BAB III Rumah Sehat

34
BAB III RUMAH SEHAT III.1. PROFIL KELUARGA RUMAH SEHAT III.1.1. Identitas Nama : Nn. M Umur : 22 Tahun J. Kelamin : Perempuan Suku : Bugis Agama : Islam Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Jln. Rappokalling III.1.2. Anggota Keluarga Identitas Nama : Nn. KM Umur : 27 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Bangsa/Suku : Makassar Agama : Islam Pekerjaan : Karyawan Hubungan keluarga : Saudara perempuan Profil Keluarga

description

kedokteran keluarga

Transcript of BAB III Rumah Sehat

Page 1: BAB III Rumah Sehat

BAB III

RUMAH SEHAT

III.1. PROFIL KELUARGA RUMAH SEHAT

III.1.1. Identitas

Nama : Nn. M

Umur : 22 Tahun

J. Kelamin : Perempuan

Suku : Bugis

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jln. Rappokalling

III.1.2. Anggota Keluarga

Identitas

Nama : Nn. KM

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Bangsa/Suku : Makassar

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan

Hubungan keluarga : Saudara perempuan

Profil Keluarga

Pasien tinggal bersama saudara perempuannya, yang merupakan

keluarga inti. Pasien berasal dari Bone dan tinggal disini bersama

saudaranya untuk melanjutkan sekolah. Dalam rumah tersebut ada 2

orang. Saudara perempuannya yang tinggal bersamnya pernah menderita

DBD sebelumnya dan pernah dirawat di Rumah Sakit.

Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga

Page 2: BAB III Rumah Sehat

Pasien adalah seorang mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi

Swasta di Makassar. Pasien tinggal bersama saudara perempuannya yang

bekerja sebagai karyawan di sebuah pusat perbelanjaan di Makassar.

Kondisi rumah yang ditempati oleh Nn. M cukup baik, dengan kondisi

rumah batu berlantai keramik, dengan 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1

kamar mandi dan dapur. Sekitar rumah yaitu bagian samping kanannya

berbatasan langsung dengan rumah batu yang saling berdempetan dengan

rumahnya dan samping kirinya berbatasan dengan jalan. Rumah Nn. M

berada di lingkungan yang cukup padat. Nn. M dan saudara

perempuannya menempati sebuah kamar yang berukuran 3 x 4 m2.

Perabot tertata cukup rapi dan kebersihan kamar kurang dan juga terdapat

banyak pakaian yang tergantung. Rumah tersebut memiliki 1 kamar

mandi yang terletak di dekat dapur. Ventilasi dan pencahayaan kurang

memadai dan agak kurang memenuhi syarat karena hanya memiliki 2

buah jendela. Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencuci dan memasak

diperoleh dari PDAM dan air galon untuk minum. Septic tank terletak di

samping rumah dan tertutup dengan baik. Rumah Nn.M juga dilengkapi

saluran pembuangan air di depan rumah, hanya saja saluran

pembuangannya belum terlalu baik sehingga airnya tergenang.

Riwayat Penyakit Keluarga

Berdasarkan wawancara dan kunjungan ke rumah Nn. M diketahui

bahwa saudara pasien menderita DBD dan pernah dirawat di Rumah

Sakit.

Pola Konsumsi Makanan Keluarga

Pola konsumsi keluarga sehari-hari tersebut kurang baik, yaitu

sering mengkonsumsi mie instan, nasi telur, ikan, tahu, tempe dan jarang

mengkonsumsi sayur dan buah.

Page 3: BAB III Rumah Sehat

Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga

Psikologi hubungan antar anggota keluarga secara umum baik. Ada

kasih sayang, perhatian dan tanggung jawab dan kebersamaan serta

keakraban sesama anggota keluarga. Suasana yang harmonis terjalin di

dalam keluarga ini.

Lingkungan

Lingkungan sekitar rumah tempat tinggal cukup padat, ventilasi yang

kurang memadai karena hanya mempunyai 2 jendela dan got di depan

rumah sering tergenang.

