Post on 09-Jul-2016
description
BAB III
RUMAH SEHAT
III.1. PROFIL KELUARGA RUMAH SEHAT
III.1.1. Identitas
Nama : Nn. M
Umur : 22 Tahun
J. Kelamin : Perempuan
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jln. Rappokalling
III.1.2. Anggota Keluarga
Identitas
Nama : Nn. KM
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/Suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Hubungan keluarga : Saudara perempuan
Profil Keluarga
Pasien tinggal bersama saudara perempuannya, yang merupakan
keluarga inti. Pasien berasal dari Bone dan tinggal disini bersama
saudaranya untuk melanjutkan sekolah. Dalam rumah tersebut ada 2
orang. Saudara perempuannya yang tinggal bersamnya pernah menderita
DBD sebelumnya dan pernah dirawat di Rumah Sakit.
Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
Pasien adalah seorang mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi
Swasta di Makassar. Pasien tinggal bersama saudara perempuannya yang
bekerja sebagai karyawan di sebuah pusat perbelanjaan di Makassar.
Kondisi rumah yang ditempati oleh Nn. M cukup baik, dengan kondisi
rumah batu berlantai keramik, dengan 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1
kamar mandi dan dapur. Sekitar rumah yaitu bagian samping kanannya
berbatasan langsung dengan rumah batu yang saling berdempetan dengan
rumahnya dan samping kirinya berbatasan dengan jalan. Rumah Nn. M
berada di lingkungan yang cukup padat. Nn. M dan saudara
perempuannya menempati sebuah kamar yang berukuran 3 x 4 m2.
Perabot tertata cukup rapi dan kebersihan kamar kurang dan juga terdapat
banyak pakaian yang tergantung. Rumah tersebut memiliki 1 kamar
mandi yang terletak di dekat dapur. Ventilasi dan pencahayaan kurang
memadai dan agak kurang memenuhi syarat karena hanya memiliki 2
buah jendela. Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencuci dan memasak
diperoleh dari PDAM dan air galon untuk minum. Septic tank terletak di
samping rumah dan tertutup dengan baik. Rumah Nn.M juga dilengkapi
saluran pembuangan air di depan rumah, hanya saja saluran
pembuangannya belum terlalu baik sehingga airnya tergenang.
Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan wawancara dan kunjungan ke rumah Nn. M diketahui
bahwa saudara pasien menderita DBD dan pernah dirawat di Rumah
Sakit.
Pola Konsumsi Makanan Keluarga
Pola konsumsi keluarga sehari-hari tersebut kurang baik, yaitu
sering mengkonsumsi mie instan, nasi telur, ikan, tahu, tempe dan jarang
mengkonsumsi sayur dan buah.
Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga
Psikologi hubungan antar anggota keluarga secara umum baik. Ada
kasih sayang, perhatian dan tanggung jawab dan kebersamaan serta
keakraban sesama anggota keluarga. Suasana yang harmonis terjalin di
dalam keluarga ini.
Lingkungan
Lingkungan sekitar rumah tempat tinggal cukup padat, ventilasi yang
kurang memadai karena hanya mempunyai 2 jendela dan got di depan
rumah sering tergenang.
Gambar 4. Tampak Depan Gambar 5. Samping rumah
Gambar 7. Kamar Tidur
Gambar 6. Ruang Tamu
Gambar 8. Kamar Mandi Gambar 9. Dapur
Gambar 10. Ventilasi Gambar 11. Saluran Air
III.2. RUMAH SEHAT
III.2.1. Pengertian Rumah Sehat
Rumah sehat adalah tempat tinggal yang menjamin terjaganya
kesehatan para penghuni yang tinggal di dalamnya. Pengertian Rumah
sehat dalam hal ini lebih dari sekedar bangunan tempat tinggal, tetapi
juga lingkungan tempat rumah itu berada juga harus sehat. Rumah sehat
adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan
sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.(12,14)
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu
rumah : (15)
1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun
lingkungan sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus
memperhatikan tempat dimana rumah itu di dirikan. Di pegunungan
atau di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin ataukah
di daerah panas, di daerah pegunugan dekat gunung berapi (daerah
gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah di
daerah pedesaan, kondisi sosisal budaya pedesaan, misalnya
bahannya, bentuknya, menghadapnya, dan lain sebagainya. Rumah
di daerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan
namun harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian
rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, hal ini dimaksudkan
rumah dibangun berdasarkan kemampuan penghuninya, untuk itu
maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu, kayu atap
rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok
pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah
bukan sekedar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan
pemeliharaan seterusnya.
