Post on 29-Mar-2019
91
BAB III
KAJIAN LAPANGAN
A. OBSERVASI
1. Stasiun Gambir Jakarta Pusat
Merupakan Stasiun yang terbesar di Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Indonesia dan terletak di Gambir , Jakarta Pusat. Dibangun pada
dasawarsa 1930-an dengan nama Stasiun Koningsplein dan mendapatkan
renovasi besar-besaran pada 1990-an. Mempunyai 4 jalur , stasiun Gambir
melayani transportasi kereta api untuk tujuan tujuan utama di Pulau Jawa.
Stasiun ini berada di Daerah Operasi (DAOP) I Jakarta.
Gambar III.1 Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi)
Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Hall utama , loket , beberapa
restaurant dan took, serta ATM center terdapat pada tingkat pertama.
Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restaurant cepat saji
dan kafetaria, sedangkan peron berada pada tingkat ketiga.
92
Gambar III.2 Pintu Selatan Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi)
Gambar III.3 , III.4 ATM Center Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi)
Stasiun Gambir mempunyi kelas stasiun yang bersifat stasiun
besar. Stasiun Gambir tidak melayani perjalanan kereta api dengan kelas
ekonomi. Hanya terdapat pelayanan kelas eksekutif dan bisnis saja di
stasiun Gambir.Stasiun Gambir mempunyai 2 akses pintu masuk yaitu
pintu utara dan pintu selatan.
Elemen Pembentuk Ruang
- Dinding
Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata dan ada
beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya
ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna
hijau mencerminkan warna khas dari betawi yang merupakan budaya khas
dari Jakarta. Terdapat beberapa dinding yang difungsikan untuk media
93
informasi ataupun media promosi untuk calon penumpang , penumpang
dan lain-lain.
Gambar III.5 , III.6 Loket dan Gerbang Masuk Stasiun Gambir (Dokumen
Pribadi)
Gambar III.7 , III.8 Lost and Found dan Layanan Bantuan Stasiun Gambir
(Dokumen Pribadi)
Gambar III.9 , III.10 Menuju Ruang Menyusui dan Tangga di Stasiun Gambir
(Dokumen Pribadi)
94
- Lantai
Lantai di stasiun Gambir ini menggunakan keramik yang
keseluruhan berwana atau bernuansa kehijauan menyesuaikan warna
bangunan. Pada lantai tiga yaitu peron , lantai menggunakan hotmix aspal.
Gambar III.11 , III.12 Anak Tangga di Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi)
Gambar III.13 , III.14 Peron Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi)
- Ceilling
Menggunakan bahan cor beton karena bangunan stasiun Gambir
bertingkat 3. Cor beton di tutup oleh finishing lumbersering berwarna abu-
abu. Terdapat juga ceiling yang menggunakan gypsum pada lantai 1
95
Gambar III.15 , III.16 Pintu Masuk Selatan dan Hall Stasiun Gambir (Dokumen
Pribadi)
Interior Sistem
- Pencahayaan
Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan
yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat.
Pencahayaan buatan di stasiun Gambir menggunakan spotlight
untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general.
Gambar III.17 , III.18 Hall Stasiun gambir (Dokumen Pribadi)
Gambar III.19 , III.20 Lampu General dan Spotlight di Stasiun Gambir (Dokumen
Pribadi)
96
Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu
dan dua. Sedangkan lantai tiga mendapat pencahayaan alami penuh pada
siang hari.
Gambar III.21 , III.22 Suasana Hall Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi)
- Penghawaan
Sistem penghawaan di stasiun Gambir menggunakan 2 macam
sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan
Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat
pada stasiun Gambir. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan
meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC.
Gambar III.23 , III.24 Suasana Hall dan Suasana Lantai 2 Stasiun Gambir
(Dokumen Pribadi)
97
Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin
udara atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat yang benar benar
membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu.