Gambar 4. Tampak Depan Gambar 5. Samping rumah

Gambar 7. Kamar Tidur

Gambar 6. Ruang Tamu

Page 4: BAB III Rumah Sehat

Gambar 8. Kamar Mandi Gambar 9. Dapur

Gambar 10. Ventilasi Gambar 11. Saluran Air

Page 5: BAB III Rumah Sehat

III.2. RUMAH SEHAT

III.2.1. Pengertian Rumah Sehat

Rumah sehat adalah tempat tinggal yang menjamin terjaganya

kesehatan para penghuni yang tinggal di dalamnya. Pengertian Rumah

sehat dalam hal ini lebih dari sekedar bangunan tempat tinggal, tetapi

juga lingkungan tempat rumah itu berada juga harus sehat. Rumah sehat

adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan

sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat

kesehatan yang optimal.(12,14)

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu

rumah : (15)

1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun

lingkungan sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus

memperhatikan tempat dimana rumah itu di dirikan. Di pegunungan

atau di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin ataukah

di daerah panas, di daerah pegunugan dekat gunung berapi (daerah

gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah di

daerah pedesaan, kondisi sosisal budaya pedesaan, misalnya

bahannya, bentuknya, menghadapnya, dan lain sebagainya. Rumah

di daerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan

namun harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian

rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, hal ini dimaksudkan

rumah dibangun berdasarkan kemampuan penghuninya, untuk itu

maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu, kayu atap

rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok

pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah

bukan sekedar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan

pemeliharaan seterusnya.

Page 6: BAB III Rumah Sehat

III.2.2. Syarat Rumah Sehat

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan

keadaaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan

WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit

mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.(12)

Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow:(12)

1) Harus memenuhi kebutuhan fisiologis

a. Suhu ruangan

Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah.

Sebaiknya tetap berkisar antara 18-20oC. suhu ruangan ini

tergantung pada :

– Suhu udara luar

– Pergerakan udara

– Kelembaban udara

– Suhu benda-benda di sekitarnya

Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur

dengan air-conditioning.

b. Harus cukup mendapat penerangan

Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun

malam hari. Yang ideal adalah penerangan listrik diusahakan

agar ruangan-ruangan mendapatkan sinar matahari terutama

pagi hari.

c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)

Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan

tetap segar (cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-

rumah harus cukup mempunyai jendela. Luas jendela

keseluruhan + 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus

sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas bila

jendela dibuka.

Page 7: BAB III Rumah Sehat

d. Harus cukup mempunyai isolasi suara

Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-

suara yang berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya

perumahan jauh dari sumber-sumber suara yang gaduh,

misalnya : pabrik, pasar, sekolah, lapangan terbang, stasiun bus,

stasiun kereta api, dan sebagainya.

2) Harus memenuhi kebutuhan psikologis

a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus

memenuhi rasa keindahan (aesthetis) sehingga rumah tersebut

menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota

keluarga yang tinggal di rumah tersebut.

c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa

harus mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya

tidak terganggu.

d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di

mana semua anggota keluarga dapat berkumpul.

e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada

ruang untuk menerima tamu.

3) Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan

a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat

sehingga tidak mudah ambruk.

b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan

tempat-tempat lain, terutama untuk anak-anak.

c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.

d. Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan

gas.

4) Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit

a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun

kwantitasnya.

Page 8: BAB III Rumah Sehat

b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah

yang baik.

c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vektor penyakit,

seperti : nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya.

d. Harus cukup luas. Luas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas

lantai.

III.2.3. Bahan Bangunan

a. Lantai : Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari

semen atau ubin, keramik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan.

Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi

ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah

orang yang mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu,

untuk rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat

yang penting di sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan

tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang

padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air

kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan

berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang

penyakit.(13,14)

b. Dinding : tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok

sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila

ventilasi tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di

pedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela

tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut

dapat menjadi ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.(13,14)

c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan,

maupun di pedesaan. Di samping atap genteng cocok untuk daerah

tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan

masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak

Page 9: BAB III Rumah Sehat

masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun

rumbia atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng atau

asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga

menimbulkan suhu panas di dalam rumah.(13,14)

d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)

Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di

pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi

perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang

tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya

harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruasnya,

maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso

tersebut ditutup dengan kayu.(13)

III.2.4. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah

untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Hal

ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap

terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam

rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya

menjadi meningkat. Di samping itu, tidak cukupnya ventilasi akan

menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik karena terjadinya

proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan

merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-

bakteri penyebab penyakit).(13,14)

Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara

ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ

selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh

udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar

ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humudity) yang optimum.(13,14)

Page 10: BAB III Rumah Sehat

Ada dua macam ventilasi, yakni : (13,14)

a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut

terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-

lubang pada dinding, dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah

ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya

nyamuk dan serangan lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada

usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus

untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin

pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi

rumah di pedesaan.

Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus

dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir.

Artinya dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya

udara.

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara

penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau

mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan

sebagai berikut: (13)

a. Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai

ruangan.

b. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang

mengalir keluar ruangan.

c. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar

mandi/WC.

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar

mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal

seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai

berikut :

Page 11: BAB III Rumah Sehat

Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan

bangunan disekitarnya.

Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan

ruangan kegiatan dalam bangunan seperti : ruangan keluarga,

tidur, tamu dan kerja.

III.2.5. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang

dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam

rumah, terutama cahaya matahari, disamping kurang nyaman, juga

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan

berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam

rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata.

Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni : (13,14)

a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena

dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya

basil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai

jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya

(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas

lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan

dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat

langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan

lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga

sebagai jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan

agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari

dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi

dinding (tembok).

Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng

kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni

Page 12: BAB III Rumah Sehat

dengan melubangi genteng biasa pada waktu pembuatannya,

kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.

b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan

alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

III.2.6. Luas Bangunan Rumah

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar

manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas

tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang

gerak lainnya. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu

memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: (13)

kebutuhan luas per jiwa

kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)

kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)

kebutuhan luas lahan per unit bangunan

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas

bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan

menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab

disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu

anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada

anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila

dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap orang.(13,14)

Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit:(12)

1) Kebersihan udara

Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka

ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan

menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga

memudahkan terjadinya penyakit. Penularan penyakit-penyakit

saluran pernapasan, misalnya TBC akan mudah terjadi di antara

Page 13: BAB III Rumah Sehat

penghuni rumah. Dari penelitian berjudul Hubungan Antara

Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis

(TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, yang

dilakukan oleh Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban

rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan penghuni rumah

dengan kejadian Tuberkulosis pada anak, sedangkan variable suhu

tidak memiliki hubungan yang bermakna dnegan kejadian

tuberculosis pada anak.(12,15)

2) Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang

Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang karena

harus dibagi dalam jumlah yang banyak. Misalnya air. Walaupun

kwalitasnya baik, tapi karena pemakainya banyak maka

kwantitasnya menjadi kurang, sehingga penghuni rumah tidak tiap

hari mandi atau tiap hari tidak mandi. Hal ini akan memudahkan

terjadinya penyakit kulit.

3) Memudahkan terjadinya penularan penyakit

Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit

penykait dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan

lebih mudah terjadi, misalnya : TBC, penyakit-penyakit kulit, dan

penyakit-penyakit saluran pernapasan.

4) Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu

Karena rumah terlalu sempit, maka tidak semua anggota keluarga

mempunyai kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan

terganggu. Hal ini akan menyebabkan tiap anggota keluarga,

teruama anak-anak muda tida suka tinggal di rumah, yang akan

memudahkan timbulnya kejahatan dan kenakalan anak/remaja,

serta kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Kehidupan

rumah tangga yang tidak harmonis ini di samping menyebabkan

perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak baik juga

menimbulkna masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

Page 14: BAB III Rumah Sehat

III.2.7. Fasilitas-Fasilitas Dalam Rumah Sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai

berikut: (13,14)

a. Penyediaan air bersih yang cukup

b. Pembuangan tinja

c. Pembuangan air limbah (air bekas)

d. Pembuangn sampah

e. Fasilitas dapur

f. Ruang berkumpul keluarga

Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor variabel rumah

sehat yang digunakan oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul

Gambaran Rumah Sehat di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data

SUSENAS 2001 dan 2004.(16)

