pelaksanaan pegawai dalam
menjalankan tugas dan fungsi Ombudsman Republik Indonesia di wilayah kerjanya.
Kinerja pegawai dapat dikatakan baik atau belum tergantung pemeringkatan kinerja
yang dilakukan setiap bulannya. Pemerikatan kinerja asisten di kantor Ombudsman
perwakilan Jawa Tengah dilakukan oleh Kepala Pewakilan Jawa Tengah, dalam hal
ini Bapak Sabarudin Hulu selaku Plt, Kepala Perwakilan Ombudsman Perwakilan
Jawa Tengah. Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beliau:
“Kinerja insan Ombudsman perwakilan Jateng karena fokusnya adalah
penanganan laporan masyarakat sudah baik ya. Karena dilihat dari jumlah
laporan yang masuk cukup banyak, kemudian agenda kegiatan kita
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 68
lainnya juga berjalan dengan baik. Penilaian ini dilakukan setiap bulan,
saya juga sebagai Plt. Kepala Perwakilan diberikan wewenang untuk
melakukan evaluasi dan penilaian kinerja. Karena itu, berdampak pada
tunjangan kinerja yang diberikan oleh asisten ombudsman. Demikian itu
juga, staff dan pramubakti juga tak luput dari penilaian. Jadi, Secara
keseluruhan kinerja sudah baik.”
Kategori baik disini pastilah ada yang mendasarinya. Berikut pernyataan beliau
tentang wujud konkrit dari kinerja asisten yang dinyatakan sudah baik:
“Kinerja sudah baik itu dilihat dari disiplin kepegawaian. Kedisiplinan waktu.
Kemudian dalam hal penyelesaian laporan masyarakat. Jadi disitu sudah di
buat perencanaan terhadap sebuah kasus sehingga disiapkan kerangka
acuannya, targetnya, dsb. Kemudian target investigasinya apa. Dari situ kita
bisa menilai dari sebuah substansi pekerjaan sendiri dan pekerjaan lain yang
ditugaskan perundang-undangan. Jadi ada 2 kategori untuk menilai kinerja
pegawai ombudsman. Substansi ini tentang apa yang dilakukan setiap harinya
dalam satu bulan. Misalkan dalam satu hari dari jam sekian hingga sekian apa
kegiatan yang dilakukan. Misal kegiatannya satu hari yakni meminta
keterangan dari pelapor. Hasilnya ada informasi terkait dengan dokumen-
dokumen. Itu tertera disitu. Kemudian membuat draft klarifikasi. Hasilnya
adalah terbit klarifikasi satu. Itu semua nanti terinci. Wujud konkritnya
evaluasi itu bahwa kinerja baik dan itu berdampak pada penyelesaian laporan
masyarakat. Artinya sudah tertata penanganan penyelesaian laporan itu.
Pelaksanaan kegiatan juga dari undangan-undangan instansi, mereka (asisten
ombudsman) laksanakan tugas dan juga membuat laporan pertanggung
jawaban atas tugas yang dilaksanakan itu. Apa dampak dari sosialisasi itu dan
tersampaikan. Berapa peserta. Apa yang disampaikan.dan itu kami kira sudah
berjalan dengan baik”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 69
D. Motivasi dan Kepuasan Kerja Pegawai Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Jawa Tengah
Sebelumnya sudah di bahas mengenai kinerja pegawai Ombudsman RI
Perwakilan Jawa Tengah. Seperti kita ketahui, kinerja pegawai di nilai sudah baik,
akan tetapi target penyelesaian laporan untuk Ombudsman RI Perwakilan Jawa
Tengah masih belum terpenuhi. Oleh karenanya perlu di teliti lebih dalam lagi dari
segi motivasi dan kepuasan kerja pegawai itu sendiri. Berikut penjelasannya:
1. Motivasi
Motivasi ialah dorongan bagi pegawai untuk bekerja. Motivasi pegawai yang
tinggi bisa menjadikan kinerja organisasi lebih efektif dan efisien. Dalam
pembahasan kali ini, berikut akan kita bahas cara Ombudsman Republik Indonesia
untuk membangkitkan motivasi pegawainya.
a. Existence (Keberadaan)
1.a. Penghasilan
Tujuan bekerja bagi setiap pegawai pastilah untuk mendapatkan penghasilan
guna menjaga kelangsungan hidupnya. Begitu halnya dengan pegawai
Ombudsman RI Jateng. Oleh karenanya, untuk menciptakan ketenangan pegawai
dalam bekerja di terbitkanlah PO No. 64 Tahun 2012 yang mengatur mengenai
gaji dan insentif kerja pegawai. Keduanya merupakan hak yang layak di
dapatkan oleh Asisten Ombudsman yang besarannya tergantung dari besaran
kemampuan keuangan negara.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 70
Berdasarkan Undang – Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, Gaji merupakan hak pekerja yang di terima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja ditetapkan
dan di bayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan. Gaji yang diberikan kepada Asisten Ombudsman,
ditetapkan sesuai dengan jenjang jabatan dan juga masa kerja dari pegawai
tersebut. Berikut besaran gaji yang di terima Asisten Ombudsman RI:
Tabel 4.5 Daftar Gaji Asisten Ombudsman RI
Sumber: Perpres No. 15 Tahun 2014 tentang Gaji
Asisten Ombudsman Republik Indonesia
Insentif kerja untuk Asisten Ombudsman Republik Indonesia dalam
Peraturan Ombudsman RI No. 13 Tahun 2013, ditetapkan berdasarkan pada hasil
penilaian kinerja, tingkat kehadiran, dan pencapaian prestasi kerja tertentu. Guna
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 71
mengetahui hasil penilaian kinerja, tingkat kehadiran, dan pencapaian prestasi
kerja di buat ke dalam beberapa kategori penilaian, sebagai berikut:
a) Penilaian Kinerja, meliputi:
o Kecakapan dalam hal pemahaman terhadap substansi tugas
yang diberikan;
o Ketepatan dan akurasi dalam menganalisis tugas yang
diberikan;
o Kerajinan dan ketepatan waktu dalam
penyelesaian/pelaksanaan tugas;
o Komunikasi dan kerjasama; dan
o Inisiatif dalam melaksanakan tugas.
b) Tingkat Kehadiran, meliputi:
o Ketepatan kehadiran Asisten sesuai dengan ketentuan jam
kerja;
o Ketepatan kehadiran harus memenuhi jumlah jam kehadiran 8
jam perhari atau 160 jam perbulan; dan
o Apabila Asisten melaksanakan tugas di luar kantor, maka jam
kerja selama penugasan tersebut tetap diperhitungkan jumlah
jam kehadiran.
c) Pencapaian Prestasi Kerja, yang dimaksudkan yakni capaian prestasi
di atas rata-rata asisten lainnya, meliputi:
o Menjadi penanggungjawab bidang atau sub bidang atau
pelaksana tugas Kepala Perwakilan Ombudsman;
o Memiliki gagasan dalam pelaksanaan tugas yang memberikan
manfaat bagi perbaikan pelayanan publik dan memperoleh
pengakuan dari masyarakat/lembaga dan/atau Pimpinan
Ombudsman;
o Menyelesaikan tugas dalam waktu yang lebih cepat dari target
waktu yang diberikan.
