Post on 13-Mar-2019
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesiapan Kerja
1. Pengertian Kesiapan Kerja
Kesiapan (readiness) menurut Kamus Psikologi adalah tingkat
perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk
mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan
Daliguno (2000) kesiapan adalah suatu titik kematangan untuk menerima dan
mempraktekkan tingkah laku tertentu. Hal ini berarti kesiapan dapat dipandang
sebagai suatu karakteristik tertentu yang diperlukan seseorang untuk melakukan
kegiatan tertentu. Kesiapan menunjukkan perilaku yang sudah dimiliki seseorang
sebelum mencapai perilaku yang diinginkan.
Sehubungan dengan kesiapan kerja, Sofyan (1988) mengatakan kesiapan
kerja adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
tertentu tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil baik. Sugihartono
(1991) berpendapat bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan
adanya keserasian antara kematangan fisik, kematangan mental serta pengalaman
belajar sehingga individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu
kegiatan atau tingkah laku tertentu dalam hubungan dengan pekerjaan. Menurut
Suharsimi (dalam Sumiharyanti, 1998), mengatakan bahwa kesiapan adalah sama
dengan kemampuan atau kompetensi. Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2000)
kesiapan kerja mengandung dua pengertian yaitu: (a) keadaan siap siaga untuk
11
mereaksi atau menanggapi, (b) tingkat perkembangan dari kematangan atau
kedewasaan yang menguntungkan untuk mepraktekkan sesuatu. Kesiapan kerja
sebagaimana didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard merujuk pada tingkat
sampai mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan
tugas tertentu (Robbins, 2007). Kesiapan kerja dibutuhkan pada setiap individu
yang diharapkan individu tersebut nantinya dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik berdasar bekal yang telah dimiliki.
Menurut Harjono (1990) kesiapan peserta didik untuk memasuki dunia
kerja adalah segala sesuatu yang harus disiapkan dalam melaksanakan sesuatu
untuk mencapai suatu tujuan. Kesiapan peserta didik sebagai calon tenaga kerja
merupakan suatu kondisi individu dari hasil pendidikan dan latihan atau
keterampilan yang mampu memberikan jawaban terhadap situasi dalam suatu
pelaksanaan pekerjaan. Kesiapan kerja bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sangatlah penting. Hal ini dikarenakan setelah lulus sekolah, sebagian atau
semua siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan menghadapi satu jenjang
hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yang akan menjadi calon pekerja akan merasakan bahwa bekerja itu tidaklah
mudah. Semua jenis pekerjaan perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Pekerjaan
serendah apapun perlu ada persiapan untuk dapat melakukannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan
kerja dalam penelitian ini adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi
kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan
12
untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau kegiatan sehingga
siap untuk mencapai suatu tujuan jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja.
2. Aspek-aspek Kesiapan Kerja
Hersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2007) menyebutkan bahwa ada
dua aspek dari kesiapan kerja, yaitu:
a. Kemampuan
Kemampuan adalah kadar sejauhmana seseorang memiliki keterampilan, mampu,
bisa, serta dapat menyelesaikan suatu tugas pekerjaan yang menjadi wewenang
dan tanggungjawabnya sehingga memberikan hasil dan mencapai tujuan kerjanya.
b. Kemauan
Kemauan adalah kematangan psikologis atau kematangan soft skill, yang
dikaitkan dengan tanggung jawab, komitmen, integritas, dan motivasi, untuk
melakukan suatu tugas pekerjaan (Hersey & Blanchard, 1982). Artinya, seseorang
yang sangat matang secara psikologis di suatu bidang tugas pekerjannya, adalah
seseorang yang bertanggung jawab, memiliki komitmen, integritas, motivasi, dan
memiliki keyakinan terhadap diri sendiri bahwa seseorang tersebut merasa mampu
melakukan suatu pekerjaan tertentu, dan tidak membutuhkan dorongan untuk
melakukan pekerjaan tersebut.
