Post on 01-Apr-2018
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mutakhir
Penelitian “Analisis Kualitas Sinyal Jaringan GSM pada Menara Rooftop
dengan Membandingkan Aplikasi Drive Test Antara Software TEMS
Investigation 8.0.3 dengan G-NetTrack Pro di Wilayah Denpasar Timur” ini
dikembangkan berdasarkan beberapa referensi yang memiliki keterkaitan dengan
objek penelitian. Penggunaan beberapa referensi tersebut bertujuan untuk
menentukan batasan-batasan masalah yang kemudian dikembangkan lebih lanjut
pada penelitian ini. Referensi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa penelitian serupa, dimana masing-masing penulis dari penelitian tersebut
menggunakan metode penyelesaian, variable input - ouput dan kondisi objek yang
berbeda satu sama lain untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka kaji.
Berikut merupakan uraian singkat dari referensi tersebut :
1. Analisis Kualitas Jaringan 2G Pada Frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz di
Area Purwokerto (Tugas Akhir Alfin Hikmaturokhman, Sekolah Tinggi
Teknologi Telematika Telkom Purwokerto, 2013).
Pada tugas akhir ini dimana penelitian ini membahas tentang bagaimana
cara pengamatan perfomansi jaringan dengan metode drive test single site
dalam sebuah BTS dengan mengamati parameter RxLevel, RxQual, SQI
dan Throughput pada masing-masing frekuensi. Pengukuran pada
penelitian ini dilakukan pada siang hari yaitu pada jam sibuk ( 10.03 WIB
sampai pukul 13.02 WIB) yang bertujuan untuk mengetahui hasil
perfomansi dari BTS tersebut dalam menangani layanan user yang padat.
Operator yang di amati yaitu Telkomsel. Sedangkan pada penelitian kali
ini mengambil studi kasus pada menara rooftop daerah Denpasar Timur,
Bali.Metode yang digunakan pada penelitian kali ini Analisis Kualitas
Sinyal Jaringan GSM pada Menara Rooftop dengan Membandingkan
Aplikasi Drive Test Antara Software TEMS Investigation 8.0.3 dengan G-
NetTrack Pro di Wilayah Denpasar Timur.
7
2. Investigasi dan Analisa Coverage Area Pemancar Code Divison Multiple
Access (CDMA) di Daerah Surabaya dengan Sistem Informasi Geografis
(Jurnal Nur Adi Siswandari, Institut Teknologi Sepuluh November, 2010)
Penelitian tersebut membahas tentang Investigasi dan Analisa Coverage
Area Pemancar CDMA di Daerah Surabaya dengan Sistem Informasi
Geografis. Penelitian tersebut dilakukan investigasi melalui pengukuran
level daya terima dari sebuah pemancar menggunakan spectrum analyzer
dengan antenna ommnidirectional pada jaringan CDMA frekuensi 700
MHz – 1 GHz. Pengambilan sample yang dilakukan dibagi dalam 3
kategori yaitu daerah urban, sub-urban dan rural. Parameter pengukuran
meliputi perubahan jarak, lokasi dan ketinggian antena penerima
menggunakan model Okumura-Hatta. Data hasil pengukuran digunakan
untuk menghitung pathloss, kemudian grafik pathloss digunakan untuk
menetukan coverage area.Sedangkan pada penelitian kali ini mengambil
studi kasus pada menara rooftop daerah Denpasar Timur, Bali.Metode
yang digunakan pada penelitian kali ini Analisis Kualitas Sinyal Jaringan
GSM pada Menara Rooftop dengan Membandingkan Aplikasi Drive Test
Antara Software TEMS Investigation 8.0.3 dengan G-NetTrack Pro di
Wilayah Denpasar Timur.
3. Analisis Kualitas Panggilan Pada Jaringan GSM Menggunakan TEMS
Investigation (Jurnal Anggi Praharasty Waraassih, Universitas
Diponegoro)
Pada penelitian tersebut membahas tentang Analisis Kualitas Panggilan
Pada Jaringan GSM Menggunakan TEMS Investigation.Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui kualitas panggilan (call quality) pada jaringan
GSM dengan Menggunakan TEMS Investigation GSM 4.1.1.pengambilan
data dilakukan dengan cara drive test. Parameter yang menjadi tolak ukur
pada kualitas panggilan pada jaringan GSM adalah RxLevel, RxQual,
danSQI. Hal pertama yang dilakukan pada proses analisis data logfile ialah
menentukan sub rute yang akan diamati kualitas panggilan. Setelah
menentukan sub rute, diambil tiga titik pada sub rute yang telah dipilih
8
untuk mengamati nilai parameter-parameter GSM pada ketiga titik
tersebut. Karena tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kualitas panggilan pada jaringan GSM yang disediakan oleh provider X,
parameter – parameter yang diamati ialah RxLevel, RxQual, dan SQI.
Sedangkan pada proses analisis peta tematik, terlebih dahulu dipilih input
data export yang terdiri dari 3 waktu panggilan (pagi, siang dan malam)
dan pada hari yang berbeda, yaitu kamis dan minggu, kemudian pemilihan
parameter mana yang akan diamati. Parameter-parameter yang diamati
sama dengan parameter-parameter yang diamati pada analisis data Logfile,
yaitu RxLevel, RxQual, dan SQI. Berdasarkan analisis data logfile dan
thematic map tersebut akan dapat diamati bagaimana kualitas panggilan
pada jaringan GSM yang disediakan oleh provider X, khususnya di
wilayah yang telah ditentukan, apakah sudah baik atau belum. Adapun
penggolongan kualitas panggilan pada jaringan GSM.Sedangkan pada
penelitian kali ini mengambil studi kasus pada menara rooftop daerah
Denpasar Timur, Bali.Metode yang digunakan pada penelitian kali ini
Analisis Kualitas SinyalJaringan GSM pada Menara Rooftop dengan
Membandingkan AplikasiDrive Test Antara SoftwareTEMS
Investigation8.0.3denganG-NetTrack Prodi Wilayah Denpasar Timur.
Ringkasan tinjuan mutakhir ini dapat juga dilihat pada Tabel 2.1.
2.2 Propagasi
Propagasi adalah proses perambatan gelombang elektromagnetik dari
suatu tempat ke tempat lain. Fading merupakan komponen utama yang dapat
mengganggu perfomansi sistem.Fading menyebabkan suatu kondisi dimana sinyal
yang diterima terlalu jelek untuk dilakukan pemprosesan lebih lanjut.Model
propagasi gelombang dilatar belakangi konsep dari dua antena yaitu antena
pemancar dan penerima pada udara bebas yang dipisahkan oleh jarak (d)
(km).modelpropagasi umumnya menjelaskan perkiraan rata-rata kuat sinyal yang
diterima penerima pada jarak tertentu dari antenna pemacar. Setiap proses
propagasi akan menimbulkan rugi-rugi propagasi (Sudiarta, P.K. 2013).
9
Tabel 2.1 Tinjauan mutakhir (state of the art)
No Nama Penulis Judul Metode Hasil
1 Alfin
Hikmaturokhman
Analisis
Kualitas
Jaringan 2G
pada frekuensi
900 MHz dan
1800 MHz di
Area
Purwokerto
Melakukan
pengukuran
kualitas jaringan
2G dengan
parameter yang
di amati adalah
nilai dari
RxLevel,
RxQual,
Coverage dan
SQI juga
Throughput
untuk layanan
data dari
masing-masing
pangilan di
frekuensi 900
MHz dan 1800
MHz
Hasil parameter
RxLevel frekuensi
900 MHz sudah
mencapai target dan
pada 1800 MHz
belum mencapai
target KPI
sedangkan nilai
maksimum
throughputdownload
dam upload pada
jaringan 2G di BTS
teluk masih dalam
keadaan normal.
