Post on 13-Apr-2022
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Landasan Teori
2.1.1 Kemiskinan
2.1.1.1 Definisi Kemiskinan
Menurut (Yolanda, 2017) Kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang
atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi standar kebutuhan minimal yang
meliputi pangan, sandang, papan, tingkatan pendidikan, dan kesehatan. Menurut
Bank Dunia kemiskinan merupakan kondisi seseorang atau kelompok tidak
mempunyai alternatif lain atau kesempatan untuk menaikan kehidupannya sesuai
dengan standar hidup. yang menyebabkan kemiskinan dikelompokkan tiga faktor
utama yaitu individu, budaya, dan lingkungan. Kemiskinan individu merupakan
kegagalan individu karena kekurangan motivasi.
Kemiskinan dibedakan menjadi berbagai pola berikut:
1). Kemiskinan terus menerus, yakni kemiskinan menahun atau dari generasi ke
generasi.
2). Kemiskinan siklis, ialah mengikuti pola siklus perekonomian.
3). Kemiskinan musiman, sering terjadi pada nelayan dan petani kebutuhan
pokok.
4). Kemiskinan yang terjadi atas dasar ketidaksengajaan, dikarenakan faktor
alam atau dampak dari kebijakan yang dapat menurunkan kesejahteraan
penduduk.
13
Berdasarkan pendapat diatas dapat didefinisikan kemiskinan adalah kondisi
ketidakmampuan individu atau kelompok dalam memenuhi standar minimum
kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan .
2.1.1.2 Indikator Kemiskinan
Berikut adalah indikator-indikator kemiskinann (Setyawan, 2016):
1. Penduduk Miskin
Baik individu atau kelompok yang tinggal dalam suatu daerah atau negara
dan memiliki rata-rata pengeluaran perkapita setiap bulannya dibawah standar
minimum. Penduduk miskin ini dapat diartikan sebagai total keseluruhan
penduduk miskin dalam suatu daerah tersebut.
2. Garis Kemiskinan
Hasil representase total rupiah minimum yang diperlukan dalam mencukupi
kebutuhan pokok berupa makanan dan minuman 2100 kalori perkapita perhari dan
termasuk juga kebutuhan bukan makan. Garis kemiskinan dapat dihitung
(Setyawan, 2016):
Keterangan:
GK = Garis kemiskinan
GKM = Garis kemiskinan Makanan
GKNM = Garis kemiskinan non makanan.
14
3. Persentase Kemiskinan (tingkat kemiskinan)
Menggambarkan persentase perbandingan antara total penduduk yang hidup
digaris kemiskinan dengan total keseluruhan penduduk disuatu daerah.
2.1.1.3 Teori kemiskinan
Jika dilihat dari tingkatan pendapatanya Kemiskinan dikelompokan menjadi
2 yaitu (Arsyad, 2010).
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang yang memiliki pendapatan yang diterimanya lebih kecil daripada
batas minimum kemiskinan, dan pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimum. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Berdasarkan acuan
Sayogono (2000) bahwa untuk mengukur kemiskinan absolut dengan menghitung
total penduduk yang memiliki pendapatan perkapita dan tidak cukup untuk
mengkonsumsi kebutuhan pokok dengan batas minimum perkapita daerah
pedesaan 20 kg beras perbulan dan untuk daerah perkotaan 30 kg beras. Standar
kecukupannya pangan diukur perharinya 2.100 kilo kalori perkapita dan
kebutuhan pengeluaran non makan seperti perumahan, berbagai barang dan jasa
dan juga pakaian.
2. Kemiskinan Relatif
Sebuah perbandingan keadaan antara kelompok masyarakat yang tingkat
pendapatannya diatas garis kemiskinan dengan kemlompok kaya. Dengan
menggunakan ukuran pendapatan maka keadaan yang demikian disebut dengan
ketimpangan distribusi pendapatan.
15
2.1.1.3.1 Sebab-sebab terjadinya Kemiskinan
Menurut Arsyad (2010) Penduduk suatu negara dapat dikatakan miskin
apabila menggantungkan hidupnya pada subsistem pertanian, metode produksi
yang tradisional serta di barengi sikap acuh terhadap lingkungan. Dan penyebab
kemiskinan dalam perekonomian dibedakan menjadi 3 yaitu secara mikro
munculnya kemiskinan karena perbedaan sumber daya yang berakibat pada
ketimpangan penghasilan dan masyarakat tidak mampu ini mempunyai sumber
daya yang rendah bahkan terbatas. kedua, munculnya karena kualitas sumber daya
manusia yang berbeda. Akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia maka
produktivitasnya pun rendah, yang mengakibatkan rendahnya upah. Hal ini
diakibatkan rendahnya pendidikan, ketidakberuntungan, diskriminasi atau akibat
dari keturunan. Ketiga, terjadi karena akses modal yang berbeda. Karena tiga
penyebab tersebut muncullah teori lingkaran kemiskinan (vicious circle of
provety) karena masyarakat masih terbelakang, pasar yang tidak seimbang, dan
modal yang kurang. Hal ini peyebab produktivitas dan pendapatan rendah. hal ini
akan menyebabkan tabungan dan investasi juga rendah, masyarakat terbelakang
dan seterusnya.
