Post on 05-Feb-2018
77
BAB IV
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
MI Miftakhul Huda Bengkal merupakan lembaga
pendidikan dasar swasta yang berada di bawah naung-
an Yayasan Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama dan
Kementrian Agama. MI Miftakhul Huda Bengkal didiri-
kan tahun 1967. Terletak di Dusun Surodadi Desa
Bengkal Kecamatan Kranggan Kabupaten Temang-
gung. MI Miftakhul Huda Bengkal berjarak sekitar 10
km ke arah timur dari pusat Kota Temanggung dan
merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten
Magelang. Kondisi awal berdiri sampai tahun 2007 MI
Miftakhul Huda Bengkal hanya mempunyai 3 lokal
ukuran 7 x 7 m untuk 6 rombongan belajar dengan
siswa tiap rombongan belajar rata-rata 20 siswa.
Namun sejak tahun 2007 MI Miftakhul Huda Bengkal
mendapat bantuan DAK (Dana Alokasi Khusus) bidang
pendidikan dan dapat menambah 2 lokal ruang kelas.
Tahun 2009 mendapat bantuan lagi 2 lokal ruang
kelas sehingga sampai tahun 2011 ini MI Miftakhul
Huda Bengkal sudah mempunyai 6 lokal kelas untuk
6 rombongan belajar.
78
MI Miftakhul Huda Bengkal diasuh oleh 9 orang
guru termasuk penulis dan 1 orang kepala madrasah
yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 9 orang perem-
puan. Dari 10 orang yang ada, 2 orang berstatus PNS
yaitu kepala madrasah dan 1 orang guru sedangkan 8
orang lainnya berstatus wiyata bhakti. Di samping itu
MI Miftakhul Huda Bengkal juga memiliki 1 orang
penjaga laki-laki yang merangkap sebagai tukang
kebun. Tingkat pendidikan guru-guru di MI Miftakhul
Huda Bengkal semuanya sudah sarjana penuh (S1)
walaupun jurusannya kurang sesuai dengan bidang
ajarnya yaitu mengajar guru kelas atau guru penjas-
kes tetapi jurusan yang diambil adalah PAI (Pendidik-
an Agama Islam) sedangkan penjaga berijasah SMP.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1 Susunan Guru dan Tenaga Kependidikan
MI Miftakhul Huda Bengkal
Jabatan Jumlah Ijasah Status Ket
Kepala MI 1 S1 (PAI) PNS Perempuan
Guru kelas 6 S1(PAI) 1 PNS 5 GTY
6 perempuan
Guru mapel 3 S1 (PAI) GTY 2Perempuan 1 laki-laki
Penjaga 1 SMP PTY Laki-laki
Jumlah 11
Sumber: MI Miftakhul Huda Bengkal (2011)
Siswa MI Miftakhul Huda Bengkal tergolong
banyak dibandingkan sekolah sederajat di Desa
79
Bengkal. Jumlah siswa MI Miftakhul Huda Bengkal
tahun 2011 sebanyak 135 anak. Sementara SD
Bengkal I berjumlah 65 siswa, SD Bengkal II ber-
jumlah 140 siswa dan SD Muhamadiyah Alternatif
berjumlah 60 siswa (UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
Kranggan 2011). Walaupun jumlahnya lumayan
banyak namun masyarakat yang menyekolahkan
anaknya di MI Miftakhul Huda Bengkal merupakan
masyarakat dengan ekonomi pas-pasan. Hal ini dapat
diketahui dari data tahun 2011 bahwa 90% dari wali
murid adalah petani dan buruh. Sisanya ada peda-
gang, perangkat dan pensiunan. Disebabkan oleh
ekonomi yang pas-pasan itulah maka bukan hal yang
aneh jika banyak siswa MI Miftakhul Huda Bengkal
yang tidak melanjutkan ke sekolah lanjutan apalagi
kuliah di perguruan tinggi. Bahkan ada yang tidak
melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama
(SMP/MTs). Data tentang siswa lulusan MI Miftakhul
Huda yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
dapat dilihat pada Tabel 1.1. Sedangkan data tentang
pekerjaan wali murid MI Miftakhul Huda Bengkal
tahun 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Dalam pelaksanaan pembelajaran MI Miftakhul
Huda menggunakan kurikulum tingkat satuan pendi-
dikan (KTSP) sejak tahun 2007.
80
Tabel 4.2 Data Pekerjaan Wali Murid
MI Miftakhul Huda Bengkal Tahun 2011/2012
No Pekerjaan Jumlah Keterangan
1 PNS/ABRI 2 Guru
2 Wiraswasta 4 Sopir
3 Pedagang 7
4 Petani 67
5 Buruh 55
Jumlah 135
Sumber: MI Miftakhul Huda Bengkal (2011)
MI Miftakhul Huda mempunyai visi “menyiapkan
generasi yang berilmu pengetahuan dan berakhlakul
karimah” sementara misinya antara lain: (1) Melaksa-
nakan pembelajaran dengan cara PAKEM (pembelajar-
an aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan), (2) Me-
ngembangkan bakat dan minat anak serta profesional
guru, (3) Memajukan madrasah bersama masyarakat,
(4) Menumbuh kembangkan penghayatan dan penga-
malan akhlakul karimah dan penguasaan ala ahlu
sunah wal jamaah.
4.2 Penyajian Data
Setelah semua data terkumpul kemudian pene-
liti melakukan aktivitas dalam analisis data yaitu
mengelompokkan data ke dalam kelompok yang
sesuai, menyajikan data dalam bentuk diskripsi dan
mengambil keputusan sesuai rumusan masalah.
81
Strategi yang digunakan dalam implementasi
pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI
Miftakhul Huda seperti yang sudah diuraikan pada
bab II merupakan strategi yang terdiri dari 3 tahap
yang meliputi tahap motivasi, tahap implementasi
serta tahap evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasi
melibatkan wali murid untuk menjalin hubungan yang
sinergis dengan masyarakat dengan banyak menum-
buhkan pembiasaan pada siswa untuk menumbuh-
kan budaya Madrasah. Dalam penyusunan kurikulum
dilakukan dengan TPS/M untuk menuju manajemen
sekolah berbasis masyarakat serta aspek life skills
yang dikembangkan merupakan ketrampilan yang di-
butuhkan masyarakat sekitar. Metode pembelajaran-
nya dengan metode integratif yaitu menempelkan
aspek life skills pada sejumlah pelajaran yang sudah
ada.
Dalam tahap motivasi ini merupakan kegiatan
untuk menyiapkan segala sesuatu sebelum program
dilaksanakan. Dalam tahap ini peneliti banyak bekerja
sama dengan kepala madrasah sebagai pimpinan di MI
Miftakhul Huda Bengkal. Hal-hal yang dilakukan
peneliti dalam tahap ini adalah meneliti tentang
pemahaman guru dan kepala tentang pendidikan life
skills serta pelaksanaannya di MI Miftakhul Huda
Bengkal, mengadakan diskusi dengan tim pengembang
madrasah, mengadakan pelatihan pembuatan silabus
dan RPP bagi guru dan sosialisasi kepada wali murid
82
tentang implementasi pendidikan life skills di MI
Miftakhul Huda Bengkal.
Sementara itu dalam tahap implementasi
program, peneliti melakukan observasi terhadap per-
siapan guru serta observasi terhadap implementasi
pendidikan life skills dalam pembelajaran. Pada tahap
terakhir yaitu tahap evaluasi, peneliti melakukan
penelitian dengan menyebarkan kuisioner pada guru
kepala dan wali murid untuk mengetahui pelaksanaan
program implementasi life skills serta kendala yang
dirasakan oleh dewan guru dan kepala MI saat
mengimplementasikan life skills.
4.2.1 Tahap Motivasi
Dalam tahap motivasi ini yang pertama dilaku-
kan peneliti adalah meneliti tingkat pemahaman guru
dan kepala tentang pendidikan life skills serta pelak-
sanaannya di MI Miftakhul Huda Bengkal. Peneliti
melakukan wawancara dengan 8 orang guru dan
kepala madrasah. Panduan wawancara meliputi 6 item
yang meliputi pemahaman tentang pendidikan life
skills, penerapan di MI Miftakhul Huda Bengkal dan
teknik pelaksanaan, kurikukulumnya, kesiapan guru-
nya dan kegiatan yang perlu dilakukan sebelum imple-
mentasi pendidikan life skills dalam pembelajaran.
Dari hasil wawancara 8 orang guru dan seorang
kepala Madrasah, diperoleh data bahwa hampir
semua guru maupun kepala Madrasah menyatakan
83
bahwa pendidikan life skills adalah pendidikan ke-
terampilan seperti menggambar, menyanyi dan mem-
buat keterampilan tangan. Sementara itu pada item
kedua yaitu pelaksanaan life skills di MI Miftakhul
Huda Bengkal, 6 guru menyatakan bahwa MI
Miftakhul Huda belum melaksanakan integrasi life
skills dalam pembelajaran, sedangkan 2 orang guru
menyatakan MI Miftakhul Huda Bengkal sudah melak-
sanakan integrasi life skills dalam pembelajaran yaitu
dalam pelajaran SBK (seni budaya dan ketrampilan).
Ketika ditanya lebih lanjut penerapan pada pelajaran
yang lain mereka menyatakan pada pelajaran yang
lain tidak ada pendidikan life skills. Menurut kepala
Madrasah, pelaksanaan pendidikan life skills belum
diterapkan pada semua pelajaran, tetapi baru sebatas
pada pelajaran SBK.