2 Nur Adi
Siswandari
Investigasi
dan Analisa
Coverage
Area
Pemancar
CDMA di
Daerah
Surabaya
Skenario
pengukuran
menggunakan
model Okumura
–Hatta dengan
mengambil 3
sampel
pengukuran
Hasil penelitian
telah diperoleh
sebuah database
yang dapat
digunakan untuk
mengetahui
kepadatan frekuensi
serta coverage area
10
dengan sistem
informasi
geografis
yaitu berdasaran
daerah urban,
sub urban,dan
rural. Parameter
pengukuran
meliputi jarak,
lokasi dan
ketinggian
antenna
penerima.
sebuah BTS sangat
tergantung ada
kondisi lingkungan
disekitarnya.
Informasi tersebut
diwujudkan pada
sistem informasi
geografis dan
ditampilkan pada
sebuah peta
elektronik.
3 Anggi Praharasty
Waraassih
Analisis
Kualitas
Panggilan
Pada Jaringan
GSM
Menggunakan
TEMS
Investigation
Melakukan
Pengukuran
kualitas
panggilan
dengan cara
menggunakan
metode Drive
test
menggunakan
TEMS
Investigation
4.1.1 dengan
parameter
RxLevel,
RxQual, SQI.
Parameter yang
menjadi tolak ukur
pada kualitas
panggilan pada
jaringan GSM
adalah RxLev,
RxQual, dan SQI.
Berdasarkan
pengamatan di
ketiga titik
pengamatan,
kualitas panggilan
terbaik berada pada
hari Kamis di titik 1
dengan nilai rata-
rata RxLev - 79,33
dBm; RxQual 0,67;
dan SQI 24,78
11
2.2.1 PropagasiGelombang Radio
Pada komunikasi tanpa kabel, dibutuhkan adanya media transmisi yaitu
gelombang radio. Gelombang radio akan melakukan propagasi untuk
mentransmisikan suatu informasi. Propagasi gelombang radio didefinisikan
sebagai gelombang radio di suatu medium (umumnya udara).Propagasi
gelombang radio dapat dikatakan ideal jika gelombang yang dipancarkan oleh
antena penerima diterima langsung oleh antena penerima tanpa melalui suatu
hambatan (Line Of Sight/LOS).Seluruh pemodelan dasar pada propagasi radio,
disebut model propagasi ruang bebas (Free space).Propagasi ruang bebas terjadi
apabila di antara transmitter dan receiver tidak terdapat penghalang
apapun.Komunikasi satelit dan komunikasi gelombang mikro LOS mengalami
propagasi ruang bebas (Free Space).Propagasi ruang bebas berfungsi untuk
memperkirakan penguatan dari sinyal pada penerima.
2.2.2 Propagasi Garis Pandang (Line of Sight)
Propagasi Garis Pandang atau yang biasa disebut Line Of Sight(LOS)
mempunyai keterbatasan pada jarak pandang. Dengan demikian, ketinggian
antena dan kelengkungan permukaan bumi merupakan faktor pembatas yang
utama dari propagasiLOS , jarak jangkauannya sangat terbatas, kira-kira 30-50
mil per link, tergantung topologi pada permukaan buminya. Dalam praktek, jarak
jangkauan sebenarnya 4/3 dari LOS (untuk K = 4/3), karena adanya faktor
pembiasan oleh atmosfir bumi bagian bawah.
Propagasi ini disebut dengan propagasi dengan gelombang langsung
(direct wave), karena gelombang yang terpancar dari antena pemancar langsung
berpropagasi menuju antena penerima dan tidak merambat di atas permukaan
tanah.Oleh karena itu, permukaan bumi/tanah tidak meresapnya. Gelombang jenis
ini disebut dengan gelombang (Space Wave), karena dapat menembus lapisan
iosnosfir dan berpropagasi di ruang angkasa (Aswoyo,2006)
Propagasi ini merupakan andalan sistem telekomunikasi masa kini dan
yang akan datang, karena dapat menyediakan kanal informasi yang lebih besar
12
dan kehandalannya yang lebih tinggi, dan tidak dipengaruhi oleh fenomena
perubahan alam, seperti pada propagasi gelombang langit pada umumnya.
Band frekuensi yang digunakan pada jenis propagansi ini sangat lebar,
yaitu meliputi band VHF (30-300 MHz), UHF (0,3-3 GHz), SHF (3-30 GHz) dan
EHF (30-300 GHz), yang sering dikenal dengan band gelombang mikro
(microwave).
Aplikasi untuk pelayanan komunikasi, antara lain : untuk siaran radio FM,
Sistem Penyiaran Televisi (TV), Komunikasi Bergerak, Radar, Komunikasi
Satelit, dan Penelitian Ruang Angkasa.
2.2.3 Propagasi Non Line Of Sight (NLOS)
Transmisi radio dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
propagasi antara Transmitter dan Receiver (kondisi LOS atau NLOS).NLOS
digunakan untuk mendeksripsikan transmisi radio melalui jalur yang
diblok/terhalangi secara parsial, biasanya berupa objek fisik dalam zona Fresnel.
Dalam hal ini terjadi proses pemantulan/pembekokan, pembiasan dan penembusan
oleh gelombang radio tersebut. Hambatan yang paling sering ditemui adalah
dinding, atap dan lantai. Setiap hambatan yang ada akan mempengaruhi pathloss
pada jalur transmisi. Pathloss menunjukkan tingkat redaman yang dialami oleh
sinyal yang dinyatakan sebagai selisih antara level sinyal pengirim dan level
penerima (Theodore S. Rappaport, 1996). Terdapat tiga mekanisme dasar yang
terjadi pada propagasi sinyal (Sarna, S.20013) :
1. Refleksi
Refleksi terjadi ketika gelombang electromagnet yang merambat mengenai
permukaan yang halus dengan dimensi besar dibandingkan dengan
panjang gelombang sinyal.
2. Difraksi
Difraksi terjadi ketika lintasan radio terhalang oleh objek padat yang lebih
besar daripada panjang gelombang sinyal.Biasa disebut juga dengan
shadowing.
13
3. Hamburan
Hamburan terjadi ketika gelombang elektromagnet yang merambat
mengenai permukaan kasar dengan dimensi lebih besar dibandingkan
dengan panjang gelombang sinyal atau mengenai permukaan berdimensi
kecil.
2.3 Model Pengukuran Cost 231-Hata
Model propagasi Cost 231-Hata dapat digunakan pada frekuensi antara
1500-2000 MHz, untuk tinggi antena base station antara 30-200 meter dan tinggi
mobile station antara 1-10 km untuk jarak dapat mencapai 20 Km (ETSI TR 143
030 V9.0.0 (2012-02))
Perhitungan nilai pathloss kondisi LOS menggunakan model cost 231-
Hata untuk kawasan urban ditentukan dengan Persamaan2.1 :LU = 46,3 + 33,9*log(f) – 13,82*log(Hb) – a(Hm) + [44,9 –6,55*log(Hb)]*log(d) + Cm ........................................................................... (2.1)Dengan :a(Hm) = [ 1,1 * log(f) – 0,7} * Hm- [1,56 * log(f) – 0,8]Cm = 0 dB for medium sized city and suburban centers with moderate tree
density.Cm = 3 dB for metropolitan Centres.
Dimana :
= Rugi-rugi propagasi (dB)
f = FrekuensiHb = Tinggi base stationHm = Tinggi mobile station
2.4 Model Pengukuran Cost 231 Walfish-Ikegami
Model propagasi Walfish-Ikegami merupakan model yang paling umum
digunakan pada daerah urban.Model propagasi ini dapat digunakan pada
frekuensi antara 900-2000 MHz, untuk tinggi antena transmitter hingga 50 meter
dan untuk jarak dapat mencapai 5 Km (Allen, Ben.2013).