16
Gambar 2.1 Lingkaran Kemiskinan
Sumber : Lincolin Arsyad, 2010.
Meier dan Baldwin (1957) mengemukakan pendapatanya mengenai teori
lingkaran kemiskinan yang sedikit berbeda. Dimana munculnya akibat hubungan
yang saling berpengaruh antara kondisi masyarakat terbelakang dengan
melimpahnya sumber daya alam yang belum dimaafaatkan. Untuk memanfaatkan
sumber daya alam ini dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
melaksanakan dan memimpin kegiatan ekonomi. Dengan hal ini terdapat 3 alasan
yaitu akibat masih rendahnya pendidikan, masih kurangnya tenaga kerja yang
dibutuhkan dan keterbatasan pengolahan sumber daya yang tersedia. Dapat
disimpulkan bahwa konsep lingkaran kemiskinan beranggapan bahwa
ketidakmampuan dalam mengerahkan tabungan, faktor pendorong kegiatan
Masyarakat masih terbelakang dan
kekurangan modal
Produktivitas rendah
Pendapatan rill rendah
Tabungan rendah
Pembentukan modal rendah
Kekayaan alam kurang
dimanfaatkan
3
2
1
17
penanaman modal masih kurang, masih rendahnya tingkat pendidikan dan
keahlian masyarakat.
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kegiatan perekonomian yang mampu
meningkatan kesejahteraan dan kemakmuran dalam jangka panjang akibat dari
bertambahnya barang dan jasa yang diproduksi (Syahputra, 2017). Pertumbuhan
ekonomi adalah kegiatan perekonomian yang bertujuan dalam jangka panjang
untuk menaikan produktivitas barang dan jasa Arsyad, (2010).
2.1.2.2 Indikator Pertumbuhan ekonomi
Berhasilnya pembangunan ekonomi dapat diukur melalui laju
pertumbuhan ekonomi. Perekonomian dapat dinyatakan tumbuh apabila terjadinya
peningkatan hasil produksi barang dan jasa, pendapatan dan kesejateraan
masyarakat dari tahun sebelumnya. Artinya sasaran pertumbuhan tidak hanya
pada laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja namun harus memperhitungkan
pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan serta pengangguran, dan
mampu memperluas kesempatan kerja dan diikuti dengan berkembangnya sektor
rill. Dimana Sektor rill ini bisa menjadi penyerap tenaga kerja yang besar dari
financial pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan rendahnya pertumbuhan
ekonomi tidak banyak dapat menyerap tenaga kerja bahkan akan meningkatkan
angka kemiskinan (Prasetyo, 2018).
18
2.1.2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2010) Harrod-Domar memberikan perluasan teori
pembentukan modal dari kaum klasik dan keynes. Menurut argumen kaum klasik
pembentukan modal adalah suatu pengeluaran yang akan menambah kesanggupan
masyarakat untuk meningkatkan produksinya. Pembentukan modal ini akan
meninggikan jumlah barang modal di masyarakat, produksi dan pendapatan
nasional akan bertambah tinggi apabila kesanggupan tersebut bertambah dan
terciptanya pula pembangunan ekonomi. Sementara analisis keynes lebih
menekankan kepada kurangnya pengeluaran masyarakat, dan beranggapan
perekonomian terjadi karena tingkatan pengeluaran seluruh masyarakat bukan
kesanggupan memproduksi barang-barang modal.
Pembentukan modal merupakan pengeluaran yang menambah kemampuan
dalam menghasilkan produk dan dapat meningkatkan permintaan masyarakat.
Teori itu menggambarkan kenyataan keynes yang terabaikan yaitu jika suatu masa
dilakukan pembentukan modal maka dimasa berikutnya memiliki kemampuan
lebih dalam menghasilkan barang yang lebih besar. harrod-domar beranggapan
bahwa pertambahan kemampuan berproduksi ini tidak sendiri dalam pertambahan
produksi dan peningkatan pendapatan nasional akan tetapi diikuti dengan
pertambahan pengeluaran masyarakat. Dengan demikian dengan kapasitas
produksi yang meningkat jika tidak diimbangi dengan meningkatnya pengeluaran
masyarakat, pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi belum tercipta.
Berikut adalah Analisis Harrod-Domar dalam Grafik. Fungsi S adalah
tabungan, jika tingkat tabungan masyarakat digambarkan proporsional pendapatan
19
nasional, maka titik 0 fungsi awal dimulai. jika pada permulaan barang modal
yang tersedia telah mencapai tingkat penggunaan, maka tingkat tersebut adalah
Ys0 = Y0, dimana Ys0 merupakan total keseluruhan barang modal tahun awal dan
Y0 merupakan penghasilan nasional pada masa tersebut, maka seharusnya tahun
tersebut penanaman modal mencapai tingkat kapasitas tabungan penuh dari
barang modal, seharusnya I=S0. penanaman modal sebesar I akan menyebabkan
kapasitas barang modal pada masa berikutnya bertambah sebesar .
peningkatan tersebut berarti terjadinya peningkatan kapasitas barang modal dari
Ys0 menjadi Ys1. Supaya Ys1 dapat digunakan sepenuhnya maka penanaman
modal tersebut harus mencapai I+ .
