Post on 11-Nov-2020
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
2.1.1 Definisi Humas
Menurut (Effendy, 2014) definisi humas adalah sebagai berikut :
“Hubungan masyarakat (Humas) adalah komunikasi dua arah antara organisasi
dengan public secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan
manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama dan pemenuhan
kepentingan bersama.”
Menurut (Syarifuddin Gassing & Suryanto, 2016) dalam kongres dunia
Public Relations Associations dikota Mexico pada 1978 menyepakati pernyataan
berikut ini sebagai definisi Humas :
“public relations practice is the art and social science of analysing trends, predicting
their consequences, counselling organtizations leaders, and implementing planned
programmes of actions which will serve both the organization’s and public interest”
“Humas adalah salah satu cabang ilmu komunikasi yang sangat penting.
Setiap orang pasti melakukan fungsi humas baik untuk kepentingan dirinya sendiri
maupun orang lain atau untuk kepentingan keluarga, kelompok, organisasi dan
masyarakat”. (Morissan, 2014, p. 37)
2.1.2 Tujuan Humas
Menurut (Widjaja, 2014) menjelaskan tujuan humas sebagai berikut:
15
“Tujuan humas yaitu untuk mengembangkan hubungan harmonis dengan pihak lain yakni
public (umum, masyarakat). tujuan humas adalah untuk menciptakan, membina dan
memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di suatu pihak dan
dengan public di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik.”
“Tujuan umum humas berupa memulihkan, membangun, atau meningkatkan citra
organisasi, tujuan khususnya berkenaan dengan isu yang akan disampaikan oleh organisasi.”
(Sopian, 2016, p. 184)
Tujuan humas menurut (Munir, 2017) dalam web blog Forum Teropong, diantaranya:
1. Meningkatkan partisipasi, dukungan dan bantuan secara konkret dari masyarakat
baik itu berupa tenaga, sarana prasarana ataupun dana demi kelancaran dan
tercapainya tujuan organisasi
2. Merangsang dan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada
masyarakat terhadap kelangsungan program organisasi tersebut secara efektif dan
efisien.
3. Mengikutsertakan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
4. Menegakkan dan mengembangkan citra yang menguntungkan bagi organisasi
terhadap para stakeholdernya dengan sasaran yang terkait yakni public internal dan
public eksternal.
5. Membuka kesempatan lebih luas pada para pengguna produk/lulusan dan pihak
yang terkait untuk partisipasi dalam meningkatkan mutu organisasi
Menurut (Hairunissa, 2015) secara universal tujuan Humas adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan citra baik
2. Memelihara citra baik
16
3. Meningkatkan citra baik
4. Memperbaiki citra jika organisasi kita menurun atau rusak
2.1.3 Fungsi Humas
Menurut (sarbidin, 2016) dalam jurnalnya menyatakan fungsi humas adalah
sebagai berikut :
“Fungsi utama humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan
baik antara lembaga/instansi dengan publiknya, intern maupun ekstern, dalam
rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik
dengan upaya menciptakan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim
pendapat (opini public) yang menguntungkan.”
2.1.4 Tugas Humas
Menurut (Kusumastuti, 2016) ada tiga tugas humas dalam organisasi atau lembaga
yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas. Sebagai berikut:
1. Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi kecenderungan perilaku
publik, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan
kebijakan organisasi/lembaga.
2. Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik.
3. Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan
denan publik.
2.1.5 Ruang Lingkup Humas
“Ruang lingkung Humas berdasarkan ciri dan fungsinya, pada umumnya
diklasifikasikan menurut jenis organisasi seperti Humas pemerintah, Humas perusahaan. Dan
Humas internasional”. (Abdullah, 2015, p. 81)
Menurut (Hairunissa, 2015) ada dua yang menjadi ruang lingkup humas (Humas)
yakni sebagai berikut:
17
“Publik internal dan eksternal. Publik internal adalah publik yang berada dalam
sebuah organisasi/lembaga, misalnya karyawan, para manager, top management, dan para
pemegang saham. Sedangkan publik eksternal adalah publik yang berada diluar
organisasi/lembaga, misalnya pemerintahan dan masyarakat.”