Berikut besaran insentif yang diterima berdasarkan kinerja Asisten
Ombudsman RI:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 72
Tabel 4.6 Besaran Insentif Kerja berdasarkan kinerja
Sumber: Peraturan Ombudsman RI No. 28 Tahun 2017 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Ombudsman Republik Indonesia No. 13
Tahun 2013 Tentang Insentif Kerja Asisten Ombudsman Republik
Indonesia.
1.b. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di lingkungan Ombudsman Republik
Indonesia telah di atur dalam Peraturan Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018
tentang standarisasi sarana dan prasarana di lingkungan Ombudsman RI. Aturan
tersebut tak hanya mengatur mengenai sarana dan prasarana yang ada di
Ombudsman pusat saja, tetapi juga mengatur sarana dan prasarana di
Ombudsman RI Perwakilan masing – masing daerah. Keberadaan peraturan
tersebut memiliki bertujuan untuk:
Mewujudkan keseragaman sarana dan prasarana kantor di semua satuan
kerja di lingkungan Ombudsman.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 73
Memberikan acuan dalam melakukan perencanaan dan penganggaran
pengadaan sarana dan prasarana kantor yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN).
Memberikan pengetahuan dan bimbingan teknis kegiatan Sarana dan
Prasarana kantor dan manfaat atau nlai tambah kepada pemangku
kepentingan dalam upaya mencegah terjadinya segala bentuk
ketidakpatuhan dan senantiasa memenuhi prinsip good governance.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran negara.
Meminimalkan terjadinya pemborosan dan/atau penyelewengan
penggunaan sarana dan prasarana kantor.
Tercapainya tertib administrasi penyelenggaraan barang milik negara di
lingkungan Ombudsman.
Dalam peraturan standarisasi sarana dan prasarana di lingkungan Ombudsman
RI ini, diatur di dalamnya standar yang meliputi sarana dan prasarana kantor dan
juga lahan dan bangunan. Yang kemudian di dalamnya terdiri atas ruang kantor,
ruang penunjang, perlengkapan kantor, standar kendaraan dinas operasional kantor
hingga standar ukuran untuk setiap ruangan. Kemudian dalam memenuhi standar
sarana dan prasarana kantor juga harus memperhatikan dengan anggaran yang
tersedia. Berikut standarisasi sarana dan prasarana yang di tetapkan Peraturan
Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 74
a. Standar sarana dan prasarana kantor
1) Ruang Kantor
a) Standar Ukuran Ruang Kantor
Ruang Kantor Perwakilan terdiri atas beberapa ruang dengan ukuran
kurang lebih:
Tabel 4.7 Standar Ukuran Ruang Kantor Perwakilan Ombudsman
RI
Sumber: Peraturan Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018
Ruang Kantor Bendahara terdiri atas beberapa ruang dengan ukuran
kurang lebih:
Tabel 4.8 Standar Ukuran Ruang Kantor Bendahara di Perwakilan
Sumber: Peraturan Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018
Ruang Kantor Fungsional Umum dan Asisten terdiri atas beberapa
ruang dengan ukuran kurang lebih:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 75
Tabel 4.9 Standar Ukuran Ruang Kantor Fungsional Umum dan
Asisten di Perwakilan
Sumber: Peraturan Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018
b) Standar Perlengkapan Ruang Kantor
Berikut standar Perlengkapan Ruang Kantor di lingkungan Ombudsman RI
Perwakilan:
Tabel 4.10 Standar Perlengkapan Ruang Kantor
No. Nama Ruang Nama Perlengkapan
1. Ruang Kantor
Kepala Perwakilan
a. Ruang
Kerja
Kepala
Perwakilan
1) Meja kerja dengan
kelengkapannya
2) Kursi kerja
3) Kursi hadap
4) Kursi dan meja tamu
5) Meja telepon
6) Lemari kaca
7) Lambang negara
8) Foto Presiden/Wakil Presiden
9) Logo Ombudsman
10) Jam dinding
11) Almanak dinding
12) Almanak meja
13) Cermin berdiri
14) Pesawat telepon
15) Komputer
16) Laptop
17) Printer
18) Pesawat televisi
19) Gantungan jas/atribut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 76
20) Papan Struktur Organisasi
21) AC
22) Intercom
23) Sprinkler/automatic fire
24) Dispenser
25) Keranjang sampah
26) Jaringan internet
27) CCTV
28) dan lain - lain menurut
kebutuhan
b. Ruang tamu
kepala
perwakilan
1) Kursi dan meja tamu
2) Lemari rak kaca
3) Jam dinding
4) AC
5) Sprinkler/automatic fire
6) Keranjang Sampah
7) Jaringan internet
8) CCTV
9) dan lain - lain menurut
kebutuhan
c. Ruang rapat
kepala
perwakilan
1) Meja rapat
2) Kursi rapat
3) Lambang negara
4) Foto Presiden dan Wakil
Presiden
5) Logo Ombudsman
6) Whiteboard elektronik
7) LCD dan layar proyektor
8) Jam dinding
9) Almanak dinding
10) AC
11) Sprinkler/automatic fire
12) Kerajang sampah
13) Jaringan internet
14) CCTV
15) dan lainnya menurut kebutuhan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 77
d. Ruang
istirahat
kepala
perwakilan
1) Kursi dan meja makan
2) Jam dinding
3) Cermin berdiri
4) Tempat tidur
5) Lemari pakaian
6) Gantungan jas/atribut
7) AC
8) Sprinkler/automatic fire
9) Kulkas
10) Keranjang sampah
11) Jaringan internet
12) dan lain - lain menurut
kebutuhan
e. Ruang toilet
kepala
perwakilan
1) Shower
2) Cermin
3) Wastafel
4) Closet
5) Kapstok
6) Sprinkler/automatic fire
7) Keranjang sampah
8) Jaringan internet
9) Exhaust
10) dan lain - lain menurut
kebutuhan
2 Ruangan kantor
bendahara
Ruang kerja
bendahara
1) Meja dan Kursi kerja
2) Kursi hadap
3) Filling cabinet
4) Jam dinding
5) Almanak dinding
6) Almanak meja
7) Pesawat telepon
8) Komputer
9) Printer
10) Brankas
11) AC
12) Sprinkler/automatic fire
13) Keranjang sampah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 78
14) Jaringan intenet
15) CCTV
16) dan lain - lain menurut
kebutuhan
3 Perlengkapan
ruangan kantor
fungsional umum
dan asisten
Ruang kerja
fungsional
umum dan
asisten
1) Meja dan Kursi kerja
2) Jam dinding
3) Almanak dinding
4) Almanak meja
5) Komputer
6) Boks file
7) AC
8) Sprinkler/automatic fire
9) Keranjang sampah
10) Jaringan internet
11) dan lain - lain menurut
kebutuhan
Ruang kantor
fungsional
umum dan
asisten
1) Pesawat telepon
2) Papan struktur organisasi
3) Interior
4) Gantungan Koran
5) Printer
6) Mesin fotokopi
7) Scanner
8) Jam dinding
9) AC
10) Keranjang sampah
11) Sprinkler/automatic fire
12) Dispenser
13) Jaringan Internet
14) Alat pemadam air ringan
15) dan lain - lain menurut
kebutuhan
Sumber: Peraturan Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 79
2) Ruang penunjang
Ruang penunjang merupakan ruangan yang secara tidak langsung
menunjang Ombudsman RI dalam melaksanakan segala tugasnya di daerah.