2. Stasiun Jakarta Kota
Terletak di Kelurahan Pinangsia , Kota Tua Jakarta stasiun Jakarta
Kota memiliki tipe sebuah stasiun akhiran atau stasiun awalan karena tidak
memiliki kelanjutan jalur. Dikenal juga dengan nama stasiun Boes dan
Stasiun Batavia Zuid dulunya. Dibangun sekitar tahun 1870, kemudian
ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang
sekarang ini. Stasiun Jakarta Kota sekarang ini merupakan salah satu
bangunan cagar budaya yang dilindungi keberadaannya oleh Undang
Undang.
Gambar III.25 Pintu Masuk Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi)
Stasiun Jakarta Kota hanya memelayani beberapa perjalanan
komersiil menuju luar Jakarta dan hanya mengutamakan perjalanan kereta
api commuter line atau krl yang hanya sepanjang wilayah Jabodetabek.
98
Beberapa perjalanan yang ada di stasiun Jakarta Kota seperti Kereta Api
Gumarang, Kereta Api Serayu, Kereta Api Argo Parahayangan dan Kereta
Api Tegal Arum. Stasiun Jakarta Kota mempunyai 2 akses pintu masuk.
Gamabr III.26 Hall Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi)
Elemen Pembentuk Ruang
- Dinding
Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata dan ada
beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya
ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna
putih, krem , dan terdapat finishing yang menggunakan keramik. Beberapa
dinding difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi untuk
calon penumpang , penumpang dan lain-lain.
Gambar III.27 , III.28 Dinding Hall Finishing Cat Putih , Krem dan Dinding Hall
Finishing Keramik Stasiun Jakarta (Dokumen Pribadi)
99
Gambar III.29 , III.30 ATM Center dan Ruang Informasi di Stasiun Jakarta Kota
(Dokumen Pribadi)
- Lantai
Lantai di stasiun Jakarta Kota ini menggunakan keramik yang
keseluruhan berwana krem dan coklat. Terdapat pula penggunaan keramik
warna putih pada ruangan tertentu. Pada area peron penumpang lantai
menggunakan hotmix aspal.
Gambar III.31 , III.32 Lantai Ruang PAP dan Lantai Area Loket Stasiun Jakarta
Kota (Dokumen Pribadi)
Gambar III.33 , III.34 Ruang Loket dan Area Peron Stasiun Jakarta Kota
(Dokumen Pribadi)
100
- Ceilling
Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga
memberi kesan luas dan besar , mengeekspose dengan bahan plat dan besi
yang dibentuk seperti huruf “n". Di Stsaiun Jakarta Kota beberapa ruang
juga menggunnakan finishing cat dan gypsum.
Gambar III.35 Ruang Tunggu Stasiun Jakarta (Dokumen Pribadi)
Gambar III.36 , III.37 Ruang Loket Stasiun dan Ceilling Ruang Loket Jakarta
Kota (Dokumen Pribadi)
Interior Sistem
- Pencahayaan
Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan
yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat.
101
Pencahayaan buatan di stasiun Jakarta Kota menggunakan
spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan
general
Gambar III.38 Pengaplikasian Lampu Spot di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen
Pribadi)
Gambar III.39 Pengaplikasian Lampu LED di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen
Pribadi)
Gambar III.40 Pengaplikasian Lampu LED di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen
Pribadi)
Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu
dan dua. Namun lantai satu mendapat pencahayaan alami penuh pada
siang hari.
102
Gambar III.41 , III.42 Hall Stasiun dan Area Ruang Tunggu Jakarta Kota
(Dokumen Pribadi)
- Penghawaan
Sistem penghawaan di stasiun Jakarta Kota menggunakan 2 macam
sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan
Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat
pada stasiun Jakarta Kota. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan
meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC.
Gambar III.43 , III.44 Hall Stasiun dan Ruang Tunggu Jakarta Kota (Dokumen
Pribadi)
Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin
udara berupa kipas angin atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat
yang benar benar membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu,
seperti perkantoran , ruang loket , ruang PAP dan lain lain.