14
Perhitungan nilai pathloss kondisi LOS menggunakan model Walfisch-
Ikegami untuk kawasan urban ditentukan dengan Persamaan 2.2 (Ranvier,
Sylvain) := 42,6 + 26 ( ) + 20 ( ) ................................................. (2.2)
Perhitungan nilai pathloss kondisi NLOS menggunakan model Walfisch-Ikegami
untuk kawasan urban ditentukan dengan Persamaan2.3 := 32,4 + 20 ( ) + 20 ( ) + + ..................... (2.3)
Dimana :PLLOS / PLNLOS = Rugi-rugi propagasi (dB)
d = Jarak antra transmitter BS dengan receiver UE (km)
f = Frekeunsi Kerja (MHz)
= rugi-rugi roof-top-to-street
= rugi-rugi multi screen difractiion
w = Lebar jalan (meter)
∆hmobile = h – hmobile
∆hbase = hbase – h
h = tinggi gedung di sekitar BS dan UE (meter)
b = jarak antara titik tengah gedung disekitar BS dan UE
(meter)
Nilai dapat dicari dengan Persamaan 2.4:Lrts= -8,8 + 10 log (f) + 20 log (∆ hmobile) – 10 log (w) + Lori .................. (2.4)
Nilai Loridapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2Nilai Lori
Lori Φ (sudut)
-10 + 0,354 ϕ 0 ≤ ϕ ≤ 35
2,5 + 0,075 (ϕ – 35) 35 ≤ ϕ ≤ 55
4,0 – 0,114 (ϕ – 55) 55 ≤ ϕ ≤90
15
Nilai dapat dicari dengan Persamaan 2.5:= + + ( ) + ( ) − 9 ( )....................... (2.5)
Dimana :
= - 18 log ( 1 + hbase – hroof ) dimana hbase>hroof
= 0 jika hbase ≤ hroof
Nilai untuk koefisien Ka, Kd, Kf dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3Nilai untuk koefisien Ka, Kd, KfKa = 54 hbase>hroofKa = 54 – 0,8 ∆hbase d ≥ 0,5 dan hbase ≤ hroofKa = 54 – 0,8 ∆ hbased/0,5 d< 0,5 dan hbase ≤hroofKd = 18 hbasee>hroofKd = 18 – 15 ∆ hbase /hroof hbase ≤ hroofKf = -4 + 0,7 (f /925 -1 ) Untuk daerah suburban dan kota sedangKf = -4 + 1,5 (f/925 -1) Untuk kota besar metropolitan
Dimana b = jarak rata-rata antar gedung (m), Ka dan Kd adalah konstanta
koreksi untuk tinggi antena, sedangkan Kfadalah adaptasi untuk perbedaan
kepadatan bangunan (Hernando, 1999)
2.5 Outdoor Path Loss Model NLOS 3GPP
Model ini dikembangkan oleh 3GPP menggunakan berbagai macam hasil
pengukuran dan literatur. Model ini dapar diaplikasikan pada rentang frekuensi 2-
6Ghz dan berbagai tinggi antena pada daerah urban(Huang, R. 2012).
Model ini diberikan sebagai berikut:
PL = 161,04 -7,1*log10(W)+7,5*log10(h)- 24,37-3,7*(h ) *log10(ℎ )
+ 43,42-3,1*log10(ℎ ) (log10(d)-3)+20*log10( )-(3,2*(log10(11,75*ℎ )) -4,97)......................................... (2.6)
(Sumber: Energy Efficient Analysis for WCDMA/3G Homogeneous and HeterogeneousDeployments in Indoor Environment)
16
Dimana:
PL = total path loss (dB)
d = jarak dalam meter (10-5000m)
W = lebar jalan (5-50m)
h = tinggi rata-rata bangunan (5-50m)
hBS = tinggi Base Station (10-150m)
hUT = tinggi User Terminal (1-10m)
fc = Frekuensi (2-6GHz)
Standard Deviation = 8
2.6 Received Signal Level (RSL)
Dalam komunikasi seluler, kuat sinyal penerima RSL adalah kuat sinyal
penerimaan menyatakan besarnya sinyal yang diterima pada sisi penerima MS.
Kuat signal antara BS dan MSharus lebih besar dari nilai threeshold untuk
menjaga kualitas sinyal pada penerima. Kuat signal juga tidak boleh terlalu kuat
sehingga dapat menimbulkan lebih banyak interfrensi co channel terhadap kanal
pada sel yang menggunakan frekuensi yang sama. Keputusan handoff berdasarkan
kuat sinyal peneriman dari BS terdekat dengan BS tetangga. Sinyal akan melemah
saat mobile bergerak menjauh dari BS dan semakin kuat jika mendekati BS. RSL
untuk beberapa model pathloss dapat dikalkulasi dengan Persamaan 2.7
(Wibisono, 2004) :
Pr = Pt + Gt+Gr-PL-A............................................................... (2.7)
Di mana :
Pr = received signal (dBm).
Pt = daya pancar / transmitted power (dB).
Gt = penguatan (gain) antenna pemancar (dB).
Gr = penguatan (gain) antenna penerima (dB).
PL = total pathloss (dB).
A = Loss kabel dan konektor.
Terdapat rentang warna berdasarkan nilai signal yang diterima oleh
receiver / RSL, dapat kita lihat pada Tabel 2.4yaitu :
17
Tabel 2.4 Nilai RSL
Sumber : PT. Hutchison Three Indonesia
Zona Nilai RSL Coverage Level
Zona hitam -66 ≤ x ≤ 0 dbm Baik Sekali
Zona Hijau tua -68 ≤ x ≤ -66 dbm Baik Sekali
Zona Hijau muda -72 ≤ x ≤ -68 dbm Baik
Zona Biru muda -76 ≤ x ≤ -72 dbm Baik
Zona biru -80 ≤ x ≤ -76 dbm Sedang
Zona kuning -84 ≤ x ≤ -80 dbm Sedang
Zona orange -89 ≤ x ≤ -84 dbm Buruk
Zona Merah -120 ≤ x ≤ -89 dbm Buruk
2.7 Breakpoint
Breakpoint adalah penurunan level daya tanpa adanya kenaikan nilai level
daya secara terus menerus pada grafik fungsi jarak pathloss. Breakpoint ini tidak
dapat dihitung menggunakan rumus dan hanya dapat ditentukan dengan melihat
grafik dari pathloss fungsi jarak.Dimana pada grafik terdapat 2 buah garis, yaitu
garis regresi fungsi jarak dan garis pathloss fungsi jarak.Breakpoint ditentukan
dari perpotongan terakhir antara kedua garis tersebut.
Dengan adanya pengukuran titik breakpoint, maka kita akan dapat
mengukur besarnya level daya dan pathloss, sehingga dapat menentukan area
efektif dari pemancar dan juga bisa memperkirakan dimana akan melektakkan
pemancar. Sehingga pengukuran ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
membangun sebuah pemacar.
