Post on 01-Mar-2018
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
1/20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Demam
3.1.1. Definisi
International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal
Physiology mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti,
yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan
organisme multiselular (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati
yang patogenik atau dianggap asing oleh host. El-Rahdi dan kawan-kawan
mendefinisikan demam (pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis. Secara
patofisiologis demam adalah peningkatan thermoregulatory set pointdari pusat
hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin (!"-). Sedangkan secara klinis
demam adalah peningkatan suhu tubuh o# atau lebih besar di atas nilai rerata
suhu normal di tempat pencatatan. Sebagai respons terhadap perubahanset point
ini, ter$adi proses aktif untuk mencapaiset pointyang baru. %al ini dicapai secara
fisiologis dengan meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi panas.
(Rachmawati, Elfian.&'&)
Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi
diurnal). Suhu terendah dicapai pada pagi hari pukul '.'' '*.'' dan tertinggi
pada awal malam hari pukul *.'' +.''. urva demam biasanya $uga
mengikuti pola diurnal ini. Suhu tubuh $uga dipengaruhi oleh faktor individu dan
lingkungan, meliputi usia, $enis kelamin, aktivitas fisik dan suhu udara ambien.
leh karena itu $elas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh normal.
%asil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran
(abel ).
8
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
2/20
Tabel 1.Suhu normal pada tempat yang berbeda
empat
pengukuran/enis thermometer
Rentang0rerata
suhu normal (o#)1emam (o#)
2ksila 2ir raksa, elektronik 3,4 34,30 3*, 34,
Sublingual 2ir raksa, elektronik 35,5 34,50 3*,* 34,*
Rektal 2ir raksa, elektronik 3*,* 34,60 34 3+
elinga Emisi infra merah 35,4 34,50 3*,* 34,*
Suhu rektal normal ',&4o ',3+o# (',5o ',4o7) lebih tinggi dari suhu oral.
Suhu aksila kurang lebih ',55
o
# (
o
7) lebih rendah dari suhu oral.
5
8ntukkepentingan klinis praktis, pasien dianggap demam bila suhu rektal mencapai
3+o#, suhu oral 34,*o#, suhu aksila 34,o#, atau suhu membran tympani mencapai
34,*o#.%iperpireksia merupakan istilah pada demam yang digunakan bila suhu
tubuh melampaui ,o# ('*o7).
3.1.2. Etiologi Demam
1emam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
1emam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, $amur, ataupun
parasit. !nfeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak
antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,
bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis
media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. !nfeksi virus yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influen9a, demam berdarah
dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti %: (1avis, &').
!nfeksi $amur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides
imitis, criptococcosis, dan lain-lain. !nfeksi parasit yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.
1emam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain
faktor lingkungan, suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, penyakit
autoimun, keganasan, efek imunisasi pada anak, dan gangguan sistem saraf pusat
(Rachmawati, Elfian.&'&)
9
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
3/20
3.1.3. Pola Demam
!nterpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak
telah mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara
serial dilakukan di tempat yang berbeda. 2kan tetapi bila pola demam dapat
dikenali, walaupun tidak patognomonis untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat
men$adi petun$uk diagnosis yang berguna (abel &.)
Tabel 2.;ola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik
;ola demam ;enyakit
ontinyu 1emam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
!ntermiten
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
4/20
!amba" 1. ;ola demam pada demam tifoid (bradikardi relatif)
Demam "emiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi
tidak mencapai normal dengan fluktuasi melebihi ',5o# per & $am. ;ola ini
merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan
tidak spesifik untuk penyakit tertentu (!amba" 2.). Bariasi diurnal biasanya
ter$adi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.
!amba" 2.1emam remiten
;ada #emam inte"miten suhu kembali normal setiap hari,
umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari (!amba" 3.). ;ola ini
merupakan $enis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
!amba" 3. 1emam intermiten
11
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
5/20
Demam se$tik atau %ektik ter$adi saat demam remiten atau
intermiten menun$ukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yangsangat besar.
Demam &oti#ian, disebabkan oleh ;. Biva>, ditandai dengan
paroksisme demam yang ter$adi setiap hari.
Undulant fevermenggambarkan peningkatan suhu secara perlahan
dan menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun men$adinormal.
Demam lama 'prolonged fever( menggambarkan satu penyakit
dengan lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya C
' hari untuk infeksi saluran nafas atas.
Demam "ek"en adalah demam yang timbul kembali denganinterval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama
(contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
Demam bifasik menun$ukkan satu penyakit dengan & episode
demam yang berbeda (camelback fever pattern atau saddleback fever).
;oliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini. @ambaran bifasik
$uga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick
fever, spirillary rat!bite fever(Spirillum minus), dan"frican hemorrhagic fever
(
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
6/20
!amba" ). ;ola demam Dorreliosis (pola demam relapsing)
3.1.). Klasifikasi #emam
lasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis
masalah. 8ntuk kepentingan diagnostik, demam dapat dibedakan atas akut,subakut, atau kronis, dan dengan atau tanpa locali#ing signs. ;ada abel 3 dan
abel memperlihatkan tiga kelompok utama demam yang ditemukan di praktek
pediatrik beserta definisi istilah yang digunakan (Rachmawati, Elfian.&'&).
Tabel 3.iga kelompok utama demam yang di$umpai pada praktek pediatrik
Klasifikasi Penyebab te"se"ing*ama #emam $a#a
mmnya
1emam dengan
locali#ing signs!nfeksi saluran nafas atas minggu
1emam tanpa locali#ing
signs
!nfeksi virus, infeksi saluran
kemihminggu
Fever of unkno$n origin!nfeksi, juvenile idiopathic
arthritisC minggu
Tabel ).1efinisi istilah yang digunakan
Istila% Definisi
1emam dengan
locali#ation
;enyakit demam akut dengan fokus infeksi, yang dapat
didiagnosis setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
1emam tanpa
locali#ation
;enyakit demam akut tanpa penyebab demam yang $elas
setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
"etargi ontak mata tidak ada atau buruk, tidak ada interaksi dengan
13
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
7/20
pemeriksa atau orang tua, tidak tertarik dengan sekitarnya
To%ic
appearance
@e$ala klinis yang ditandai dengan letargi, perfusi buruk,
cyanosis, hipo atau hiperventilasi
!nfeksi bakteri
serius
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
8/20
Sekitar &'F dari keseluruhan episode demam menun$ukkan tidak
ditemukannya locali#ing signspada saat ter$adi. ;enyebab tersering adalah infeksi
virus, terutama ter$adi selama beberapa tahun pertama kehidupan. !nfeksi seperti
ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi saluran kemih dan
bakteremia. Tabel ,.menun$ukan penyebab paling sering kelompok ini. 1emam
tanpa locali#ing signs umumnya memiliki awitan akut, berlangsung kurang dari
minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik yang sering dihadapi oleh
dokter anak dalam merawat anak berusia kurang dari 3* bulan.
Tabel ,.;enyebab umum demam tanpa locali#ing signs
Penyebab -onto% Petnk #iagnosis
!nfeksi DakteremiaGsepsis
Sebagian besar virus
(%%-*)
!nfeksi saluran
kemih
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
9/20
gagal mendeteksi penyebabnya. Persistent pyre%ia of unkno$n origin, atau lebih
dikenal sebagaifever of unkno$n origin (78) didefinisikan sebagai demam yang
berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah
investigasi minggu di rumah sakit.
3.1.+. Patofisiologi Demam
1emam ter$adi karena adanya suatu 9at yang dikenal dengan nama
pirogen. ;irogen adalah 9at yang dapat menyebabkan demam. ;irogen terbagi dua
yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. #ontoh
dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau
mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. /enis lain dari pirogen
adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh
pasien. #ontoh dari pirogen endogen antara lain !"-, !"-*, :7-I, dan !7:.
Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan
limfosit walaupun sel lain $uga dapat mengeluarkan pirogen endogen $ika
terstimulasi (@uyton, &''4).
;roses ter$adinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,
mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan 9at kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (!"-, !"-*, :7-
I, dan !7:). ;irogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium
hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. ;rostaglandin yang terbentuk
kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi
hipotalamus. %ipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari
suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk
meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme
volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan ter$adi peningkatan produksi
panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan
suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (@uyton, &''4).
16
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
10/20
1emam memiliki tiga fase yaituA fase kedinginan, fase demam, dan fase
kemerahan. 7ase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu
tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan
aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan
merasa kedinginan dan menggigil. 7ase kedua yaitu fase demam merupakan fase
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu
yang sudah meningkat. 7ase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase
penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan
berwarna kemerahan (@uyton, &''4).
3.2. Demam Be"#a"a% Denge
3.2.1. Definisi
1emam dengue (dengue feverG17) dan demam berdarah dengue (1D1)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot danGatau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
lifadenopati, dan trombositopenia. ;ada 1D1 ter$adi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh. Sindrom ren$atan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh ren$atanGsyok yang dapat
menyebabkan kematian (Dehrman, &''').
3.2.2. Etiologi
1emam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus 7lavivirus, keluarga 7laviviridae. 7lavivirus
merupakan virus dengan diameter 3' nm, bulat, terdiri dari R:2 tunggal dengan
berat molekul J'* 1a. erdapat serotipe virus yaitu 1E:-, 1E:-&, 1E:-3,
dan 1E:- yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue. eempat serotipe ditemukan di !ndonesia dengan 1E:-3
17
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
11/20
merupakan serotipe terbanyak dibandingkan dengan yang lain. :amun, ada yang
mengatakan serotipe 1E:-& lebih bersifat virulen (:ainggolan, &''*).