Gambar 2.2 Grafik teori Harrod-Domar
Harrod-Domar dan Hansen dalam Sukirno (2010) mengemukakan pendapat
mengenai berikut:
1. Pesatnya teknologi dapat meminimalisir penggunaan modal (Capital saving
innovation). Hal ini menyebabkan rasio modal produksi bertambah kecil,
artinya sejumlah modal tertentu akan menciptakan produksi yang lebih
banyak sehingga mendorong penurunan pada harga. Dan kemajuan
20
teknologi tersebut akan dapat mengurangi penanaman modal yang
terpengaruh (induced investment).
2. Pertambahan penduduk sangat lambat. Menurut pendapat kaum klasik
bahwa penduduk yang terus menerus akan menghambat perkembangan
ekonomi. Namun keynes dan pengikutnya (Hansen) menyatakan bahwa
penduduk sebagai perluasan pasar. Maka dari itu penduduk akan
memberikan pengaruh yang positif pada pembangunan ekonomi. Dengan
hal ini, jika pertambahan penduduk menjadi lambat maka perkembangan
pasar juga semakin terbatas dan perkembangan permintaan masyarakat
secara keseluruhan juga melambat. Perkembangan permintaan yang lambat
ini akan mengurangi dorongan penanaman modal baru.
3. berkurangnya keinginan untuk mengembangkan daerah dan kekayaan alam
baru. Faktor yang dapat menimbulkan hal tersebut adalah berkurangnya
daerah ataupun kekayaan alam yang mampu dikembangkan. Hal tersebut
timbul akibat dari perluasan daerah yang didiami dan digunakan, perluasan
dari eksploitasi kekayaan alam yang dilakukan secara revolusi industri dan
pembangunan ekonomi yang sedang berlangsung di negara barat.
2.1.3 Jumlah Penduduk
2.1.3.1 Definisi Jumlah Penduduk
Menurut kaum klasik bahwa jumlah penduduk merupakan faktor produksi
yang biasa disebut sebagai input potensial yang mampu meningkatkan produksi.
Semakin meningkatnya penduduk ini akan meningkatkan tenaga kerja yang akan
digunakan. Namun Robert Malthus berpendapat bahwa pada awalnya jumlah
21
penduduk ini akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi namun ketika
kondisi mencapai titik optimum pertambahan penduduk ini justru akan
menghambat pertumbuhan ekonomi (Mustika, 2011).
Dengan demikian Jumlah penduduk dapat didefinisikan sebagai total atau
jumlah keseluruhan penduduk yang tinggal disuatu daerah secara sah dan tercatat
pada peraturan yang berlaku daerah tersebut. Tinggi rendahnya jumlah penduduk
disuatu daerah akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan didaerah tersebut.
2.1.3.2 Indikator Kependudukan
Menurut Junaidi & Hardiani (2009) Indikator kependudukan dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Kelahiran
Pengendalian kelahiran dapat diatasi dengan tingkat pendidikan wanita yang
tinggi, karena semakin tinggi pendidikan akan menurunkan permintaan jumlah
anak. Menurut Bangladesh dalam Junaidi & Hardiani (2009) menyatakan bahwa
perempuan usia 25-29 yang berpendidikan diatas SLTA lebih sedikit jumlah anak
lahir hidup jika dibandingkan dengan perempuan tidak bersekolah. Fakta tersebut
merupakan upaya peningkatan pendidikan yang bertujuan untuk penurunan
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk. Salah satu program
pemerintah dalam rangka mengatasi angka kelahiran adalah program penggunaan
alat kontrasepsi.
2. Kematian
Kematian dapat diturunkan dan dikendalikan dengan perbaikan dalam
bidang sosial, ekonomi, lingkungan hidup yang sehat, perbaikan gizi dan
22
kebiasaan hidup yang sehat. Kematian ini terjadi karena wabah penyakit dan
penyakit menular yang berangsur-angsur dapat disebabkan penyakit degeneratif
dan buatan manusia seperti radiasi, bahan tambahan pada makanan dan juga
pencemaran lingkungan.
3. Migrasi
Terdapat kebijakan yang dapat dilakukan dalam pengendalian mobalitas
penduduk yaitu dengan cara memberikan kontribusi berupa bantuan sumber daya
kedaerah pengirim migran tersebut. Sumber daya yang dimaksud adalah yang
berkaitan dengan pengembangan perekonomian daerah sehingga dapat menahan
penduduk agar tidak melakukan migrasi. Seperti peningkatan pengembangan
kesempatan kerja, dengan penyediaan lapangan pekerjaan dan sarana prasarana
publik akan dapat mengurangi keinginan seseorang untuk melakukan migrasi ke
daerah lain (Noveria, 2006).