Sama halnya dengan ruangan kantor, ruang penunjang juga diatur mengenai
standar minimal ukuran masing – masing ruangnya, berikut diantaranya:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 80
Tabel 4.11 Standar Ukuran Ruang Penunjang
Sumber: Peraturan Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018
Selain itu diatur pula, dalam PO RI No. 32 Tahun 2018 mengenai
perlengkapan minimal yang juga harus ada di setiap ruangnya, sesuai degan
kebutuhan masing-masing, yang diantaranya:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 81
Tabel 4.12 Standar Perlengkapan di masing-masing Ruang Penunjang
No. Nama Ruangan Perlengkapan
1 Ruang Rapat Besar Meja kerja
Kursi rapat
Lambang negara
Bendera nasional dan
pataka
Foto presiden dan wakil
presiden
Logo Ombudsman
LCD dan layar proyektor
Foto ketua Ombudsman
dan mantan ketua
Ombudsman
Jam dinding
Almanak dinding
Mic conference
Sound system
AC
Sprinkler / automatic fire
Dispenser
Keranjang sampah
Jaringan internet
CCTV
dll.
2 Ruang Rapat Meja rapat
Kursi rapat
Whiteboard elektronik
LCD dan layar proyektor
Jam dinding
Almanak dinding
Palu dan alasnya
AC
Sprinkler/automatic fire
Keranjang sampah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 82
Jaringan internet
CCTV
dll.
3 Ruang Fasilitas Pengaduan Masyarakat Meja panjang/rapat
Kursi
Kursi khusus difabel
Kursi roda jalur difabel
Lambang negara
Foto presiden dan wakil
presiden
Logo Ombudsman
Pesawat televisi
komputer
Mesin fotokopi
Bel
AC
Sprinkler/automatic fire
Keranjang sampah
Jaringan internet
CCTV
dll.
4 Musala Rak sandal/sepatu
Rak peralatan ibadah
Karpet
Peralatan ibadah
Jam waktu sholat
AC
Sprinkler/automatic fire
dll.
5 Ruang Laktasi Meja
Kursi
Freezer
Mesin steril
Wastafel
AC
Sprinkler/automatic fire
Keranjang sampah
dll.
6 Ruang Tunggu Ramah Anak Kursi dan meja tamu
Buku anak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 83
Permainan edukasi anak
Pesawat televisi
Dispenser
AC
Sprinkler/automatic fire
Keranjang sampah
Jaringan internet
dll.
7 Ruang Arsip Ruang Arsip Vital AC
Thermo hygrometer
Dehumidifier
Kotak kartu kendali
Roll o’pack
Boks
Arsip
Folder
Map gantung
Sprinkler/automatic fire
Alarm fire system
Safety door
CCTV
dll.
Ruang Arsip Aktif
Atau Central File
AC
Thermo hygrometer
Mesin sortir
Meja sortir
Kotak kartu kendali
Dehumidifier
Folder
Map gantung
Filling cabinet
Sprinkler/automatic fire
Alarm fire system
CCTV
dll.
Ruang Arsip Inaktif
Atau Depo Arsip
AC
Mesin sortir
Meja sortir
Kotak kartu kendali
Thermo hygrometer
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 84
Dehumidifier
Roll o’pack
Folder
Boks arsip
Kertas bebas asam/kertas
Samson
Sprinkler/automatic fire
Alarm fire system
CCTV
dll.
8 Toilet Closet
Handicraft
Wastafel
Cermin
Jet washer
Kran air
Tempat sampah
Exhaust fan
Pewangi ruangan
Tempat sabun
Tempat tisu toilet
Alat pengering tangan
otomatis
Sanitex
Sprinkler/automatic fire
dll.
9 Ruang Lobi Meja resepsionis
Kursi
Buku tamu
Pemindai telapak tangan /
jari
Alat metal detector
Pesawat telepon
Jaringan internet
Sofa tamu
Pesawat TV/LCD
CCTV
Gantungan Koran
Papan
pengumuman/informasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 85
Sprinkler/automatic fire
Keranjang sampah
dll.
10 Ruang Dapur/ Pantry Peralatan dapur
Dispenser
Kulkas
Penyedot bau/asap
Kompor
Kitchen set
Sprinkler/automatic fire
Alat pemadam api ringan
Exhaust fan
dll.
11 Ruang Penyimpanan Barang Rak besi
Lemari besi
AC
Sprinkler/automatic fire
Keranjang sampah
dll.
12 Ruang Merokok Kursi
Asbak
Exhaust fan
Tanaman
Tempat sampah stainless
Sprinkler/automatic fire
dll.
Sumber: Peraturan Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018
3) Kendaraan Dinas Operasional Kantor
Kendaraan dinas operasional kantor adalah kendaraan bermotor yang
digunakan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi perwakilan Ombudsman. Agar
pelaksanaan tugas dan fungsi Ombudsman tidak terhambat pelaksanaanya,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 86
oleh karenanya perlu di atur mengenai spesifikasi untuk masing-masing
kendaraan, diantaranya:
Tabel 4.13 Standar Kendaraan Dinas Operasional
Sumber: Peraturan Ombudsman RI No. 32 Tahun 2018
b. Standar Sarana Lahan dan Bangunan di Lingkungan Kantor
Perwakilan Ombudsman
Standar sarana dan prasarana lahan dan bangunan di lingkungan kantor
perwakilan Ombudsman ialah standar/spesifikasi minimal yang mengatur
mengenai lahan dan bangunan kantor. Pemenuhan standar sarana dan prasarana
kantor harus disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Berikut standar lahan
dan bangunan menurut Lampiran VII Peraturan Ombudsman RI Nomor 32
Tahun 2018 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kantor di Lingkungan
Ombudsman RI, terdiri atas terdiri atas:
1) Lanskap
Persyaratan umum, terdiri dari
Lokasi di ibukota provinsi dan dilalui kendaraan umum.