Menurut Rachmat Kriyantono dalam (Suprawoto, 2018) ruang lingkup pekerjaan
humas setidak-tidaknya ada tujuh, yakni :
1. Publication dan publicity, yaitu memperkenalkan perusahaan atau organisasi
kepada publik melalui berbagai media yang ada, baik itu media mainstream
maupun media baru.
2. Events, yaitu mengorganisasi event atau kegiatan sebagai upaya untuk
membentuk citra. Kegiatan ini bisa bentuk mandiri seperti ikut pameran, maupun
memberi sponsor diacara tertentu.
3. News, seorang humas harus memiliki keterampilan menulis, seperti release,
newsletter, berita, dan lain sebagainya.
4. Community involvement, yaitu memupuk keterlibatan masyarakat sekitar harus
merupakan berkah bukan sebaliknya. Untuk memupuk keterlibatan masyarakat dapat
dilakukan salah satunya kegiatan misalnya, peringatan HUT perusahaan
atau peringatan lainnya dengan melibatkan masyarakat sekitarnya
5. Identity-media, bahwa pekerjaan humas adalah membina hubungan dengan
media. Karena sangat penting untuk memperoleh publisitas melalui media. Dan juga
sebaliknya bahwa media perlu humas sebagai sumber beritanya.
6. Lobbying, humas dituntut untuk memiliki kemampuan persuasi dan negoisasi.
Keahlian ini sangat penting apalagi ketika perusahaan atau organisasi menghadapi
sebuah krisis yang disebabkan adanya sebuah tuntutan atau bentuk lainnya.
18
7. Social investment, humas juga harus memiliki program untuk kepentingan
umum, seperti program bantuan untuk peduli bencana, pengobatan gratis, beasiswa dan
sebagainya.
2.1.6 Peranan Humas
Menurut Glen Broom dan David Dozier Theaker dalam (Karlina, 2014) menjelaskan
peranan humas dalam suatu organisasi dapat dibagi empat kategori sebagai berikut:
1. Penasihat Ahli (Expert Humasescriber)
Seorang praktisi humas yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi
dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan
publiknya (Humaship).
2. Fasilitator Komunikasi (Communication facilitator)
Dalam hal ini, praktisi humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk
membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan
diharapkan oleh publiknya. Disisi lain, dia juga dituntut untuk mampu
menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak
publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbalbalik tersebut dapat tercipta rasa
saling percaya, pengertian, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari
kedua pihak.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving Process facilitator)
Peranan praktisi humas dalam proses pemecahan persoalan humas merupakan
bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pemimpin
organisasi baik sebagai penasihat hingga mengambil tindakan dalam mengatasi
persoalan atau krisis yang tengah dihadapi. Biasanya dalam menghadapi krisis
19
yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi ahli humas
dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus
untuk membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau
mengatasi persoalan krisis tertentu.
4. Teknisi Komunikasi (Communication technician)
Berbeda dengan tiga peran praktisi humas profesional sebelumnya yang terkait
erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi.Peran teknisi komunikasi
ini menjadikan praktisi humas sebagai journalistin resident yang hanya
menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of
communication in organization. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung
dari masing–masing bagian atau tingkatan, yaitu secara teknis komunikasi, baik
arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan
bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan.
Sementara menurut (Ruslan, 2014b) menyebutkan bahwa peranan dari humas adalah
sebagai berikut:
1. Communicator: Artinya kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung
maupun tidak langsung, melalui media cetak/elektronik dan lisan (spoken person)
atau tatap muka dan sebagainya. Disamping itu juga bertindak sebagai mediator
dan sekaligus persuador.
2. Relationship: Kemampuan peran Humas (Public Relations) membangun
hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal
dan eksternal. Juga, berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan,
dukungan, kerjasama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.