2.1.3.3 Teori Kependudukan
Diminishing returns atau dikenal dengan pertambahan hasil yang semakin
berkurang merupakan suatu konsep teori Malthus. menurutnya jumlah penduduk
mengalami pertambahan berdasarkan deret ukur ( 2, 4, 8, 16, 32), inilah penyebab
terus berlipat gandanya jumlah penduduk setiap 30-40 tahun, kecuali jika terjadi
bahaya kelaparan. Sementara pada pertambahan hasil justru semakin berkurang
karena faktor produksi yang jumlahnya tetap (tanah dan sumberdaya alam
lainnya) dan pertambahan pangan ini meningkat berdarkan deret hitung (1, 2, 3, 4,
5, 6, 7). Hal ini dikarenakan tanah yang dimiliki masyarakat sedikit sehingga
produksi pangan tersebut akan semakin menurun. Maka dari itu, dengan
23
bertambahnya penduduk yang pesat pertumbuhan pangan tidak bisa
mengimbanginya maka terjadilah penurunan pendapatan perkapita. Hal ini akan
berakibat pada kemiskinan absolut.. Malthus menyatakan bahwa terdapat dua cara
penghambat laju pertumbuhan yaitu yang Pertama melalui positive check, dapat
memberikan kontribusi penurunan kehidupan manusia yang berakibat
berkurangnya jumlah penduduk. wabah penyakit, perang, kelaparan dan lainnya
merupakan salah satu contohnya. Kedua melalui preventive check seperti
mengontrol kelahiran, abstinensi, kontrasepsi dan aborsi. Malthus hanya
menerima cara pencegahan kelahiran dengan moral restrain, yaitu penundaan
perkawinan hingga seseorang tersebut dapat memberikan kesejahteraan dan tidak
terjerat pada kemiskinan dan menolak cara-cara yang dipandang tidak baik.
Menurut Malthus kemisikinan merupakan akibat utama dari pertumbuhan
penduduk adalah kemiskinan. Argumennya mengenai (1) memiliki anak
merupakan kecenderungan alami manusia (2) pertumbuhan hasil pangan tidak
dapat mengimbangi pesatnya pertumbuhan penduduk. Malthus sependapat dengan
Adam Smith bahwa kebutuhan tenaga kerja merupakan penyebab pertumbuhan
penduduk. tingkat pengangguran merupakan tolak ukurnya dan upah akan
menjadi turun hingga tercapainya titik dimana penduduk tidak sanggup lagi untuk
menikah dan membentuk keluarga. Rendah upah dan surplusnya tenaga kerja,
petani menggunakan tenaga kerja lebih banyak dan menggarap lahan yang lebih
luas juga. Sehingga produksi pertanian akan meningkat begitu juga dengan
kesejahteraan masyarakat. Dengan peningkatan produksi pertanian ini malthus
percaya akan dapat mendorong pertumbuhan penduduk yang pesat dibandingkan
24
dengan pertumbuhan hasil pangan dan berikutnya kemiskinan kembali meningkat
Junaidi & Hardiani (2009).
2.1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2.1.4.1 Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Menurut Todaro dalam (Meriyanti, 2015) IPM merupakan gambaran dari
indeks pengembangan manusia. perluasan, pendistribusiann, keadilan dibidang
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat merupakan cara untuk
melihatnya, produktivitas kerja penduduk menjadi rendah apabila seumberdaya
manusia nya rendah, hal ini akan berakibat pada rendahanya penghasilan dan
menyebabkan rendahnya kesejahteraan masyarakat. Suatu indeks yang digunakan
untuk pengukuran kualitas manusia tersebut dikenal dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Indeks pembangunan manusia
adalah suatu pengukuran kualitas sumber daya manusia disuatu wilayah ataupun
negara dengan cara membandingkan harapan hidup, pendidikan dan standar
hidupnya melalui daya beli masyarakat atau biasa disebut dengan pengeluaran.
2.1.4.2 Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Berikut adalah 3 Indikator yang digunakan untuk mengukur Indeks
Pembangunan Manusia (BPS, 2014):
1. Kesehatan
Indeks kesehatan adalah suatu cerminan dari kesehatan masyarakat yang ada
disuatu wilayah. Indeks kesehatan ini diukur dengan angka harapan hidup (AHH)
yaitu suatu rata-rata tahun yang ditempuh oleh seseorang selama hidup.
25
2. Pendidikan
Indikator pendidikan dapat diukur melalui rata-rata lama sekolah (RLS) dan
harapan lama sekolah (HLS). Rata-rata lama sekolah dan Harapan lama sekolah
diberi bobot dan digabungkan membentuk suatu komponen IPM. Rata-rata lama
sekolah (RLS) menggambarkan jumlah tahun pada penduduk yang berumur 25
tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal
3. Ekonomi
Indikator ekonomi ini dapat dihitung melalui pengeluaran masyarakat biasa
disebut dengan Indeks pengeluaran. Hal ini dapat menggambarkan tingkat
kesejahteraan penduduk karena membaikannya ekonomi. Indeks pengeluaran
dapat diukur dengan rata-rata pengeluaran perkapita rill yang dapat dilihat dari
paritas daya beli penduduk.