Pada item selanjutnya tentang implementasi
pendidikan life skills jawaban mereka bervariasi. Bagi
yang mengatakan belum melaksanakan pendidikan life
skills alasannya ada yang mengatakan belum pernah
diajari atau disosialisasi (5 nara sumber). Ada pula
yang mengatakan belum tahu sama sekali tentang
pelaksanaan implementasi pendidikan life skills.
Sedangkan yang mengatakan sudah melaksanakan
integrasi pendidikan life skills pelaksanaanya tidak
ada beda dengan pelajaran pada umumnya, hanya
pelajaran SBK memang mengajarkan keterampilan
bagi siswa dan bukan kognitif. Ada juga yang menga-
84
takan pelaksanaanya lebih banyak praktik daripada
teori. Sementara itu kepala Madrasah mengatakan
belum ada strategi khusus pelaksanaannya dan
pelaksanaanya seperti pelajaran biasa.
Item keempat tentang kurikulum pelaksanaan
integrasi pendidikan life skills, semua nara sumber
mengatakan belum ada kurikulum baik itu para guru
maupun kepala Madrasah. Sementara item kelima
tentang bagaimana kesiapan guru-guru jika dilaksana-
kan implementasi integrasi pendidikan life skills dalam
pembelajaran dijawab oleh kepala Madrasah bahwa
guru-guru belum siap jika harus menyiapkan silabus
dan RPP yang sudah ada integrasi pendidikan life
skills pada semua pelajaran karena selama ini persiap-
an guru-guru baru persiapan tentang pembelajaran
biasa dan belum menerapkan pembuatan persiapan
guru dengan memasukkan integrasi pendidikan life
skills. Jawaban kepala Madrasah tentang kesiapan
guru-guru dikuatkan oleh guru-guru yang menyata-
kan belum pernah ada sosialisasi maupun pelatihan
tentang pembuatan persiapan guru yang menginte-
grasikan pendidikan life skills sehingga jika guru-guru
langsung disuruh membuat persiapan mengajar yang
mengimplemen tasikan pendidikan life skills mereka
belum siap.
Item terakhir dalam wawancara ini adalah
kegiatan apa yang perlu dilakukan jika di MI Miftakhul
Huda Bengkal akan mengimplementasikan pendidikan
life skills dalam pembelajaran. Kepala Madrasah
85
mengatakan perlu adanya sosialisasi tentang pendi-
dikan life skills dan pelatihan bagi guru-guru tentang
persiapan, pelaksanaan dan teknik penilaian pendi-
dikan life skills dalam pembelajaran. Jawaban kepala
madrasah ini disetujui oleh seluruh guru yang ada di
MI Miftakhul Huda Bengkal.
Setelah mengetahui tingkat pemahaman guru
dan kepala tentang pendidikan life skills, peneliti mela-
kukan diskusi dengan tim pengembang sekolah/
Madrasah yang terdiri atas kepala Madrasah, dewan
guru dan tokoh masyarakat untuk mendiskusikan
tentang kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa se-
suai karakteristik daerah setempat dan mata pelajaran
yang dapat diintegrasikan kecakapan hidup yang
dibutuhkan.
Tokoh masyarakat yang masuk dalam tim
pengembang sekolah/madrasah terdiri atas pengurus
yayasan, ketua komite, perwakilan dari wali murid dan
tokoh masyarakat peduli pendidikan di samping guru
dan kepala madrasah. Kegiatan ini dilakukan pada
hari Sabtu tanggal 2 Juli 2011 dari jam 8 sampai jam
11 siang. Kegiatan dilakukan pada pagi hari karena
siswa dalam kondisi libur akhir tahun sehingga ke-
giatan ini tidak mengganggu kegiatan belajar meng-
ajar.
Dalam diskusi tersebut guru-guru meminta agar
kecakapan hidup yang diberikan pada siswa jangan
banyak-banyak dulu karena baru masa percobaan.
86
Nanti kalau sudah berjalan dapat ditambahi lagi. Dari
8 guru ada satu guru yang mengusulkan agar tiap
guru mengintegrasikan pendidikan kecakapan hidup
hanya satu mata pelajaran untuk tiap kelasnya.
Sedangkan untuk guru mata pelajaran cukup menga-
jarkan satu pokok bahasan pada kelas tertentu dan
tidak pada semua kelas. Usul dari satu guru ini dise-
tujui oleh guru yang lain dan juga disetujui oleh
kepala Madrasah dan tim pengembang madrasah yang
lain. Namun di samping menyetujui pendapat guru,
ketua komite meminta, walaupun baru tahap perco-
baan namun harus diajarkan pada siswa semaksimal
mungkin dan jangan asal-asalan karena jika program
ini berhasil maka hal ini akan sangat bermanfaat bagi
siswa di kemudian hari. Hasil dari diskusi bersama
tim pengembang kurikulum dengan peneliti diperoleh
hasil pokok bahasan yang akan diintegrasi pendidikan
life skills seperti terlihat pada Tabel 4.3.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh pene-
liti sesuai permintaan dari guru-guru dan kepala MI
Miftakhul Huda Bengkal adalah mengadakan pelatih-
an bagi guru tentang pembuatan persiapan mengajar
bagi guru berupa pembuatan RPP (rencana pelaksa-
naan pembelajaran) yang di dalamnya sudah terin-
tegrasi pendidikan life skills.
Pelatihan diikuti oleh 7 orang guru dan kepala
MI Miftakhul Huda. Sedangkan 1 orang guru tidak
mengikuti pelatihan karena sedang sakit, namun guru
yang tidak mengikuti pelatihan tersebut ketika
87
sembuh dari sakit tetap mempelajari bagaimana
membuat RPP yang terintegrasi life skills.
Tabel 4.3
Pokok Bahasan yang akan Diintegrasi Pendidikan Life Skills
No Pokok
Bahasan Ma pel
Life Skills KD Kls Guru
1 Anggota tubuh
IPA Kesada ran potensi diri
Siswa dapat melakukan perawatan anggota tubuh
I Guru kelas I
2 Cinta lingkungan
PKn Kesada ran spiritual
Siswa dapat melakukan pemeliharaan lingkungan
2 Guru kelas 2
3 Melaksa nakan norma
PKn Kesada ran potensi diri
Siswa dapat bertindak tepat dan proporsional
3 Guru kelas 3
4 Menyapa orang lain dengan santun
Bhs Indone sia
Kecaka pan komuni kasi
Siswa dapat menyapa orang lain dengan bahasa yang santun
4 Guru kelas 4
5 Asmaul Husna
Aki dah Akh lak
Kesada ran spiritual
Siswa membi asakan mem baca asmaul husna
5 Guru kelas 5
6 Perkembang biakan makhluk hidup
IPA Pra vokasional
Siswa dapat melakukan perkembang biakan vegetatif buatan
6 Guru kelas 6
7 Sholat fardhu
Fi kih Kesada ran spiritual
Siswa dapat membiasakan shalat fardu
2 Guru mapel fikih
8 Sepak bola Olah raga
Kesada ran potensi diri
Siswa dapat me-ngembang kan kemam puan diri
5 Guru olah raga
Sumber: Hasil diskusi dengan TPM tanggal 2 Juli 2011
Walaupun pembuatan persiapan mengajar itu
dilaksanakan oleh guru tetapi seorang kepala sekolah/
88
madrasah juga harus tahu persiapan mengajar yang
benar sehingga ketika ada guru yang kurang paham
atau kurang tepat dapat melakukan perbaikan atau
memberikan saran perbaikan. Pelatihan dilakukan di
MI Miftakhul Huda Bengkal pada hari Sabtu, tanggal 9
Juli 2011 tepat satu minggu setelah melakukan disku-
si dengan TPS/M. Pelatihan dilaksanakan jam 08.00
sampai pukul 13.00. Hasil dari pelatihan berupa ke-
terampilan membuat RPP yang di dalamnya sudah
terintegrasi pendidikan life skills, di samping penge-
tahuan dan pemahaman bagi guru tentang pendidikan
life skills bagi siswa. Dengan bekal keterampilan ter-
sebut diharapkan ketika memasuki ajaran baru di MI
Miftakhul Huda sudah dapat diintegrasikan pendidik-
an life skills dalam pembelajaran bagi siswa.
Ketika materi pendidikan life skills sudah diten-
tukan dan guru-guru sudah bisa membuat RPP yang
terintegrasi pendidikan life skills, peneliti yang didam-
pingi kepala Madrasah melakukan sosialisasi imple-
mentasi life skills dalam pembelajaran kepada wali
murid. Sosialisasi dilakukan pada saat rapat wali
murid. Pelaksanaannya pada hari Sabtu tanggal 30
Juli 2011. Dalam sosialisasi tersebut peneliti menyam-
paikan bahwa di MI Bengkal akan dilaksanakan inte-
grasi pendidikan life skills dalam pembelajaran.
Peneliti juga menyampaikan bahwa dalam implemen-
tasi integrasi life skills membutuhkan bantuan dari
orang tua siswa untuk ikut mengawasi dan memantau
kegiatan anaknya di rumah.
89
Dalam teknik pelaksanaan pemantauan pendi-
dikan life skills oleh orang tua siswa, peneliti membe-
rikan gambaran bahwa dalam pemantauan orang tua
siswa hanya memberikan tanda tangan atau tanda
centang (V) sebagai persetujuan bahwa kegiatan pem-
biasaan sebagai pelaksanaan aspek life skills benar-
benar dilakukan di rumah masing-masing. Dengan
begitu orang tua bisa mengontrol kegiatan anak di
rumah sehingga anak juga lebih mudah ditegur oleh
orang tua jika tidak melakukan pembiasaan yang
dibutuhkan.
Blangko penilaian atau pengawasan terhadap
pembiasaan anak diberikan seminggu sekali dan di-
kumpulkan seminggu sekali selama satu bulan.