2.7.1 Regresi Linier
Analisis regresi linier digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan
antara variable Independet (X) dan variabeldependent (Y), dari persamaan
tersebut dapat diketahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y yang
ditunjukkan oleh hubungan yang dinyatakan dalam Persamaan 2.8 yaitu
persamaan umum regresi linier sederhana adalah sebagai berikut (Sugiyono
,2008):
Y = α + bX......................................................................................... (2.8)
18
Dimana :
Y = Variabel dependen yang dipredisikan
α = Konstanta
b = Koefisien regresi X terhadap Y
X = Variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Koefisien regresi (b) akan bernilai positif apabila X berbanding lurus
terhadap nilai Y, sebaliknya b akan bernilai negative apabila nilai X berbanding
terbalik terhadap nilai Y. nilai α dapat dicari dengan persamaan 2.9yaitu :
........................................................................................................... (2.9)
nilai b dapat dicari dengan persamaan 2.8 yaitu :
........................................................................................................... (2.10)
2.7.2 Pathloss Eksponent
Selain dengan regresi linier, breakpoint dapat dicari dengan menggunakan
garis pathloss eksponent (Sato, 2004). Berdasarkan propagansi pada freespace,
rugi-rugi propagasi bisa dihitung dengan persamaan (2.10) :
Loss = 10 log ( )2
................................................................... (2.11)
Dari persamaan (2-9) tersebut, nilai 2 merupakan pathloss eksponent pada
keadaan free space. Sedangkan pada keadaan selain free spacemaka nilai dari
pathloss eksponent untuk beberapa kondisi juga lain. Table 2.5 menunjukan nilai
dari pathloss eksponent untuk beberapa kondisi :
Tabel 2.5Nilai Pathloss Eksponent
Sumber : Rappaport T.S. “Wireless Communication-Principle and Practice”
Condition Pathloss Eksponent
Free Space 2
Urban – Celluler 2,7 -3,5
a =(∑ ) ∑ –(∑ )(∑ )∑ (∑
b =∑ (∑ )(∑ )∑ (∑ )
19
Shadowed Urban Celluler 3 -5
In Building LOS 1,6 – 1,8
Obtruscted Building In 4 – 6
ObtrusctedFactories In 2 – 3
Berdasarkan Table 2.5 kondisi lingkungan pengukuran, sebagai
pembanding untuk menentukan breakpoint maka dapat digunakan pathloss
ekponent 2 karena pada lokasi pengukuran merupakan tempat terbuka (free space)
2.8 Teknik Analisis Data
Data drive test dari sample dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif
yang akan di analisis secara deksriptif (Riduan, 2004) sebagai berikut :
DP = x 100 % .............................................................................................(2.12)
Keterangan :DP = Deksriptif Presentase atau tingkat akurasi (%)
= Skor Ideal (Nilai rata-rata RSL ukur seluruh site)
= Skor empiric (Nilai rata-rata RSL hitung seluruh site)
Nilai akurasi dari masing-masing metode Cost 231-Hata Model, Cost 231
Walfisch-Ikegami, Outdoor Path Loss Model NLOS 3GPP, diperoleh dengan
menggunakan persamaan 2.12.
2.9 Tinjauan Umum GSM
GSM adalah merupakan standar yang diterima secara global untuk
komunikasi seluler digital. GSM adalah nama grup standarisasi yang dimapankan
pada tahun 1982 untuk menghasilkan standar telepon bergerak di Eropa (Common
European Mobile Telephone), yang digunakan sebagai formula spesifikasi untuk
Eropa sistem seluler radio bergerak yang bekerja pada frekuensi 900 Mhz.
Sistem telepon seluler adalah sistem yang dipergunakan untuk
berkomunikasi, antara dua pelanggan yang sedang bergerak atau pelanggan tetap
dengan pelanggan bergerak. Sistem seluler membagi wilayah layanan dalam
20
beberapa daerah layanan yang kecil (sel) yang tersusun sedemikian rupa sehingga
mencakup wilayah layanan.Prinsip dasar sistem telepon seluler ini adalah sebagai
berikut :
Pemancar yang digunakan mempunyai daya pancar yang rendah dan luas
jangkauan daerah pelayanan yang sempit.
Adanya proses pembelahan sel.
Adanya proses perpindahan sel/sektor.
Keselurahan daerah pelayanan dibagi menjadi beberapa daerah pelayan,
yang disebut dengan sel.
GSM di Indonesia dikenal sebagai Sistem Telepon Bergerak (STB), yaitu
salah satu generasi terbaru dari perkembangan-perkembangan sistem telepon radio
digital disamping CDMA.Sistem GSM sangat berbeda dengan sistem seluler
sebelumnya, semua sistem yang mendukung adalah digital sehinga secara
keseluruhan merupakan sistem terbaru dan berbeda dengan sistem sebelumnya.
Pada awalnya sitem GSM ini dikembangkan untuk melayani sistem seluler
dan menjanjikan network yang lebih luas seperti halnya penggunaan Integrated
Services Digital Network (ISDN).Pada perkembangnya sistem GSM ini
mengalami kemajuan pesat dan menjadi standar yang paling popular di seluruh
dunia untuk sistem seluler. Bahkan pertumbuhannya diprediksi akan mencapai 20
sampai 50 juta pelanggan pada tahun 2000
GSM pertama kali diperkanalkan di Eropa pada tahun 1991, kemudian
pada akhir 1993 beberapa Negara non Amerika seperti Amerika Selatan, Asia, dan
Australia mulai mengadopsi GSM yang akhirnya menghasilkan standar baru yang
mirip yaitu DCS 1800, yang mendukung Personal Communication Servise (PCS)
pada frekuensi 1,8 GHz sampai 2 GHz (Suryana, S, 2003).
21
2.9.1 Arsitektur GSM
Arsitektur GSM bisa terlihat pada Gambar 2.1 yaitu :
Gambar 2.1Arsitektur GSM
Sumber : Teknologi Wireless Communication dan Wireless Broadband
Wardhana Lingga, 2010
Jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang
memiliki fungsi dan interface masing-msing yang spesifik. Secara umum aritektur
aristektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi (Wardhana Lingga, 2010) :
1. MS (Mobile Station)
Terdiri dari mobile telepon.MS dilengkapi dengan sebuah smartcard, yang
dikenal dengan SIM (Subscriber Identify Module), berisi nomor identitas
pelanggan.
2. BSS (Base Station System)
BSS merupakan bagian dari jaringan yang menyediakan interkoneksi dari
MS ke peralatan dasar switching.
BSS terdiri dari tiga perangkat yaitu :
a. BSC (Base Station Controler)
BSC membawahi satu atau lebih BTS serta mengatur trafik yang
datang dan pergi dari BSC menuju Mobile Switching Center (MSC)
atau BTS.BSC juga mengatur manajemen sumber radio dalam
pemberian frekuensi untuk setiap BTS dan mengatur handover.
b. BTS (Base Transceiver Station)
BTS merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan
pelayanan radio kepada MS. Dalam BTS terdapat kanal trafik yang
digunakan untuk komunikasi.
22
c. Transcoder
Transcoder berfungsi untuk translasi MSC dari 64 Kbps menjadi 16
Kbps dan juga untuk efisiensi kanal trafik.
3. NSS (Network Switching System)
Berfungsi sebagai switching pada jaringan GSM, manajemen jaringan, dan
sebagai antarmuka antara jaringan GSM dengan jaringan lainnya.
Komponen NSS pada jaringan GSM terdiri dari :
a. MSC.
MSC didesain sebagai switch Integrated Services Digital Network
(ISDN) yang dimodifikasi agar berfungsi untuk jaringan seluler. MSC
juga dapat menghubungkan jaringan seluler dengan jaringan fixed.
b. HLR (Home Location Register)
HLR merupakan database yang berisi informasi sementara menggenai
pelanggan tetap. Data-data tersebut antara lain : layanan pelanggan,
layanan tambahan, serta informasi mengenai lokasi pelanggan terkini
(update).
c. VLR (Visitor Location Register)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara menggenai
pelaanggan,terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area
jaringan.
d. AuC (Authentication Center)
AuC berisi database yang menyimpan informasi rahasia yang di simpan
dalam bentuk format kode.Auc digunakan untuk mengontrol pengguna
jaringan yang sah dan mencegah pelanggan yang melakukan
kecurangan.
e. EIR (Equipment Identity Register)
Merupakan database terpusat yang berfungsi untuk validasi IMEI
(International Mobile Equipment Identity).
f. Inter Working Function
Berfungsi sebagai antarmuka antara jaringan GSM dengan jaringan
ISDN.