III.2.2. Syarat Rumah Sehat
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan
keadaaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan
WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit
mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.(12)
Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow:(12)
1) Harus memenuhi kebutuhan fisiologis
a. Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah.
Sebaiknya tetap berkisar antara 18-20oC. suhu ruangan ini
tergantung pada :
– Suhu udara luar
– Pergerakan udara
– Kelembaban udara
– Suhu benda-benda di sekitarnya
Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur
dengan air-conditioning.
b. Harus cukup mendapat penerangan
Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun
malam hari. Yang ideal adalah penerangan listrik diusahakan
agar ruangan-ruangan mendapatkan sinar matahari terutama
pagi hari.
c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)
Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan
tetap segar (cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-
rumah harus cukup mempunyai jendela. Luas jendela
keseluruhan + 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus
sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas bila
jendela dibuka.
d. Harus cukup mempunyai isolasi suara
Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-
suara yang berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya
perumahan jauh dari sumber-sumber suara yang gaduh,
misalnya : pabrik, pasar, sekolah, lapangan terbang, stasiun bus,
stasiun kereta api, dan sebagainya.
2) Harus memenuhi kebutuhan psikologis
a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus
memenuhi rasa keindahan (aesthetis) sehingga rumah tersebut
menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota
keluarga yang tinggal di rumah tersebut.
c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa
harus mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya
tidak terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di
mana semua anggota keluarga dapat berkumpul.
e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada
ruang untuk menerima tamu.
3) Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat
sehingga tidak mudah ambruk.
b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan
tempat-tempat lain, terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan
gas.
4) Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit
a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun
kwantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah
yang baik.
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vektor penyakit,
seperti : nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya.
d. Harus cukup luas. Luas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas
lantai.
III.2.3. Bahan Bangunan
a. Lantai : Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari
semen atau ubin, keramik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan.
Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi
ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah
orang yang mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu,
untuk rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat
yang penting di sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan
tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang
padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air
kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan
berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang
penyakit.(13,14)
b. Dinding : tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila
ventilasi tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di
pedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela
tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut
dapat menjadi ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.(13,14)
c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan,
maupun di pedesaan. Di samping atap genteng cocok untuk daerah
tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan
masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun
rumbia atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng atau
asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga
menimbulkan suhu panas di dalam rumah.(13,14)
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi
perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang
tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya
harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruasnya,
maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso
tersebut ditutup dengan kayu.(13)
III.2.4. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Hal
ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam
rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya
menjadi meningkat. Di samping itu, tidak cukupnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik karena terjadinya
proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-
bakteri penyebab penyakit).(13,14)
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ
selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh
udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar
ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humudity) yang optimum.(13,14)
Ada dua macam ventilasi, yakni : (13,14)
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut
terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-
lubang pada dinding, dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah
ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangan lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada
usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus
untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin
pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi
rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus
dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir.
Artinya dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya
udara.
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara
penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau
mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan
sebagai berikut: (13)
a. Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai
ruangan.
b. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang
mengalir keluar ruangan.
c. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar
mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal
seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan
bangunan disekitarnya.
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan
ruangan kegiatan dalam bangunan seperti : ruangan keluarga,
tidur, tamu dan kerja.
III.2.5. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam
rumah, terutama cahaya matahari, disamping kurang nyaman, juga
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam
rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni : (13,14)
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya
basil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai
jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya
(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan
dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat
langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan
lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga
sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan
agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari
dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi
dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng
kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni
dengan melubangi genteng biasa pada waktu pembuatannya,
kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.
III.2.6. Luas Bangunan Rumah
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar
manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas
tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang
gerak lainnya. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu
memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: (13)
kebutuhan luas per jiwa
kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila
dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap orang.(13,14)
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit:(12)
1) Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka
ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
memudahkan terjadinya penyakit. Penularan penyakit-penyakit
saluran pernapasan, misalnya TBC akan mudah terjadi di antara
penghuni rumah. Dari penelitian berjudul Hubungan Antara
Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis
(TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, yang
dilakukan oleh Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban
rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan penghuni rumah
dengan kejadian Tuberkulosis pada anak, sedangkan variable suhu
tidak memiliki hubungan yang bermakna dnegan kejadian
tuberculosis pada anak.(12,15)
2) Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang karena
harus dibagi dalam jumlah yang banyak. Misalnya air. Walaupun
kwalitasnya baik, tapi karena pemakainya banyak maka
kwantitasnya menjadi kurang, sehingga penghuni rumah tidak tiap
hari mandi atau tiap hari tidak mandi. Hal ini akan memudahkan
terjadinya penyakit kulit.
3) Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit
penykait dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan
lebih mudah terjadi, misalnya : TBC, penyakit-penyakit kulit, dan
penyakit-penyakit saluran pernapasan.
4) Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tidak semua anggota keluarga
mempunyai kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan
terganggu. Hal ini akan menyebabkan tiap anggota keluarga,
teruama anak-anak muda tida suka tinggal di rumah, yang akan
memudahkan timbulnya kejahatan dan kenakalan anak/remaja,
serta kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Kehidupan
rumah tangga yang tidak harmonis ini di samping menyebabkan
perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak baik juga
menimbulkna masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
III.2.7. Fasilitas-Fasilitas Dalam Rumah Sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai
berikut: (13,14)
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangn sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga
Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor variabel rumah
sehat yang digunakan oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul
Gambaran Rumah Sehat di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data
SUSENAS 2001 dan 2004.(16)
III.2.8. 10 Patokan Untuk Rumah Ekologis Sebagai Rumah Sehat
10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam
perencanaan rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan
berkelanjutan di daerah tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua
seminar dan lokakarya internasional tentang arsitektur ekologis dan
lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan 2005, serta 25 asas
tentang Baubiologie (lihat : Schneider, Anton. Gesünder Wohnen durch
biologisches Bauen. Neubeuren 1982).(17)
Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam
lestari, maka planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan
rumah yang dibangun seharusnya ekologis. Kebutuhan atas
perkembangan berkelanjutan belum pernah sepenting seperti sekarang.
Pengaruh perabadan manusia cenderung merusak lingkungan sebagai
dasar kehidupannya.(17)
Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan
lingkungan, manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai
standar rumah ekologis yang sehat.(17)
1) Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan
pembangunan sebagai paru-paru hijau
Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari
wilayah kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi
300 m, serta utilitas dan banyaknya taman merupakan tujuan pokok
tata kota kontemporer. Alun-alun sebagai taman/hutan kota
merupakan ruang beraneka-ragam yang sangat mempengaruhi
kualitas kehidupan dalam kota. Letak dan pengaturan penghijauan
dalam tata-kota menentukan ciri-khas kota tersebut. Di wilayah kota
lama sering terjadi kekurangan lahan hijau seperti jaringan
penghubung (biotop interconnection) dengan penghijauan berbentuk
bahu jalan yang ditanami dengan pohon peneduh dan semak belukar.
Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas
kehidupan dalam kota dengan produksi oksigennya yang mendukung
kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, serta
meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap
oleh tanah, dan kemudian menguap kembali, dengan demikian,
tanaman ikut mengelola air hujan dan melindungi lereng gunung
terhadap tanah longsor.(17)
2) Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis
Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir
menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada
juga yang bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock,
dan peneliti yang lain membuktikan bahwa setiap materi juga
mengandung semacam kesadaran. Manusia merupakan penengah di
antara akal dan materi, karena ia menjadi satu-satunya makhluk yang
memiliki badan material dan kerohanian. Dengan demikian manusia
juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-benda yang tidak
dapat ditangkap dengan pancainderanya.
Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi tekhnik
tersebut, maka di dalam rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal
berikut :
– sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung
fluoresensi
– semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus,
netral, pembumian)
– menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat
menyalurkan medan elektromagnetis kepada orang yang tidur di
atasnya
– mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari
keadaan standby
– memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv
– menghalangi anak dan remaja menggunakan telepon genggam
(hand phone), juga
– orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.
Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah
tanah dan patahan geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann
(tanpa perhatian pada jaringan Curry) yang mempengaruhi kesehatan
orang yang sedang tidur.(17)
3) Menggunakan bahan bangunan alamiah
Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan
peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan
bangunan baru. Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam
alternatif pemilihan bahan bangunan guna mengkonstruksikan
gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru juga ditandai
dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika bangunan.
Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan
sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para
ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena
tidak jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan
tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan
formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan pandangan
pembangunan yang menyeluruh rantai bahan bangunan.(17)
4) Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam
bangunan
Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang
cukup di antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.
Orientasi bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan
angin. Sebagai kompromi letak gedung berarah antara timur ke barat,
dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya
berbentuk persegi panjang sehingga menguntungkan bagi penerapan
ventilasi silang. Letak gedung terhadap sinar matahari yang Letak
gedung terhadap arah angin yang paling paling menguntungkan bila
memilih arah dari menguntungkan bila memilihi arah tegak lurus
timur ke barat terhadap arah angin itu Ruang di sekitar bangunan
sebaiknya dilengkapi pohon peneduh tanpa mengganggu gerak
udara.(17)
5) Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang
yang mampu mengalirkan uap air
Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan
menyimpan kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan
ini tergantung terutama pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan
ukuran pori tersebut). Selanjutnya harus dibedakan antara bahan
bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan yang menolak air.
Bahan bangunan yang berpori dapat mengisap air dengan berbagai
cara. Makin kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya
mengisap air, dan makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi
dengan air. Hal ini berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan
bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh
tekanan angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang terkena
angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau
kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak kedap air).
Kelebihan kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan
menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi
kesehatan penghuni karena mengakibatkan alergi bronkitis dan
asma.(17)
6) Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi
bangunan dan memajukan sistem bangunan kering
Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan
merupakan permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis
lembapnya, karena lapisan yang kedap air tidak ada.(17)
7) Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa
pakai bagian gedung yang menerima beban dan yang membagi
saja
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur
bangunan akan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan
bahan bangunan. Bahan bangunan apapun yang dipilih sebagai
bagian struktur (sebaiknya tahan minimal 60 tahun), bagian
sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang tahan hanya sekitar
5-20 tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya (life span).(17)
8) Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan
harmonis
Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan
dalam perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan
estetika. Proporsi dan keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat
menentukan bentuk arsitektur. Oleh karena itu, semua buku
arsitektur kuno mengandung ilmu proporsi. Pengertian proporsi
dapat dianggap dalam bentuk proporsi bidang maupun bentuk
proporsi ruang seperti sudah ditentukan oleh Pythagoras dan
penganutnya.(17)
9) Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak
mencemari lingkungan maupun membutuhkan energi yang
berlebihan
Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan
sumber alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan
bangunan harus dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi
tersebut, kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam,
pembuangan yang mencemari tanah, serta rantai bahan secara
holistis harus dipertimbangkan. Masalah padatnya penduduk dan
ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan
kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah.
Kebebasan untuk memilih dan tugas untuk merawat dunia ini dengan
penuh rasa tanggungjawab dan secara berkesinambungan adalah
dasar etika lingkungan.(17)
10) Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat
diterapkan secara luas sehingga tidak mengakibatkan efek
samping yang merugikan
Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada
sembilan patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di
atas. Dengan perhatian khusus pada etika lingkungan masalah efek
samping yang merugikan tetangga atau manusia yang lain dapat
dihindarkan.(17)
III.3. Pembahasan
Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk
tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk
melepas lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara
anggota keluarga, serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan
barang berharga. Rumah yang sehat merupakan rumah yang dapat
digunakan sebagai tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai
sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara
fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja
secara produktif.
Adapun rumah dari Nn.M belum memenuhi syarat-syarat rumah
sehat antara lain :
1. Halaman depan rumah bersih, namun agak dekat dengan sumber
kebisingan.
2. Ruang tamu tertata rapi namun ventilasi agak kurang memadai.
3. Kualitas bahan bangunan yang sudah bagus dalam pembuatan
dinding, tidak ada yangretak-retak. Dinding ruangan cukup kedap
suara.
4. Lantai rumah menggunakan tehel.
5. Terdapat satu buah kamar tidur yang digunakan berdua dengan
saudara perempuan sehingga tidak ada privacy dan ruangan yang
digunakan tidak memenuhi syarat untuk dihuni oleh dua orang.
6. Masih terdapat banyak gantungan pakaian di kamar tidur maupun
diluar kamar tidur.
7. Air yang digunakan dalam keluarga menggunakan air PDAM,
namun untuk minum menggunakan air galon.
8. Terdapat saluran pembuangan air di luar rumah, namun masih sering
tergenang.