20
3. Back up management: Melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang
kegiatan lain, seperti manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan
sebagainya untuk mencapaitujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok
perusahaan/organisasi
4. Good image maker: Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan
prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas public
relations dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau
nama baik lembaga/organisasi dan produk yang diwakilinya.
Menurut Dozier dalam (Poppy, 2014) peran PR dibagi menjadi 4 kategori:
a. Expert Prescriber (membantu manajemen dengan pengalaman dan keterampilan
mereka untuk mencari solusi bagi penyelesaian masalah Public Relationship yang
dihadapi organisasi).
b. Communication Facilitator (membantu manajemen dengan menciptakan
kesempatan untuk “mendengar” apa kata public dan menciptakan peluang agar
public medengar apa yang diharapkan manajemen).
c. Problem Solving process facilitator (praktisi PR membantu kerja manajemen
melalui memuaskan bagi masalah PR).
d. Communication technician (menyediakan layanan teknis komunikasi untuk
organisasi sedangkan keputusan untuk teknis komunikasi yang baru harus
dijalankan oleh orang atau bagian lain dalam organisasi).
2.1.7 Perencanaan Program Humas
Menurut (Susatyo, 2013) menjelaskan sebagai berikut:
21
“Sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan
tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.”
Menurut (Abidin, 2015) menjelaskan perencanaan program humas sebagai
berikut:
“Perencanaan program humas adalah kegiatan atau hasil pemikrian tentang sesuatu
yang akan dicapai setelah mempertimbangkan sumber dan kendala.”
Menurut (Maskur, 2015) Perencanaan program Humas adalah:
“Rancangan kegiatan yang telah terkonsep tertulis maupun tidak tertulis, guna
melaksanakan sebuah kegiatan”.
2.1.8 Proses Perencanaan Program Humas
Menurut (Ardianto & Soemirat, 2015) proses humas sepenuhnya
mengacu kepada pendekatan manajerial, proses itu terdiri dari 4 tahap yakni adalah:
1. Fact Finding: Mencari dan mengumpulkan fakta/data sebelum melakukan
tindakan. Misalnya humas sebelum melakukan sesuatu kegiatan harus terlebih
dahulu mengetahui, apa yang diperlukan publik, siapa saja yang termasuk ke
dalam publik, 17 bagaimana keadaan publik dipandang dari berbagai faktor.
2. Planning: Berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan
dalam menghadapi berbagai masalah tersebut.
3. Communicating: Rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran
yang matang berdasarkan fakta/data tadi, kemudian dikomunikasikan atau
dilakukan kegiatan operasional.
22
4. Evaluating: Mengadakan suatu evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah tujuan
sudah tercapai atau belum. Evaluasi itu dapat dilakukan secara kontinyu. Hasil
evaluasi ini menjadi dasar kegiatan humas berikutnya.
Menurut (Ruslan, 2014, p. 113) menjelaskan sebagai berikut:
“Proses perencanaan program humas merupakan produk dari suatu perencanaan
(planning), yang pada akhirnya proses perencanaan program humas adalah salah satu
fungsi dasar dari proses manajemen.”
Menurut (Suryani, 2015) bahwa perencanaan program humas diadakan didasarkan
fakta dan landasan berfikir yang sehat serta memiliki kejelasan arah dan tujuan yang
ingin dicapainya. Dasarnya, tujuan dari program kerja dan berbagai aktifitas humas
dilapangan adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara organisasi atau
perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder sasaran khalayak yang
terkait.
2.2 Studi Literatur
2.2.1 Humas
Menurut (Ruslan, 2014, pp. 8–9) pengertian humas dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
“Suatu proses yang kontinyu dari usaha manajemen untuk memperoleh kemauan baik
dan pengertian dari para pelanggannya, konsumen, pegawainya, dan publik
umumnya. Kedalam mengadakan perbaikan dan pembenahan melalu membangun
budaya perusahaan berbentuk disiplin, memotivasi, meningkatkan pelayanan, dan
produktivitas kerja. Sedangkan keluar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra
perusahaan yang sekaligus memayungi serta mempertahankan citra produknya.”