23
g. Echo Canceller
Digunakan untuk sambungan dengan Public Switched Telephone
Network (PSTN), yang berfungsi untuk mengurangi echo (gema).
4. OMS (Operation dan Maintenance System).
Bagian ini mengizinkan network provider untuk membentuk dan
memelihara jaringan dari lokasi sentral.
a. OMC (Operation and Maintenance System)
OMC sebagai pusat dan pengontrolan operasi dan pemeliharaan
jaringan. Fungsi utamanya mengawasi alarm perangkat dan perbaikan
terhadap kesalahan operasi.
b. NMC (Network Management Centre)
NMC berfungsi sebagai pengontrolan operasi dan pemeliharaan
jaringan yang lebih besar dari OMC.
2.9.2 Alokasi Frekuensi GSM
GSM merupakan teknologi yang dapat mentransmisikan voice dan data,
namun bit-rate yang dimiliki masih kecil yaitu 9,6 Kbps untuk data dan 13 Kbps
untuk voice, menggunakan teknologi circuit switch, yang artinya pembagian kanal
dimana setiap satu kanal itu mutlak dimilki oleh satu user (Hikmaturokhman, A,
2013) sistem komunikasi bergerak seluler GSM mempunyai spesifikasi yang telah
ditetapkan oleh European Telecommunicatios Standard Institute(ETSI) seperti
yang terlihat pada Table 2.6(Wibisono, G. 2008).
Tabel 2.6Karakteristik GSM (900) MHz
Sumber :(Wibisono, G. 2008).
Lebar Pita Frekuensi Uplink 890-915 MHz, Downlink 935-960 MHz
Duplex Spacing 45 MHz
Carrier Spacing (ARFCN) 200 KHz
Kecepatan Transmisi 270 Kbps
Metode Akses TDMA/FDD
Digital Celluler System (DCS)1800 MHz merupakan sistem turunan dari
standard GSM yang dikembangkan oleh ETSI. DCS 1800 mempunyai
24
bandwidthfrekuensi sebesar 75 MHz atau 374 carrier, sehingga kapasitas
trafiknya tiga kali lebih tinggi dari jaringan seluler GSM 900 MHz. Pembagian
kanalnya sama dengan frekuensi 900 MHz yaitu 200 KHz, sehingga jumlah
carriernya (ARFCN) yaitu 75 MHz/0,2 MHz menjadi 375 kanal. Penomoran
kanal ARFCN dimulai dari 511 dan berakhir 885. Perbedaan yang jelas nampak
dari penggunaan range frekuensi sebagai kanal fisiknya. Karakterisitik dari DCS
1800 dapat dilihat pada table 2.7 (Wibisono, G. 2008).
Tabel 2.7Karakteristik DCS 1800.
Sumber :(Wibisono, G. 2008).
Lebar Pita Frekuensi Uplink 1700-1785 MHz ,Downlink 1805-1880 MHz
Duplex Spacing 95 MHz
Carrier Spacing (ARFCN) 200 KHz
Kecepatan Transmisi 270,83 Kbps
Metode Akses TDMA/FDD
Teknologi GSM 1800 MHz menyediakan layanan komunikasi bergerak
dasar dengan kualitas yang lebih tinggi dari pada GSM versi sebelumnya. Selain
itu GSM 1800 MHz mampu mengurangi panggilan gagal (drop calls) dan
kegagalan koneksi akibat sibuknya jaringan(Septyani, T.D, 2007).
2.9.3 Proses Dasar Jaringan GSM
Sistem jaringan GSM adalah system yang terdiri dari beberapa cell.
Jangkauan area servis sebuah cell (atau yang disebut coverage) berbeda dari satu
cell ke cell yang lain. pada daerah pedesaan yang jarang penduduk, coverage area
sebuah cell dapat sangat luas, mencapai 3-8 km, bergantung pada sebuah
subscriber dan karakteristik cell (tinggi tower, tinggi antena, beamwidth antena,
dll), tetapi pada daerah perkotaan yang sangat padat, coverage area sebuah cell
lebih pendek (1-3km), berguna juga untuk mengatasi kapasitas pelanggan yang
besar. Untuk mengatasi mobilitas pengguna dan menjaga koneksi dengan jaringan
tetap berjalan, baik itu dalam keadaan idle mode (tidak melakukan panggilan
telepon), atau dedicated mode (sedang melakukan panggilan), maka terdapat
25
proses-proses, seperti :cell reselection, handover, location update. Berikut
penjelasan dari setiap proses-proses dasar yang terjadi pada jaringan GSM
menurut(Wardhana Lingga, 2010) :
1. Cell Selection
Cell Selection adalah proses sinkronisasi awal pada saat MS dihidupkan
sehingga terhubung ke operator jaringan seluler dan layanan jaringan dapat
digunakan sepenuhnya. Proses ini menggunakan kanal logika Broadcast
Control Channel (BCCH) untuk sinkronisasi frekuensi antara MS dan cell.
2. Cell Reselection
Cell Reselection adalah proses perpindahan mobile user dari satu cell ke
cell yang lain pada saat idle mode atau MS sedang tidak melakukan
panggilan. Cell Awal yang ditinggalkan disebut source cell sedangkan cell
tujuan disebut targer cell.Terdapat beberapa kriteria yang menyebabkan
terjadinya cell reselection adalah sinyal yang lemah pada source cell yang
telah melewati batas yang telah ditentukan.
3. Handover
Handover adalah proses perpindahan mobile user dari satu cell ke cell
yang lain pada saat mode dedicated atau MS sedang melakukan panggilan.
Cell awal yang ditinggalkan disebut source cell, sedangkan cell tujuan
disebut target cell.Handover berfungsi untuk tetap menjaga koneksi
sewaktu panggilan ketika mobile user berada di luar jangkauan source cell.
Terdapat beberapa kriteria yang menyebabkan terjadinya handover, antara
lain : sinyal yang lemah pada source cell yang telah melewati batas yang
telah ditentukan, kualitas yang kurang bagus, dan lainnya. Pada saat
terjadinya handover koneksi dengan source cell diputus dan dipindahkan
ke targetcell. Hal ini menunjukkan bahwa handover adalah proses yang
sangat kompleks dan kritis pada sistem GSM. Ada beberapa tipe handover
yaitu :
a. Intra Cell Handover.
26
Intra Cell Handover yaitu handover yang hanya terdiri dari satu
timeslot ke timeslot yang lain dalam satu cell atau dari satu Traffic
Reason Handover (TRX) ke TRX yang lain dalam satu cell.
b. Inter Cell Handover.
Inter Cell Handover yaituhandover yang terjadi dari satu cell ke
cell yang lain yang masih terdapat di dalam BSC yang sama.
c. Inter BSC Handover.
Inter BSC handover yaitu handover yang terjadi dari satu cell ke
cell yang lain dan source cell terletak pada BSC yang berbeda
tetapi masih terletak pada MSC yang sama.
d. Inter MSCHandover.
Inter MSChandoveryaitu handover yang terjadi dari satu cell ke
cell yang lain dan source cell terletak pada BSC yang berbeda dan
terletak MSC yang berbeda.
e. InterPublic Land Mobile Network (PLMN).
Inter PLMN yaitu handover yang terjadi dari satu cell ke cell yang
lain dan source cell terletak pada operator yang lain pada negara
yang berbeda. Handoverinter PLMN biasanya terjadi di daerah
perbatasan antar negara dan kedua belah pihak operator yang
berbeda negara sudah melakukan kerjasama agar user tetap dapat
melakukan panggilan meskipun telah melewati batas negara dan
dilayani oleh operator yang berbeda.