Sedangkan menurut Anoraga (2009) ciri-ciri kesiapan kerja adalah:
a. Memiliki motivasi
Dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong
perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu. Jadi motivasi kerja adalah suatu yang
13
menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat lemahnya motivasi kerja
seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya.
b. Memiliki kesungguhan atau keseriusan
Kesungguhan atau keseriusan dalam bekerja turut menentukan keberhasilan kerja.
Sebab tanpa adanya itu semua suatu pekerjaan tidak akan dapat berjalan sesuai
dengan yang diinginkan. Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan dibutuhkan adanya
kesungguhan, supaya pekerjaannya berjalan dan selesai sesuai dengan target yang
diinginkan.
c. Memiliki keterampilan yang cukup
Keterampilan diartikan cakap atau cekatan dalam mengerjakan sesuatu atau
penguasaan individu terhadap suatu perbuatan. Jadi untuk memasuki pekerjaan
sangat dibutuhkan suatu keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang dipilihnya,
yaitu keterampilan dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang
lain dengan alternatif-alternatif yang akan dipilih.
d. Memiliki kedisiplinan
Disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu tertib terhadap suatu tata tertib.
Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan sikap disiplin sangat diperlukan demi
peningkatan prestasi keja. Seorang pekerja yang disiplin tinggi, masuk kerja tepat
pada waktunya, demikian juga pulang pada waktunya dan selalu taat pada tata
tertib.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan aspek-aspek kesiapan
kerja antara lain adalah kemauan, kemampuan, memiliki motivasi, memiliki
kesungguhan atau keseriusan, memiliki keterampilan yang cukup, dan memiliki
14
kedisiplinan. Berdasarkan aspek-aspek kesiapan kerja yang sudah dipaparkan
beberapa tokoh, maka aspek kesiapan kerja yang digunakan dalam penelitian ini
adalah aspek kesiapan kerja menurut Haersey dan Blanchard (dalam Robbins,
2007) yang meliputi kemampuan dan kemauan. Peneliti memilih aspek kesiapan
kerja dari Haersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2007) karena aspek tersebut
mudah dipahami dan akan digunakan peneliti sebagai indikator dalam penyusunan
Skala Kesiapan Kerja.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja
Menurut Ketut (1993) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan
kerja, di antaranya:
1. Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu (internal), yang meliputi;
a. Inteligensi
Setiap orang memiliki intelegensi berbeda-beda, dimana orang yang memiliki
taraf intelejensi yang lebih tinggi akan lebih cepat memecahkan permasalahan
yang sama bila dibandingkan dengan orang yang memiliki taraf intelejensi yang
lebih rendah. Kemampuan intelejensi yang dimiliki oleh individu memegang
peranan penting sebagai pertimbangan apakah individu tersebut memiliki
kesiapan dalam memasuki suatu pekerjaan.
b. Bakat
Bakat adalah suatu kondisi, suatu kualitas yang dimiliki individu yang
memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada masa mendatang,
sehingga perlu diketahui sedini mungkin bakat-bakat peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) untuk mempersiapkan peserta didik sesuai dengan
15
bidang kerja dan jabatan atau karir setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
c. Minat
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan
campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut, dan kecenderungan-
kecenderungan lain untuk bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai kesiapan dan prestasi
dalam suatu pekerjaan serta pemilihan jabatan atau karir.
d. Motivasi
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi sangat
besar pengaruhnya untuk mendorong peserta didik dalam memasuki dunia kerja
sehingga menciptakan kesiapan dari dalam dirinya untuk bekerja.
e. Sikap
Sikap adalah suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif dari dalam diri individu tentang suatu
pekerjaan atau karir akan berpengaruh terhadap kesiapan individu tersebut untuk
melakukan suatu pekerjaan.
f. Kepribadian
Kepribadian seseorang memiliki peranan penting yang berpengaruh terhadap
penentuan arah pilih jabatan dan kesiapan seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan.
g. Nilai
16
Nilai-nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang
dipilihnya dan prestasi dalam pekerjaan sehingga menimbulkan kesiapan dalam
dirinya untuk bekerja.