Lokasi yang agak mendatar, ketinggian paling rendah 4 meter diatas
permukaaan laut, dan tersedia fasilitas umum (air, listrik, dan
telepon).
Lokasi yang dekat akses ke jalan besar dan area perkantoran.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 87
Lokasi diupayakan menghindari daerah yang berbatu, miring,
cekungan, rawan banjir, tanah gambut, di bawah bukit, berlereng
terjal, dan dekat gunung berapi.
Lokasi diupayakan menghindari daerah yang bising dan jalur listrik
tegangan tinggi.
2) Persyaratan umum, terdiri dari:
Instalasi listrik
Pemasangan instalasi listrik harus diperhitungkan dan aman sesuai
dengan peraturan umum instalasi listrik yang berlaku, dan setiap
bangunan gedung harus memiliki pembangkit listrik darurat sebagai
cadangan. Daya paling rendah 5000 watt.
Instalasi penangkal petir
Penentuan jenis dan jumlah sarana penangkal petir untuk bangunan
gedung harus berdasarkan pada lokasi bangunan dan kewajaran
kebutuhan.
Jaringan AC
Jaringan sentral AC harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan pemasangan AC split
disesuaikan dengan kebutuhan.
WAN/LAN
Setiap ruang kerja dapat terhubung dengan jaringan WAN/LAN dan
internet sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan.
Jaringan air bersih
Diupayakan diperoleh dari sumber air PAM, jika tidak tersedia
dapat menggunakan sumber lain dengan persetujuan yang
berwenang.
Sistem alarm dan jaringan proteksi kebakaran
Sistem alarm kebakaran dipasang di setiap ruangan dan harus peka
terhadap asap dan/atau panas, serta terhubung dengan proteksi
pemadam kebakaran.
Closed circuit television (CCTV)
CCTV dipasang di setiap lantai ruang kerja dan di tempat lainnya
yang dianggap strategis dan vital untuk diamankan.
Fingerprint scan dan/atau hand key
Fingerprint scan dan/atau hand key dipasang di tempat yang
dianggap strategis sehingga memudahkan pegawai yang melakukan
presensi.
Tiang bendera atau podium upacara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 88
Tiang bendera diletakkan didepan gedung sedangkan podium
upacara diletakkan hanya pada saat pelaksanaan upacara.
Aksesbilitas bagi penyandang disabilitas
Bangunan gedung harus dilengkapi dengan fasilitas yang
memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas. Fasilitas
tesebut meliputi:
o Akses pada pintu masuk yang dibuat landai
Setiap bangunan harus mempunyai akses pada pintu masuk
yang dibuat landai dilengkapi dengan pegangan tangan.
o Toilet khusus bagi penyandang disabilitas
Toilet khusus bagi penyandang disabilitas ini dibangun sesuai
spesifikasi yang berlaku khusus untuk penyandang disabilitas
pada setiap lantai dasar gedung.
Lahan parkir
Penyediaan lahan parkir ditujukan untuk kendaraan dinas
operasional kantor, serta tamu disediakan fasilitas parkir pada
tempat yang telah ditentukan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 89
b. Relatedness (Hubungan)
2.a Pemeliharaan Hubungan Pegawai
Dalam Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2012 tentang Manajemen Sumber
Daya Manusia di lingkungan Ombudsman RI pasal 18, mengatur mengenai
jaminan tentang pemeliharaan hubungan kepegawaian dengan membentuk wadah
ataupun forum yang dapat di mengakomodir seluruh pegawai Ombudsman, yang
ketentuannya akan di atur dalam Peraturan Ombudsman. Selama ini, aturan yang
dimaksudkan tersebut belum diterbitkan oleh Ombudsman pusat. Namun, bukan
berarti pemeliharaan hubungan kepegawaian ini tidak ada di lingkungan
Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan
selama ini untuk memelihara hubungan kepegawaian menurut Ibu Tri Lindawati.
Seperti halal bi halal dengan seluruh insan Ombudsman beserta keluarganya,
merayakan ulang tahun Ombudsman RI, merayakan ulang tahun setiap pegawai
Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, dan masih banyak kegiatan lainnya.
Setiap pagi pegawai berdasarkan hasil wawancara dengn Plt. Kepala
Perwakilan, Bapak Sabarudin Hulu Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah
melaksanakan kegiatan bersama yang dilakukan untuk mempererat hubungan antar
pegawai yakni morning meeting, berikut penjelesannya:
“Morning meeting ialah rapat yang dilakukan selama 10 menit untuk
do’a bersama, kemudian diisi sesi sharing. Isinya bisa berbagi
pengalaman selama melaksanakan tugas, pengalaman pribadi, sosial,
segalanya bisa di bagi dalam sesi morning meeting ini. Dan ini
dilakukan oleh seluruh insan Ombudsman, baik itu staff sekjen,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 90
asisten, anggota kesekjenan (pramubakti, satpam), sehingga memupuk
hubungan baik antar pegawai. dan di akhir sesi dilakukan jabat tangan,
kemudian dilanjutkan dengan yel-yel Ombudsman untuk melekatkan
visi-misi Ombudsman agar tertanam dalam diri setiap insan pegawai
Ombudsman RI Jawa Tengah.”(Hasil Wawancara, 29 Maret 2019)
Tidak hanya acara perayaan ulang tahun dan morning meeting saja yang
menjalin hubungan setiap pegawai menjadi solid, adapun kegiatan lain seperti
rapat koordinasi juga bisa dijadikan sebagai media untuk membangun teamwork.
c. Growth (Pengembangan)
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang selalu menginginkan hal yang
lebih dan lebih di bandingkan dengan apa yang mereka capai sebelumnya. Salah
satu hal yang dilakukan manusia untuk mencapai titik kepuasan tertentu adalah
dengan melakukan pengembangan diri. Selain untuk menjaga eksistensi diri,
pengembangan diri dilakukan untuk menjaga dirinya agar tetap dapat bersaing
dengan manusia lainnya. Melihat hal tersebut, maka lembaga dalam hal ini
Ombudsman Republik Indonesia perlu mewadahi atau memfasilitasi keinginan
dari pegawai-pegawainya ini. Tujuannya agar tercipta kedekatan antara lembaga
dengan pegawai. Sehingga pegawai akan memunculkan rasa memiliki lembaganya
itu. Selain itu juga, kualitas lembaga juga dapat di pertahankan akibat dari
memfasilitasi pengembangan ini.
Pengembangan karier erat kaitannya juga dengan jenjang karier. Prosesnya
dilakukan secara terbuka dan adil bagi seluruh insan Ombudsman syaratnya
tergantung pada prestasi, kompetensi, dan kinerja yang di capai. Ombudsman RI
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 91
sebagai lembaga telah melakukan pengembangan karier yang selanjutnya disebut
sebagai pembinaan karier yang diatur dalam Peraturan Ombudsman RI No. 12
Tahun 2012. Pembinaan Karier merupakan bentuk Ombudsman dalam menjaga
kualitas lembaga, sekaligus untuk memfasilitasi pegawainya agar dapat
berkembang. Pembinaan karier dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
pendidikan dan pelatihan, peningkatan pengalaman kerja, dan mutasi sesuai
dengan tujuan dan sasaran organisasi. Kemudian kegiatan tersebut akan dinilai dan
dipergunakan sebagai syarat untuk kenaikan jenjang.