2.1.4.3 Teori Pembangunan Manusia (IPM)
Amartya Sen merupakan guru besar ekonomi dan filsafat Universitas
Harvard menyatakan bahwa seharusnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai
proses ekspansi kebebasan positif yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Karya
Sen yang lebih terkenal adalah meneliti tentang rawan pangan dan solusi praktis
dalam mengatasi kelaparan atau yang sering dikenal dengan Human Develpment
Index (HDI. Sen mengamati masalah rill di negara yang sedang berkembang
adalah penurunan kualitas kehidupan akibat rendahnya pendapatan. menurutnya
pembangunan adalah suatu proses untuk memperluas entitlement dan kapabilitas
manusia untuk hidup yang sesuai dengan keinginannya. Entitlement merupakan
sejumlah komoditi yang bisa didapatkan oleh seseorang dengan menggunakan hak
26
dan peluang yang dimiliki. Sedangkan kapabilitas merupakan seluruh cakupan
yang dapat dan tidak dapat dilakukan, seperti kebebasan dari kelaparan, kurang
gizi, partisipasi didalam masyarakat, memiliki tempat tinggal dan sebagainya
(Kuncoro, 2015).
Terdapat 3 pengelompokan IPM negara di dunia yaitu (Kuncoro, 2015):
1. Low Human Development yaitu kelompok negara yang tingkat
pembangunan manusianya rendah yaitu antara 0- 0,50.
2. Medium Human development yaitu kelompok negara dengan tingkat
pembangunan manusianya menengah yang berkisar antara 0,51-0,79.
3. High Human Development yaitu kelompok negara dengan tingkat
pembangunan manusia yang tinggi yaitu berkisar antara 0,80-1.
Terdapat 3 pendekatan dalam pengukuran pencapaian pembangunan
manusia yaitu (BPS, 2014):
1. Angka Harapan Hidup saat lahir
Adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang harus ditempuh oleh manusia
selama hidup. Jenis data yang digunakan untuk mengukurnya adalah Anak Lahir
Hidup (ALH) dan anak masih hidup (AMH). Indeks Harapan Hidup dihitung nilai
maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP yaitu angka
tertinggi yang digunakan sebagai batasan maksimum adalah 85 tahun dan 20
tahun adalah batas tahun terendah.
27
2.1.5 Pengangguran
2.1.4.1 Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah realita yang dihadapi bukan hanya negara
berkembang saja akan tetapi negara maju juga. Pengangguran ini dapat
didefinisikan kondisi seseorang yang masuk pada kelompok angkatan kerja
namun tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan (Septiatin,
2016).
2.1.4.2 Jenis-Jenis Pengangguran
Berdasarkan sebabnya pengangguran dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu
(Handoyo, 2019):
1. Pengangguran Friksional
Hal ini terjadi disebabkan karena sulitnya mempertemukan lowongan kerja
dengan si pencari kerja, Kesulitan ini terjadi karena adanya faktor jarak atau
kurangnya informasi. Pengangguran ini dapat terjadi karena minimnya mobilitas
pencari kerja, yang mana lowongan pekerjaan tidak berada pada tempat tinggal si
pencari kerja. Misalnya, pencari kerja tinggal di Jambi, sementara lowongan
pekerjaan berada di Batam, atau si pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya
lowongan kerja tersebut. Untuk mengatasi pengangguran friksional ini dapat
dibuat kebijakan penyediakan informasi lowongan pekerjaan baik untuk
perusahaan yang mencari pekerja maupun si pencari kerja yang mencari pekerjaan.
2. Pengangguran Musiman
Akibat dari pergantian musim seringkali terjadi pengangguran yang biasa
disebut pengangguran musiman. Setelah musim panen terjadi banyak petani yang
28
menganggur dan tidak memiliki kegiatan ekonomi. mereka hanya menunggu
musim baru. Selama masa tersebut maka digolongkan sebagai penganggur
musiman.
3. Pengangguran Struktural
Akibat perubahan struktural perekonomian sering terjadi pengangguran,
dimana pengangguran ini sering disebut dengan pengangguran struktural. Kondisi
demikian akan membutuhkan perubahan keterampilan tenaga kerja yang
diperlukan sementara si pencari kerja belum dapat menyesuaikan sesuai dengan
keterampilan tersebut. Contohnya ketika perekonomian mengalami pergeseran
dari perekonomian agraris menuju perekonomian industrial. Hal ini akan adanya
pengurangan tenaga pada sektor agraris dan menambah tenaga kerja pada sektor
industri. namun tenaga kerja pada sektor agraris ini tidak mampu diserap pada
sektor industri karena keterampilannya tak sesuai, akibatnya terjadilah
pengangguran pada tenaga kerja pada sektor agraris tersebut.
4. Pengangguran Siklikal
Akibat dari adanya siklus ekonomi yang melambat, ini sering juga terjadi
pengangguran. Hal ini dikarenaka ekonomi terjadinya resesi. Kondisi seperti
inilah yang menyebabkan konsumsi masyarakat menurun dan akhirnya
perusahaan hanya membutuhkan tenaga kerja yang sedikit akhirnya terjadilah
PHK dan terciptalah pengangguran siklikal. Hal ini dikarenakan surplus
penawaran tenaga kerja. Pengangguran jenis ini dapat diatasi dengan cara
meningkatkan permintaan agregat yang akan meningkatkan produktivitas
sehingga perkonomian pun tumbuh.