Menurut (Effendy, 2014) definsi humas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Hubungan Masyarakat (Humas) adalah komunikasi dua arah antara organisasi
dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan
23
manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama dan pemenuhan kepentingan
bersama.”
2.2.2 Program Humas
Menurut (Widjaja, 2014) sesuai dengan perananya sebagai pengendali untuk kepentingan
umum, sebagai mediator antara pimpinan dengan publik, dan sebagai dokumentator, maka
program Humas dititikberatkan sebagai berikut:
1. Program Pelayanan: Program ini berupa pelayanan data atau informasi baik
secara lisan maupun tertulis, termasuk penyelenggaraan diplay tetap dan pemeran.
2. Program Mediator: Program ini berupa penerbitan berbagai media massa,
peyelenggaraan konferensi pers, wisata pers, menjawab surat pembaca,
menanggapi tajuk rencana yang negatif dan lain-lain.
3. Program Dokumenter: Program ini berupa pembuatan dokumentasi film, foto
rekaman (kaset audio dan vidio) transkrip pidato dan lain-lain.
Menurut (Arikunto, 2013, pp. 367–368) Perencanaan program humas tidak terlepas
dari program kerja secara keseluruhan yaitu:
1. Identifikasi masalah
2. Perumusan masalah
3. Perumusan tujuan
4. Analisis dan seleksi alternatif pemecahan masalah
5. Identifikasi sumber penunjang/hambatan, untuk perumusan masalah, perumusan
tujuan dan analisis seleksi alternatif pemecahan masalah.
6. Penyusunan program
24
7. Menyusun jadwal pertemuan dan kegiatan tahunan
Menurut (Hairunissa, 2015) pengertian program humas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
“Kegiatan yang membangun dan memelihara hubungan baik dengan masyarakat
sekitar perusahaan, yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan. Hal ini
dilaukan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Seorang Humas
Organisasi/Perusahaan harus dapat membangun komunikasi yang baik dengan warga
setempat, mengkomunikasikan program-program yang dijalankan perusahaan, dan
lain sebagainya.”
2.2.3 CSR (Corporate Social Responsibility)
1. Pengertian CSR (Corporate Social Responsibility)
Menurut (Qona’ah, 2016) melalui jurnal komunikasi BSI dalam penelitian ini
Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan komunitas dengan pembangunan berkelanjutan serta memperhatikan dampak
ekonomi, sosial, dan lingkungan
Menurut Bowen (1953) dalam (M. Y. Yusuf, 2017, p. 28), CSR ialah suatu keputusan
bisnis untuk memberikan nilai-nilai kebaikan pada masyarakat.
Corporate Social Responsibility (CSR), bisa diartikan sebagai upaya dari perusahaan
untuk menaikan citranya dimata public dengan membuat program-program amal baik
bersifat eksternal maupun internal. Program eksternal dengan menjalankan kemitraan
(partnership) dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk
menunjukan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Sedangkan secara internal mampu berproduksi dengan baik, mencapai profit yang
maksimal dan mensejahterakan karyawannya. (Said, 2015)
Menurut versi The Word Bussines Council for Sustainable Development (WBCSD)
in fox, World Bank, (2002) dalam (Said, 2015), definisi CSR atau tanggung jawab
sosial perusahaan, adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan
perusahaan, keluarga karyawan, masyarakat setempat (lokal) dalam rangka
25
meningkatkan kualitas kehidupan. Corporate Social Responsibility sebagai
komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan
sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki mutu hidup
angkatan kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat secara
keseluruhan.
Menurut Kotler dan Nancy (2005) dalam (Said, 2015), Corporate Social
Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas
melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.