Dengan asumsi jika pembiasaan baik yang dilakukan
siswa selama satu bulan di rumah diharapkan siswa
menjadi terbiasa sehingga siswa tetap melakukan
pembiasaan yang baik walaupun blangko pemantauan
kegiatan tidak ada lagi. Dengan blangko itu juga
diharapkan orang tua lebih intensif memperhatikan
kegiatan yang dilakukan putra putrinya di rumah.
4.2.2 Tahap Implementasi
Langkah ini merupakan langkah strategi imple-
mentasi yang kedua yaitu implementasi program.
Langkah ini digunakan peneliti untuk dapat menjawab
rumusan masalah penelitian yang kedua yaitu tentang
kesiapan guru-guru dalam mengimplementasikan life
90
skills. Penelitian yang dilakukan pada strategi kedua
adalah melakukan observasi terhadap kesiapan guru
baik kesiapan dokumen sebelum implementasi mau-
pun kesiapan guru dalam implementasi program
dalam pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilaku-
kan peneliti bekerja sama dengan kepala Madrasah
sebagai manajer atau pemegang manajemen di MI
Miftakhul Huda Bengkal karena jika implementasi
pendidikan life skills ini benar-benar dilaksanakan
setelah penelitian ini, maka kegiatan yang dilakukan
peneliti merupakan tugas dari seorang manajer
sekolah atau madrasah. Dalam tahap implementasi ini
ada 3 kesiapan guru yaitu kesiapan merencanakan
pembelajaran, kesiapan melaksanakan pembelajaran
dan kesiapan untuk mengevaluasi pembelajaran.
1. Kesiapan Guru dalam Merencanakan Pembelajar-
an
Sebelum mengimplementasikan integrasi life
skills dalam pembelajaran terlebih dahulu peneliti
melakukan observasi terhadap persiapan guru-guru
dalam merencanakan pembelajaran. Dokumen yang
diobservasi oleh peneliti meliputi dokumen penyusun-
an program pengajaran dan dokumen rencana pelak-
sanaan pembelajaran (RPP).
Dokumen penyusunan program pengajaran me-
liputi penyusunan program tahunan (prota), program
semester (promes), penyusunan silabus, penyusunan
91
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penyusunan
alat evaluasi, penyusunan pemantauan pembiasaan
life skills, penyusunan program perbaikan dan
pengayaan.
Dari hasil observasi yang dilakukan ada 3 pokok
yang menjadi perhatian peneliti yaitu pembuatan
silabus, pembuatan RPP dan pembuatan instrumen
pemantauan pembiasaan life skills sebagai instrumen
evaluasi pembelajaran. Meskipun dokumen yang lain
tidak kalah penting tetapi ketiga dokumen inilah yang
menunjukan perbedaan antara pembelajaran yang
biasa dilakukan dengan pembelajaran yang sudah
diintegrasi pendidikan life skills. Untuk pembuatan
silabus ada 1 orang guru yang tidak membuat demi-
kian juga dengan pembuatan instrumen pemantauan
pembiasaan life skills juga ada 1 orang guru yang tidak
membuat namun untuk dokumen RPP semua guru
sudah membuat RPP. Secara keseluruhan dokumen
yang sudah dibuat guru dapat dikatakan sudah baik
karena rata-rata 7 orang guru sudah membuat doku-
men persiapan pembelajaran yang dibutuhkan bahkan
untuk dokumen RPP dan program semester semua
guru sudah membuat. Untuk lebih detailnya dapat
dilihat dalam Tabel 4.4 di bawah ini.
92
Tabel 4.4 Hasil Observasi Terhadap Dokumen Perencanaan
Pembelajaran yang Dibuat Guru
NO Dokumen Program Pengajaran Ada Tidak
1 Menyusun prota 6 2
2 Menyusun promes 8 0
3 Menyusun silabus 7 1
4 Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran 8 0
5 Menyusun program evaluasi 7 1
6 Menyusun program pemantauan pembiasaan life skills
7 1
7 Menyusun program remidi dan pengayaan 5 3
Sumber: Hasil observasi kesiapan guru (2011)
Dokumen yang diobservasi detail oleh peneliti
adalah RPP karena RPP merupakan serangkaian ke-
giatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembe-
lajaran dan merupakan dokumen penjabaran dari
dokumen-dokumen sebelumnya. Walaupun semua
guru sudah membuat dokumen RPP, namun belum
semua komponen yang harus ada dalam RPP sudah
terpenuhi. Komponen yang harus ada dalam RPP
antara lain tujuan yang mengacu pada aspek life skills,
bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan, metode
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, penggunaan
media pembelajaran yang sesuai, serta alat evaluasi
yang mengacu pada aspek life skills.
Dari hasil observasi terhadap komponen RPP
ada hal yang mencolok yaitu penggunaan media pela-
jaran hanya dilakukan oleh 5 orang sedangkan 3
orang lainnya belum menggunakan atau mencantum-
93
kan di dalam komponen RPP. Tiga orang ini hanya
menggunakan papan tulis dan kapur serta buku paket
dalam melaksanakan pembelajaran sebagai media
pembelajaran, sementara yang 5 orang guru yang lain
sudah menggunakan media pembelajaran tambahan
sesuai metode yang digunakan di samping papan tulis,
kapur dan buku paket.
Hasil observasi yang lain tentang komponen
yang harus ada dalam RPP yang sudah terintegrasi
pendidikan life skills adalah tujuan pembelajaran yang
mengacu pada aspek life skills. Tujuan pembelajaran
yang mengacu pada aspek life skills merupakan tujuan
utama dari implementasi pendidikan life skills dalam
pembelajaran. Namun dari hasil observasi masih ada 2
guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang
mengacu pada aspek life skills secara jelas walaupun
dalam pelaksanaan pembelajaran mereka sudah me-
laksanakan pembelajaran yang mengacu pada aspek
life skills (Tabel 4.6). Untuk lebih jelasnya hasil obser-
vasi terhadap dokumen RPP dapat dilihat pada Tabel
4.5 di bawah ini.
94
Tabel 4.5 Hasil Observasi Terhadap Dokumen RPP yang
Dibuat Guru
No Komponen RPP Ada Tidak
1 Tujuan yang mengacu pada aspek life skill 6 2
2 Bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan 7 1
3 Metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan 6 2
4 Penggunaan media pembelajaran 5 3
5 Alat evaluasi yang mengacu pada aspek life skill 7 1
Sumber: Hasil observasi RPP (2011)
Dari seluruh dokumen persiapan guru sebelum
pembelajaran baik dokumen pembelajaran maupun
komponen yang terdapat dalam RPP ternyata secara
umum sudah dibuat dengan baik dan sudah dilak-
sanakan oleh sebagian besar guru.
2. Kesiapan Melaksanakan Pembelajaran
Implementasi integrasi life skills dalam pem-
belajaran merupakan puncak dari penelitian ini.
Dalam kegiatan ini penulis melakukan observasi ter-
hadap 8 orang guru pelaksana pembelajaran yang
mengintegrasi life skills.
Instrumen yang digunakan sebagai panduan
dalam observasi menggunakan instrumen kinerja guru
(Depdiknas 2006). Dari hasil observasi di lapangan ada
4 hal pokok yang diobservasi yaitu pra pembelajaran,
membuka pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
menutup pelajaran.
95
Dalam pra pembelajaran ada dua instrumen
yang diobservasi yaitu memeriksa kesiapan ruang, alat
pembelajaran dan media serta memeriksa kesiapan
siswa. Dalam memeriksa kesiapan siswa ada 2 guru
yang kurang memperhatikan siswa sebelum pembela-
jaran dimulai. Seorang guru langsung melaksanakan
pembelajaran meskipun siswa masih ramai sendiri
dan belum siap menerima pelajaran sementara yang
satu lagi tidak memperhatikan ada siswa yang tidak
masuk. Baru di tengah-tengah pembelajaran baru
tahu jika ada siswa tidak ikut pelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiat-
an pertama yang harus dilakukan guru setelah mem-
perhatikan kesiapan ruang, alat, media dan siswa
dalam menerima pelajaran. Dalam kegiatan membuka
pelajaran ada dua instrumen yang diamati yaitu
melakukan apersepsi dan menyampaikan kompetensi
yang akan dicapai. Hasil dari observasi penulis, dalam
menyampaikan apersepsi ada 2 orang yang kurang,
namun dalam menyampaikan kompetensi yang
hendak dicapai semua guru menyampaikan terutama
kompetensi yang berhubungan dengan kompetensi life
skills. Bahkan guru yang dalam tujuan pembelajaran
tidak mengarah dalam pembelajaran life skills namun
dalam pelaksanaanya menyampaikan bahwa ada
aspek life skills yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
96
Kegiatan ketiga yang diobservasi adalah kegiatan
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran ada bebe-
rapa hal yang diobservasi diantaranya penguasaan
materi pembelajaran, pendekatan strategi pembelajar-
an, pemanfaatan media, dan pembelajaran yang me-
micu keterlibatan siswa.
Dalam penguasaan materi pembelajaran ada 6
indikator yang dilaksanakan oleh guru di antaranya
mengaitkan dengan pengetahuan lain yang relevan,
mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, meng-
gunakan unsur kebahasaan. Dalam menggunakan
unsur kebahasaan yang tepat untuk anak-anak sesuai
dengan ejaan bahasa yang benar hampir semua guru
sudah melakukan dengan baik.