Bentuk – bentuk pembinaan karier berdasarkan Peraturan Ombudsman RI No.
12 Tahun 2012 pasal 25, sebagai berikut:
1) Pembinaan karier asisten, meliputi:
a) Pembinaan dalam rangka penguasaan substansi tugas sehari-hari;
b) Pembinaan dalam rangka peingkatan kompetensi asisten;
c) Pembinaan dalam rangka peningkatan motivasi dan etika; dan
d) Fasilitasi pelaksanaan tugas dalam jabatan.
2) Pembinaan terhadap substansi pekerjaan sehari-hari, meliputi:
a) Petunjuk teknis pelaksanaan fungsi dan tugas;
b) Penilaian kinerja; dan
c) Monitoring dan evaluasi jabatan.
3) Pembinaan dalam rangka peningkatan kompetensi asisten, meliputi
a) Pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis fungsional; dan
b) Pendidikan/pelatihan dan sertifikasi kompetensi.
4) Pembinaan dalam rangka peningkatan motivasi dan etika, meliputi:
a) Pengisian formasi jabatan;
b) Tunjangan/insentif kerja;
c) Etika profesi dan kode etik;
d) Sistem informasi jabatan asisten; dan
e) Sosialisasi jabatan asisten dan pelaksanaannya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 92
Kemudian unsur dan kegiatan utama yang dilakukan dalam pembinaan
tersebut dalam Peraturan Ombudsman RI No. 12 Tahun 2012 pasal 26, dengan
cara berikut:
1) Pendidikan, terdiri atas:
a) Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b) Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang masing-masing dan
memperoleh surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan atau
sertifikatnya; dan
c) Pendidikan dan pelatihan lain baik diperoleh di dalam negeri
maupun di luar negeri atau sertifikatnya.
2) Kegiatan substansi, terdiri atas:
a) Memberikan bantuan konsultasi kepada pelapor;
b) Melaksanakan kegiatan tindaklanjut penyelesaian
laporan/pengaduan masyarakat antara lain, meliputi:
Permintaan klarifikasi;
Investigasi;
Pemanggilan dan atau pemanggilan paksa;
Mediasi;
Konsiliasi;
Ajudikasi;
Rekomendasi;
Monitoring.
c) Koordinasi dengan lembaga negara, komisi-komisi dan lain-lain
sebagai upaya penyelesaian pengaduan masyarakat;
d) Kegiatan klinik pengaduan masyarakat;
e) Kerjasama dalam rangka pencegahan maladministrasi;
f) Melaksanakan kegiatan penyadaran masyarakat mengenai hak-
haknya untuk memperoleh pelayanan yang baik;
g) Penyebaran informasi kepada masyarakat tentang tugas dan fungsi
Ombudsman RI;
h) Pendidikan dan pelatihan di bidang pengawasan pelayanan publik;
i) Penelitian dan pengembangan di bidang pencegahan
maladministrasi;
j) Kegiatan kerjasama dan koordinasi dengan unit pengaduan internal
di pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
k) Pelaksanaan kajian sistemik dalam rangka perbaikan sistem
pelayanan publik;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 93
l) Kegiatan supervisi pelayanan publilk dalam rangka perbaikan dan
peningkatan kualitas pelayanan publik;
m) Survey kualitas pelayanan publik;
n) Pengendalian mutu (quality control), pemastian mutu dari kantor-
kantor perwakilan Ombudsman di daerah;
o) Rapat koordinasi dengan instansi pemberi pelayanan dalam rangka
perbaikan pelayanan publik;
p) Kegiatan evaluasi terhadap standar pelayanan pubik di instansi
penyelenggara layanan publik;
q) Pelaksanaan evaluasi sistem informasi pelayanan publik dan
penanganan pengaduan pelayanan publik di instansi penyelenggara
layanan publik;
r) Studi banding di bidang pengawasan pelayanan publik.
3) Pengembangan fungsi, terdiri atas:
a) Membuat karya tulis/karya ilmiah terkait dengan bidang tugasnya
b) Menyusun standar atau pedoman terkait dengan bidang tigasnya
c) Menemukan teknologi tepat guna di bidang tugasnya
d) Uji kompetensi
e) Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan lainnya di bidang
tugasnya
Unsur dan kegiatan ini, tak terlepas dari nilai yang berbentuk angka kredit
yang dilakukan baik kegiatan yang bersifat individu maupun kelompok. Selain itu
juga, terdapat unsur penunjang tugas asisten dapat dinilai dengan angka kredit dari
kegiatan, diantaranya:
a) Menjadi pengajar/pelatih di bidang tugasnya;
b) Mengikuti bimbingan di bidang tugasnya;
c) Berperan serta dalam seminar/lokakarya di bidang tugasnya;
d) Sebagai angota dalam organisasi profesi terkait dengan bidang
tugasnya;
e) Sebagai anggota dalam tim terkait dengan bidang tugasnya;
f) Memperoleh penghargaan/tanda jasa; dan
g) Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 94
Unsur dan Kegiatan ini, kemudian dilakukan penilaian yang mana jumlah
angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi oleh setiap asisten untuk
dapat diangkat dalam jabatan dengan nilai:
a. Paling rendah 80% angka kredit berasal dari unsur utama
b. Paling tinggi 20% angka kredit berasal dari unsur penunjang
Jumlah angka kredit 80% sebagai unsur utama, terdiri dari unsur kegiatan
pengawasan pelayanan publik dan pengembangan profesi sesuai dengan tabel
berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 95
Tabel 4.14 Tabel Angka Kredit yang harus di capai Asisten Tingkat Pendidikan Sarjana (S1)
Sumber: Lampiran 1 Peraturan Ombudsman RI No. 12 tahun 2012
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 96
Tabel 4.15 Tabel Angka Kredit yang harus di capai Asisten dengan Tingkat Pendidikan Pascasarjana (S2)
Sumber: Lampiran 2 Peraturan Ombudsman RI No. 12 tahun 2012
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 97
Tabel 4.16 Tabel Angka Kredit yang harus di capai Asisten dengan Tingkat Pendidikan Doktor (S3)
Sumber: Lampiran 3 Peraturan Ombudsman RI No. 12 tahun 2012
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 98
Dari segi motivasi pegawai, Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah sudah
memberikan berbagai hal yang menjadi pemicu meningkatnya motivasi kerja
pegawai. Namun sesungguhnya motivasi pegawai tidak hanya berdasarkan pada
penghasilan, sarana dan prasarana, hubungan antar pegawai, pembinaan karier saja.