3.2.3. E$i#emiologi
1emam berdarah dengue tersebar di wilayah 2sia tenggara, ;asifik Darat,
dan aribia. !ndonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayahnya. !nsiden 1D1 di di !ndonesia antara * hingga 5 per ''.'''
penduduk (6+6-665)0 dan pernah meningkat ta$am hingga 35 per ''.'''
penduduk pada tahun 66+, sedangkan mortalitas 1D1 cenderung menurun
hingga mencapai &F pada tahun 666 (Sepherd, &').
;eningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan
dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu be$ana yang
berisi air $ernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Deberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus
dengue yaituA ) vektorA perkembangbiakan, kebiasaan menggigit, kepadatan di
lingkungan, $enis serotipe, transportasi dari satu tempat ke tempat lain. &) pe$amuA
terdapat penderita di lingkungan keluarga, paparan terhadap nyamuk, status gi9i,
usia (C& tahun cenderung untuk 1D1) dan $enis kelamin (perempuan C laki-
laki). 3) lingkungan A curah hu$an, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk
(Sepherd, &').
;enularan infeksi virus dengue ter$adi mellaui vektor nyamuk genus 2edes
("e) aegypti dan"e) albopictus). 1ari kedua nyamuk ini yang paling dominan
untuk men$adi vektor adalah"e) aegypti. :yamuk betina paling sering mencari
makanan pada siang hari (2bdoerrachman, &''&)
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
12/20
etika virus telah masuk ke tubuh pe$amu, virus akan memasuki periode
inkubasi selama 3- hari. Selama itu virus akan bereplikasi di target sel dendritik
dan belum menun$ukkan onset. !nfeksi pada sel target seperti, sel dendritik,
hepatosit, dan sel endotelial, mengakibatkan pembentukan respon imun seluler
dan humoral terhadap infeksi virus pertama dan berikutnya (2bdoerrachman,
&''&).
3.2.). Patogenesis
Derdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam ter$adinya demam berdarah dengue dan sindrom
ren$atan dengue (2bdoerrachman, &''&).
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis 1D1 adalahA
Respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas
yang dimediasi oleh antibodi. 2ntibodi terhadap virus dengue berperan dalam
mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. !ni yang disebut
dengan antibody dependent enhancement (21E).
"imfosit baik -helper (#1) dan sitotoksik (#1+) berperan dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. 1iferensiasi helper yaitu % akan
19
http://blogkputih.files.wordpress.com/2012/05/dhf1.png7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
13/20
memproduksi interferon gamma, !"-& dan limfokin, sedangkan %&
memproduksi !"-, !"-5, !"* dan !"-'.
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
14/20
rombositopenia pada infeksi dengue ter$adi melalui mekanismeA
Supresi sumsum tulang 1estruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
3.2.+. Peme"iksaan Pennang
3.2.+.1. *abo"ato"im
;emeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan hematokrit, kadar
hemoglobin, $umlah trombosit, dan hapusan darah tepi. 1iagnosis pasti
didapatkan dari hasil isolasi virus dengue ataupun deteksi antigen R:2 virus
dengue dengan teknik R-;#R. ;emerkisaan antibodi spesifik dengue dapat
berupa antibodi total, !g@ maupun !g< (Hiradharma, &').
;arameter laboratorium yang dapat diperiksa antara lainA
"eukositA dapat normal atau turun.
rombositA umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-+
%ematokritA kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit C &'F dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke-3 demam.
;roteinGalbuminA dap0at ter$adi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
S@GS@; (serum alanin aminotransferase)A dapat meningkat
8reum, kreatininA bila didapatkan gangguan fungsi gin$al
ElektrolitA sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
@olongan darah dan u$i cocok serasi
;emeriksaan !g@ dan !g< dengueA
!g
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
15/20
3.2.,. Diagnosis
1emam dengue biasanya menun$ukkan ge$ala yang nonspesifik seperti
nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan persaan lelah. api dapat berkembang
men$adi demam berdarah dengue $ika terdapat manifestasi hemoragik atau syok
yang fatal (sindrom ren$atan dengue). !nfeksi asimptomatik terlihat pada +'F bayi
dan anak-anak. ;enyakit men$adi lebih parah pada usia dewasa. (Hiradharma,
&').
Demam #engemerupakan penyakit demam akut selam &-4 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi berikutA nyeri kepala, nyeri retro-orbital,
mialgiaGartralgia, ruam kulit, petechiae (manifestasi hemoragik), dan leukopenia.