Dalam menggunakan strategi pembelajaran ada
beberapa indikator yang diobservasi oleh peneliti di
antaranya melaksanakan pembelajaran sesuai kompe-
tensi yang akan dicapai, melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan perkembangan siswa, melaksanakan
pembelajaran secara runtut, menguasai kelas, melak-
sanakan pembelajaran yang kontekstual, melaksana-
kan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif siswa, melaksanakan sesuai alokasi
waktu yang ditetapkan, menekankan pada pembela-
jaran yang mengintegrasikan life skills.
Dalam melaksanakan pembelajaran sesuai kom-
petensi yang diharapkan semua guru sudah melaku-
kan dengan baik demikian juga dalam menekankan
97
pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan life
skills semua guru sudah melaksanakan dengan baik.
Hal yang belum dilaksanakan dengan baik dalam
menggunakan strategi pembelajaran adalah mengua-
sai kelas yaitu masih ada 2 guru yang kurang dalam
menguasai kelas karena dalam pembelajaran ada guru
sedang menerangkan siswanya banyak bercerita sen-
diri dan kurang memperhatikan bahkan ada seorang
guru yang siswanya banyak yang keluar kelas saat
berlangsung pembelajaran tetapi guru tersebut tidak
menghiraukan.
Dalam menumbuhkan kebiasaan positif seperti
diskusi atau kebiasaan di rumah yang positif semua
guru melaksanakan karena memang indikator inilah
yang sangat diharapkan dalam penerapan life skills
dalam pembelajaran. Dan semua guru juga menekan-
kan pada pembelajaran yang mengintegrasikan life
skills serta dalam mengajar sesuai alokasi waktu yang
ada.
Dalam penggunaan media pembelajaran selain
kapur dan papan tulis baru 5 guru yang sudah
terampil menggunakan dan memanfaatkan benda di
sekeliling siswa untuk dijadikan media pembelajaran
sekaligus melibatkan siswa dalam pembuatan atau
penggunaanya. 3 guru yang lain hanya menggunakan
papan tulis dan kapur dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa
membutuhkan kreativitas guru dalam pengelolaanya.
98
Ada beberapa indikator dalam kegiatan pembelajaran
yang memicu keterlibatan siswa. Observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran di MI Miftakhul Huda yang
telah mengimplementasikan life skills dapat dilihat
secara keseluruhan pada Tabel 4.6.
Indikator dalam kegiatan pembelajaran yang
memicu keterlibatan siswa di antaranya menumbuh-
kan partisipasi aktif dalam pembelajaran, merespon
partisipasi siswa, memfasilitasi interaksi siswa-siswa
dan siswa-guru, bersikap terbuka terhadap respon
siswa, menunjukan antar pribadi yang kondusif, me-
numbuhkan antusiasisme siswa dalam pembelajaran.
Tabel 4.6 Tabel Observasi Implementasi Integrasi Pendidikan
Life Skills Dalam Pembelajaran
No Tindakan Guru Dalam Pembelajaran Melak-
sanakan Tidak
I Pra pembelajaran
Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media
7 1
Memeriksa kesiapan siswa 6 2
II Membuka pembelajaran
Melakukan kegiatan apersepsi 6 2
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai 8 0
III Kegiatan pembelajaran
A Penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
6 2
Mengaitkan materi dengan relitas kehidupan 7 1
Menggunakan unsur kebahasaan 8 0
B Pendekatan strategi pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai kompetensi 8 0
99
yang akan dicapai
Melaksanakan pembelajaran sesuai perkembangan siswa
7 1
Melaksanakan pembelajaran secara runtut 8 0
Menguasai kelas 6 2
Melaksanakan pembelajaran kontekstual 7 1
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
8 0
Melaksanakan sesuai alokasi waktu yang direncanakan
8 0
Menekankan pada pembelajaran yang menintegrasikan life skill
8 0
C Pemanfaatan media pembelajaran
Menunjukan ketrampilan menggunakan media pembelajaran
5 3
Menghasilkan pesan yang menarik 6 2
Melibatkan siswa dalam pembuatan dan penggunaan media pembelajaran
5 3
D Pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran 7 1
Merespon positif partisipasi siswa 7 1
Memfasilitasi interaksi guru-siswa dan siswa-siswa 6 2
Bersikap terbuka terhadap respon siswa 7 1
Menunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif 6 2
Menumbuhkan antusiasisme siswa dalam pembelajaran
7 1
IV Penutup
Melakukan refleksi dan membuat kesimpulan yang melibatkan siswa
8 0
Melaksanakan tindak lanjut, pengarahan, dan tugas sebagai remidi/pengayaan
8 0
Sumber: Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran (2011)
Hasil dari observasi peneliti terhadap perilaku
guru dalam menumbuhkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran antara lain dalam menumbuhkan
100
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran ada 2 guru
yang kurang melakukan. Dalam pembelajaran siswa
hanya disuruh mencatat dan mendengarkan keterang-
an dari guru. Sementara guru yang lain ketika ada
siswa yang aktif kurang meresponnya sehingga siswa
ketakutan untuk aktif dalam pembelajaran yang di-
ampu guru tersebut.
Instrumen terakhir dalam observasi terhadap
implementasi integrasi life skills dalam pembelajaran
adalah melakukan refleksi dan membuat kesimpulan
yang melibatkan siswa, semua guru sudah melaku-
kannya, serta melaksanakan pengarahan, dan tugas
sebagai remidi atau pengayaan juga dilakukan oleh
semua guru. Jadi meskipun dalam RPP ada yang
belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang me-
nekankan aspek life skills namun dalam pelaksanaan
pembelajaran sebagian besar guru sudah mampu
untuk mengintegrasikan pendidikan life skills dengan
baik.
3. Kesiapan Mengevaluasi Pembelajaran
Tahap terakhir dalam meneliti kesiapan guru
adalah meneliti kesiapan guru dalam mengevaluasi
pembelajaran. Dalam mengevaluasi pembelajaran guru
tidak hanya mampu memberikan nilai pada siswanya
tetapi dituntut mampu untuk melakukan 3 hal yaitu
menetapkan indikator pencapaian, menetapkan teknik
penilaian serta menginterpretasi hasil belajar sehingga
guru dapat menentukan apakah siswa tersebut layak
101
untuk melanjutkan pelajaran berikutnya ataukah
perlu mengulang pelajaran yang sudah diberikan.
Penelitian yang dilakukan peneliti adalah meng-
observasi ada tidaknya dokumen evaluasi terkait ke-
tiga hal tersebut serta pelaksanaanya. Dari hasil
observasi terhadap kelengkapan dokumen evaluasi
ternyata ada 1 guru yang tidak mencantumkan inter-
pretasi hasil belajar siswa sehingga tidak diketahui
tuntas atau tidaknya siswa mengikuti salah satu
materi yang dijarkan. Sedangkan untuk menetapkan
indikator pencapaian semua guru sudah mencantum-
kan serta teknik penilaian juga sudah mencantumkan.
Adapun pelaksanaan evaluasi yang dilaksana-
kan observasinya meliputi penetapan indikator penca-
paian, penetapan teknik penilaian, instrumen penilai-
an. Instrumen penilaian dalam pendidikan life skill
dengan membuat blangko pembiasaan life skill yang
isiannya dibantu oleh wali murid di rumah. Dalam
pelaksanaanya semua guru sudah menetapkan indi-
kator pencapaian, menetapkan teknik penilaian, mem-
buat instrumen serta melakukan penilaian. Data leng-
kapnya dapat dilihat di Tabel 4.7 di bawah ini.
102
Tabel 4.7 Hasil Observasi Terhadap Kesiapan Guru
Dalam Mengevaluasi Pembelajaran
No Komponen evaluasi
Kelengkapan dokumen
Pelaksanaan
Ada Tidak Melak
sanakan Tidak
1 Penetapan indi kator pencapaian
8 guru 0 guru 8 guru 0 guru
2 Penetapan teknik penilaian
8 guru 0 guru 8 guru 0 guru
3 Interpretasi hasil belajar
7 guru 1 guru - -
4 Instrumen evaluasi - - 8 guru 0 guru
Sumber: Hasil observasi kesiapan mengevaluasi pembelajaran (2011)
4.2.3 Tahap Evaluasi Program
Tahap ini merupakan tahap ketiga atau terakhir
dari strategi implementasi life skills menurut peneliti.
Tahap ini pula yang digunakan peneliti untuk menge-
tahui kendala yang dihadapi MI Miftakhul Huda
Bengkal dalam mengimplementasikan pendidikan life
skills. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini
adalah menyebarkan angket kepada 8 guru, 1 kepala
dan 30 wali murid. Kuesioner yang dibagikan walau-
pun pertanyaannya agak berbeda dari ketiganya tetapi
pada prinsipnya adalah sama yaitu tentang penerapan
pendidikan life skills dalam pembelajaran, kendala
yang dihadapi dan pendapat mereka jika integrasi
pendidikan life skills dilanjutkan.
Dalam penelitian ini yang dilakukan hanya eva-
luasi implementasi program saja dan tidak melaksana-
103
kan tindak lanjut. Tindak lanjut dapat dilakukan oleh
MI Miftakhul Huda jika semua komponen baik itu
kepala, guru, dan wali murid menghendaki program
ini dilanjutkan tanpa campur tangan peneliti. Tindak
lanjut yang dimaksud adalah melanjutkan program
implementasi pendidikan life skills yang sudah dilak-
sanakan dengan penyempurnaan terhadap hal-hal
yang dirasa masih kurang. Pelaksanaan tindak lanjut
diprakarsai oleh kepala madrasah sebagai pimpinan di
MI Miftakhul Huda Bengkal.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa MI
Miftakhul Huda Bengkal sudah mengimplementasikan
life skills dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari
jawaban semua guru yang menyatakan bahwa MI
Miftakhul Huda sudah mengimplementasikan pendi-
dikan life skills dalam pembelajaran meskipun dalam
pelaksanaanya 2 orang guru menyatakan pembuatan
RPP menjadi lebih sulit dibanding RPP pembelajaran
biasa, namun 6 guru menyatakan sama saja dengan
RPP biasanya. Walaupun dalam pembuatan RPP ada 2
guru yang menyatakan kesulitan namun dalam pelak-
sanaannya semua guru juga melaksanakan pembela-
jaran life skills dan menyatakan tidak mengalami
kesulitan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.8 di bawah ini.