Ada faktor lain yang sesungguhnya menjadi pembangkit setiap pegawai dalam
melaksanakan setiap tugas yang di berikan, yakni semangat untuk melayani. Seperti
yang di sampaikan bapak Sabarudin Hulu selaku Plt. Kepala Perwakilan ORI Jawa
Tengah dalam hasil wawancara berikut:
”Ya,yang memotivasi itu jiwa semangat seseorang menjadi pegawai
ombudsman ialah semangat melayani. Apabila ia melayani maka ia akan puas.
Ketika ia melayani masyarakat yang mendapat masalah kemudian
terselesaikan masalahnya, maka ia puas. Kemudian pekerjaan di ombudsman
ini ikhlas dan tulus tidak banyak menuntut. Ini karena sejak awal masuk
ombudsman tidak ada yang namanya di terima karena adanya hubungan
keluarga, sogokan, dan KKN.” (Hasil wawancara, 29 Maret 2019)
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Bellinda W. Dewanty, Asisten
bidang PVL. Berikut hasil wawancara yang disampaikan:
“Memang sih kita akui bahwa kita memiliki berbagai keterbatasan. Contohnya
saja kantor kita. Ya memang kecil, dan terlihat kurang rapi. Tapi kita tetap
selalu berusaha untuk tetap melayani aduan masyarakat yang mengadu kepada
kami. Itulah yang selalu memotivasi kami untuk tetap mengedukasi masyarakat,
mengajak masyarakat, melayani masyarakat untuk mencegah tindakan
maladministrasi. Khususnya di wilayah Jawa Tengah” (Hasil Wawancara, 22
Maret 2019).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 99
2. Kepuasan Kerja
a. Pekerjaan yang di emban
Pekerjaan yang diemban oleh setiap pekerja akan bisa lebih ringan untuk
diselesaikan dengan cara membagi pekerjaan yang ada. Selain itu, pembagian kerja
perlu dilakukan untuk menciptakan rasa adil bagi setiap pegawai. Di Ombudsman RI
Perwakilan Jawa Tengah pembagian kerja dibuat sedemikian rupa untuk membuat
kerja menjadi efektif dan efisien. Pembagian kerja di lingkungan Ombudsman RI
perwakilan Jawa Tengah, di sampaikan oleh Plt. Kepala Perwakilan, Bapak
Sabarudin Hulu, sebagai berikut:
“Pembagian kerja di lingkungan ORI Jateng, asisten di bagi ke dalam 3
unit kerja, yakni pencegahan, pemeriksaan, dan PVL (Penerimaan dan
Verifikasi Laporan). Pembagian dilakukan dengan memanfaatkan
betul jumlah SDM yang ada. Terutama sejak pertengahan akhir tahun,
terdapat asisten yang resign dari pekerjaannya. Solusinya untuk unit
kerja pemeriksaan yang di emban oleh 5 orang, tetap fokus terhadap
tugasnya. Kemudian untuk 2 orang unit pencegahan memiliki tugas
rangkap. Sehingga selain tugas untuk melakukan pencegahan, juga
memiliki beban pemeriksaan. Sementara untuk 2 orang dari bidang
PVL mereka tetap fokus terhadap tugasnya sebagai asisten yang
memverifikasi laporan baik kelengkapan syarat formil maupun
materiilnya. Karena minimnya jumlah pegawai sehingga apabila ada
undangan dari sebuah instansi misalnya, maka Kepala perwakilan bisa
menugaskan unit kerja pencegahan untuk turun lapangan. Apabila
kaitannya dengan laporan masyarakat mala asisten pencegahan
bersama dengan unit pemeriksaan bersama-sama ke lapangan. Ketika
investigasi, misal dalam 1 hari ada 2 tim yang terjun lapangan, maka
asisten PVL juga di libatkan. Begitupun ketika bedah laporan, seluruh
asisten di libatkan semua. Karena basic dari asisten Ombudsman adaah
penyelesaian laporan. Kemudian untuk pegawai kesekjenan dibagi
menjadi 2, yakni perama mengurusi arsip dan barang milik negara.
Kedua, bendahara pemasukan dan pengeluaran ( BPP). Apabila ada
tugas keluar beberapa pegawai kesekjenan juga dilibatkan sebagai
supporting unit bagian administrasi. Namun tidak dilibatkan langsung
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 100
dalam hal tugas keasistenan. Staff sekjen seperti pramubakti juga
dilibatkan dalam hal menginput data-data surat keluar masuk yang di
disposisikan ke kepala perwakilan.” (Hasil Wawancara, 29 Maret
2019)
Sebagaimana di sampaikan oleh Plt. Kepala Perwakilan bapak Sabarudin Hulu
mengenai pembagian SDM di masing-masing bidang. Pastilah ada pembagian tugas
di masing-masing bidangnya. Pertama di sampaikan oleh Ibu Tri Lindawati, selaku
asisten bidang pencegahan:
“Pelaksanaan tugas bidang pencegahan dilakukan dengan diskusi di
dalam bidang terlebih dahulu, baru kemudian di sampaikan hasilnya
ketika rapat dengan tim besar karena notabene kewajiban melakukan
pencegahan dilakukan oleh seluruh pegawai Ombudsman perwakilan.
Pembagian kerja tergantung kondisi bahwa yang mana pegawai yang
memiliki beban pemeriksaan sedikit, maka dialah yang menjalankan
tugas pencegahan. Karena di ORI Jateng hanya terdapat 11 asisten,
sehingga seluruh tugas menjadi tugas bersama, dan tidak bisa salah
seorang saja yang melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya.” (Hasil
Wawancara, 22 Maret 2019)
Kemudian untuk bidang penerimaan dan verifikasi laporan juga di sampaikan
pembagian kerjanya oleh Ibu Bellinda W. Dewanty, sebagai berikut:
“Berhubung asisten bidang PVL hanya 2 orang, maka harus di maksimalkan
sumber daya yang ada. PVL selain memverifikasi laporan juga
mensosialisasikan lembaga Ombudsman kepada pelapor. Oleh karenanya,
apabila dilihat dari segi jumlah pegawai beban kerjanya cukup berat,
sehingga perlu adanya penambahan pegawai.” (Hasil Wawancara, 22 Maret
2019)
Terakhir, terkait dengan pembagian tugas Asisten di bidang pemeriksaan oleh
Bapak Agus Ardhiansyah, sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 101
“Pembagian kerja pemeriksaan laporan dibagi secara merata. Apabila
laporan masuk ada 10, sedangkan asisten riksa hanya 5 orang maka
masing-masing asisten bertanggung jawab atas 2 laporan yang masuk.