103
Gambar III.45 , III.46 Ruang PAP dan Ruang Loket Stasiun Jakarta
Kota ( Dokumen Pribadi)
3. Stasiun Tanjung Priok
Stasiun yang terletak di Jakarta Utara tepatnya di Kecamatan
Tanjung Priok. Stasiun Tanjung Priok merupakan bangunan cagar budaya
yang keberadaannya dilindungi oleh undang-undang. Letaknya juga
berada di seberang pelabuhan Tanjung Priok.
Gambar III.47 Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi)
Stasiun Tanjung Priok menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok
dengan Batavia yang berada di selatan pada saat itu. Alasan pembangunan
ini karena pada masa lalu wilayah Tanjung Priok sebagian besar adalah
hutan dan rawa-rawa berbahaya sehingga dibutuhkan kereta api yang
merupakan sarana transportasi yang aman pada saat itu. Dibangun
104
tepatnya pada tahun 1914 pada masa Gurbernur Jendral A.F.W. Idenburg.
Untuk menyelesaikan stasiun ini, diperlukan sekitar 1700 tenaga kerja dan
130 diantaranya adalah pekerja berbangsa Eropa.
Gambar III.48 Ruang Tunggu Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi)
Stasiun Tanjung Priok untuk sementara ini tidak difungsikan untuk
perjalanan umum. Dikarenakan fasilitas yang belum terlalu memadai di
dalam stasiun, namun di stasiun Tanjung Priok tetap membuka layanan
loketnya untuk melayani pemesanan tiket kereta api.
Elemen Pembentuk Ruang
- Dinding
Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata.Dinding
di Tanjung Priok ini masih dipertahankan bentuknya sejak dulu. Dinding
Stasiun Tanjung Priok memiliki finishing cat berwarna putih ataupun abu-
abu, ada pula yang di beri treatment kayu dan juga keramik. Pada plint
atau skirting menggunakan marmer. Terdapat beberapa dinding yang
difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi.
105
Gambar III.49 , III.50 Hall dan Keramik Motif di Dinding Stasiun Tanjung Priok
(Dokumen Pribadi)
Gambar III.51 Area Perkantoran Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi)
- Lantai
Lantai di stasiun Tanjung Priok ini menggunakan keramik yang
keseluruhan berwana putih dan beberapa warnal lain seperti hitam dan
abu-abu digunakan untuk membentuk motif.
Gambar III.52 , III.53 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi)
106
Gambar III.54 , III.55 Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok
(Dokumen Pribadi)
- Ceilling
Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga
memberi kesan luas dan besar. Ceiling memiliki finishing cat berwarna
putih dan abu-abu untuk ceiling ekspose kayu sedangkan untuk ceiling
yang terdapat pada ruang tunggu dan peron menggunakan besi ekspose
dengan warna coklat metalic dan abu-abu.
Gambar III.56 , III.57 Ceilling Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi)
Gambar III.58 , III.59 Ceilling Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok
(Dokumen Pribadi)
107
Interior Sistem
- Pencahayaan
Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan
yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat.
Pencahayaan buatan di stasiun Tanjung Priok menggunakan
spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan
general dan beberapa lampu TL di sudut sudut ruangan.
Gambar III.60 III.61 Lampu LED dan Lampu Sorot Stasiun Tanjung Priok
(Dokumen Pribadi)
Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu
dan dua. Pencahayaan alami bersumber melalui bukaan kaca yang terdapat
di sisi atas dinding dan terdapat pada treatment ceiling yang menggunakan
kaca ekspose.
Gambar III.62 , III.63 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi)
108
Gambar III.64 , III.65 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi)
Gambar III.66 , III.67 Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok
(Dokumen Pribadi)
- Penghawaan
Sistem penghawaan di stasiun Tanjung Priok menggunakan 1
macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami.
Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat
pada stasiun Jakarta Kota. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan
meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. Karena
stasiun Tanjung Priok belum digunakan secara komersil belom terlalu
banyak fasilitas seperti pendingin udara dipergunakan. Perkantoranpun
109
memanfaatkan sirkulasi udara yang ada pada ventilasi atau lubang udara
yang ada.
Gambar III.68 , III.69 Ruang Tunggu dan Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen
Pribadi)
4. Stasiun Bogor
Terletak di ketinggian +246 m stasiun Bogor dahulu yang dikenal
dengan stasiun Buitenzorg adalah stasiun kereta api di Kota Bogor,
Indonesia yang dibangun pada tahun 1881. Renovasi stasiun pernah
dilakukan oleh Kementrian Perhubungan tahun 2009. bangunan stasiun
yang bertuliskan “1881” ini, yang menghadap Jalan Nyi Raja Permas Raya
(Taman Topi) ini akhirnya tidak difungsikan sebagai pintu masuk stasiun.
Kini bangunan stasiun dipindah menghadap jalan Mayor Oking.
110
`
Gambar III.70 Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Stasiun Bogor memberangkatkan kereta api listrik (krl) yang
melayani kawasan Jabodetabek, yakni menuju Stasiun Jakarta Kota dan
Stasiun Jatinegara. Stasiun Bogor juga memberangkatkan kereta api
Pangrango dari stasiun Paledang yang berjarak 200 m disebelah selatan
stasiun Bogor untuk melayani rute Sukabumi – Bogor. Langsiran
lokomotif KA Pangrango dilakukan di stasiun Bogor dikarenakan di
Stasiun Paledang hanya mempunyai 1 jalur kereta api.
Gambar III.71 Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
111
Elemen Pembentuk Ruang
- Dinding
Dinding pada stasiun Bogor ini sudah berbahan batu bata dan ada
beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya
ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna
putih dan masih ada bagian yang terbuat kayu yang di finishing plitur
masih dipertahankan sejak dulu. Terdapat beberapa dinding yang
difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi untuk calon
penumpang , penumpang dan lain-lain.
Gambar III.72 , III.73 Dinding RuangVIP Stasiun Bogor
Gambar III.74 , III.75 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
112
Gambar III.76 Ruang PAP Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
- Lantai
Lantai di stasiun Bogor ini menggunakan keramik yang berwarna
coklat tua , coklat muda dan abu-abu.
Gambar III.77 , III.78 Ruang Tunggu dan Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
- Ceilling
Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga
memberi kesan luas dan besar. Pada area perkantoran, hall dan pertokoan
ceiling memakai gypsum yang berwarna putih. Sedangkan pada area hall
depan ruang loket menggunakan ceilling ekspose berbahan besi dan kaca.
113
Gambar III.79 Ceilling Ruang VIP Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Gambar III.80 Ceilling Ruang Tunggu Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Gambar III.81 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Interior Sistem
114
- Pencahayaan
Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan
yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat.
Pencahayaan buatan di stasiun Jakarta Kota menggunakan
spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan
general.
Gambar III.82 Ceilling Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Gambar III.83 Ceilling Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Gambar III.84 Ceilling Hall Stasiun (Dokumen Pribadi)
115
Pencahayaan alami bersumber pada bukaan besar yang langsung
memberi cahaya ke ruang ruang publik di Stasiun Bogor.
Gambar III.85 , III.86 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Gambar III.87 , III.88 Hall dan Pintu Keluar Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
- Penghawaan
Sistem penghawaan di stasiun Bogor menggunakan 2 macam
sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan
Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat
pada stasiun Bogor. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan
meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC.
116
Gambar III.89 Area Menuju Pintu Keluar Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Gambar III.90 Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)
Gambar III.91 Ruang Tunggu Stasiun Bogor
117
Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin
udara berupa kipas angin atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat
yang benar benar membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu.
Gambar 92 Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi)