Post on 06-Feb-2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Berat Badan Bayi
1. Pertumbuhan Berat Badan Setelah Lahir
a. Pertumbuhan berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting
dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada
masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi. Pertumbuhan sebagai suatu
peningkatan dalam ukuran fisik tubuh secara keseluruhan atau
sebagai peningkatan dalam setiap bagiannya, berkaitan dengan
suatu peningkatan dalam jumlah atau ukuran sel (Supariasa,2002).
Bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan
kembali pada hari ke-10. Pertambahan berat rata-rata bayi selama 3
bulan pertama sekitar 200 g/minggu, pada 3 bulan kedua 150
g/minggu dan pada tahun kedua 42 g/minggu (Sacharin,1996).
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan,
bila anak mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara :
1) 700-1000 gram/bulan pada triwulan I
2) 500-600 gram/bulan pada triwulan II
3) 350-450 gram/bulan pada triwulan III
4) 250-350 gram/bulan pada triwulan IV
8
Dapat pula digunakan rumus yang dikutip dari Behrman, 1992 untuk
memperkirakan berat badan anak adalah :
Tabel 2.1 Perkiraan Berat Badan dalam Kilogram
Umur Berat Badan
Lahir 3,25 kg
3-12 bulan Umur (bulan) + 9 dibagi 2
1-6 tahun Umur (tahun) x 2 + 8
Sumber : Soetjiningsih, 1995
b. Perkembangan Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh sejumlah
faktor, salah satu diantaranya adalah nutrisi yang tidak hanya pada
pasca natal tetapi juga pada saat pra dan perinatal (Sacharin,1999).
Bayi cukup bulan biasanya akan memiliki berat badan dua
kali berat badan lahir pada usia 4 sampai 5 bulan dan tiga kali lipat
pada usia 1 tahun. Kebanyakan bayi baru lahir akan kehilangan
5 % sampai 10 % berat badannya selama beberapa hari pertama
kehidupannya karena urine, tinja, dan cairan diekskresi melalui
paru-paru dan karena asupan bayi sedikit. Bayi cukup bulan akan
memperoleh berat badannya seperti semula dalam waktu 10 hari
(Bobak,2005).
9
2. Cara Klasifikasi Berat Badan.
a. Berat Badan Menurut Umur
Bila berat badan yang tidak sesuai dengan umur, atau tidak ada
kenaikan berat badan dalam jangka waktu tertentu (1-3 bulan), bisa
menjadi petunjuk adanya gangguan kesehatan.
Tabel 2.2 Gizi Anak Menurut Berat Badan dan Umur
JenisKelamin
Umur(Bulan)
Gizi Buruk(kg)
Gizi Kurang(kg)
Gizi Baik(kg)
Gizi Lebih(Kg)
Perempuan 0123
1,72,12,63,1
1,8 – 2,12,2 – 2,72,7 – 3,23,2 – 3,8
2,2 – 3,92,8 – 5,03,3 – 6,03,9 – 6,9
4,05,16,17,0
Laki – laki 0123
1,92,12,53,0
2,0 – 2,32,2 – 2,82,6 – 3,43,1 – 4,0
2,4 – 4,22,9 – 5,53,5 – 6,74,1 – 7,6
4,35,66,87,7
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 920/ Menkes/SK/VIII/2002.
b. Panjang Badan Menurut Umur ( PB / U )
Panjang berat badan bayi juga diikuti dengan bertambahnya
panjang badan, yang pertambahannya dari bulan ke bulan tidak selalu
sama. Panjang badan merupakan parameter pertumbuhan yang lebih
akurat.
10
Tabel 2.3 Status Gizi Anak Menurut Panjang Badan dan Umur
Jenis kelamin Umur ( Bulan ) Pendek ( cm ) Normal ( cm )
Perempuan 0123
45,448,951,954,5
45,5 - 54,249,0 - 58,152,0 - 61,654,6 - 64,5
Laki-laki 0123
45,849,652,855,7
45,9 - 55,149,7 - 59,552,9 - 63,255,8 - 66,4
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 920 / Menkes / SK / VIII / 2002.
3. Kemampuan Pencernaan Pada Bayi Baru Lahir
a. Kemampuan Saluran Pencernaan
Proses menelan pada bayi sudah ada pada saat janin berumur 12
minggu. Koordinasi gerakan peristaltik usus baru akan sempurna
setelah bayi berumur 6 bulan. Pengeluaran asam lambung mencapai
kadar orang dewasa pada usia 6 bulan. Sekresi asam lambung
mendekati sekresi orang dewasa pada bayi usia 24 minggu. Sekresi
pepsin mencapai sekresi dewasa setelah bayi berumur 18 bulan dan
sekresi faktor intrinsik mendekati sekresi dewasa pada umur 3 bulan.
b. Kemampuan Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat
Laktosa merupakan 40 % dari sumber energi bayi yang didapat
dari ASI. Dengan aktifitas enzim laktase yang sudah mendekati orang
dewasa pada bayi aterm, bayi yang dilahirkan aterm tidak mempunyai
kesulitan untuk mencerna laktosa. Kemampuan penyerapan
11
karbohidrat tergantung dari kadar dan aktifitas enzim pencernaan,
kecepatan pengosongan lambung, kemampuan hidrolisis, kecepatan
motilitas usus dan absorbsi glukosa.
c. Pencernaan Protein
Kemampuan pencernaan protein pada bayi yang baru lahir lebih
didasarkan pada kemampuan ekskresi nitrogen oleh ginjal.
d. Pencernaan Lemak
Pencernaan lemak menjadi normal setelah bayi berumur 2 bulan.
Pada bayi yang baru dilahirkan terdapat malabsorbsi fisiologis bila
diberikan lemak berlebihan (lebih dari 5 gr / kg berat badan / hari).
e. Kemampuan Menghisap, Mengunyah dan Menelan
Pada bayi aterm sudah terdapat reflek menghisap dan mengunyah
dan menelan bila diberikan makanan yang bersifat cair seperti ASI.
Tiap 30 hisapan disertai dengan 1-4 kali menelan. Reflek menelan baru
terkoordinasi dengan baik setelah berumur 48 jam.
f. Integritas Mukosa Usus pada Neonatus (Bayi Umur < 1 Bulan)
Aktifitas peristaltik usus yang terkoordinir belum sempurna sampai
usia 6 bulan. Pengeluaran asam lambung baru mencapai batas
minimum pada usia 3 bulan. Mekanisme sistem pertahanan tubuh
spesifik dan mekanisme imunologis seluler belum berfungsi dengan
baik, sel limfosit B belum matang (Wiryo,2002).
12
4. Kebutuhan Nutrisi Bayi
Asupan makanan adalah memberikan zat gizi untuk energi dan
perbaikan jaringan, dan ASI dapat memberikan semua kebutuhan gizi
bagi kehidupan 4 bulan pertama (Sacharin,1996).
Jika produksi ASI cukup, maka pertumbuhan bayi untuk 4 -5 bulan
pertama akan memuaskan, pada umur 5-6 bulan berat badan bayi akan
menjadi 2 kali lipat daripada berat badan lahir. Maka sampaiumur 4-5
bulan tidak perlu memberi makanan tambahan pada bayi, kecuali sedikit
jus buah seperti tomat, jeruk, pisang, dan sebagainya (Pudjiadi,2000).
Adapun beberapa kebutuhan nutrisi yang diperlukan bayi, yaitu :
a). Energi
Selama 4 bulan pertama, 50 % sampai 60 % energi bayi dipakai
untuk metabolisme basal, 25% sampai 40% untuk pertumbuhan,
sekitar 10 % - 15 % untuk aktifitas dan kebutuhan lainnya.
b). Karbohidrat
Laktosa merupakan jenis karbohidrat yang jumlahnya paling
banyak dalam diet bayi sampai usia 6 bulan. Laktosa mengandung
kalori dalam bentuk yang mudah diolah. Pemecahan dan
absorbsinya yang lambat memudahkan penyerapan kalsium. Oleh
karena itu, karbohidrat sekurang-kurangnya harus memenuhi 40
sampai 45 % kebutuhan kalori di dalam makanan bayi baru lahir.
13
c). Lemak
Pada bayi, untuk memperoleh kalori yang adekuat dari susu ibu
atau formula yang dikonsumsi dalam jumlah terbatas yang
sekurang-kurangnya 50 % kalori harus berasal dari lemak. Lemak
harus dicerna dengan mudah. Lemak pada susu ibu lebih dicerna
dan diabsorbsi daripada lemak di dalam susu sapi.
d). Protein
Kebutuhan protein selama 6 bulan pertama adalah 2,2 g per
kilogram. Air susu ibu mengandung lebih banyak laktalbumin
daripada kasein, tetapi laktalbumin lebih mudah dicerna daripada
kasein. Selain itu, komposisi asam amino air susu ibu sangat sesuai
untuk kemampuan metabolisme bayi baru lahir.
e). Cairan
Kebutuhan cairan untuk bayi normal kira-kira 150 - 180 ml per
kilogram per 24 jam. Cairan ini biasanya diperoleh dari ASI. Bayi
yang meminum cairan dalam jumlah tersebut akan mengeluarkan
urine sebesar kira-kira 100 ml per 24 jam.
f). Mineral dan Vitamin
Kebanyakan mineral dan vitamin yang direkomendasikan
terkandung dalam jumlah adekuat dalam ASI, bayi yang hanya
disusui biasanya dapat mempertahankan kadar hemoglobin yang
adekuat selama 6 bulan pertama kehidupannya (Bobak,2005).
14
5. Masalah Berat Badan Bayi
Menurut Ramaiah (2005), pertambahan berat badan kurang pada
bayi yang minum ASI, dapat disebabkan :
a). Tidak tepatnya pelekatan mulut bayi ke payudara.
b). Tidak membiarkan bayi menyusu selama yang diinginkannya
atau hanya menyusu sebentar saja.
c). Menyusui pada waktu-waktu yang ditentukan daripada sesuai
kebutuhan bayi.
d). Tidak mempertahankan posisi yang nyaman bagi bayi ketika
menyusui.
e). Ibu mengalami stress, ketegangan, atau kekhawatiran.
f). Ibu tidak merasa percaya diri untuk mengeluarkan ASI yang
cukup untuk bayi.
Menurut Hasselquist (2006), Jika bayi disusui kurang dari
delapan kali dalam waktu 24 jam, dapat mengalami dehidrasi atau
masalah berat badan yaitu dengan tanda-tanda :
a). Bayi tampaknya lapar terus dan jarang kenyang setelah disusui.
b). Bayi lesu dan tidak tertarik sama sekali dengan ASI yang
ditawarkan.
c). Bayi menderita selaput lendir yang kering di mulutnya (mulut
tidak berkilau dengan penampilan yang lembab).
d). Kulit tetap kering ketika dengan lembut mencubit kulit
lengannya, kaki, dan perutnya.
15
e). Mata, wajah, dada, dan perutnya berwarna kuning.
f). Ibu gelisah dan prihatin.
Menurut Roesli (2006), yang perlu dilakukan jika pertumbuhan bayi
kurang baik dengan :
a). Memperbaiki cara menyusui.
b). Mengganti posisi bayi dari satu sisi ke sisi lain jika bayi tampak
mengantuk setiap 5 menit. Mungkin perlu 2-3 kali bergantian.
c). Mengamati berat badan bayi lebih dari 2 kali pada minggu
berikutnya.
6. Gangguan Kesehatan Bayi
1) Ikterus pada neonatus, ASI tetap diberikan apabila :
a. Kadar bilirubin darah bayi kurang atau sama dengan 15 mg /
100 ml dalam minggu pertama.
b. Kadar bilirubin dalam darah kurang atau sama dengan 18 mg /
100 ml dalam minggu kedua.
c. Kadar bilirubin darah kurang atau sama dengan 20 mg / 100 ml
dalam minggu-minggu selanjutnya.
Kadar bilirubin lebih dari yang tersebut diatas, maka pemberian
ASI dihentikan sementara (24-36 jam), kemudian bayi
disusukan kembali. Selama menyusui dihentikan, ASI tetap
dikeluarkan dengan manual atau pompa untuk
mempertahankan produksinya.
16
2) Flu biasa
Ketika menyusu, bayi akan sulit mengisap dan bernafas pada
waktu yang sama dan karenanya menjadi rewel.
3) Muntah
Jika berat badan bayi terus bertambah dan mengeluarkan urine
yang bening, bayi tidak perlu mendapatkan pengobatan. Apabila
bayi tidak bertambah berat badannya dan memuntahkan sebagian
besar ASI yang diminumnya dalam satu atau dua jam, perlu
membawanya ke dokter anak untuk diperiksa. Muntah lebih sering
terjadi pada bayi yang diberi susu melalui botol, terutama dengan
susu formula, karena sering kali bayi minum terlalu banyak.
4) Diare
Bayi yang disusui secara eksklusif jarang terkena diare. Jika bayi
yang disusui secara eksklusif mengeluarkan tinja yang cair
beberapa kali sehari atau setiap kali ibu menyusuinya merupakan
pola buang air yang normal. Jika bayi tidak bertambah berat
badannya, perlu berkonsultasi dengan dokter anak.
5) Demam
Ketika bayi mengalami demam, mungkin tidak suka mengisap.
Karena bayi membutuhkan nutrisi yang teratur dan cairan ekstra
karena demam, ibu harus terus memberikan ASI yang diperas baik
dengan sendok maupun dengan cangkir kecil, menyusui diteruskan
setelah demamnya reda.
17
6) Kolik
Kolik adalah istilah yang digunakan bagi kerewelan atau tangisan
yang terus menerus dari bayi yang dipercaya karena adanya kram
di dalam usus. Bayi didiagnosis kolik oleh dokter, apabila bayi
memperoleh pertambahan berat badan yang diinginkan dan terus
menangis seolah-olah kesakitan tetapi tanpa alasan yang jelas
seperti rasa lapar, popok basah, penyakit, luka, dan lain-lain. Kolik
dimulai sekitar dua atau tiga minggu setelah lahir. Episode tangisan
biasanya terjadi pada sore sampai malam hari. Sangat sulit
menenangkan bayi, dan kebanyakan bayi berhenti mengalami kolik
pada sekitar umur tiga bulan (Ramaiah,2005).
7. Berat Badan Bayi dan Pemberian ASI
Menurut Soelaeman (2006), Frekuensi buang air besar (BAB) dan
kecil (BAK) bayi berkaitan erat dengan asupan yang masuk. Jika bayi
usia 0-6 bulan diberi ASI maka :
a). Frekuensi BAB normal : Sehari 1-7 kali atau bahkan hanya 1-2 hari
sekali. Dengan catatan berat badan bayi terus bertambah sesuai
grafik normal yang tertera pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
b). Frekuensi BAB tidak normal : Setelah 2 hari tidak BAB atau BAB
3 hari 1 kali. Karena masalah pada pencernaan bayi atau faktor
makanan ibu (ibu menyusui sedang mengkonsumsi obat-obatan).
Jika lebih dari 7 kali sehari, frekuensi BAB yang lebih sering dari
biasanya dapat disebabkan faktor makanan ibu saat menyusui.
18
Menurut Ramaiah (2005), ada dua tanda penting jika bayi tidak
mendapatkan cukup ASI yaitu :
1) Pertambahan berat badan yang kurang
Selama beberapa hari pertama setelah persalinan, kebanyakan
bayi kehilangan berat badan. Tetapi, dapat memperoleh kembali berat
badannya dalam waktu dua minggu. Jika berat badan bayi lebih rendah
dari berat badan lahir ketika berumur dua minggu, dapat disimpulkan
bahwa bayi tidak memperoleh cukup ASI. Apabila kenaikan berat
badan bayi kurang dari 500 gram selama enam bulan pertama, maka
kebutuhan ASI tidak cukup. Selang waktu optimal untuk penimbangan
berat badan selama dua minggu diperlukan diantara dua kali
penimbangan berat badan. Selama itu, bayi biasanya bertambah berat
badannya sebanyak 250 gram.
2) Urinenya sedikit dan berwarna kuning tua
Jika bayi buang air kecil kurang dari enam kali sehari, atau
urinenya berwarna kuning tua dengan bau yang tajam, maka ASI tidak
cukup. Dapat disimpulkan bahwa bayi tidak memperoleh ASI,bila :
a. Tidak merasa puas setelah diberikan ASI, sering menangis.
b. Ingin minum ASI dengan tenggang waktu kurang dari dua jam.
c. Minum ASI lebih lama dari biasanya, atau tidak mau.
d. Tinjanya kering, keras, atau berwarna hijau.
e. Buang air besar sedikit, kurang dari dua kali sehari.
19
B. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak dapat
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa,2002).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik
apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan
fisik dan perkembangan mental. Tingkat status gizi optimal akan
tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Wiryo,2002).
2. Faktor yang mempengaruhi Status Gizi
Faktor-faktor yang berperan dalam menentukan status gizi terdiri
dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal, misalnya : genetik, etnis, riwayat kehamilan. Sedangkan
faktor eksternal, misalnya : diit (konsumsi makanan), obat-obatan,
lingkungan, penyakit, psikologis. Keadaan kesehatan dapat
ditingkatkan dengan perbaikan gizi yang tergantung pada keadaan
ekonomi, pendidikan, lingkungan hidup (Soetjiningsih,1995).
20
3. Penilaian Status Gizi
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4
penilaian menurut Supariasa (2002), yaitu :
1). Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air
dalam tubuh.
2). Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
melihat status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang yang terjadi, yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Penggunaan metode ini
umumnya untuk survei klinis (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi, dapat juga
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.
21
3). Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan
untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang akan lebih parah. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4). Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
b. Penilaian Status Gizi secara Tidak Langsung
Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi secara tidak langsung
dapat dibagi menjadi tiga :
1). Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
22
yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.
2). Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan menganalisis data berbagai
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan
data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3). Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.
Pengukuran faktor ekologi sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi suatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.
4. Klasifikasi Status Gizi
Indikator Antropometri atau indeks antropometri yang umum
digunakan untuk menilai status gizi adalah :
a. Indeks Berat Badan terhadap Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Dalam keadaan normal, dimana kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
23
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal. Indeks berat badan menurut umur lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
b. Tinggi Badan Terhadap Umur (TB / U)
Indeks tinggi badan terhadap umur adalah pertumbuhan linier,
merupakan indikator yang baik untuk menilai intervensi harus
disertai dengan indikator lain seperti berat badan terhadap umur,
karena tinggi badan tidak banyak terjadi pada waktu dini.
c. Indeks Berat Badan Terhadap Tinggi Badan
Indeks berat badan terhadap tinggi badan digunakan bila ada
hambatan dalam menentukan umur BB / TB, lebih menggambarkan
keadaan kurang gizi akut pada waktu lampau.
d. Indikator Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak dibawah kulit. Lingkar lengan atas
berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan.
24
Tabel 2.4 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Berat Badan Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal > 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber : Depkes, 1994
5. Gizi Ibu Menyusui
Selama hamil, tubuh ibu telah disiapkan untuk menyusui dengan
menyimpan tenaga dalam bentuk lemak ekstra sebanyak 2,3 - 3 kg
yang tidak hilang begitu saja setelah melahirkan. Lemak ini
memberikan beberapa kalori ekstra yang diperlukan untuk
menghasilkan susu pada bulan-bulan awal. Makanan selama menyusui
harus mencakup beberapa protein ekstra, harus banyak kalsium,
banyak vitamin dan cairan. Vitamin dan mineral suplemen dianjurkan
jika makanan yang dikonsumsi tidak mengandung sejumlah vitamin
dan mineral yang memadai untuk menyusui. Minum cairan yang cukup
dapat melindungi ibu dari hidrasi, cairan yang memadai dapat menjaga
dari rasa lapar. Sebagian bayi bereaksi terhadap sejumlah makanan
tertentu yang dikonsumsi ibu (Hasselquist, 2006).
25
Selama menyusui, ibu memproduksi sekitar ± 800 cc air susu
yang mengandung ± 600 Kkal. Karena itu, ibu menyusui
membutuhkan tambahan ± 800 Kkal yaitu ± 600 Kkal untuk
produksi ASI dan 200 Kkal untuk aktivitas ibu selama menyusui.
Kebutuhan kalori ibu menyusui ± 2200 Kkal untuk kebutuhan normal
ditambah dengan 800 Kkal sehingga keseluruhan menjadi 3000 Kkal
sehari. Tambahan nutrien lain dalam sehari bagi ibu menyusui adalah
protein sebanyak 50 gram, kalsium 0,5 – 1 gram, zat besi 20 mg,
vitamin C 100 mg, vitamin B 1 1,3 mg, vitamin B 2 1,3 mg, dan air ±
8 gelas sehari (Wiryo,2002).
6. Kebutuhan Makanan Ibu Menyusui
Menurut Wiryo (2002), kebutuhan makanan ibu selama menyusui :
a). Ibu menyusui dianjurkan makan makanan yang mengandung
asam lemak omega 3, banyak terdapat pada ikan laut seperti
kakap, tongkol, dll. Asam lemak omega 3 akan diubah menjadi
DHA dan zat ini akan dikeluarkan melalui ASI.
b). Kalsium terdapat pada susu, keju, teri, kacang-kacangan. Zat besi
terdapat pada daging, hati, golongan seafood juga mengandung
Zn (seng), dan bayam. Vitamin C terdapat dalam buah-buahan
yang memiliki rasa kecut dan asam seperti jeruk, sirsak, apel,
tomat. Vitamin B1 dan B 2 terdapat pada padi, kacang-
kacangan, hati, telur, ikan, dan sebagainya.
26
C. Frekuensi Menyusui (Laktasi).
1. Pengertian Menyusui (Laktasi)
Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artinya bagi
kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Dengan menyusui, maka
kesuburan ibu akan menurun, dan penurunan kesuburan ini dapat
menghindari kehamilan berikutnya dalam interval waktu yang singkat,
sehingga ibu dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang
sepenuhnya bagi pertumbuhan bayinya, memberi kesempatan pada
ibu untuk memulihkan kondisinya setelah kehamilan dan persalinan
(Nindya,2006).
Laktasi adalah sekresi air susu dari payudara, karena adanya
pengaruh estrogen, progesteron dan prolaktin selama kehamilan,
dimana penyemprotan air susu dari puting payudara terjadi akibat
pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior sebagai respon terhadap
hisapan pada puting payudara yang telah berada dibawah pengaruh
prolaktin, oksitosin merangsang kontraksi otot polos duktus payudara
dan menyebabkan keluarnya air susu, dimana oksitosin berada
dibawah kontrol hipotalamus dan dipengaruhi oleh faktor emosi
maupun fisik (Corwin,2001).
Frekuensi menyusui merupakan berapa sering dan lama ibu saat
menyusui bayinya dalam sehari semalam (Radjawane,2006).
27
2. Proses Fisiologis Menyusui (Laktasi)
Bayi menghisap payudara dan menstimulasi ujung saraf. Syaraf
memerintahkan otak untuk mengeluarkan dua hormon, yaitu hormon
prolaktin dan oksitosin sehingga stimulasi yang diberikan bayi pada
ujung saraf bagian puting dapat terkirim ke otak. Lobus belakang
(posterior lobe) dari kelenjar hipofise (pituitary gland) menerima
pesan tersebut dan mengeluarkan oksitosin dan menyebabkan
kontraksi pada sel-sel otot di sekitar sel penghasil susu sehingga
prolaktin merangsang alveoli untuk menghasilkan lebih banyak air
susu. Oksitosin menyebabkan sel-sel otot di sekitar alveoli
berkontraksi, mendorong air susu masuk ke saluran penyimpanan dan
akhirnya bayi dapat menghisapnya (let-down reflex). Kontraksi otot
mendorong susu sepanjang saluran hingga puting dan masuk ke mulut
bayi pada let-down reflex sehingga semakin bayi menghisap, semakin
banyak susu yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan bayi
(Chumbley,2004).
3. Aspek Psikologis Menyusui (Laktasi)
Kondisi Psikologis ibu menyusui sangat menentukan
keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80 % lebih
kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah
faktor psikologis ibu menyusui. Menurut Michel Odent, hormon
oksitosin menyebabkan attachment dan bonding yang dilepaskan
28
sebagai respon terhadap kontak sosial, terutama pada kontak kulit.
Hormon oksitosin dilepaskan setiap ibu memeluk bayinya, terutama
pada saat menyusui. Dengan kontak fisik yang teratur secara terus
menerus, dan aktivitas parenting dari orangtua menghasilkan
peningkatan level oksitosin yang tetap, dimana bisa menurunkan stress
hormon pada bayi (Susan,2006).
4. Komposisi dan Keuntungan ASI
Menurut Verrals (1998), kandungan ASI yaitu : Kalori 80 kilojoule
per 30 ml, Air 87,8 %, Protein 1,5 %, Lemak 3,5 %, Karbohidrat 7,0
%, Garam Mineral 0,2 %, Zat Besi ( rendah dan tidak mengurangi sifat
anti-infektif laktoferin ), Vitamin (A, B, C, D, E dan K).
Menurut Ramaiah (2005), keuntungan ASI :
a. Bagi Bayi
1). ASI mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan nutrisi,
karena mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan
enzim yang dibutuhkan oleh bayi.
2). Bayi bisa mencerna dan menggunakan nutrisi dari ASI secara
lebih efisien.
3). Kekurangan nutrisi tidak dapat terjadi pada bayi yang disusui
karena ASI memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam
bulan pertama.
29
b. Bagi Ibu
1). Mempercepat terjadinya involusi uterus.
2). Mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan,
mencegah anemia.
3). Mengurangi risiko kehamilan sampai enam bulan setelah
persalinan.
4). Mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur.
5). Menolong menurunkan kenaikan berat badan yang terjadi
selama kehamilan.
5. Frekuensi Pemberian ASI pada Bayi
Pemberian air susu ibu, sekurang-kurangnya setiap 3 jam pada
siang hari. Bayi yang baik, jarang menangis, tidur, dan hanya terjaga
setiap 4 sampai 6 jam untuk makan biasanya tidak akan memperoleh
peningkatan berat badan yang adekuat, dan ibu mungkin tidak bisa
menjaga suplai asupan ASI bagi bayi (Bobak,2005).
Tabel 2.5 Pedoman Asupan rata-rata pada Bayi Yang Diberi ASI
Usia Kuantitas / Pemberian MakanJumlah Pemberian Makan
Selama 24 Jam
Lahir sampai 3
minggu2-3 ons ( 60-90 ml ) 6 sampai 10
3 Minggu sampai
2 bulan5 ons ( 150 ml ) 5 sampai 8
2 Bulan sampai 3
bulan5-7 0ns ( 150-210 ml ) 5 sampai 6
Sumber : Bobak, 2005.
30
C. KERANGKA TEORI
Berdasarkan teori diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Teori
Sumber : Dimodifikasi dari Hasselquist (2006) & Ramaiah (2005).
Faktor Pendukung PeningkatanBerat Badan Bayi :- Pertumbuhan berat badan dan perkembangan bayi setelah lahir.- Kesehatan bayi baik (ikterik, muntah, flu biasa, diare, demam, kolik dapat teratasi).- Bayi menyusu efektif- Kebutuhan nutrisi bayi baik
Peningkatan Berat Badan Bayi
Frekuensi MenyusuiMeningkat :- Menyusui lebih sering dan lama.- Bayi menyusu 8 -12x sehari.- Popok basah sebanyak 6 buah dalam sehari.- BAB 2x sehari- Bayi kenyang selama menyusu.
Produksi ASI Cukup
Faktor Internal Pemberian ASI :- Aspek Psikologis- Aspek Fisiologis- Status Gizi Ibu Menyusui (gizi ibu baik atau kurang dan kebutuhan makanan yang dikonsumsi ibu)
Faktor Eksternal Pemberian ASI :- Dukungan Keluarga- Lingkungan- Kebiasaan Bayi diberi ASI- Sosial Ekonomi
31
D. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas (independent) Variabel Terikat (dependent)
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel Bebas : - Status Gizi Ibu
- Frekuensi Menyusui
Variabel Terikat : Berat Badan Bayi
F. HIPOTESA
Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka hipotesa penelitiannya
yaitu “Terdapat hubungan antara status gizi ibu dan frekuensi menyusui
dengan berat badan bayi “.
Berat Badan Bayi
Status Gizi Ibu
Frekuensi Menyusui
32