104
Tabel 4.8 Hasil Penelitian Pendapat Guru
Tentang Implementasi Life Skills
No Daftar pertanyaan Hasil penelitian 1 Apakah anda sudah mengintegrasikan pendi-
dikan life skills dalam pembelajaran? Sudah: 8orang Belum: -
2 Apakah RPP yang anda buat juga sudah mengintegrasikan pendidikan life skills?
Sudah: 6 guru Belum: 2 guru
3 Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan life skills dalam RPP, pembuatan RPP menjadi lebih sulit?
Lebih sulit: 2 guru Sama saja: 6 guru Lebih mudah: -
4 Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan life skills, proses pembelajaran yang anda laksanakan menjadi lebih sulit?
Lebih mudah:- Sama saja: 8 guru Lebih sulit: -
5 Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan life skills, tujuan pembelajaran menjadi cepat tercapai?
Lebih cepat: - Sama saja: 5 guru Lebih lama: 3 guru
6 Kendala apa yang anda hadapi ketika mene-rapkan integrasi pendidikan life skills ini dalam pembelajaran baik itu saat persiapan, selama dan setelah pembelajaran?
Persiapan: 4 guru Pelaksanaan: - Evaluasi: 5 guru
7 Menurut anda apakah integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda ini perlu dilajutkan ?
Perlu: 7 guru Tidak perlu: - Terserah: 1 guru
Sumber: Hasil kuisioner pada guru (2011)
Kendala yang dihadapi guru sebagian besar
adalah dalam tahap persiapan dan evaluasi. Dalam
tahap persiapan sebagian guru (4 orang) kesulitan
membedakan antara RPP yang sudah mengintegrasi-
kan life skills dengan yang belum sehingga ketika
membuat RPP sudah mengintegrasikan life skills atau
belum guru-guru tersebut tidak begitu paham.
Sedangkan guru yang lain ada yang mengatakan
menambah pekerjaan pada awal-awal penerapan life
skills tetapi mungkin pada tahun-tahun selanjutnya
menjadi terbiasa. Pada tahap implementasi dari 8
orang guru menjawab tidak ada kendala yang berarti
karena pelaksanaanya sama saja dengan pembelajaran
105
sebelum mengintegrasikan pendidikan life skills dan
tidak menambah kesulitan dalam pembelajaran.
Keluhan yang disampaikan guru-guru (5 guru)
adalah dalam tahap evaluasi yang agak berbeda
dengan pembelajaran pada umumnya. Jika pada pem-
belajaran biasa pencapaian tujuan cukup dengan
mengadakan ulangan namun dengan integrasi life
skills perlu ada pembiasaan baik di rumah maupun di
sekolah dengan lembar pemantauan. Para guru me-
nyatakan bahwa guru harus lebih tekun mengadakan
pemantauan terhadap pencapaian aspek life skills
dengan pembiasaan yang butuh waktu agak lama dan
tidak hanya denngan ulangan. Di samping itu ada
beberapa wali murid yang kurang peduli terhadap
kegiatan anaknya di rumah sehingga lembar peman-
tauan tidak diisi dan hal ini akan sangat menyulitkan
guru dalam menilai keberhasilan pembelajaran.
Namun di samping keluhan diatas para guru juga
menyampaikan bahwa anak-anak menjadi terbiasa
melakukan pembiasaan tanpa harus ditegur guru.
Dari hasil penelitian pada kepala madrasah
diketahui bahwa pendidikan life skills sudah dilaksa-
nakan di MI Miftakhul Huda dan sudah sesuai renca-
na sebesar 80%. Kendala yang dihadapi kepala
Madrasah sebagai pimpinan di madrasah adalah
menghadapi guru-guru yang masih agak bingung
mengintegrasikan pendidikan life skills dalam mem-
persiapkan dokumen pembelajaran. Hasil pengisian
106
kuisisoner oleh kepala madrasah dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Penelitian Pendapat Kepala MI tentang Implementasi Life Skills
No Daftar Pertanyaan Hasil Penelitian
1 Apakah anda sudah mengintegrasikan pendidik-an life skills dalam pembelajaran?
sudah
2 Apakah pelaksanaan implementasi integrasi pendidikan life skills yang dilaksanakan di MI Miftakhul Huda Bengkal sudah sesuai dengan rencana?
Sudah 80%
3 Menurut anda apakah integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda ini perlu dilajutkan?
perlu
4 Sebagai seorang manajer di MI ini kendala apa yang anda hadapi dalam pelaksanaan implementasi integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran?
Guru masih bingung, Tidak ada monitoring dari atasan
Sumber: Hasil penelitian pada kepala (2011)
Menurut kepala Madrasah, kebingungan guru
dalam menyiapkan RPP bukan suatu kendala yang
berat karena jika dilaksanakan lebih lanjut guru
tersebut akan menjadi terbiasa. Kendala yang lebih
jauh lagi justru tidak adanya pemantauan dari
pengawas sehingga madrasah yang sudah melaksa-
nakan atau belum melaksanakan implementasi life
skills tidak ada bedanya. Jika pengawasan dilaksa-
nakan lebih intensif lagi tentang pendidikan life skills
tentu saja pelaksanaan di lapangan akan lebih
terorganisir.
107
Tabel 4.10 Hasil Penelitian Pendapat Wali Murid
Tentang Implementasi Life Skills
No Daftar pertanyaan Hasil penelitian
1 Apakah anda sudah mengintegrasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran?
Sudah: 30 orang Belum: -
Buktinya….. Adalembar pemanta uan 80%, tidak tahu 10%, tidak diisi 10%
2 Bagaimana putra putri bapak/ibu melaksanakan kegiatan di rumah setelah dilaksanakan integrasi pendidikan life skills ?
Lebih semangat: 90% Sama saja:10% Lebih malas:-
3 Apakah bapak/ibu ikut menilai kegiatan putra putri bapak/ibu di rumah?
Ikut menilai: 80% Tidak: 5% Tidak menjawab:15%
4 Apakah bapak/ibu merasa kesulitan menilai kegiatan putra putri bapak/ibu di rumah?
tidak: 80% Ya: 20%
5 Menurut anda apakah integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda ini perlu dilajutkan ?
Perlu: 80% Tidak perlu: 5% Terserah: 15%
Sumber: Hasil penelitian pada wali murid (2011)
Pada Tabel 4.10 kita akan dapat melihat rekapi-
tulasi pendapat wali murid terhadap pelaksanaan
implementasi pendidikan life skills di MI Miftakhul
Huda Bengkal. Ada 5 pertanyaan yang diajukan dalam
kuisioner bagi wali murid di antaranya tentang
implementasi life skills, tanggapan sikap anaknya di
rumah, tentang pengisian blangko pemantauan dan
tanggapan perlu dilanjutkan atau tidak implementasi
life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal.
108
Ketika meminta pendapat orang tua tentang
implementasi pendidikan life skills dalam pembela-
jaran semua menyatakan bahwa di MI Miftakhul Huda
sudah diimplementasikan buktinya sudah ada lembar
pemantauan (80%), 10% tidak tahu dan 10% tidak
diisi. Dari penelitian juga diketahui bahwa 90% siswa
di rumah lebih semangat dalam menjalankan tugas
dibanding sebelumnya. Dalam mengisi blangko pe-
mantauan pembiasaan di rumah ada 3% wali murid
yang tidak mau ikut menilai. Sedangkan 80% wali
murid menyatakan ikut menilai dan tidak kesulitan
dalam mengisi blangko penilaian. Bahkan dengan
adanya lembar pemantauan para orang tua menjadi
punya panduan bagaimana harus mengawasi anaknya
di rumah dan mereka menjadi lebih dekat dengan
anak-anak. Anak-anak juga menjadi mudah diatur
oleh orang tua karena takut dilaporkan pada guru.
Beberapa hal yang menyulitkan bagi wali murid
untuk mengisi lembar pemantauan antara lain: (1)
Ada wali murid yang tidak bisa membaca sehingga
mereka kesulitan untuk mengisi lembar pemantauan
(2 orang). Dari 2 orang yang tidak bisa membaca
karena memang tidak bisa membaca dan yang lain
karena tuna netra; (2) Alasan yang lain orang tua
sibuk bekerja sehingga tidak bisa mengawasi kegiatan
anaknya (3 orang); (3) Orang tuanya tidak ada karena
bercerai dan anak ikut kakeknya yang sudah tua
sehingga tidak paham dengan lembar pemantauan.
109
Dari beberapa alasan tersebut menjadikan lembar
pemantauan tidak terisi dengan baik.
Ketika pertanyaan lebih lanjut tentang perlu
dilangsungkan atau tidak integrasi life skills dalam
pembelajaran guru-guru (7 orang) menyatakan perlu
dilanjutkan dan 1 orang menyatakan terserah pihak
sekolah. Sedangkan kepala madrasah sendiri menya-
takan perlu dilanjutkan integrasi life skills ini karena
walaupun kesulitan tetapi ke depannya untuk me-
numbuhkan kebiasaan baik pada siswa memang perlu
ada pemantauan. Mendukung pendapat guru dan
kepala, 80% wali murid menyatakan mendukung jika
program ini dilanjutkan sedangkan 15% terserah
sekolah dan 5% menyatakan tidak usah dilanjutkan.