h. Hobi atau kegemaran
Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu karena kegiatan
tersebut merupakan kegemaranya atau kesenangannya. Hobi yang dimiliki
seseorang akan menentukan pemilihan pekerjaan sehingga menimbulkan kesiapan
dalam dirinya untuk bekerja.
i. Prestasi
Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuninya
oleh individu berpengaruh terhadap kesiapan kerja individu tersebut.
j. Keterampilan
Keterampilan adalah kecakapan dalam melakukan sesuatu. Keterampilan
seseorang akan mempengaruhi kesiapan untuk melakukan suatu pekerjaan.
k. Penggunaan waktu senggang
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam pelajaran di
sekolah digunakan untuk menujang hobinya atau untuk rekreasi.
l. Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan
Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan dengan
perwujudan dari cita-citanya.
m. Pengetahuan tentang dunia kerja
17
Pengetahuan yang sementara ini dimiliki anak, termasuk dunia kerja, persyaratan,
kualifikasi, jabatan struktural, promosi jabatan, gaji yang diterima, hak dan
kewajiban, tempat pekerjaan itu berada, dan lain-lain.
n. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang pernah dialami siswa pada waktu duduk di sekolah atau di
luas sekolah yang dapat diperoleh dari Praktik Kerja Industri (prakerin).
o. Kemampuan, keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah
Kemampuan fisik misalnya badan kekar, tinggi dan tampan, badan yang kurus dan
pendek, penampilan yang tidak sesuai etika dan kasar.
p. Masalah dan keterbatasan pribadi
Masalah adalah problema yang timbul dan bertentangan dalam diri individu,
sedangkan keterbatasan pribadi misalnya mau menang sendiri, tidak dapat
mengendalikan diri, dan lain-lain.
2) Faktor Sosial (eksternal), yang meliputi;
a. Bimbingan dari orang tua
Bimbingan dari orang tua dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang yang
sedang bekerja. Bimbingan orang tua dapat mendukung pekerjaan seorang
individu.
b. Keadaan teman sebaya
Setiap kali seseorang berada di antara teman sebaya, maka keadaan teman sebaya
tersebut akan dapat memperngaruhi seseorang mengekspresikan segala potensi
yang dimilikinya.
c. Keadaan masyarakat sekitar
18
Masyarakat sekitar berpengaruh dalam seseorang menentukan kesiapan kerjanya.
Seseorang yang berada di keadaan masyarakat pekerja cenderung produktif.
Sedangkan menurut Kartono (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan kerja yaitu:
a. Kecerdasan
Kecerdasan memegang peran penting dalam berhasil atau tidaknya seseorang
melaksanakan tugas-tugasnya. Ketika seseorang dapat memegang peran penting
dalam berhasil atau tidaknya dalam melaksanakan tugas, seseorang tersebut
dinilai siap untuk bekerja.
b. Ketrampilan dan Kecakapan
Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan seseorang tidak perlu meniru-
niru, dari melihat banyak orang berhasil dalam hidupnya di berbagai macam
bidang. Sebab keterampilan dan kecakapan berbeda-beda. Keterampilan dan
kecakapan seseorang menentukan keberhasilan seseorang dalam kesiapan
kerjanya.
c. Bakat
Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum seseorang mempunyai pekerjaan
atau meneruskan belajar ialah menemukan bakat yang ada dalam diri sendiri dan
mempraktekkannya. Ketika seseorang berbakat dalam suatu pekerjaan, cenderung
akan siap dalam bekerja sesuai bidang pekerjaan tersebut.
d. Kemampuan dan minat
Seseorang harus mengetahui apakah kemampuan dan minatnya cocok dengan
pekerjaan yang dimasuki. Jika kemampuan dan minatnya cocok dengan jenis
19
pekerjaan yang akan dimasuki, orang tersebut cenderung siap dalam bekerja
sesuai pekerjaan tersebut.
e. Motivasi
Dalam mencapai keberhasilan kerja, perlu adanya motif-motif yaitu motif untuk
kreatif, motif mencari efisiensi, motif mencapai sesuatu dan motif bekerja. Jika
seseorang memiliki motif dalam bekerja, maka cenderung akan siap bekerja.