29
2.1.4.3 Teori Pengangguran
1. The Intertemporal Substitution Hypothesis
Menurut (Handoyo, 2019) Teori ini dikemukakan oleh Robinson Crusoe.
Dimana ketika upahnya rendah maka tenaga kerja akan lebih mengalokasikan
waktunya untuk rekreasi dan ketika tingkat upahnya tinggi akan bekerja penuh.
Tingkat upah rill akan naik ketika kondisi perekonomian mengalami ekspansi dan
upah rill akan mengalami penurunan ketika perekonomian mengalami penurunan
atau kontraksi. Terdapat 2 asumsi pada hipotesis ini yaitu procyclical dan
penawaran tenaga kerja akan menggeser upah riil. sifat yang menunjukkan
keterkaitan atau korelasi positif sesuai dengan prinsip ekonomi yang berlaku
sering disebut Sifat procyclical, dalam konteks ini maka Ekonomi Sumber Daya
Manusia upah riil berkaitan erat dengan siklus bisnis. Perubahan upah riil selama
siklus bisnis sulit dihitung karena dalam siklus bisnis terjadi perubahan komposisi
angkatan kerja. Pada hipotesis substitusi antarwaktu dinyatakan pergeseran besar
persediaan tenaga kerja dalam siklus bisnis dikarenakan oleh realokasi waktu oleh
pekerja. Di mana persediaan tenaga kerja akan meningkat pada waktu upah
rendah karena pekerja lebih memilih menganggur ketika upah rendah dan berlaku
sebaliknya, yaitu persediaan tenaga kerja akan berkurang ketika upah tinggi
karena pekerja akan mengoptimalkan pekerjaannya pada upah tinggi.
2. Efisiensi Upah dan Pengangguran
Menurut (Handoyo, 2019) teori ini dikemukakan oleh Robinson Crusoe
berkaitan dengan Pengangguran sukarela akan tercipta dari adanya Upah efisiensi.
ketika output dari industri itu mahal, perusahaan akan menerapkan upah efisien
30
dikarenakan perusahaan membayar upah di atas upah pasar. Teori efisiensi upah
menyatakan tingginya produktivitas itu tergantung seberapa tingginya upah.
Meningktanya produktivitas akan mengarahkan kepada upah yang akan
dibayarkan di atas upah ekuilibrium, pengangguran akan tercipta ketika upah
berada di atas upah ekuilibrium.
Gambar 2.3 Grafik Upah efisiensi dan pengangguran
Contoh kasus di mana upah minimum yang dibayarkan oleh perusahaan
yang berada di atas upah ekuilibrium. pada kondisi dimana upah minimum
diterapkan maka jumlah tenaga kerja akan dikurangi oleh perusahaan sehingga
akan banyak terjadi pengangguran usia muda. Sehingga pada kondisi upah kaku
kurang responsif terhadap perubahan permintaan dibandingkan upah kompetitif.
31
2.2 Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Jumlah Penduduk terhadap Kemiskinan
Menurut (Hamzah., 2018) menyatakan bahwa variabel jumlah penduduk
tidak berpengaruh terhadap kemiskinan. Karena jumlah penduduk akan selalu
bertambah sedangkan kemiskinan cenderung menurun dan masih jauh diatas rata-
rata kemiskinan nasional. Hal ini dilihat dari dinamika kemiskinan di provinsi
aceh yang mana kemiskinan mengalami penurunan pada tahun 2006 disebabkan
berakhirnya konflik dan musibah sunami yang dianggap masalah kemiskinan di
provinsi aceh dengan pertumbuhan penduduk tersebut kondisi perekonomian
berangsur membaik hal ini dapat dilihat kembali dibangunnya infrastruktur dan
aset produksi yang rusak sehingga dengan demikian pemerintah dan swasta lebih
leluasa untuk melakukan aktivitas ekonomi yang lebih produktif hingga akhirnya
meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga dapat menekan tingkat
kemiskinan.
2. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Kemiskinan
Menurut Todaro dalam (Meriyanti, 2015) menyatakan bahwa Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks pengembangan dari sisi
perluasan, pemerataan dan keadilan dalam bidang kesehatan, pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat. Memiliki hubungan negatif terhadap kemiskinan.
Apabila IPM rendah maka produktivitas kerja penduduk juga rendah. Apabila
produktivitas rendah maka perolehan pendapatan juga rendah. Hal ini akan
menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin.
32
3. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi adalah indikator terpenting dalam pembangunan
ekonomi dan merupakan syarat dalam pengentasan kemiskinan. Disyaratkan
bahwa hasil pertumbuhan ekonomi itu harus menyebar disetiap golongan
masyarakat termasuk golongan penduduk miskin (Siregar & Wahyuni, 2007).
Berdasarkan studi empiris dalam penelitian Wongdesmiwati dalam (Marmujiono,
2014) menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan
ekonomi dan tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan
menurunkan tingkat kemiskinan.