Page 15: BAB III Rumah Sehat

III.2.8. 10 Patokan Untuk Rumah Ekologis Sebagai Rumah Sehat

10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam

perencanaan rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan

berkelanjutan di daerah tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua

seminar dan lokakarya internasional tentang arsitektur ekologis dan

lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan 2005, serta 25 asas

tentang Baubiologie (lihat : Schneider, Anton. Gesünder Wohnen durch

biologisches Bauen. Neubeuren 1982).(17)

Page 16: BAB III Rumah Sehat

Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam

lestari, maka planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan

rumah yang dibangun seharusnya ekologis. Kebutuhan atas

perkembangan berkelanjutan belum pernah sepenting seperti sekarang.

Pengaruh perabadan manusia cenderung merusak lingkungan sebagai

dasar kehidupannya.(17)

Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan

lingkungan, manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai

standar rumah ekologis yang sehat.(17)

1) Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan

pembangunan sebagai paru-paru hijau

Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari

wilayah kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi

300 m, serta utilitas dan banyaknya taman merupakan tujuan pokok

tata kota kontemporer. Alun-alun sebagai taman/hutan kota

merupakan ruang beraneka-ragam yang sangat mempengaruhi

kualitas kehidupan dalam kota. Letak dan pengaturan penghijauan

dalam tata-kota menentukan ciri-khas kota tersebut. Di wilayah kota

lama sering terjadi kekurangan lahan hijau seperti jaringan

penghubung (biotop interconnection) dengan penghijauan berbentuk

bahu jalan yang ditanami dengan pohon peneduh dan semak belukar.

Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas

kehidupan dalam kota dengan produksi oksigennya yang mendukung

kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, serta

meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap

oleh tanah, dan kemudian menguap kembali, dengan demikian,

tanaman ikut mengelola air hujan dan melindungi lereng gunung

terhadap tanah longsor.(17)

Page 17: BAB III Rumah Sehat

2) Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis

Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir

menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada

juga yang bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock,

dan peneliti yang lain membuktikan bahwa setiap materi juga

mengandung semacam kesadaran. Manusia merupakan penengah di

antara akal dan materi, karena ia menjadi satu-satunya makhluk yang

memiliki badan material dan kerohanian. Dengan demikian manusia

juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-benda yang tidak

dapat ditangkap dengan pancainderanya.

Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi tekhnik

tersebut, maka di dalam rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal

berikut :

– sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung

fluoresensi

– semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus,

netral, pembumian)

– menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat

menyalurkan medan elektromagnetis kepada orang yang tidur di

atasnya

– mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari

keadaan standby

– memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv

– menghalangi anak dan remaja menggunakan telepon genggam

(hand phone), juga

– orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.

Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah

tanah dan patahan geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann

(tanpa perhatian pada jaringan Curry) yang mempengaruhi kesehatan

orang yang sedang tidur.(17)

Page 18: BAB III Rumah Sehat

3) Menggunakan bahan bangunan alamiah

Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan

peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan

bangunan baru. Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam

alternatif pemilihan bahan bangunan guna mengkonstruksikan

gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru juga ditandai

dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika bangunan.

Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan

sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para

ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena

tidak jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan

tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan

formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan pandangan

pembangunan yang menyeluruh rantai bahan bangunan.(17)

4) Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam

bangunan

Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang

cukup di antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.