f. Kepribadian
Pribadi yang berhasil yaitu bila seseorang sanggup berhubungan baik serta dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta kenyataan hidup secara wajar dan
efektif, juga dapat memeperoleh rasa puas atas hasil yang telah dicapainya. Salah
satu unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia adalah
kemandirian. Kemandirian merupakan salah satu faktor kepribadian yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor kodrati yang berupa umur dan jenis kelamin. Selain
itu, dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti pola asuh dan pendidikan
ibu.
g. Cita-cita dan tujuan dalam bekerja
Jika pekerjaan seseorang sudah merupakan cita-cita dan tujuan sesuai dengan
sistem lainnya, maka seseorang tersebut akan bekerja dengan sungguh-sungguh,
rajin, tanpa disertai dengan suatu perasaan yang tertekan, yang sangat berguna
bagi kesuksesan kerjanya.
h. Lingkungan keluarga
20
Keadaan rumah dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang yang sedang
bekerja. Anggota keluarga yang mendukung kerja seseorang turut membantu
secara mental dan spiritual untuk berhasilnya seseorang dalam karirnya.
i. Lingkungan dunia kerja
Situasi kerja sangat mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena setiap kali
seseorang bekerja maka harus memasuki situasi kerja tersebut. Macam-macam
lingkungan tempat kerja atau situasi kerja yaitu, rasa aman dalam pekerjaannya,
kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan sekerja, hubungan dengan pimpinan,
dan gaji.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja pada penelitian ini adalah faktor dari
Ketut (1993) yaitu faktor internal dan eksternal. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, peneliti ingin menggunakan faktor internal yang meliputi minat kerja
sebagai variabel bebas, karena minat kerja mempunyai kontribusi untuk
mempengaruhi tingkat kesiapan kerja.
B. Minat Kerja
1. Pengertian Minat Kerja
Winkell (1984), membatasi minat sebagai kecendrungan yang menetap
dalam subjek untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Walgito
(1995) mendefinisikan bahwa minat adalah keadaan dimana seseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu obyek disertai dengan keinginan untuk
mengetahui dan mempelajari lebih lanjut tentang obyek tersebut dengan
21
pengertian adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif terhadap obyek
itu. Hal ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu
obyek maka orang tersebut mau berusaha atau mau melakukan langkah-langkah
kongkrit untuk mengetahui segala sesuatu mengenai obyek yang diamati tersebut.
Sedangkan menurut Faisal (2000) minat (interest) adalah sebuah perasaan yang
menilai suatu aktivitas, pekerjaan atau objek berharga atau berarti bagi dirinya.
Menurut Chaplin (dalam Djuwita, 2003) minat adalah sebuah perasaan yang
menilai suatu aktifitas, pekerjaan atau objek berharga atau yang berarti bagi
dirinya. Menurut Greenleaf (dalam Djuwita, 2003), minat merupakan motivasi
yang kuat dalam bekerja. Untuk memilih pekerjan seseorang harus
memperhatikan faktor minatnya agar merasa tahan banting dalam menghadapi
pekerjaan.
Menurut Maryani (2011) siswa yang memiliki minat terhadap suatu objek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek
tersebut. Jadi minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu objek atau
situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya, minat harus dipandang
sebagai suatu sambutan yang sadar. Untuk menimbulkan minat dibutuhkan
kesadaran yang diawali dengan adanya pengetahuan atau informasi mengenai
suatu objek tertentu. Minat siswa tidak dibawa sejak lahir, minat dapat
ditimbulkan dari apa yang dipelajari dan mempengaruhi proses selanjutnya. Minat
juga mengandung unsur keinginan, baik keinginan untuk memiliki objek yang
diingini maupun keinginan untuk mengetahui dan mempelajari objek tersebut.
Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu jenis pekerjaan maka orang
22
tersebut akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala
sesuatunya tentang pekerjaan yang diinginkannya ini dan berusaha mendapatkan
pekerjaan tersebut.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas, kaitannya dengan
pekerjaan, minat bekerja dalam konteks ini adalah kesadaran seseorang terhadap
suatu objek atau situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya, perhatian,
keinginan, rasa senang untuk berhubungan lebih aktif terhadap pekerjaan yang
relevan atau sesuai dengan keahliannya dimana pekerjaan itu memang
bersangkutan dengan kepentingan dirinya. Siswa yang menaruh perhatian,
keinginan, rasa senang dan terikat akan adanya harapan-harapan dimasa depan
yang lebih baik, ini berarti berminat terhadap pekerjaan tersebut.
2. Indikator-indikator Minat Kerja
Safari (dalam Wartini, 2012) mengatakan beberapa indikator minat bekerja
pada peserta didik ada empat sebagai berikut:
1) Perasaan senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata
pelajaran atau pekerjaan, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang
disenanginya yang berkaitan dengan pelajaran dan pekerjaan tersebut. Tidak ada
perasaan terpaksa siswa untuk mempelajari bidang tersebut.
2) Ketertarikan
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa
tertarik pada orang, benda, atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang
oleh kegiatan atau pekerjaan itu sendiri.
23
3) Perhatian
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan
pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang
memiliki minat pada objek pada pekerjaan tertentu, dengan sendirinya akan
memperhatikan objek tersebut.
4) Keterlibatan
Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut
senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek
tersebut.
Sedangkan Djaali (2013) membagi minat menjadi enam kelompok
berdasarkan orang dan pilihan kerjanya, yaitu sebagai berikut:
a. Realistik
Orang realistik umumnya praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki
koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi, kurang mampu menggunakan
medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi
dengan orang lain. Oleh karena itu, pada umumnya mereka kurang menyenangi
hubungan sosial, cenderung mengatakan bahwa mereka senang pekerjaan tukang,
memiliki sifat langsung, stabil, normal, dan kukuh, menyukai masalah konkret
dibanding abstrak, menduga diri sendiri sebagai agresif, jarang melakukan
kegiatan kreatif dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, tetapi suka membuat
sesuatu dengan bantuan alat.
b. Investigatif
24
Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya
berorientasi pada tugas, introspektif, dan asosial, lebih menyukai memikirkan
sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami
alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian,
kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya,
menyatakan diri sendiri sebagai analis, selalu ingin tahu, bebas dan bersyarat, dan
kurang menyukai pekerjaan yang berulang.
c. Artistik
Orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki
kesempatan beraksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan
sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.
d. Sosial
Tipe ini dapat bergaul, bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka
bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki
kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara
intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan,
menyukai kegiatan menginformasikan, melatih, dan mengajar.
e. Enterprising
Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan
verbal untuk berdagang, memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi,
agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif.
f. Konvensional
25
Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi
komunikasi verbal, senang kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat
efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak
menentu, menyatakan diri orang yang setia, patuh, praktis, tenang, tertib, efesien,
mereka mengidentfikasi diri dengan kekuasaan dan materi.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan indikator-indikator minat
kerja antara lain; perasaan senang, ketertarikan, perhatian, keterlibatan, realistik,
investigatif, intelektual, artistik, sosial, enterprising dan konvensional. Peneliti
mengambil indikator minat kerja yang di paparkan oleh Safari (dalam Wartini,
2012) untuk mengukur minat kerja siswa karena indikator-indikator yang
dijelaskan mudah dipahami dan indikator-indikator tersebut akan digunakan oleh
peneliti dalam penyusunan Skala Minat Kerja.
C. Hubungan antara Minat Kerja dengan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)
Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi
kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan
untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau kegiatan sehingga
siap untuk mencapai suatu tujuan jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja.
Menurut Harjono (1990) kesiapan siswa untuk memasuki dunia kerja adalah
segala sesuatu yang harus disiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan. Siswa yang mempunyai kesiapan kerja tercermin siswa tersebut
memiliki motivasi, memiliki kesungguhan atau keseriusan, memiliki keterampilan
26
yang cukup, serta memiliki kedisiplinan (Anoraga, 2009). Sedangkan siswa yang
belum mempunyai kesiapan kerja nantinya cenderung belum mampu dan belum
bisa menyelesaikan tugas tertentu (Hersey dan Blanchard dalam Robbins, 2007).