CSR adalah program perusahaan untuk terlibat dalam permasalahan sosial dengan
memberikan kontribusi dan nilai manfaat pada perkembangan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dalam operasional sehari-hari perusahaan (Kriyantono, 2018, p. 30)
2. Tingkatan CSR (Corporate Social Responsibility)
Menurut (Radyati, 2014, pp. 89–90) ada beberapa tingkatan CSR yang
dirumuskan berdasarkan ruang lingkup dan kompleksitasnya. Yang terbagi
dalam beberapa level, dimulai dari level yang paling rendah, yaitu:
a. Level 1, adalah kepatuhan kepada semua aturan yang ada (compliance
with laws and regulations), baik UU, peraturan pemerintah, peraturan
menteri, dan sebaiknya yang berkaitan dengan sektor usaha perusahaan
tersebut
b. Level 2, adalah CSR dalam bentuk filantropi. Filantropi adalah keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan sesama, terutama melalui pemberian
sumbangan dalam bentuk uang untuk mencapai tujuan-tujuan yang baik
(Soanes,2009). Contoh filantropi adalah pemberian donasi, beasiswa,
26
pembangunan sekolah, tempat ibadah, pemberian bantuan setelah adanya
bencana alam, dan lainnya.
c. Level 3, adalah kegiatan community development (pembangunan
komunitas). Banyak sekali definisi community development,
diantaranya proses mengajak masyarakat aktif bersama menemukan
solusi untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, lingkungan dan
budaya (Frank dan Smith 1999). Bentuk kegiatannya, antara lain pembinaan
pada masyarakat di suatu daerah tertentu.
d. Level 4, perusahaan menanggung biaya atas dampak negatif yang timbul dari
bisnisnya pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Contoh dalam aspek
lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah melalui manajemen limbah.
e. Level 5, adalah suatu sistem yang terintegrasi dalam perencanaan bisnis
perusahaan. Ruang lingkup CSR mulai dari penggunaan bahan baku sampai
mendaur ulang limbah. Di level ini, perusahaan harus memilih bahan baku yang
ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan masyarakat. Para pemasok juga harus
diajarkan cara menjalankan bisnis yang bertanggung jawab sosial, misalnya pabrik
yang bersih dengan pencahayaan yang baik dan hemat energi. Kemasan produk
juga harus menggunakan bahan yang dapat didaur ulang.
f. Level 6, adalah Creating Sustainable Livelihood, yakni menciptakan
mata-pencaharian yang berkelanjutan. Dalam hal ini program CSR membantu
dan mendampingi masyarakat untuk menyelesaikan persoalan sosial melalui kegiatan
bisnis dan menjadikan masyarakat sebagai pemilik bisnis.
3. Tujuan CSR (Corporate Social Responsibility)
27
Menurut (Syarifuddin Gassing & Suryanto, 2016) hal yang diambil oleh peneliti
dalam buku ini tentang tujuan CSR, dalam bukunya mereka mengungkapkan bahwa:
Semangat Corporate Social Responsibility diharapkan dapat menciptakan
keseimbangan antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Implementasi
Corporate Social Responsibility melahirkan efek lingkaran emas yang dapat dinikmati
oleh organisasi dan seluruh stakeholdernya. Melalui Corporate Social Responsibility,
kehidupan sosial ekonomi masyarakat lebih terjamin. Kondisi ini pada gilirannya
akan menjamin seluruh proses dan pemasaran hasil produksi. Terjaganya kelestarian
lingkungan selain menjamin kelancaran proses produksi, juga menjamin ketersediaan
pasokan bahan baku.
Dalam bukunya Gassing dan Suryanto (Gassing & Suryanto, 2016) juga
mengemukakan bahwa :
Bila dijalankan secara efektif, Corporate Social Responsibility dapat memperkuat
akumulasi modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal
sosial seperti kepercayaan, kohesivitas, altruisme, gotong royong dan kolaborasi
memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui beragam
mekanisme, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap
kepentingan publik meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya
keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kriminalitas.