4. Hubungan pengangguran terhadap kemiskinan
Menurut (Andhykha et al., 2018) menyatakan bahwa pengangguran
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini
dikarenakan terdapat suatu keterkaitan yang erat antara pengangguran dengan
kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya kesempatan kerja ini dapat mengurangi
pengangguran yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
kemiskinan mengalami penurunan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian orang sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian
penulis yang berkaitan dengan variabel-variabel pengaruh kemiskinan melalui
pertumbuhan ekonomi. Berikut merupakan penelitian sebelumnya yang menjadi
acuan penulisan:
33
N
O
NAMA
PENELITI/TA
HUN
JUDUL METODE
ANALISIS
HASIL PENELITIAN
1. Santi
Nurmainah,
2013.
Analisis
Pengaruh
Belanja Modal
Pemerintah
Daerah, Tenaga
Kerja Terserap
Dan Indeks
Pembangunan
Manusia
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Dan
Kemiskinan.
Menggunakan
Analisis phat
dengan data
sekunder tahun
2003-2012 di
provinsi jawa
tengah.
1). Variabel Belanja Modal, Tenaga
kerja terserap dan Indeks
Pembangunan Manusia.berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
4). Antara Pertumbuhan ekonomi dan
Indeks Pembangunan Manusia
berpengaruh negatif terhadap
kemiskinan.
2. Ni Luh Putu
Yuni
Adipuryanti Dan
I Ketut Sudibia,
2014.
Analisis
Pengaruh
Jumlah
Penduduk Yang
Bekerja Dan
Investasi
Terhadap
Ketimpangan
Pendapatan
Melalui
Pertumbuhan
Ekonomi.
Penelitian ini
adalah
penelitian
kuantitatif,
lokasi
penelitian
adalah
Provinsi Bali.
Data yang
digunakan
adalah data
sekunder
dengan
menggunakan
analisis phat.
1). Jumlah penduduk yang bekerja
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Namun berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ketimpangan
distribusi pendapatan.
3). Investasi memiliki pengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan
4). Pertumbuhan ekonomi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan.
5). Jumlah penduduk dan investasi
berpengaruh secara tidak langsung
terhadap ketimpangan distribusi
pendapatan melalui pertumbuhan
ekonomi.
3. Nopriyansah,
Junaidi dan Etik
Umiyati.
2014
Determinan
Kemiskinan
Rumah Tangga
Di Provinsi
Jambi.
Metode
penelitian
dalam
penelitian ini
adalah dengan
menggunakan
analisis
deskriptif
1). Angka kemiskinan tahun 2012
meningkat. Namun secara umum lima
tahun terakhir mengalami penurunan.
Angka Kemiskinan tertinggi dan untuk
IPM terendah adalah kabupaten
tanjung jabung timur.
2). Karakteristik penduduk miskin
mayoritas tinggal dipedesaan, kepala
rumah tangga laki-laki, pendidikan
dibawah SLTP dan bekerja pada sektor
pertanian dan memiliki anggota
keluarga lebih dari 4 orang.
3). Variabel yang berpengaruh
34
terhadap kemiskinan rumah tangga
adalah jenis kelamin kepala rumah
tangga, variabel pendidikan, variabel
pekerjaan dan jumlah anggota
keluarga.
4. Anak Agung
Istri Diah
Paramita dan Ida
Bagus Putu
Purbadharmaja,
2015.
Pengaruh
Investasi dan
Pengangguran
terhadap
pertumbuhan
ekonomi serta
kemiskinan di
Provinsi Bali.
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif
asosiatif,
dengan data
sekunder dan
Provinsi bali
sebagai Lokasi
penelitian
menggunakan
Analisis Phat.
Adapun hasil penelitianya adalah
1)...Secara langsung variabel investasi
memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi namun
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan.
2)...Secara langsung variabel
pengangguran berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi dan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemiskinan.
3)...Secara langsung variabel
pertumbuhan ekonomi memberikan
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan.
4). Secara tidak langsung variabel
investasi berpengaruh signifikan
terhadp kemiskinan melalui
pertumbuhan ekonomi.
5)..;Secara tidak langsung
pengangguran berpengaruh terhadap
kemiskinan melalui pertumbuhan
ekonomi.
5. Mukarrama,
Cindy Yolanda,
Muhammad
Zulkarnain.
2019.
Analisis
Pengaruh
Belanja Modal
Dan IPM
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Dan
Kemiskinan di
Kabupaten Aceh
Timur.
Penelitian ini
menggunakan
data sekunder
dan alat
analisis path.
1). Belanja modal berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
IPM berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
2). Belanja modal berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan. Dan IPM berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap
kemiskinan.
6. Rahma Wardana
Putri, Junaidi
dan Candra
Mustika.
2019.
Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Indeks
Pembangunan
Manusia Dan
Kepadatan
Metode yang
digunakan
adalah metode
data panel.
1). Pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan.
2). Kepdatan penduduk berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan.
3). Indeks Pembangunan Manusia
35
Penduduk
Terhadap
Tingkat
Kemiskinan
Kabupaten/Kota
Di Provinsi
Jambi.
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap tingkat
kemiskinan.
7. Rekha
Alfionika,
Yulmardi dan
Hardiani.
2021.
Analisis
determinasi
tingkat
kemiskinan di
kabupaten/kota
Provinsi Jambi.