4. Paging
Paging adalah proses menyiarkan pesan dari jaringan seluler kepada
spesifik mobile user untuk melakukan suatu aksi, sebagai contoh adalah
apabila ada panggilan masuk yang harus diterima oleh mobile user. Jika
sistem tidak mengetahui lokasi mobile user berada dalam suatu cell, maka
sistem akan melakukan proses paging di beberapa cell. Pendekatan yang
sangat baik adalah sistem harus melakukan paging ke semua cell untuk
mengetahui lokasi mobile user, tetapi apabila hal ini dilakukan, maka
27
kapasitas radio yang digunakan akan sangat besar. Hal ini dapat diatasi
dengan adanya Location Area dan Location Update.
5. Location Update
Location update digunakan untuk mengurangi jumlah proses paging yang
harus dilakukan oleh sistem jaringan seluler. Sistem jaringan seluler dibagi
menjadi beberapa locationarea : setiap BSC dapat terdiri dari beberapa
location area, minimal terdiri dari satu location area. Setiap cellakan
menyiarkan location area ke mobile user. Setiap mobile user
mengidentifikasikan location area yang baru, lalu berpindah ke location
area yang baru, sehingga MS akan melakukan location update. Setiap
proses location update dilakukan update data-data, tepatnya posisi MS
berada dalam suatu cellakan disimpan dalam Visitor Location Register
(VLR). Update data pada VLR diambil dari data subscriber pada HLR.
Dengan proses ini memungkinkan sistem melakukan proses paging di
cakupan area yang lebih kecil karena proses paging tidak harus dilakukan
di semua cell di satu jaringan seluler, tetapi hanya dilakukan oleh cell-cell
yang berada dalam satu location area. Proses location update tidak hanya
terjadi apabila terjadi perpindahan location area, tetapi juga terjadi secara
periodic apabila MS masih terletak pada location area yang sama agar
data selalu ter-update.
6. Outgoing dan Incoming Call
Melakukan panggilan telepon dan menerima telepon sebenarnya adalah
proses yang cukup rumit dalam jaringan seluler, pengecekan profil
pengguna perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum panggilan telepon dapat
dilakukan. Contohnya, apakah masa tenggang pengguna masih berlaku
untuk kartu prabayar atau apakah jumlah pulsa masih cukup untuk
melakukan panggilan untuk pengguna kartu prabayar juga dll.Semua profil
pengguna untuk melakukan panggilan ini dilihat di VLR. Proses
melakukan panggilan keluar biasa disebut sebagai dan proses penerimaan
panggilan masuk biasa disebut MTC (Mobile Terminating Call).
28
2.9.4 Key Perfomance Indicator (KPI) GSM
KPI merupakan faktor utama yang dijadikan acuan baik buruknya kualitas
dan kehandalan suatu jaringan GSM. Setiap operator memilki cara perhitungan
dan nilai standar masing-masing.
2.9.4.1KPI Parameter Radio
Pada pengukuran drive test data yang diambil adalah data radio, parameter
radio yang diambil adalah parameter yang ditentukan oleh KPI. Parameter yang
diambil standar HCPT Threeadalah :
1. RSL.
RSL adalah kuat sinyal penerimaan menyatakan besarnya sinyal yang
diterima pada sisi penerima MS. Nilai RSL merupakan suatu nilai yang
menunjukkan level daya kekuatan sinyal yang ditunjukkan dalam rentang
dBm. Semakin kecil nilai RSL semakin lemah kekuatan sinyal penerimaan
pada MS, yang dapat dilihat pada Table 2.8 yaitu :
Tabel 2.8Standar Nilai RSL.
Sumber : PT. Hutchison Three Indonesia
Zona Nilai RSL Coverage Level
Zona hitam -66 ≤ x ≤ 0 dBm Baik Sekali
Zona Hijau tua -68 ≤ x ≤ -66 dBm Baik Sekali
Zona Hijau muda -72 ≤ x ≤ -68 dBm Baik / Kuat
Zona Biru muda -76 ≤ x ≤ -72 dBm Baik / Kuat
Zona biru -80 ≤ x ≤ -76 dBm Sedang / Cukup
Zona kuning -84 ≤ x ≤ -80 dBm Sedang / Cukup
Zona orange -89 ≤ x ≤ -84 dBm Buruk / Lemah
Zona Merah -120 ≤ x ≤ -89 dBm Buruk / Lemah
2. RxQual.
RxQual yang merupakan tingkat kualitas sinyal penerimaan di MS, adalah
kualitas sinyal suara (voice) yang diukur dalam Bit Error Rate (BER).Nilai
RxQual ini berfungsi sebagai penanda kualitas sinyal, apakah sudah bagus
atau belum.Rentang nilai RxQual antara 0 – 7, dimana nilai tersebut
dipengaruhi oleh jumlah BER yang terjadi. Semakin besar nilai RxQual,
29
maka semakin buruk kualitas sinyalnya, yang dapat dilihat pada Table 2.9
yaitu :
Tabel 2.9Standar Nilai RxQual.
Sumber : PT. Hutchison Three Indonesia
Zona Nilai RxQual (dBm) Nilai Kualitas Sinyal
Hijau 0 < x < 4 Baik / Kuat
Kuning 4 < x < 6 Sedang / Cukup
Merah 6 < x < 8 Buruk / Lemah
2.10 Jenis Sel Pada Seluler
Dalam perencanaan sel, penentuan jenis/tipe sel yang akan dirancang
terlebih dahulu harus ditentukan dengan memperhatikan tipe daerah lokasi
layanan. Tiap sel mengacu pada satu frekuensi kanal dan masing-masing tidak
boleh berfrekuensi berdekatan atau bahkan sama agar tidak terjadi overlapping
atau interfrensi. Beberapa jenis sel antara lain, Makro cell, Mikrocell, Picocell.
2.10.1 MakroCell
Pada makrocell, antenna BS dapat dikonfigurasi untuk mencapai
ketinggian yang optimal.Jarak sel minimal dalam perencanaan menggunakan
perhitungan makrocell ini adalah 1 km dan biasanya digunakan untuk jari-jari sel
di atas 3 km (Agung Yoke, B). Jenis sel biasanya diaplikasikan untuk daerah rural
dan sub urban karena akan menghasilkan jari-jari sel yang besar. Namun
demikian, implementasi sel ini juga dilakukan untuk daerah urban dengan tujuan
meningkatkan kapasitas trafik dengan menopang sel-sel kecil (cell splitting).Posisi
dari antenna pada makrocell adalah lebih tinggi dari bangunan sekitar.Pada
Gambar 2.2 adalah salah satu contoh dari makro cell.
Gambar 2.2BTS (Base Transceiver Station)
30
2.10.2 Mikro Cell
Mikrocell adalah sel dengan coverage yang lebih kecil daripada makrocell
dimana umumnya di gunakan di daerah dengan kepadatan pengguna yang tinggi
seperti wilayah pusat perekonomian dan kawasan perumahan.Agar suatu daerah
luas yang padat populasi pengguna dapat dilayani dengan baik, maka daerah
tersebut tidak dapat dilayani hanya dengan makrocell.Daerah yang luas tersebut
harus dibagi menjadi beberapa daerah coverage yang lebih kecil dan trafik
dilayani oleh sel yang lebih kecil, yaitu mikrocell. Dengan pembagian ini, maka
kapasitas channel dapat ditingkatkan sehingga seluruh pengguna dapat dilayani
dengan baik. Salah satu contohmikrocell adalah menara rooftop (Amri, 2013). Ciri
lain dari menari mikrocell ialah daya transmisi yang digunakan tidak terlalu besar
karena wilayah coverage pada mikrocell tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1 km.