4.3 Pembahasan
Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan
mengenai hasil analisis yang telah disajikan sebelum-
nya. Pembahasan ini berupaya untuk menjelaskan
rumusan masalah yang diajukan yakni strategi imple-
mentasi pendidikan life skills, kesiapan guru dalam
mengimplementasikan life skills kendala yang dihadapi
MI Miftakhul Huda saat mengimplementasikan pendi-
dikan life skills serta peran kepala dalam implementasi
pendidikan life skills.
Strategi yang digunakan peneliti dalam mengim-
plementasikan pendidikan life skills meliputi tahap
110
motivasi, tahap implementasi dan tahap evaluasi.
Uraian dari masing-masing tahap pelaksanaan akan
diuraikan pada pembahasan di bawah ini.
4.3.1 Tahap Motivasi
Pada tahap motivasi ini merupakan tahap
untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum pendi-
dikan life skills diimplementasikan baik itu materi atau
kurikulumnya, kesiapan gurunya dan kesiapan ling-
kungannya. Tahap motivasi ini meliputi penelitian
terhadap tingkat pemahaman guru tentang pendidikan
life skills, diskusi dengan tim pengembang madrasah
tentang materi yang akan disampaikan dalam imple-
mentasi pendidikan life skills, pelatihan guru dalam
pembuatan persiapan mengajar (rencana pelaksanaan
pengajaran/RPP) yang diintegrasi pendidikan life skills,
sosialisasi dengan wali murid tentang akan dimple-
mentasikan pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda
dan tugas yang harus dilakukan wali murid dalam
mengimplementasikan pendidikan life skills tersebut.
Dari penelitian pemahaman guru diketahui
bahwa semua guru dan kepala mengatakan bahwa
pendidikan life skills merupakan pendidikan ketram-
pilan yang dilaksanakan dalam pelajaran SBK (seni
budaya dan ketrampilan). Tentang pelaksanaan imple-
mentasi life skills ada 2 orang guru mengatakan sudah
dalam pelajaran SBK tetapi pelaksanaanya seperti
pelajaran biasa dan pernyataan ini didukung oleh
111
pernyataan kepala Madrasah tetapi sebagian besar
guru yang lain menyatakan belum ada pelaksanaan
pendidikan life skills secara khusus serta belum
menerapkan pendidikan life skills karena belum
disosialisasi sama sekali sehingga belum tahu strategi
pelaksanaannya secara khusus.
Pernyataan bahwa belum ada strategi pelak-
sanaan implementasi life skills juga dikuatkan oleh
kepala Madrasah bahkan ada guru menyatakan belum
tahu sama sekali tentang pendidikan life skills.
Pendapat yang berbeda-beda tentang implementasi
pendidikan life skills terjadi karena guru-guru belum
pernah mendapat sosialisasi tentang pendidikan life
skills beserta strategi implementasinya sehingga mere-
ka menafsirkan sesuai pengetahuan guru itu sendiri.
Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk
mengadakan pelatihan bagi guru tentang pembuatan
RPP yang terintegrasi life skills sekaligus menyamakan
persepsi guru tentang pendidikan life skills sebagai
suatu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau
dan berani menghadapi problema hidup dan kehidup-
an secara wajar tanpa merasa tertekan.
Secara proaktif dan kreatif mencari serta mene-
mukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi-
nya (Depdiknas 2002). Dengan adanya pelatihan bagi
guru diharapkan persepsi guru tentang pendidikan life
skills menjadi sama dengan yang dikehendaki oleh
Depdiknas dan ketika pendidikan life skills dimple-
112
mentasikan di MI Miftakhul Huda Bengkal guru sudah
siap dalam menyiapkan pembelajaran, melaksanakan
maupun mengevaluasi pembelajaran.
Kurikulum tentang pendidikan life skills di MI
Miftakhul Huda juga belum ada. Hal ini karena pen-
didikan life skills belum dilaksanakan di MI Miftakhul
Huda, di samping tidak adanya sosialisasi dari atasan
terkait pelaksanaan pendidikan life skills. Menyikapi
belum adanya kurikulum, maka peneliti mengajak
pada TPS/M untuk menetukan kurikulum yang akan
diimplementasikan di MI Miftakhul Huda Bengkal.
Kurikulum yang dimaksud adalah aspek life skills
yang dibutuhkan oleh siswa MI Miftakhul Huda sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat seki-
tar. Dengan berdiskusi dengan TPS/M yang anggota-
nya kepala, guru, komite dan tokoh masyarakat diha-
rapkan aspek life skills yang ditanamkan benar-benar
yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.
Tahap motivasi terakhir adalah menyiapkan
masyarakat dalam hal ini wali murid, karena dalam
pelaksanaan evaluasi pendidikan life skills yang
dirancang oleh peneliti membutuhkan bantuan dari
wali murid. Hal yang dilakukan peneliti adalah sosiali-
sasi kepada wali murid agar ketika blangko pengamat-
an pembiasaan life skills diberikan pada wali murid,
wali murid menjadi paham dan implementasi life skills
dapat berjalan dengan lancar.
113
4.3.2 Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan jawaban dari
rumusan masalah nomer dua yaitu tentang kesiapan
guru. Dari seluruh dokumen persiapan pembelajaran
yang harus disiapkan oleh ternyata sebagian besar
guru sudah membuat program dan hanya sedikit guru
yang belum membuat dokumen-dokumen persiapan
mengajar. Itu artinya guru-guru MI Miftakhul Huda
Bengkal sudah mampu membuat persiapan mengajar
untuk mengimplementasikan pendidikan life skills
dalam pembelajaran.
Observasi selanjutnya adalah observasi terhadap
dokumen RPP yang meliputi tujuan, bahan pengajar-
an, metode, penggunaan media, alat evaluasi yang
kesemuanya diharapkan mengacu pada aspek life
skills. Dari hasil observasi diperoleh data bahwa
dokumen RPP yang dibuat oleh guru-guru masih ada
yang belum sesuai dengan aspek life skills yang diha-
rapkan namun sebagian besar guru sudah membuat
RPP dengan benar. Benar yang dimaksud adalah
bahwa semua komponen yang harus ada dalam RPP
seperti tujuan, bahan, metode, media dan alat evaluasi
semuanya mengacu pada aspek life skills.
Dalam observasi terhadap pelaksanaan pembela-
jaran diperoleh data bahwa semua guru sudah melak-
sanakan pembelajaran yang mengintegrasikan pendi-
dikan life skills walaupun dalam komponen RPP ada
guru yang tidak mencantumkan tujuan pembelajaran
114
yang mengacu pada aspek life skills namun ternyata
dalam pelaksanaannya guru-guru tersebut sudah
mampu melaksanakan pembelajaran yang menginte-
grasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran.
Dalam observasi kesiapan guru dalam menge-
valuasi pembelajaran juga dapat diketahui semua guru
sudah melaksanakan evaluasi dan semua sudah mem-
buat dokumen untuk evaluasi pembelajaran walaupun
masih ada satu orang guru yang belum membuat
interpretasi hasil belajar.
Sesuai dengan pendapat Nasution (2003) bahwa
kesiapan seorang guru meliputi 3 hal yaitu kesiapan
merencanakan pembelajaran, kesiapan melaksanakan
pembelajaran, dan kesiapan mengevaluasi pembelaja
ran. Dalam kesiapan merencanakan pembelajaran
seorang guru harus mempersiapkan unsur-unsur
antara lain:
(1) merumuskan tujuan pelajaran yang hendak dicapai, (2) memilih dan mengembangkan materi pembelajaran yang dapat digunakan untuk dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan, (3) meru-muskan kegiatan belajar mengajar, (4) merenca-nakan metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan, (5) merencanakan media dan sumber belajar, (6) penilaian untuk mengetahui tujuan pembelajaran tercapai atau tidak.
Sementara itu kesiapan melaksanakan pembela-
jaran meliputi tiga hal yaitu membuka pembelajaran,
menyampaikan materi dan menutup pembelajaran.
Sedangkan mengevaluasi pembelajaran meliputi
115
menetapkan indikator penilaian, menetapkan teknik
penilaian dan interpretasi hasil.
Dari teori yang ada dibandingkan kondisi yang
dilakukan guru di MI Miftakhul Huda dapat diketahui
bahwa sebagian besar guru (7 guru) sudah melaksa-
nakan hal-hal yang harus dilakukan oleh guru. Dapat
dikatakan bahwa guru-guru sudah siap untuk meng-
implementasikan life skills dalam pembelajaran.
Walaupun masih ada guru yang belum melakukan
persiapan guru, baik kesiapan guru dalam merencana
kan pembelajaran, kesiapan melaksanakan pembela-
jaran maupun kesiapan untuk mengevaluasi pembela-
jaran. Sebagian besar guru sudah melaksanakan per-
siapan pembelajaran dengan baik karena persiapan
guru dalam implementasi life skills hampir sama
dengan persiapan guru pada pembelajaran yang sudah
dilaksanakan dalam pembelajaran sehari-hari hanya
perlu ada penyesuaian pada aspek life skills dalam
pelaksanaanya terutama dalam evaluasi pembelajar-
annya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa se-
bagian besar guru sudah siap untuk mengimplemen-
tasikan pendidikan life skills, baik itu dalam perenca-
naan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran mau-
pun evaluasi pembelajaran sehingga jika implementasi
pendidikan life skills diteruskan maka guru-guru
sudah siap.