4. Manfaat CSR (Corporate Social Responsibility)
Menurut Rafika Anggraini Putri dan Yulius Jogi Christiawan (Putri & Christiawan,
2014) penulis mengutip Manfaat CSR yang mereka kemukakan dalam jurnalnya bahwa :
Perusahaan sekarang juga sudah mengerti mengenai manfaat yang dihasilkan CSR
dikemudian hari dimana kegiatan ini dapat membangun citra perusahaan yang sehingga
manfaat ekonomis dikemudian hari dapat diterima oleh perusahaan misalnya seperti
kenaikan harga saham, memiliki banyak investor potensial, dan sebagainya.
Menurut (Hilda & Sunarya, 2019) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa :
Program Corporate Social Responsibility adalah bentuk tanggung jawab sosial
terhadap publik internal dan publik eksternal perusahaan yang bertujuan untuk
28
memberikan manfaat dan peningkatan taraf hidup serta memberikan edukasi terhadap
program-program yang dijalankan.
2.2.4 Internship Program
Magang adalah kegiatan dan program yang diadakan secara individu maupun lembaga
program magang yang digunakan sebagai sarana dalam memberikan gambaran real dunia
kerja. Selain itu, magang adalah sarana individu maupun lembaga untuk memberikan
pembelajaran cara berkomunikasi atau cara berhubungan antar sesama dan personil yang ada
di dalam perusahaan atau organisasi (Fajri, 2018, p. 1)
Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003:251) dalam (Utomo & Azwar, 2018)
mengemukakan, training is a planned effort to facilitate the learning of job-related
knowledge, skills, and behavior by employee. Hal ini berarti bahwa pelatihan merupakan
suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang
berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
Wahyudi Utomo dan Azwar (Utomo & Azwar, 2018) juga mengutip pernyataan
Danim dalam Liana Sari, Beti dkk (2014 : 4) yang menyatakan, “magang adalah teknik
belajar yang melibatkan pengamatan individual pada pekerjaan dan penentuan umpan balik
untuk memperbaiki kinerja atau mengoreksi kesalahan.”
2.2.5 Publik eksternal
Menurut (Sari, 2017, p. 66) berdasarkan sepuluh kegiatan Public Relations yang telah
dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup tugas public relations dalam
sebuah perusahaan/organisasi meliputi dua bagian yaitu :
1. Membina hubungan ke dalam (Publik Internal)
29
Publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari
unit/badan/perusahaan/organisasi itu sendiri. PR harus mampu mengidentifikasi atau
mengenali hal-hal gambaran negatif dimasyarakat sebelum menjalankan kebijakan
organisasi.
2. Membina hubungan keluar (Publik Eksternal)
Publik eksternal adalah public umum (masyarakat). PR mengusahakan tumbuhnya
sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya
Menurut (Burhanudin, Rosyidi, & Muchtar, 2018) mengemukakan bahwa :
Publik Eksternal dari sebuah perusahaan, antara lain terdiri dari:
1. Pemerintah
2. Konsumen/Pelanggan
3. Pers/Media
4. Masyarakat Sekitar
Setiap kegiatan perusahaan memiliki pengaruh terhadap pembentukan citra
perusahaan. Bila hubungan antara salah satu ndust tersebut mengalami
ketidakharmonisan maka akan berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan.
2.2.6 PMMB (Program Mahasiswa Magang Bersertifikat)
PMMB (Program Mahasiswa Magang Bersertifikat) adalah kegaiatan magang yang di
buka oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk bersama dengan BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) dan seluruh perusahaan dibawah naungan BUMN. Program ini bertujuan bagi
mahasiswa/I untuk mengembangkan diri dan menjajal dunia kerja secara profesional. PMMB
ini di desain untuk membantu menyiapkan lulusan perguruan tinggi yang siap bekerja dan
mampu bersaing. Adapun, waktu pelaksanaan PMMB minimal enam bulan dan programnya
diakui sebagai bagian dari SKS mahasiswa di kampus masing-masing. PMMB ini menjadi