(abdusajid, 2011). Menara Rooftop kali ini termasuk ke dalam kategori mikro cell,
karena perencanaan ini memakai datadrive testmikro cell yang memiliki coverage
kurang dari 500 m dan ketinggian kurang dari 25 m (Susila, M.N.D, 2014). Pada
Gambar 2.3 adalah salah satu contoh mikro cell yaitu rooftop.
Gambar 2.3 Menara Rooftop
2.10.2.1Menara Rooftop
Menara rooftop adalah menara telekomunikasi yang didirikan di atas
bangunan (Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum).
Menurut (Sudiarta, P.K. 2013)menara rooftop terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Tower/Menara.
Fungsi dari menara telekomunikasi adalah menepatkan antena pemancar
sinyal untuk memberikan layanan kepada pelanggan di sekitar menara
tersebut.Hal terpenting yang harus dipenuhi untuk pembangunan sebuah
31
menara adalah penempatan antnna-antena tersebut, dimana dibutuhkan
ketinggian tertentu untuk dipenuhinya syarat memancarkan dan menerima
sinyal.Pada Gambar 2.4 menjelaskan tentang bagian-bagian dari menara
rooftop.
Gambar 2.4 Bagian Menara Rooftop
(Sumber:Sudiarta, P.K, 2013)
2. Shelter.
Shelter adalah kabinet yang di dalamnya terdapat suatu perangkat
transmisi untuk kebutuhan antena pada menara telekomunikasi, dimana
shelter juga berfungsi sebagai pelindung perangkat operator dari
lingkungan luar, yang bisa dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5Shelter menara
3. Antena
Fungsi antena adalah untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
elektromagnetik, lalu meradiasikannya (Pelepasan energi elektromagnetik
ke udara / ruang bebas).Dan sebaliknya, antena juga dapat berfungsi untuk
menerima sinyal elektromagnetik (Penerima energi elektromagnetik dari
ruang bebas) dan mengubahnya menjadi sinyal listrik.
32
Gambar 2.6Antenamenara Rooftop
2.10.3 Pico Cell
Peletakan antenna BS untuk picocell biasanya diletakkan didalam ruangan
dengan cakupan area yang kecil untuk menutupi area yang tidak terjangkau oleh
makrocell dan mikrocell.Cakupan picocell hingga 500m.
2.11 Drive Test
Drive test adalah suatu pekerjaan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data dari hasil pengukuran kualitas sinyal suatu jaringan. Drive test merupakan
bagian dari proses optimasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu
jaringan dan mengembangkan kapasitas jaringan. (Al Kautsal, 2009). Drive test
dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah mobil dengan kecepatan rendah
yang didalamnya telah dipasang perlengkapan untuk drive test yang bisa dilihat
pada Gambar 2.7. Selain itu pengukuran sinyaljuga dapat dilakukan secara manual
atau walk test yang biasanya dilakukan didalam sebuah bangunan atau area BTS.
33
Gambar2.7Proses drive test
Untuk melakukan drive test baik dengan mobil ataupun secara manual
diperlukan beberapa perlengkapan yaitu :
1. MS yang didalamnya telah terintegrasi program untuk drive test.
2. Laptop atau netbook yang didalamnya terdapat program khusus untuk
drive test.
3. GPS untuk mengetahui koodinat suatu lokasi.
Fungsi dari kegiatan drive testadalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi radio suatu BTS
2. Informasi level daya terima, kualitas sinyal terim, mengetahui jarak antara
BTS dan MS, interfrensi, serta melihat proses serta kualitas handover.
3. Dengan adanya hasil pengukuran maka bisa diputuskan apakah keadaan
radio suatu BTS masih layak atau perlu dilakukan suatu perbaikan.
2.11.1 Jenis-Jenis Pengukuran Drive Test
Jenis-jenis pengukuran drive test ada 3 yaitu:
1. Drive TestIdle Mode
Drive test idle mode yaitu untuk mengukur kualitas sinyal yang diterima
MS dalam keadaan idle (tidak melakukan call/sms). Biasanya mode ini
34
dilakukan hanya untuk mengetahui signal strength suatu area yang
terindikasi low signal/no service.
2. Drive Test Dedicated Mode
Drive test dedicated mode adalah pengukuran kualitas sinyal yang diikuti
dengan pendudukan kanal (long call/ short call ke destination tertentu).
Untuk mengukur dan mengidentifikasi kualitas voice.
3. Drive Test Qos Mode
Drive test qos mode yaitu pengukuran kualitas sinyal diikuti dengan
pendudukan kanal dengan metode call set up dan call end dengan formula
time / command sequence tertentu.
2.11.2 Parameter Drive test
Saat melakukan kegiatan drive test ada beberapa parameter yang harus
diperhitungkan diantaranya (Gultom, Widjaja, 2009) :
1. Broadcast Control Channel (BCCH)
BCCH adalah bagian controlchannel dalam GSM untuk melakukan
pemancaran data network cell lokasi pelanggan dan apa saja cellneighbor
(tetangga). BCCH bersifat downlink dari BTS ke MS saja
2. Absolute Radio Frequency Channel (ARFCN)
ARFCN berfungsi untuk menyederhanakan nilai frekuensi GSM, misalnya
menyebutkan alokasi frekuensi untuk operator A dari kanal 51 sampai 87
dibandingkan 945.2 MHz sampai 952.4. apabila pihak regurator hanya
mengalokasikan frekuensi dalam satuan MHz tapi tidak nomor kanal
ARFCN maka dilakukan maaping frekuensi sendiri MHz ke ARFCN.
3. Cell Global Identity (CGI)
CGI adalah sebuah identitas yang unik dari beberapa cell dalam suatu
jaringan seluler.Sebuah CGI untuk sebuah cell bersifat unik. Tidak
akanada satu CGI yang digunakan oleh dua atau lebih cell yang berbeda.
4. Local Area Code (LAC)
LAC adalah sebuah identitas yang digunakan untuk menunjukkan
kumpulan beberapa cell. Sebuah PLMN tidak boleh menggunakan 1 LAC
35
yang sama untuk 2 cell group yang berbeda. Sebuah LAC dapat digunakan
dalam 2 atau lebih BSC yang berbeda dengan syarat masih dalam 1 MSC
yang sama. Informasi lokasi LAC terakhir dimana sebuah MS berada akan
disimpan di VLR dan akan diperbaharui apabila MS tersebut bergerak dan
memasuki area dengan LAC yang berbeda.
5. Mobile Country Code (MCC)
MCC adalah identifikasi suatu negara dengan menggunakan 3 digit.Tiga
digit MCC ini merupakan bagian dari format penomoran IMSI, dimana
secara total IMSI terdiri dari 15 digit.
6. Mobile Network Code (MNC)
MNC adalah 2 digit identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi
sebuah jaringan bergerak. Kombinasi antara MCC dan MNC akan selalu
menghasilkan sebuah kode yang unik di seluruh dunia. MNC ini juga
digunakan di penomoran IMSI.
7. Cell Identity (CI)
CI merupakan identitas sebuah cell dalam jaringan seluler. Dalam sebuah
PLMN, CI yang sama dapat digunakan untuk 2 atau lebih cell yang
berbeda, asalkan dalam LAC yang berbeda.
8. Base Station Identity Code (BSIC)
BSIC berfungsi agar MS dapat membedakan BTS yang menggunakan
frekuensi yang sama.
9. RSL
RSL adalah kuat sinyal penerimaan menyatakan besarnya sinyal yang
diterima pada sisi penerima MS. Nilai RSL merupakan suatu nilai yang
menunjukkan level daya kekuatan sinyal yang ditunjukkan dalam rentang
dBm. Semakin kecil nilai RSL semakin lemah kekuatan sinyal penerimaan
pada MS.