116
4.3.3 Tahap Evaluasi Program
Tahap evaluasi program merupakan tahap ter-
akhir dalam strategi implementasi life skills yang
digunakan peneliti untuk mengetahui kendala yang
dihadapi MI Miftakhul Huda dalam mengimplemen-
tasikan life skills. Dalam tahap ini peneliti menyebar
angket pada kepala madrasah, 8 orang guru dan 30
wali murid.
Dari jawaban kepala, guru dan wali murid
semua menyatakan bahwa di MI Miftakhul Huda
sudah mengimplementasikan pendidikan life skills
sedangkan pelaksanaanya menurut kepala madrasah
sudah sesuai rencana. Hal ini didukung pernyataan
guru yang menyatakan bahwa ada 6 guru yang sudah
mengintegrasikan life skills dalam RPP mereka.
Adapun kendala yang dihadapi oleh MI
Miftakhul Huda saat mengimplementasikan life skills
adalah sebagai berikut: (1) Ada guru yang masih ke-
sulitan dalam pembuatan RPP yang mengintegrasikan
life skills; (2) Tidak ada monitoring pelaksanaan
pendidikan life skills di madrasah oleh instansi terkait.
(3) Dalam evaluasi pemantauan pembiasaan butuh
waktu lebih lama sekitar 1 bulan untuk melaksanakan
pembiasaan pada anak baik di rumah atau di sekolah.
(4) Dalam merespon pemantauan pembiasaan tidak
semua orang tua mampu dan bersedia untuk mengisi
lembar pemantauan sehingga akan menyulitkan guru
memberi nilai karena aspek life skills harus dinilai
117
pada pelaksanaan kehidupan sehari-hari di rumah
sehingga sangat membutuhkan bantuan orang tua
dalam melakukan evaluasi atau pemantauan.
Dari uraian tentang kendala yang dialami saat
mengimplementasikan life skills pada bab II dapat di-
ketahui bahwa kendala yang dialami dalam mengim-
plementasikan pendidikan life skills meskipun agak
berbeda tetapi ada hal yang dominan yaitu keterba-
tasan kemampuan tenaga pendidik baik itu dalam per-
siapan pembelajaran atau saat implementasi pembe-
lajaran. Di samping itu keterbatasan sarana dan
prasarana juga menjadi kendala dalam setiap imple-
mentasi life skills. Dalam pembelajaran waktu dan
materi juga menjadi kendala yaitu materi yang banyak
dengan waktu yang relatif sedikit sehingga menjadikan
pembelajaran life skills belum mencapai tujuan yang
diharapkan.
Sementara kendala di MI Miftakhul Huda saat
mengimplementasikan life skills juga hamper sama
dengan kendala-kendala pada penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu keterbatasan kemampuan tenaga
pendidik khususnya dalam memahami RPP. Hal ini
dapat terjadi di MI Miftakhul Huda karena pelatihan
yang dilaksanakan baru satu kali dan langsung
pelaksanaan program sehingga guru-guru masih agak
bingung. Implikasi dari kendala ini adalah dalam
pembuatan RPP terkesan asal-asalan atau tidak ada
beda dengan RPP pembelajaran biasanya yang pada
118
akhirnya implementasi life skills hanya akan menjadi
slogan tanpa realita di lapangan. Solusi yang ditawar-
kan jika program ini dilanjutkan di MI Miftakhul Huda
Bengkal adalah perlu bimbingan yang intensif dari
kepala madrasah atau tutor dari sesama guru untuk
membetulkan pembuatan dokumen RPP. Pembahasan
RPP yang terintegrasi life skills dalam kelompok kerja
guru (KKG) juga merupakan solusi lain yang bisa
dilakukan jika program implementasi life skills dilan-
jutkan di MI Miftakhul Huda Bengkal.
Kendala yang lain yaitu butuh waktu yang relatif
lama dalam evaluasi aspek life skills. Hal ini terjadi
karena dalam pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari butuh waktu yang relatif lama dan tidak bisa
dipadatkan seperti materi pelajaran. Implikasi dari
kendala ini adalah guru menjadi terlalu banyak beban
akhirnya malah semua tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Solusi untuk mengantisipasi masalah ini
adalah jangan terlalu banyak aspek life skills yang
harus dicapai dalam satu semester sehingga aspek life
skills yang menjadi tujuan benar-benar dapat tercapai.
Walaupun materi pembelajaran yang harus diselesai-
kan dalam satu semester relatif banyak tetapi tidak
harus setiap materi ada tujuan aspek life skills. Aspek
life skills yang dijadikan tujuan pembelajaran dalam
satu semester cukup 5 atau 6 aspek pembiasaan saja
tetapi hasilnya benar-benar maksimal dan menjadi
kebiasaan siswa. Solusi yang lain adalah dengan
penganggaran dana untuk operasional program baru
119
termasuk peningkatan kesejahteraan guru sehingga
dengan peningkatan kerja yang diiringi peningkatan
kesejahteraan akan meningkatkan semangat kerja
guru.
Kendala yang ketiga adalah kurangnya monitor-
ing dari atasan. Hal ini dapat terjadi di MI Miftakhul
Huda karena memang menurut kepala madarasah
tidak ada monitoring dari atasan (pengawas) yang
khusus memonitoring tentang pelaksanaan pendidik-
an life skills sehingga kepala akan menekan pada
guru-guru tidak sampai hati. Implikasi dari kendala
ini adalah tidak dilaksanakannya implementasi life
skills karena tidak ada monitoring. Solusi yang bisa
dilakukan perlu untuk mengatisipasi kendala yang
ketiga adalah kepala perlu memberi pengertian pada
guru bahwa implementasi pendidikan life skills bukan
kebutuhan pengawas tetapi kebutuhan siswa dan
sekolah sehingga tujuan pelaksanaanya bukan untuk
dinilai atasan tetapi untuk mencapai tujuan pembela-
jaran bagi siswa. Di samping itu kepala MI juga perlu
menjalin hubungan dengan pengawas secara intensif
agar melakukan monitoring yang terhadap proses
implementasi pendidikan life skills.
Dari beberapa kendala di atas ada satu kendala
yang dialami MI Miftakhul Huda Bengkal yang tidak
dialami oleh penelitian sebelumnya yaitu kesulitan
mengevaluasi keberhasilan aspek life skills karena
orang tua siswa kurang respon dalam menilai pem-
120
biasaan anaknya di rumah. Hal ini dapat terjadi
karena pada penelitian yang sudah ada tidak melibat-
kan orang tua pada tahap evaluasi sedangkan di MI
Miftakhul Huda melibatkan orang tua siswa dalam
evaluasi pembelajaran. Implikasi dari kurang respon
orang tua akan menyulitkan guru dalam menilai aspek
life skills karena dalam penelitian ini pemantauan dari
orang tua mutlak diperlukan. Langkah antisipasi ken-
dala ini adalah dengan pendekatan dengan wali murid
yang tidak bersedia mengisi lembar pemantauan
dengan kunjungan ke rumah-rumah. Kunjungan ini
dapat dilakukan oleh kepala atau guru kelas atau
kedua-duanya. Jika sudah tahu pasti penyebab keti-
dakbersediaan orang tua mengisi lembar pemantauan,
kepala dan guru dapat memberikan solusi yang tepat
sesuai dengan alasan wali murid yang bersangkutan.
Meskipun ada banyak kendala yang dialami
namun ketika ditanya mengenai implementasi pendi-
dikan life skills perlu dilanjutkan atau tidak kepala
menjawab bahwa implementasi pendidikan life skills
perlu dilanjutkan. Sebagian besar guru-guru juga
menjawab agar implementasi integrasi life skills dilan-
jutkan dan sebagian kecil saja yang menjawab terse-
rah mau dilanjutkan atau tidak. Ini artinya tidak ada
guru yang tidak setuju kalau integrasi pendidikan life
skills dalam pembelajaran dilanjutkan.
Tanggapan wali murid tentang kelanjutan imple-
mentasi pendidikan life skills, wali murid terbagi men-
jadi 3 kelompok yaitu kelompok pertama yang menya-
121
takan implementasi life skills perlu dilanjutkan,
kelompok kedua yang menyatakan terserah saja dan
kelompok terakhir yang hanya sebesar 5% dari selu-
ruh responden menyatakan tidak perlu dilanjutkan.
Jadi dapat diketahui, bahwa sebagian besar wali
murid juga mendukung jika program implementasi
pendidikan life skills dilanjutkan di MI Miftakhul Huda
di waktu yang akan datang, walaupun ada juga yang
tidak menyetujuinya. Implikasi dari keinginan dari
guru, kepala dan wali murid untuk melanjutkan
implementasi life skills bagi MI Miftakhul Huda sendiri
jika akan melanjutkan program tinggal merencanakan
program implementasi lebih lanjut dalam skala lebih
besar lagi karena semua komponen pendukung sudah
menyetujui jika program implementasi dilanjutkan.
4.3.4 Peran Kepala Madrasah Dalam Implementasi
Life Skills
Dalam implementasi pendidikan life skills selain
guru yang berfungsi sebagai ujung tombak pembela-
jaran, kepala madrasah juga mempunyai peran dan
fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan
implementasi suatu program baru. Kepala madrasah
disamping menjalankan fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan program
dan evaluasi juga mempunyai berbagai peran di
antaranya sebagai pendidik, sebagai manajer, sebagai
122
administrator, sebagai supervisor dan sebagai wira-
usahawan.