Demam be"#a"a% #enge(1D1) dapat ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhiA
1emam atau riwayat demam akut, antara &-4 hari
erdapat minimal satu dari manifesatsi hemoragik seperti petekie,
ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, melena, hemetemesis, dll
rombositopenia (''.'''Gul)
erdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)A
;eningkatan hematokrit C&'F dibandingkan standar umur dan $enis
kelamin
;enurunan hematokrit C&'F setelah terapi cairan, dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya
Efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia
;erbedaan 1D1 dan 11 adalah ada tidaknya kebocoran plasma. Setelah
fase demam, pasien akan mengalami fase kritis selama &-3 hari. ;ada waktufase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk ter$adi
ren$atanGsyok $ika tidak ditangani dengan pengobatan yang adekuat.
:yeri perut yang berkelan$utan disertai muntah, penurunan kesadaran, hipotensi
gelisah, nadi yang cepat dan lemah dan hipotermia merupakan ge$ala dan
tanda sin#"om "enatan #enge(dengue shock syndrome) (Hiradharma,
&').
22
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
16/20
3.2.. Penatalaksanaan
Tatalaksana Te"sangka DBD #e"aat I II 'tan$a syok(
Tatalaksana DBD De"aat I #an II
23
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
17/20
Tatalaksana DBD De"aat III
Tatalaksana DBD De"aat I4
24
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
18/20
Penatalaksanaan Infeksi Virus Dengue.
Periode febris
2pabila penderita infeksi Birus 1engue datang pada periode ini, dimana
belum G tidak dapat dibedakan apakah 1engue 7ever G 1engue %emorrhagic
7ever, maka pengobatan yang dapat diberikan adalah sbb (%artoyo, &'&).
Antipiretik
Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10 mg / / kali
tidak lebih dari 4 kali sehari! "angan memberikan aspirin
dan brufen / ibuprofen, dapat menimb#lkan gastritis dan
ata# perdarahan!
Antibiotika tidak diperl#kan
$akan dises#aikan dengan kondisi naps# makann%a!
Apabila penderita ditetapkan rawat jalan, maka kala# dalam
per&alanan didapat kel#han dan tanda klinis seperti diba'ah
ini dianrkan #nt#k segera datang ke r#mah sakit #nt#k
pengobatan selantn%a!
25
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
19/20
(e&ala dan tanda %ang dimaks#d adalah )
*%eri abdomen +anda perdarahan dik#lit, petekiae dan ekimosis
Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan g#si
Penderita tampak lo%o dan pada perabaan terasa dingin
Pemberian airan dapat diberikan per oral, akan tetapi
apabila penderita tidak ma# min#m m#ntah ter#s, ata#
panas %ang terlal# tinggi maka pemberian airan intra-ena
men&adi pilihann%a!
Apabila airan intra-ena di&adikan pilihan terapi, maka
dikenal .orm#la #nt#k memen#hi airan r#matan %ait#
.orm#la HallidaySegar .
erat adan g airan #matan ol#me /
24 &am
10 100 / g
10 20 1000 50 / g
diatas 10 g
20 1500 20 / g diatas 20
g
etiap dera&at kenaikan temperat#r, airan dinaikkan
12 : dari keb#t#han r#matan !
;
aline ata# =5 aline tergant#ng #m#r penderita !
Periode afebris
Dengue Fever
eban%akkan penderita =eng#e ?e-er, setelah panas t#r#n,
penderita merasa / tampak lebih segar, timb#l na.s# makan dan
26
7/26/2019 BAB III TINJAUAN PUSTAKA fix.doc
20/20
akan segera semb#h tanpa disertai komplikasi, sehingga tidak
ada pengobatan kh#s#s ! adang timb#l ge&ala klinis @
on.alesene petehial rash @ pada tangan ata# kaki dengan
memberi kesan seperti sar#ng tangan ata# ka#s kaki! =alam
prosentase %ang keil periode kon.alesene ini memb#t#hkan
'akt# agak pan&ang
Denge 5emo""%agi6 fe7e"
etelah diagnosis =eng#e emorrhagi ?e-er dib#at oleh
seorang dokter, maka tetapkan terlebih dah#l# dera&atn%a,
apakah grade B / BB %ang tidak disertai gangg#an sirk#lasi,
ata#kah grade BBB / B %ang s#dah disertai shok!
;erlu ditegaskan bahwa untuk penatalaksanaan penderita 1engue
%emorrhagic 7ever yang harus dikuasai oleh seorang dokter adalah pemberian
cairan intravenasebatas cukup untuk mempertahankan sirkulasi yang efektif
selama periode plasma leakage disertai pengamatan yang teliti dan cermat
secara periodik seperti terpampang dalam diagram di atas. #airan yang dipakai
dapat berupa kristaloid seperti 15 :ormal Saline, Ringer "aktat , 15 Ringer
"aktat, 15 Ringer 2setat dan koloid yang mempunyai berat molekul yang tinggi
seperti ;lasma, ;lasma pengganti ( 1e>tran, %aess dll ) (%artoyo, &'&).