Tapi karena kita memang sumber daya nggak ada jadi asisten yang di
pencegahan juga melakukan pemeriksaan. Apabila berbicara adil/tidak
adil pembagiannya, tergantung dari siapa yang merasakan” (Hasil
Wawancara, 22 Maret 2019)
b. Pembayaran
Dalam hal gaji dan insentif bagi pegawai Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Jawa Tengah bagi sebagian pegawai masih dirasa kurang. Bahkan
jaminan yang diberikan hanya berupa BPJS Ketenagakerjaan. Kemudian, untuk
jaminan hari tua tidak ada. Penyebab pegawai masih merasa kurang ialah beban kerja
yang dibebankan oleh pegawai tidak di barengi dengan penghargaan yang diberikan
pemerintah terhadap lembaga pengawas, seperti Ombudsman RI. Sebagaimana hasil
wawancara yang peneliti lakukan terhadap asisten Ombudsman bidang pencegahan,
ibu Tri Lindawati, sebagai berikut:
“Apabila gaji dengan insentif digabung, memang jumlahnya cukup
besar. Akan tetapi, besaran tersebut masih belum sesuai dengan
beban kerja yang dibebankan kepada asisten, di tambah lagi insentif
yang di berikan seolah-olah seperti gaji yang dibayarkan kemudian.
Sehingga masih belum mengakomodir kebutuhan pegawai.” (Hasil
Wawancara, 22 Maret 2019)
Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Bellinda W. Dewanty, asisten bidang
penerimaan dan verifikasi laporan:
“Berbicara mengenai penghasilan, apabila dibandingkan dengan beban
kerja masih belum sesuai, namun jika dikatakan cukup bisa jadi cukup.
Karena kewenangan yang besar ini belum di barengi dengan
tunjangan/insentif/penghargaan yang sesuai. Di tambah lagi,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 102
pembayaran insentif pun masih sering mengalami keterlambatan
sehingga seringkali dibayarkan dengan cara di gabungkan dengan yang
sebelumnya telah menunggak (di rapel).” (Hasil Wawancara, 22 Maret
2019)
Begitupun asisten Ombudsman koordinator bidang pencegahan, bapak Agus
Ardhiansyah, juga menyampaikan demikian:
“Penghasilan yang diberikan masih kurang. Contohnya ketika ada
kegiatan seringkali masih menggunakan dana pribadi, terutama kegiatan
yang menjadi program internal kantor perwakilan. Pembayarannya pun
dari pusat selama ini masih seringkali mengalami keterlambatan
terutama pembayaran insentif, karena semuanya tergantung dari pusat.”
(Hasil Wawancara, 22 Maret 2019)
Plt. Kepala Perwakilan Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, bapak
Sabarudin Hulu menyampaikan hal yang tak jauh berbeda dengan asisten
Ombudsman lainnya:
“Gaji dan insentif pegawai ombudsman hingga sekarang ini dikatakan
masih belum memadai, apabila penghasilan yang diberikan
dibandingkan dengan beban kerja yang diemban, bahkan melebihi
beban dari yang bersangkutan. Sehingga gaji dan insentif ini seharusnya
di naikkan. Karena Ombudsman memiliki PP sendiri, yang mengatur
SDM Ombudsman. Sehingga pegawai Ombudsman bukan PNS, tetapi
pegawai tetap Ombudsman. Tujuannya untuk menjaga independensi
pegawai. Hak lainnya seperti BPJS ketenagakerjaan, BPJS kesehatan
juga diberikan. Namun, jaminan hari tua masih belum ada hingga
sekarang. Kemudian untuk sistem pembayaran memang awalnya dari
pusat seringkali mengalami keterlambatan. Namun saat ini, sudah mulai
teratur. seperti gaji dibayarkan setiap tanggal 1 dan untuk insentif
dibayarkan maksimal tanggal 10.” (Hasil Wawancara, 29 Maret 2019)
Dari ke empat informan sebelumnya, pernyataan berbeda disampaikan oleh
bapak Amhar Azet, selaku asisten ombudsman bidang pemeriksaan. Berikut hasil
wawancara dengan beliau:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 103
“Dalam hal penghasilan pegawai, selama ini tidak mengalami masalah
ataupun kendala. Semua pembagian sudah jelas, tetap, dan diatur dalam
peraturan yang sudah ada. Mengenai besaran pastilah itu tergantung
kebijakan dari pusat. Kemudian yang terpenting ialah keuntungan
sebagai pegawai negeri dibandingkan dengan pegawai swasta, yakni
ketetapan penghasilan yang di dapatkan. Sebagaimana di ketahui
pernghasilan pegawai akan bermasalah hanya apabila keuangan negara
dalam keadaan bangkrut atau inflasi dalam jumlah yang sangat besar.”
(Hasil Wawancara, 31 Januari 2019)
c. Kondisi kerja
Fasilitas Kerja yang ada di perwakilan Jawa Tengah selama ini beberapa hal
sudah menunjang pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Namun masih
belum begitu maksimal. Terdapat beberapa hal yang menjadikan kurang
maksimalnya fasilitas kerja yang dimiliki, diantaranya:
Kantor Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah.
Fakta mengenai Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah sejak berdiri di
Jawa Tengah yakni belum memiliki kantor yang tetap. Ombudsman RI
Perwakilan Jawa Tengah masih menggunakan bangunan sewa yang di tata
sedemikian rupa sebagaimana mestinya sebuah kantor. Menurut asisten
Ombudsman, Bapak Amhar Azet kantor Ombudsman harapannya bukanlah
kantor sewa, akan tetapi Ombudsman memiliki kantor yang tetap. Berikut
kutipan pernyataan Asisten Ombudsman, Bapak Amhar Azet:
“Harapannya sih bangunan kantor saat ini tetap, tidak sewa. Memiliki
gedung yang nyaman. Karena selain berpengaruh pada kenyamanan,
juga berpengaruh pada keamanan bagi pegawai.”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 104
Begitupun hal pernyataan serupa di sampaikan Asisten
Ombudsman, Ibu Bellinda W. Dewanty:
“Sarana dan prasarana masih belum memuaskan, karena kantor kita juga
masih sewa. Kayak ini kan sebenarnya rumah, yang kami tata ulang agar
dapat dikatakan sebagaimana kantor. Fasilitas yang ada pun juga belum
memadai. Selama ini sarana dan prasarana hanya di bentuk sedemikian
rupa guna memenuhi amanat UU No. 25 Tahun 2009. Demikian juga
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pekerjaan.
Jumlahnya pun masih terbatas.” (Hasil Wawancara, 22 Maret 2019)
Keterbatasan lahan perkotaan dan anggaran menjadi hal yang menghambat
ORI Jateng untuk memiliki sebuah kantor tetap. Sehingga untuk sementara
Ombudsman menyewa sebuah bangunan. Menurut Bapak Sabarudin Hulu
beberapa kali, ORI Jateng mendapat tawaran sebuah gedung oleh pemerintah
daerah setempat. Akan tetapi, pihak ORI Jateng menolak tawaran tersebut karena
di khawatirkan akan konflik kepentingan di kemudian hari.