Dalam penelitian ini peneliti berada dalam posisi
seorang manajer sehingga dalam pelaksanaanya selalu
bersama dengan kepala karena jika program imple-
mentasi life skills ini dilanjutkan maka seluruh peran
peneliti adalah menjadi peran kepala MI. Penelitian
dan pembahasan yang telah dilakukan berimplikasi
kepada kepala sekolah yang harus menjalankan
fungsi-fungsi manajemen juga menjalankan peran
dengan lebih baik lagi. Karena dari program imple-
mentasi yang telah dilaksanakan masih ditemukan
banyak kendala baik itu yang dialami oleh guru,
kepala maupun wali murid. Jika program implemen-
tasi life skills ini akan dilanjutkan, di tangan kepala
sebagai pemegang manajemenlah yang akan menentu-
kan berhasil atau tidaknya program ini.
Dalam penelitian ini peneliti bersama kepala MI
menjalan fungsi manajemen sebagai perencana artinya
yang mempunyai gagasan atau rencana. Fungsi mana-
jemen yang kedua yaitu pengorganisasian. Dalam
fungsi ini peneliti bersama dengan kepala mengor-
ganisasi tentang bagaimana menyusun kurikulum life
skills, bagaimana mempersiapkan gurunya, bagaimana
berkoordinasi dengan wali murid. Fungsi ketiga adalah
fungsi pelaksanaan program. Dalam menjalankan
fungsi ini kepala bersama peneliti melakukan obser-
vasi untuk memantau sejauh mana program berjalan
baik sesuai rencana, baik itu yang berupa dokumen
123
maupun pelaksanaan dalam pembelajaran. Fungsi
manajemen yang terakhir adalah evaluasi. Fungsi ini
dijalankan dengan menyebarkan kuesioner untuk
mengevaluasi jalannya imlplementasi dan kendala
yang dialami. Evaluasi ini akan digunakan sebagai
dasar untuk menyusun program berikutnya.
Beberapa fungsi manajemen yang telah dijalan-
kan antara peneliti dengan kepala menurut kepala MI
sudah berjalan sesuai dengan rencana sebesar 80%.
Hal ini berarti fungsi mamanjemen sudah berjalan
dengan baik walaupun belum sesuai rencana 100%
implikasinya jika program dijalankan tanpa peneliti,
maka kepala dapat menjalankan fungsi manajemen
seperti yang sudah dilaksanakan dengan sedikit per-
baikan untuk mengatasi kendala yang ada serta pe-
rencanaan langkah untuk memastikan bahwa program
berjalan sesuai dengna rencana.
Selain fungsi-fungsi manajemen yang diuraikan,
kepala juga mempunyai beberapa peran dalam meng-
implementasikan pendidikan life skills ini yaitu sebagai
pendidik, manajer, administrator, supervisor, dan wira
usaha. Kepala sebagai pendidik yang dimaksud adalah
ketika guru-guru belum tahu dengan RPP yang terin-
tegrasi life skills peneliti yang berperan sebagai kepala
yang memberikan pelatihan tentang pembuatan RPP.
Ketika dalam pelaksanaan program ada masalah yang
tidak dipahami guru maka kepala MI lah yang akan
membetulkan atau memberi masukan. Di samping itu
124
pemberian sosialisasi kepada wali murid juga dalam
rangka menjalankan perannya sebagai pendidik yang
mengajak orang tuanya untuk mengawasi anaknya
melakukan pembiasaan baik di rumah.
Peran kedua kepala adalah sebagai manajer
yang artinya dalam mengelola tenaga kependidikan,
salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah
adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan profesi para guru (Depdiknas 2006).
Dalam implementasi life skills peneliti belum menemu-
kan pelaksanaan tugas kepala untuk pemeliharaan
dan pengembangan profesi guru sehingga peran seba-
gai manajer ini menurut peneliti belum dilaksanakan
oleh kepala. Hal ini karena program implementasi life
skills ini merupakan program baru sehingga program
pemeliharaan dan pengembangan profesi guru belum
direncanakan baru pada proses pengajaran materi
baru dengan pelatihan pembuatan RPP. Implikasi dari
belum dilaksanakan peran manajer oleh kepala MI
sehingga jika implementasi life skills ini dilanjutkan
perlu merencanakan program pemeliharaan dan
pengembangan kompetensi guru.
Peran selanjutnya adalah kepala sebagai admi-
nistrator. Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa kepala
sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran
yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi
guru. Namun dalam implementasi life skills ini peneliti
bersama kepala MI belum menganggarkan dana untuk
peningkatan kompetensi guru maupun untuk imple-
125
mentasi sebuah program baru. Hal ini karena penerap-
an program baru ini tidak begitu banyak membutuh-
kan waktu dan tenaga sehingga belum membutuhkan
dana tambahan. Implikasinya ada guru yang menge-
luh untuk evaluasi membutuhkan waktu relatif lama
walaupun baru satu aspek life skills yang dijadikan
tujuan, jika nanti dilanjutkan dengan tujuan aspek life
skills yang lebih banyak tentunya lebih banyak keluh-
an. Untuk mengantisipasi keluhan guru, disamping
sudah diuraikan di atas jika program ini dilanjutkan
cukup 5 atau 6 aspek life skills yang menjadi tujuan
untuk mengantisipasi lamanya waktu evaluasi, perlu
juga ditambah dengan perencanaan peningkatan ang-
garan untuk operasional program baru yang di dalam-
nya untuk menambah kesejahteraan guru disamping
untuk operasional yang lain.
Sementara peran sebagai supervisor adalah
untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melak-
sanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah
perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat
dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung
(Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini peneliti bersa-
ma kepala MI sudah menjalankan perannya sebagai
supervisor buktinya sudah mengobservasi dokumen
persiapan mengajar guru serta mengobservasi pelaksa-
naan pembelajaran integrasi life skills. Implikasinya
jika terjadi kekurangan yang dilakukan oleh guru
126
dalam membuat persiapan mengajar, pelaksanaan
maupun evaluasi dapat langsung diketahui dan di-
perbaiki. Jika program implementasi ini dilanjutkan
maka kepala perlu melanjutkan peran ini.
Peran kepala selanjutnya adalah peran kepala
sebagai pimpinan. Ini berhubungan dengan tipe kepe-
mimpinan yang dijalankan oleh seorang kepala dan
berkaiatan erat dengan kepribadian kepala yang di-
uraikan oleh Mulyasa (2004) yang meliputi (1) jujur,
(2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani meng-
ambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emo-
si yang stabil, dan (7) teladan.
Menurut hemat penulis kepala belum diketahui
menjalankan peran sebagai pimpinan atau tidak. Hal
ini karena kepribadian dan tipe kepemimpinan mem-
butuhkan penelitian tersendiri untuk menetukannya
dan peneliti tidak meneliti sampai tipe kepemimpinan
dan kepribadian kepala.
Peran selanjutnya adalah peran kepala sekolah
sebagai pencipta iklim kerja karena iklim yang kon-
dusif akan memungkinkan setiap guru lebih termoti-
vasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul,
yang disertai usaha untuk meningkatkan kompeten-
sinya (Mulyasa 2004). Berdasarkan uraian di atas
peneliti menilai kepala MI sudah menjalankan peran
sebagai pencipta iklim kerja yang kondusif buktinya
kepala selalu member motivasi kepada guru untuk
meningkatkan kinerja, kepala memberitahukan hasil
127
kerja guru, kepala memberi pujian bagi guru yang
berprestasi dan memberi masukan dan bimbingan
bagi guru yang kurang atau salah dalam menjalankan
tugas. Implikasinya adalah guru menjadi bersemangat
walaupun implementasi program baru akan menam-
bah beban kerja bagi guru. Saran tindak lanjut jika
program ini dilanjutkan adalah bagi guru yang ber-
prestasi tidak hanya pujian tetapi perlu adanya peng-
hargaan yang berupa materi sehingga guru lebih ber-
semangat lagi.
Peran terakhir yang dapat dijalankan kepala
dalam implementasi pendidikan life skills adalah peran
wirausaha. Kepala sekolah dengan sikap kewira-
uhasaan yang kuat akan berani melakukan perubah-
an-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk
perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
proses pembelajaran siswa beserta kompetensi guru-
nya (Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini kepala
sudah berperan sebagai wirausaha dengan bukti mau
mengimplementasikan pendidikan life skills dalam
pembelajaran walaupun tidak ada pantauan dari atas-
an itu merupakan sebuah pembaharuan yang inovatif
dengan proses pembelajaran siswa dan kompetensi
guru. Implikasi dari peran wirausaha yang dimiliki
oleh kepala MI perlu ada dukungan dari semua pihak
baik guru, komite maupun masyarakat khususnya
orang tua agar pembaharuan yang inovatif dapat
terealisasi demi kemajuan Madrasah.
128
Beberapa uraian tentang peran kepala seperti
yang diuraikan dalam bab II yang meliputi peran seba-
gai: (1) educator (pendidik), (2) manajer, (3) adminis-
trator, (4) supervisor (penyelia), (5) leader (pemimpin),
(6) pencipta iklim kerja, dan (7) wirausahawan
(Depdiknas 2006), namun dalam implementasi life
skills di MI Miftakhul Huda hanya menjalankan peran
kepala sebagai pendidik, supervisor, pencipta iklim
kerja yang kondusif dan sebagai wirausaha. Implikasi
dari peran yang dijalankan kepala dalam mengimple-
mentasikan life skills adalah dengan dijalankan kem-
bali bagi peran yang sudah dijalankan sedangkan
peran kepala yang belum dijalankan hendaknya perlu
dijalankan perlu dilanjutkan agar fungsi dan peran
kepala dalam pembelajaran dapat optimal kecuali
untuk peran pemimpin. Peran kepala sebagai pemim-
pin hanya dapat diketahui dengan penelitian lanjut
untuk mengetahui sudah dijalankan atau belum peran
kepala sebagai pemimpin karena tidak bisa diketahui
hanya dengan suatu tindakan tertentu.