Kesiapan kerja siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) dipengaruhi oleh
minat kerja. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Minat merupakan kekuatan yang dapat menyebabkan seseorang memusatkan
pikiran pada obyek atau aktivitas tertentu. Minat mempunyai pengaruh yang
sangat kuat terhadap perilaku seseorang. Minat kerja adalah suatu perasaan atau
daya tarik, gairah, keinginan, kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas dilandasi dengan perasaan senang, tanpa adanya
keterpaksaan. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Menurut Ketut (dalam Zakaria, 2015) salah satu faktor yang mempengaruhi
individu siap memasuki dunia kerja ialah minat kerja. Seorang siswa yang
memiliki minat kerja tinggi dilihat dari perhatian terhadap pekerjaan tertentu,
senang terhadap suatu pekerjaan, keterlibatan langsung untuk melakukan hal yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan ketertarikan dalam melakukan pekerjaan
tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Sedangkan seseorang yang memiliki minat
kerja rendah cenderung tidak menyukai pekrjaannya, tidak mau terlibat dan tidak
memperhatikan hal yang berhubungan dengan pekerjaannya serta tidak tertarik
dengan pekerjaan tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang dalam kesiapan
kerjanya menjadi rendah.
Karakteristik individu yang memiliki minat kerja yang tinggi adalah ketika
individu tersebut memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pekerjaan,
27
mempelajari ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pekerjaan, tidak ada
perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang pekerjaan tersebut, merasa terdorong
oleh kegiatan yang terkait dengan suatu pekerjaan tersebut, akan memperhatikan
dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut (Safari dalam
Wartini, 2012). Sedangkan siswa yang mempunyai minat kerja rendah, memiliki
cirri-ciri kurang mempersiapkan diri untuk dapat bekerja berdasarkan kemampuan
yang dimiliki dan tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain,
seseorang yang memiliki minat kerja rendah tidak menginginkan pekerjaan
sebagai faktor kebutuhan, sehingga terlihat dari tingkah lakunya yang
menunjukkan kurang menyukai terhadap pekerjaan tersebut (Maryani, 2011).
Aspek pertama dari minat kerja adalah perasaan senang, yaitu
seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata
pelajaran atau pekerjaan, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang
disenanginya yang berkaitan dengan pelajaran dan pekerjaan tersebut. Tidak ada
perasaan terpaksa siswa untuk mempelajari bidang tersebut (Safari dalam Wartini,
2012). Seseorang yang memiliki minat untuk bekerja maka akan berusaha untuk
mempersiapkan dirinya untuk dapat bekerja berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya dan diiringi rasa senang untuk mencapainya (Maryani, 2011).
Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki minat kerja cenderung tidak menyukai
pekerjaan tersebut. Bila seorang individu menyukai pekerjaan, maka individu
tersebut mempunyai kemauan bekerja dalam jangka panjang pada pekerjaan
tersebut (Goodrich, 2015). Seseorang yang menyukai suatu bidang pekerjaan,
maka akan berusaha mempelajari hal yang berhubungan dengan kesukaannya
28
sehingga individu mau melakukan pekerjaan tersebut tanpa terpaksa dan ketika di
tempatkan dalam pekerjaan tersebut individu akan siap.
Selanjutnya pada aspek ketertarikan, berhubungan dengan daya gerak yang
mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, atau bisa berupa
pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan atau pekerjaan itu sendiri
(Safari dalam Wartini, 2012). Bila minat kerja tinggi, siswa akan terdorong untuk
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya, sebaliknya jika seorang siswa
tidak berminat pada suatu pekerjaan, maka cenderung tidak mau melakukan hal
yang berhubungan dengan pekerjaan yang tidak diminatinya. Adanya dorongan
untuk memperoleh pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya akan
mendidik para siswa untuk lebih mempersiapkan dirinya yang dalam hal ini
kesiapan kerja agar kelak dapat bekerja sesuai dengan ketrampilannya (Maryani,
2011).