10. RxQual
RxQual yang merupakan tingkat kualitas sinya penerimaan di MS, adalah
kualitas sinyal suara (voice) yang diukur dalam BER.Nlai RxQual ini
berfungsi sebagai penanda kualitas sinyal, apakah sudah bagus atau
36
belum.Rentang nilai Rx Qual antara 0 – 7 dBm, dimana nilai tersebut
dipengaruhi oleh jumlah BER yang terjadi.Semakin besar nilai RxQual,
maka semakin buruk kualitas sinyalnya.
11. Timing Advance (TA)
TA adalah parameter yang menunjukkan seberapa jauh jarak antara sebuah
MS dengan BTS.
2.12 TEMSInvestigation 8.0.3
TEMSInvestigation 8.0.3 adalah kependekan dari test mobile sistem yang
merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan drive
test. Pada dasarnya terdiri dari ponsel TEMSmobile phone yang dikendalikan oleh
perangkat lunak pada komputer.Ponsel yang support dengan program TEMS
Investigation 8.0.3 diantaranya adalah SE K800i, K790i, K600i, W600, Z800i,
V800. TEMS memberikan informasi mengenai identitas cell, kode identitas base
station, BCCH, kode negara mobile station, kode jaringan, kode area cell yang
melayanai (serving cell), RSL, RxQual, FER, SQI, Timing Advance (TA),
TxPower, Downlink, Uplink. Pada Gambar 2.8 adalah tampilan interface dari
software TEMS Investigation 8.0.3.
2.13 G-NetTrack Pro
G-NetTrack Pro adalah aplikasi untuk memonitor jaringan dan drive test
pada perangkat yang beroperasi sistem OS Android.Teknologi yang didukung
pada aplikasi G-NetTrack Pro adalah Long Term Evolution (LTE), Universal
Mobile Telecommunication system (UMTS), GSM, CDMA, Evolution Data
Optimized (EVDO). Pengukuran juga bisa dilakukan pada lokasi indoor dan
outdoor. Informasi yang bisa didapatkan dengan menggunakan software G-
NetTrack Pro adalah RSL, RxQual, MCC, MNC, CI, LAC, Time, Langitude,
Latitude, Upload, Download, Tipe jaringan yang digunakan, Operator yang
digunakan. Untuk dapat menggunakan aplikasi G-NetTrack Pro, kita dapat
memeriksa jenis-jenis telepon genggam yang kompatibel pada website
http://www.gyokovsolutions.com/survey/surveyresults.php.
Fitur utama yang dimiliki oleh G-NetTrack Pro adalah :
37
Pengukuran parameter jaringan nirkabel
Pengukuran Logging di sebuah filelog (Format teks dan KML)
Pengukuran Outdoor dan Indoor
Voice / Data (Upload, Download, Ping) / pengujian SMS
Logging nilai yang terukur dalam teks dan KML file.
Menampilkan nilai-nilai yang dikukur pada tampilan peta.
Menampilkan BTS dan melayanai garis sel di tampilan peta.
Data yang di ukur dengan G-NetTrack Pro dapat di analisis dengan
bantuan alat-alat lain.
Pada Gambar 2.8 adalah tampilan interface dari software TEMS Investigation
8.0.3.
Gambar2.8Tampilan Interface TEMSInvestigation8.0.3
Sumber : Software TEMSInvestigation 8.0.3
Gambar 2.9 adalah tampilan yang dimilki oleh aplikasi G-NetTrackyaitu :
38
Gambar 2.9Tampilan G-Net Track Pro
Sumber : G-Net TrackPro
2.14 MapInfo ProfessionalV 9.0
MapInfo Professional adalah produk perangkat lunak pemetaan yang
wdiproduksi oleh MapInfo Corporation.MapInfo memiliki kemampuan yang
fleksibel dalam penampilan dan perubahan data. Kemampuan tersebut mencakup :
1. Pembukaan banyak table dalam waktu yang bersamaan.
2. Pengendalian property layer secara individual.
3. Mampu membuat dan memodifikasi peta-peta tematik yang ada.
4. Pencaria infomasi terkait dengan data special.
5. System kendali proyeksi peta dan lain-lain.
Gambar 2.10 adalah tampilan yang dimilki oleh MapInfo Professional V 9.0.
2.15 Google Earth
Google Earth merupakan sebuah program globe virtual yang sebenarnya
disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole, Inc.. Program ini memetakan bumi
dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit, fotografi
udara dan globe GIS3D. Tersedia dalam tiga lisensi berbeda(Karch, t.t):
1. Google Earth, sebuah versi gratis dengan kemampuan terbatas;
39
2. Google Earth Plus, yang memiliki fitur tambahan.
3. Google Earth Pro, yang digunakan untuk penggunaan komersial.
Gambar 2.10Tampilan dari MapInfo Professional V.9.0
2.15.1 PenggunaanGoogle Earth
Salah satu fungsi dari Google Earth adalah untuk memetakan bumi, salah
satunya kawasan yang dilakukan penelitian yaitu kawasan kota Denpasar, Bali,
Indonesia. Gambar 2.11 adalah tampilan kota Denpasar pada Google Earth.
2.16 Sekilas Kota Denpasar Timur
Kecamatan Denpasar timur merupakan sebuah kecamatan di kota
Denpasar serta salah satu perangkat daerah kota Denpasar sebagai pelaksana
teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Kecamatan dan Peraturan
Daerah Kota Denpasar Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan dan Kelurahan Kota Denpasar (Denpasar Timur, Denpasar
Kota).Kecamatan Denpasar Timur terdiri dari beberapa Desa yang terdiri
1. Desa Dangin Puri Klod
2. Desa Penatih Dangin Puri
40
3. Desa Sumerta Kaja
4. Desa Sumerta Kauh
5. Desa Kesiman Penatih
6. Kelurahan Dangin Puri
7. Kelurahan Kesiman
8. Kelurahan Penatih
9. Kelurahan Sumerta
Gambar 2.11Kota Denpasar dari Google Earth
Sumber : Google Earth
2.16.1 Lokasi Menara Rooftop pada Wilayah Denpasar Timur
Gambar lokasi diambil bertujuan untuk memudahkan dalam memudahkan
letak atau titik-titik dari menara Rooftop secara real yang diambil dari Map Info.
Berikut ini penjabaran dan spesifikasi dari menara Rooftop jaringan GSM
1800eksisting yang terdapat di wilayah Denpasar Timur yang ditunjukkan pada
Gambar 2.12 dan Table 2.10.
Keterangan Gambar Lokasi :
1. Titik A dengan Site Name 180048_ProtAKABA yang terletak AKABA
(Akademi Keuangan dan Perbankan) Jln. Raya Puputan No.108 Renon,
Sumerta Kauh. Denpasar Timur, Denpasar, Bali, 80235 merupakan
menara 3 Sektor.
41
2. Titik B dengan Site Name 180056_ProtTohpati yang terletak di PT.
Tohpati Grafika Utama, Jl. Gatot Subroto Timur No.38, Denpasar Timur,
Denpasar, Bali, merupakan menara 3 Sektor
3. Titik C dengan Site Name 1800329_ProtHangTuahSanur yang terletak di
Jl. Hang Tuah Sanur No.42 Br. Sanur Kaja, Kec. Denpasar Timur,
merupakan menara 3 sektor
Gambar 2.12Lokasi Menara Rooftoop
Berdasarkan Map Info
Tabel 2.10Spesifikasi Menara Rooftop Denpasar Timur
Sumber : PT. CMTECH
NoSite Name Longitude Latitude Frequensi Band
1 180048_ProtAKABA 115.2296901 -8.6733873 1800 GSM
2 180056_ProtTohpati 115.2504751 -8.63480486 1800 GSM
3 1800329_ProtHangTuahSanur 115.25925 -8.674861111 1800 GSM