Metode yang
digunakan
adalah
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif dan
kuantitatif dan
metode regresi
data panel.
1). Rata-rata perkembangan tingkat
kemiskinan di Provinsi Jambi selama
tahun 2013-2018 sebesar 8,23 persen,
rata-rata pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,78 persen, rata-rata tingkat
pengangguran sebesar 4,17 persen,
rata-rata tingkat pendidikan sebesar
7,92 persen, dan rata-rata TPAK
sebesar 66,91 persen.
2). Secara bersama-sama variabel
independen berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan.
3). Secara parsial variabel
pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pendidikan berpengaruh signifikan
sementara variabel tingkat
pengangguran dan TPAK tidak
berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Indikator terpenting dalam pembangunan ekonomi adalah Tingkat
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan merupakan suatu pusat
permasalahan dalam setiap negara karena dapat menghambat pembangunan dan
memberikan dampak negatif. Menurut (Nurmainah, 2013) kemiskinan diartikan
sebagai sebuah kekurangan yang dialami oleh penduduk dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya yaitu pangan dan non pangan. Dalam menghitung angka
kemiskinan ini dapat dibagi menjadi 2 pendekatan yaitu kebutuhan dasar dan
Head Account Index. dimana pendekatan kebutuhan dasar ini berkaitan dengan
36
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan Head Account Index
ini berkaitan dengan kemiskinan absolut, yang dapat diartikan sebagai jumlah
penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan yaitu dengan kebutuhan
minimum makanan sebesar 2100 kalori perhari dan kebutuhan non makanan
berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan.
Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan
pembangunan dan merupakan suatu syarat untuk pengentasan kemiskinan. Dan
merupakan satu indikator untuk melihat kinerja perekonomian suatu wilayah.
(Romi & Umiyati, 2018) menyatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi ialah
indikator terpenting dalam melihat kinerja perekonomian yang berkaitan hasil
analisis pembangunan ekonomi di suatu negara atau daerah. dan baru bisa
dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat
dari tahun sebelumnya.
Faktor lain yang memberikan pengaruh terhadap kemiskinan adalah jumlah
penduduk, indeks pembangunan manusia (IPM) dan pengangguran. Kenaikan
jumlah penduduk yang terus menerus dan tidak diimbangi dengan faktor-faktor
dan unsur yang dapat mendorong kemajuan ekonomi dan tidak meningkatkan
pendapatan justru ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan secara tidak
langsung akan meningkatkan kemiskinan. pertumbuhan penduduk yang tinggi
maka akan membutuhkan konsumsi yang tinggi pula. Sumber daya yang rendah
akan menyebabkan pertumbuhan penduduk lebih cepat dan pada gilirannya
investasi dan kualitas manusia semakin sulit dan akan menghambat pertumbuhan
ekonomi. Tingginya tingkat pembangunan manusia akan sangat menentukan
37
kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi baik yang berkaitan dengan teknologi maupun
kelembagaannya.
Indeks Pembangunan Manusia akan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, dan IPM itu sendiri diukur dengan 3
pendekatan dasar Yang mencakup umur yang panjang dan sehat, pengetahuan dan
kehidupan yang layak. Untuk mengukur dimensi kesehatan menggunakan angka
harapan hidup, untuk mengukur dimensi pengetahuan menggunakan angka
harapan sekolah dan rata-rata lama sekolah. Dan untuk mengukur dimensi hidup
yang layak menggunakan indikator kemampuan daya beli. Dengan Angka harapan
hidup merupakan indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan,
karena kesehatan adalah kebutuhan yang paling utama tanpa adanya kesehatan
masyarakat tidak mampu menghasilkan produktivitas. Untuk angka harapan
sekolah dan rata-rata lama sekolah adalah indikator untuk mengukur
pembangunan manusia dalam bidang pendidikan. Apabila pendidikan nya
berkualitas maka akan berbanding lurus terhadap kesejahteraan masyarakat.
Semakin tingginya pendidikan seseorang maka akan semakin meningkat pula
produktivitas yang dihasilkannya. Dan pengeluaran perkapita adalah salah satu
pencapaian pembangunan manusia dalam mewujudkan kehidupan yang layak.
Kemampuan daya beli masyarakat dapat dilihat dari rata-rata besarnya konsumsi
perkapita.
Begitu juga dengan pengangguran yang memiliki hubungan yang sangat erat
dengan kesejahteraan masyarakat. Semakin meningkatnya perluasan dan
38
kesempatan kerja maka kebutuhan pangan masyarakat akan terpenuhi dan
pengangguran akan menurun, menurunnya angka pengangguran ini akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan artinya kemiskinan pun akan
mengalami penurunan juga.
Gambar 2.5 Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dibahas
dan harus diuji kebenaranya. Dengan berdasarkan pada identifikasi masalah serta
kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Diduga Variabel
Jumlah penduduk, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Tingkat Kemiskinan di Kab/Kota Provinsi Jambi.
IPM
(X2)
Jumlah Penduduk
(X1)
Tingkat
Kemiskinan (Y)
Pertumbuhan
Ekonomi (X4)
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (X3)