Aspek ketiga adalah perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa
terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari
pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek pada pekerjaan tertentu, dengan
sendirinya akan memperhatikan objek tersebut. Siswa yang menaruh perhatian
terhadap suatu objek yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, cenderung akan
berminat pada pekerjaan tersebut, sebaliknya siswa yang tidak memfokuskan
perhatiannya terhadap suatu hal yang berkaitan dengan suatu pekerjaan,
cenderung tidak berminat terhadap pekerjaan tersebut (Safari dalam Wartini,
2012). Seseorang yang mempunyai perhatian terhadap suatu jenis pekerjaan, maka
individu tersebut akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala
29
sesuatu tentang pekerjaan tersebut dan berusaha siap bekerja dipekerjaan tersebut
(Maryani, 2011).
Kemudian aspek yang keempat adalah keterlibatan dimana ketertarikan
seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan
tertarik untuk melakukan, terlibat atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut
(Safari dalam Wartini, 2012). Siswa akan berminat memasuki dunia kerja karena
adanya keinginan yang menariknya untuk bekerja sesuai dengan kemauan dan
kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, seorang siswa yang tidak ingin terlibat
dalam suatu pekerjaan, cenderung tidak mau bekerja pada bidang pekerjaan
tersebut (Sulistyarini, 2012).
Siswa yang memiliki minat kerja, maka siswa tersebut akan berusaha
untuk mempersiapkan diri bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang
dimiliki (Nuri, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nando pada tahun
2017 pada siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Kota
Jambi menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara minat kerja dengan
kesiapan kerja. Hal senada dipaparkan oleh Harjanto dan Said dalam
penelitiannya pada tahun 2013 dengan hasil minat kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri (SMKN) 1 Seyegan, Sleman, Yogyakarta.
Menurut Fallevi (2010) kesiapan kerja siswa yang tinggi dikarenakan
adanya dorongan/minat dalam diri siswa untuk bekerja, memiliki harapan yang
kuat agar kelak memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang yang diminati dan
sebagai realisasinya. Minat kerja memberikan andil yang besar terhadap kesiapan
30
kerja. Ketika siswa merasa memiliki minat kerja yang besar, maka dia akan
merasa siap dan mampu untuk bekerja.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai calon tenaga kerja
tingkat menengah diharapkan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik sesuai
dengan jurusannya. Siswa tersebut harus benar-benar memfokuskan perhatiannya
terhadap bidang pekerjaannya agar dalam melakukan pekerjaan tersebut siswa
akan mendapatkan hasil yang maksimal. Minat kerja merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan kesiapan kerja. Maksudnya adalah apabila minat kerja
tinggi, kesiapan kerja yang diharapkan akan meningkat. Sebaliknya jika minat
kerja seseorang rendah dapat mengakibatkan kesiapan kerjanya rendah (Cahyono,
2014).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat kerja yang
tinggi mempunyai pengaruh yang penting bagi terciptanya kesiapan kerja siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa yang memiliki minat kerja yang
tinggi memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pekerjaan, mempelajari
ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pekerjaan, tidak ada perasaan
terpaksa untuk mempelajari bidang pekerjaan tersebut, merasa terdorong oleh
kegiatan yang terkait dengan suatu pekerjaan tersebut, akan memperhatikan dan
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut sehingga akan siap
bekerja setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) nantinya. Semakin
tinggi minat kerja maka kesiapan kerja pada siswa akan semakin tinggi,
sebaliknya semakin rendah minat kerja maka semakin rendah pula kesiapan kerja.
31
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang
diturunkan dari kerangka teori. Berdasarkan kerangka teori yang telah disusun di
atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini yaitu, terdapat
hubungan positif antara minat kerja dengan kesiapan kerja siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Semakin tinggi minat kerja maka semakin tinggi
kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebaliknya, semakin
rendah minat kerja maka semakin rendah kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).