Fasilitas kantor
Dalam kegiatan perkantoran, fasilitas kantor merupakan hal yang penting.
Namun, di Ombudsman RI Jawa Tengah masih dirasakan pegawai kurang begitu
nyaman. Seperti ruang rapat yang masih belum memenuhi standar, ruang kepala
perwakilan juga masih seadanya, ruang untuk menerima pelapor, lahan parkir
pelapor yang masih minim, dan masih banyak lagi. Bagi setiap pegawai, masing-
masing memiliki meja kantor sendiri-sendiri. Akan tetapi, ini belum bisa
memenuhi estetika. Masih banyaknya dokumen yang berserakan di setiap meja,
menjadikan pegawai terkadang kebingungan dalam mencari dokumen. Idealnya,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 105
masing – masing asisten/pegawai memiliki ruang masing – masing, untuk
menjaga privasi dan juga kenyamanan dalam bekerja. Kemudian bagi Ibu Tri
Lindawati, fasilitas kantor yang ada juga belum menunjang kebutuhan
perempuan. Terutama pegawai perempuan yang telah memiliki anak cukup
kerepotan, ketika bekerja harus mengurus anak juga. Karena tidak ada fasilitas
yang dapat menampung anak–anak di dalam kantor.
Kendaraan Operasional
Dalam hal kendaraan, di perwakilan Ombudsman RI terdapat 1 kendaraan
roda empat untuk menunjang kegiatan pelaksanaan tugas dan fungsi
Ombudsman. Dalam hal kebutuhan, kendaraan operasional ini belum menjawab
kebutuhan dari kegiatan Ombudsman. Sebagaimana di ketahui bahwa dalam 1
hari, kadang-kadang terdapat beberapa tim yang harus tugas keluar kantor.
Alhasil, kendaraan kantor menjadi kurang efektif penggunaannya. Sehingga
alternatifnya dengan menggunakan kendaraan sewa.
d. Promosi
Dari Peraturan Ombudsman RI No. 12 Tahun 2012 ini, sudah jelas di
sampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan karier di lingkungan
Ombudsman RI. Sistem penjenjangan karier pun bersifat terbuka, dan seluruh
elemen Ombudsman RI memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 106
pengembangan karier. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Amhar Azet
selaku Asisten Ombudsman RI Jawa Tengah, yakni:
“Pengembangan karier di lingkungan Ombudsman RI Jawa Tengah
bersifat terbuka. Seluruh insan Ombudsman memiliki kesempatan
yang sama. Sistem penjenjangan sudah jelas di sampaikan dalam
peraturan. Dan selama ini belum pernah terjadi masalah dalam
implementasinya.” (Hasil Wawancara, 31 Januari 2019)
Akan tetapi, yang menjadi masalah disini ialah sistem penjenjangan karier
yang di berikan oleh instansi dapat dikatakan masih kurang memuaskan bagi
pegawai Ombudsman. Sebagaimana yang disampaikan Asisten Ombudsman Ibu
Tri Lindawati, bahwa:
“Selama saya bekerja, masih belum adanya kesesuaian passion dengan
pekerjaan yang diberikan. Kemudian, terkait, penjenjangan karier
diberikan secara merata kepada seluruh pegawai namun waktu untuk
naik jabatan masih terlalu lama.” (Hasil Wawancara, 22 Maret 2019)
Kenaikan jabatan yang terlalu lama dari tingkat pratama ke tingkat muda
juga di sampaikan oleh asisten Ombudsman, bapak Agus Ardhiansyah:
“Jenjang karier masih terlalu lama, bahkan hingga membutuhkan
waktu 8 tahun pengabdian terlebih dahulu untuk naik jabatan dari
asisten pratama menjadi asisten muda.” (Hasil Wawancara, 22 Maret
2019)
Hal tersebut sesuai dengan yang di utarakan Peraturan Ombudsman RI No.
12 Tahun 2012 pasal 7 ay. 2 dan 3, bahwa:
Ayat 2: “Asisten Prartama mempunyai masa jabatan paling lama 8 tahun
sejak di angkat untuk pertama kali.”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 107
Ayat 3: “Setelah menjalani masa jabatan paling lama 8 tahun, asisten
pratama dapat menduduki jenjang jabatan satu tingkat lebih tinggi
menjadi asisten muda”
Plt. Kepala Perwakilan, bapak Sabarudin Hulu juga menyampaikan terkait
pembinaan karier di lingkungan Ombudsman sebagai berikut:
“Terkait dengan pembinaan karier di Ombudsman terdapat
pelatihan-pelatihan yang ditentukan oleh pusat. Seperti contohya
kegiatan pelatihan ke luar negeri. Dilakukan seleksi untuk pegawai
yang sudah pernah ke tugas luar negeri dalam 4 tahun terakhir, tidak
boleh menerima tugas ke luar negeri. Sehingga seluruh pegawai
memiliki kesempatan yang sama. Kemudian, terkait dengan
penjenjangan karir, kenaikan jabatan dari pratama ke muda dapat di
jangkau dalam waktu 6-8 tahun. Namun tidak serta merta langsung
dapat kenaikan jabatan. Perlu adanya evaluasi terkait penyelesaian
laporan yang di lakukan, evaluasi terkait kode etik, dan sebagainya.
Namun perlu di evaluasi kembali aturan yang ada bahwa seharusnya
asisten yang memang sudah memiliki prestasi bisa langsung naik
jabatan, tanpa harus menunggu jangka waktu tersebut.” (Hasil
Wawancara, 29 Maret 2019)
e. Pengakuan
Pengakuan ini merupakan bentuk apresiasi dari lembaga terhadap pegawai yang
memiliki prestasi. Bentuk pembinaan kerja dari lembaga terhadap pegawainya salah
satunya dengan pendidikan tinggi. Kemudian pada akhirnya pegawai ini akan
mendapat kenaikan jenjang karier lebih cepat 2 tahun daripada pegawai lainnya.
Namun nyatanya, masih terdapat inkonsistensi aturan yang ada. Sebagaimana
disampaikan oleh Asisten Ombudsman, Ibu Bellinda W. Dewanty:
“Terdapat beberapa tingkatan di Ombudsman. Semisal untuk kenaikan
jenjang dari pratama ke muda, membutuhkan waktu selama 8 tahun.
Dalam aturan yang ada kenaikan jabatan bisa di percepat 2 tahun, apabila
menempuh pendidikan lagi. Pembinaan karir di Ombudsman bisa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 108
tergantung dari jangka waktu bekerja dengan prestasi yang di dapat.
Namun, ketika menempuh pendidikan tidak seperti kantor lain, di
Ombudsman RI justru apabila ingin menempuh pendidikan guna
penjenjangan karier dilakukan dengan menggunakan biaya pribadi.
Sehingga sistem penjenjangan karir ini masih belum konsisten dalam
penerapannya.” (Hasil Wawancara, 22 Maret 2019)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109