Orientasi bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan

angin. Sebagai kompromi letak gedung berarah antara timur ke barat,

dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya

berbentuk persegi panjang sehingga menguntungkan bagi penerapan

ventilasi silang. Letak gedung terhadap sinar matahari yang Letak

gedung terhadap arah angin yang paling paling menguntungkan bila

memilih arah dari menguntungkan bila memilihi arah tegak lurus

timur ke barat terhadap arah angin itu Ruang di sekitar bangunan

sebaiknya dilengkapi pohon peneduh tanpa mengganggu gerak

udara.(17)

Page 19: BAB III Rumah Sehat

5) Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang

yang mampu mengalirkan uap air

Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan

menyimpan kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan

ini tergantung terutama pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan

ukuran pori tersebut). Selanjutnya harus dibedakan antara bahan

bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan yang menolak air.

Bahan bangunan yang berpori dapat mengisap air dengan berbagai

cara. Makin kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya

mengisap air, dan makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi

dengan air. Hal ini berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan

bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh

tekanan angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang terkena

angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau

kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak kedap air).

Kelebihan kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan

menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi

kesehatan penghuni karena mengakibatkan alergi bronkitis dan

asma.(17)

6) Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi

bangunan dan memajukan sistem bangunan kering

Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan

merupakan permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis

lembapnya, karena lapisan yang kedap air tidak ada.(17)

7) Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa

pakai bagian gedung yang menerima beban dan yang membagi

saja

Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur

bangunan akan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan

bahan bangunan. Bahan bangunan apapun yang dipilih sebagai

bagian struktur (sebaiknya tahan minimal 60 tahun), bagian

Page 20: BAB III Rumah Sehat

sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang tahan hanya sekitar

5-20 tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya (life span).(17)

8) Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan

harmonis

Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan

dalam perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan

estetika. Proporsi dan keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat

menentukan bentuk arsitektur. Oleh karena itu, semua buku

arsitektur kuno mengandung ilmu proporsi. Pengertian proporsi

dapat dianggap dalam bentuk proporsi bidang maupun bentuk

proporsi ruang seperti sudah ditentukan oleh Pythagoras dan

penganutnya.(17)

9) Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak

mencemari lingkungan maupun membutuhkan energi yang

berlebihan

Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan

sumber alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan

bangunan harus dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi

tersebut, kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam,

pembuangan yang mencemari tanah, serta rantai bahan secara

holistis harus dipertimbangkan. Masalah padatnya penduduk dan

ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan

kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah.

Kebebasan untuk memilih dan tugas untuk merawat dunia ini dengan

penuh rasa tanggungjawab dan secara berkesinambungan adalah

dasar etika lingkungan.(17)

Page 21: BAB III Rumah Sehat

10) Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat

diterapkan secara luas sehingga tidak mengakibatkan efek

samping yang merugikan

Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada

sembilan patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di

atas. Dengan perhatian khusus pada etika lingkungan masalah efek

samping yang merugikan tetangga atau manusia yang lain dapat

dihindarkan.(17)

III.3. Pembahasan

Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk

tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk

melepas lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara

anggota keluarga, serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan

barang berharga. Rumah yang sehat merupakan rumah yang dapat

digunakan sebagai tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai

sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara

fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja

secara produktif.

Adapun rumah dari Nn.M belum memenuhi syarat-syarat rumah

sehat antara lain :

1. Halaman depan rumah bersih, namun agak dekat dengan sumber

kebisingan.

2. Ruang tamu tertata rapi namun ventilasi agak kurang memadai.

3. Kualitas bahan bangunan yang sudah bagus dalam pembuatan

dinding, tidak ada yangretak-retak. Dinding ruangan cukup kedap

suara.

4. Lantai rumah menggunakan tehel.

5. Terdapat satu buah kamar tidur yang digunakan berdua dengan

saudara perempuan sehingga tidak ada privacy dan ruangan yang

digunakan tidak memenuhi syarat untuk dihuni oleh dua orang.

Page 22: BAB III Rumah Sehat

6. Masih terdapat banyak gantungan pakaian di kamar tidur maupun

diluar kamar tidur.

7. Air yang digunakan dalam keluarga menggunakan air PDAM,

namun untuk minum menggunakan air galon.

8. Terdapat saluran pembuangan air di luar rumah, namun masih sering

tergenang.