Post on 03-Mar-2019
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Hakikat Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang kompleks di mana kita menerima dan
menyadap informasi dari lingkungan. Persepsi juga merupakan proses psikologis
sebagai hasil penginderaan serta proses akhir dari kesadaran, sehingga
membentuk proses berpikir. Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau
identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima
individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui
proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
diri individu. (Sasanti, 2009).
Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan
manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui
alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu
mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Proses persepsi terdiri dari
tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan
diinterprestasikan dan dievaluasi. Persepsi adalah suatu proses pengamatan
seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi
oleh informasi baru dari lingkungannya. Dengan demikian persepsi mempunyai
implikasi penting untuk bertingkah lakunya seseorang dan akan menentukan
12
bagaimana ia akan berinteraksi dan bereaksi baik atau buruk pada obyek yang
dipersepsi tersebut.
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi, agar individu dapat mengadakan
persepsi:
1. Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai
alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai
alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai
syaraf penerima (sensoris), yang bekerja sebagai reseptor.
2. Adanya alat indera atau reseptor, yaitu merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke susunan syarat yaitu otak
sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respons
diperlukan syarat motoris.
3. Adanya perhatian, merupakan langkah pertama sebagai persiapan dalam
mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan
persepsi ada syarat-syarat yang bersifat:
1. Fisik atau kealaman
2. Fisiologis
3. Psikologis
Dengan demikian dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai
berikut:
Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor. Persepsi ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima
oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan
proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu
dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari
stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran
itulah yang dinamakan proses psikologis.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang
jernih, gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel
seperti audio-visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis.
Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi /
pesan / stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima
informasi sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual
set atau mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi
dengan cara tertentu. Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal set ini.
Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika
seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan
kekacauan dalam mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan
misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum
materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah diskusi, mungkin akan
menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki informasi yang
sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk
mempersepsikan sesuatu.
Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu
berdasarkan kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka
mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.
Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan
sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu.
Pengalaman yang menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan
seseorang untuk mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan
kecurigaan tertentu.
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-
turut: emosi, impresi dan konteks. Emosi; akan mempengaruhi seseorang
dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi
dan perhatiannya (menjadi figure) adalah emosinya tersebut. Seseorang yang
sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan,
mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai
penghinaan.
Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu
mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara
yang kuat dengan pitch tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk
memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya. Seseorang yang
memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih
mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi
bagaimana ia dipandang selanjutnya.
Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang
penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya
atau lingkungan fisik. Konteks memberikan ground yang sangat menentukan
bagaimana figure dipandang. Fokus pada figure yang sama, tetapi dalam ground
yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.
3. Jenis-Jenis Persepsi
Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip
pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi
bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih
dari itu merupakan keseluruhan. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang
dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk
persepsi.
Prinsip persepsi yang utama adalah prinsip figure and ground. Prinsip ini
menggambarkan bahwa manusia, secara sengaja maupun tidak, memilih dari
serangkaian stimulus, mana yang menjadi fokus atau bentuk utama dan mana
yang yang mana yang menjadi latar. Dalam kehidupan sehari-hari, secara sengaja
atau tidak, kita akan lebih memperhatikan stimulus tertentu dibandingkan yang
lainnya. Artinya, kita menjadikan suatu informasi menjadi figure, dan informasi
lainnya menjadi ground. Salah satu fenomena dalam psikologi yang
menggambarkan prinsip ini adalah, orang cenderung mendengar apa yang dia
ingin dengar, dan melihat apa yang ingin dia lihat.
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh
indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.
a. Persepsi visual. Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini
adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi
bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik
utama dari bahasan persepsi secara umum.
b. Persepsi auditori. Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu
telinga.
c. Persepsi perabaan. Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu
kulit.
Disamping kemampuan seseorang dalam mencerna dan menyimpulkan tentang
suatu objek dan peristiwa serta pengalaman secara objektif dengan demikian
persepsi dibagi dalam 2 jenis yaitu :
a. persepsi yang bersifat objektif, yaitu persepsi yang terjadi atau terbentuk
dalam pandangan dan penafsiran yang benar terhadap input yang ada.
b. persepsi yang bersifat subjektif yaitu persespsi yang disebabkan oleh
kekeliruan penafsiran arti rangsangan stimulus yang diterima.
Sesuai pendapat dari (Hamdi ; 55) bahwa persepsi terbagi dua jenis yaitu
persepsi objektif dan persepsi subjektif yang semua itu tergantung penafsiran
rangsangan yang diterima.
Pada dasarnya persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
pengindraan, pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima yaitu alat indra setelah stimulus diterima maka
diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai susunan syaraf proses selanjutnya adalah
proses persepsi hal ini sesuai dikemukaakan oleh Branca oleh Bimo Walgito
(1991;53) sebagai berikut :”Proses pengindraan terjadi seiap saat yaitu pada waktu
individu menerima stimulus mengenai dirinya sendiri melalui alat indra. Alat indra
merupakan merupakan penghubung individu dengan dunia luarnya”.
Dengan demikian persepsi dapat diartikan sebagai pola fikir dalam pemahaman
individu tentang suatu objek yang terbentuk setelah melihat mengamati pristiwa-
pristiwa tertentu yang menyangkut objek tersebut, pemahaman tentang sesuatu objek
berdasrkan pengalaman-pengalamannya hal ini sesuai yang dikemukakan Thaawy R
(1997;93) persepsi merupakan proses mengingat atau mengidentifikasikan suatu
objek atau pristiwa objektif dengan menggunakan pengertian suau pemberian arti
atau pengalaman terhadap objek atau peristiwa persepsi yang salah atau subjektif
disebabkan oleh kekeliruan menafsirkan arti atau rangsangan yang diterima.
Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses
yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana
ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini
memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi
individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul
berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill.
G, 2000).
Persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial dan
kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat
emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang
memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip
penting yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :
1. Persepsi berdasarkan pengalaman. Pola-pola perilaku manusia berdasarkan
persepsi mereka mengenai realitas yang telah dipelajari (pengalaman).
Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan
membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata,
atau pengalaman yang mirip.
2. Persepsi bersifat selektif. Alat indera kita bersifat lemah dan selektif
(selective attention). Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian
orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita
lihat, kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu
rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas
rangsangan tersebut. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau
rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli
lainnya melemah.
3. Persepsi bersifat dugaan. Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek
lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan
langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu
karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap
kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan
kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu
sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses
pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita
ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita
memperoleh suatu makna lebih umum.
4. Persepsi bersifat evaluatif. Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena
masing-masing melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu
dan kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat
pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.
5. Persepsi bersifat kontekstual. Konteks merupakan salah satu pengaruh paling
kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu
objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan
dan oleh karenanya juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya
adalah suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan
sosial. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau
kedekatan dan kelengkapan.
B. Pentingnya Lingkungan Bersih
1. Pengertian Kebersihan Lingkungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 125) kebersihan berasal
dari kata bersih yang artinya bebas dari kotoran, dan kebersihan itu sendiri adalah
keadaan bersih. Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia kebersihan adalah
keadaan bebas dari kotoran temasuk diantaranya debu, sampah dan bau.Jadi
kebersihan disini adalah keadaan masyarakat yang bersih, bebas dari kotoran
termasuk didalamnya sampah.
Dalam Islam, kebersihan adalah bersifat global atau luas. Artinya
kebersihan itu meliputi semua aspek dalam Islam.Barangsiapa benar-benar dapat
mengamalkan kebersihan yang global secara Islam ini maka oleh Allah mereka
dijanjikan kemenangan baik di dunia terlebih lagi di akhirat.
(aboutmiracle.wordpress.com)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebersihan adalah keadaan
bebas dari kotoran dan tidak mencemari lingkungan sekitar, selain itu dalam islam
kebersihan itu bersifat global yakni meliputi semua aspek dalam islam.
Di dalam masalah lingkungan dikenal dua kata kunci yang sangat erat
hubungannya dengan keserasian hidup, yakni ekologi dan ekosistem.Dalam
ekologi dibicarakan adanya struktur dan interaksi makhluk dan lingkungannya.
Interaksi dalam pengertian saling membutuhkan adalah dasar berkembangnya
eksistensi makhluk hidup menjadi makhluk yang mempunyai makna dalam
kehidupan.
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia baik
berupa benda mati maupun benda hidup yang dapat mempengaruhi perilaku serta
tindakan seseorang dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Juli Sumirat Slamet (2007 : 35) bahwa lingkungan merupakan :
“Segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati,
benda nyata maupun abtrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang
terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen yang ada di alam
tersebut”.
Sedangkan Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwanto seorang ahli ilmu lingkungan
hidup (ekologi) terkemuka dalam N. H. T. Siahaan (2004 : 4) mengemukakan
pengertian lingkungan sebagai berikut : ”Lingkungan adalah jumlah semua benda
dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi
kehidupan kita”. Artinya bahwa lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan
setiap manusia yang tinggal di suatu wilayah.
Selanjutnya dalam Undang- Undang No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Hidup dalam Mohamad Soerjani (2007 : 24) menegaskan paham dan
pegangan tentang makna lingkungan hidup, yakni :Lingkungan hidup merupakan
sistem yang terdiri atas kesatuan ruang, dengan semua benda (termasuk
mineral), daya (kemampuan atau peluang) dan keadaan (tatanan alam) dan
makhluk hidup termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta seluruh makhluk
hidup lainnya.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan
merupakan faktor dominan dalam aspek kehidupan masyarakat, yaitu kaitannya
manusia dengan lingkungan. Lingkungan menyangkut semua komponen yang ada
di bumi sebagai tempat atau wadah baik yang berupa sumber daya manusia
maupun sumber daya alam, dimana dari komponen-komponen tersebut
merupakan satu kesatuan yang terkait yang tidak dapat dipisahkan dan saling
berhubungan satu sama lain sehingga disebut sebagai satu kesatuan ekosistem.
Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala
komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku,
tindakan, sikap dsb) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya atau usaha
manusia untuk meningkatkan dan mempertahankan kehidupannya dengan cara
menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.
Dalam lingkungan masyarakat sering sekali mendengar adanya kegiatan
penyuluhan-penyuluhan, maupun upaya-upaya pemerintah dalam rangka menjaga
kebersihan lingkungan. Salah satunya kegiatan tersebut yaitu kerja bakti, bersih
desa dan sebagainya. Selain hal itu pula mungkin sudah mengenal dan sering
mendengar slogan “kebersihan adalah pangkal kesehatan” dan „‟kebersihan
sebagian dari iman’’ dengan pangkal pemikiaran inilah, tak sedikit masyarakat
mengupayakan serta menjaga kebersihan lingkungan yang ada di sekitar mereka.
Menurut Wikipedia Indonesi, ”Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat
tinggal, tempat kerja dan berbagai sarana umum”. kebersihan lingkungan dimulai
dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan
rumah dari sampah agar kuman penyebab penyakit tidak bersarang dan
berkembang biak. Selain itu, penyediaan air bersih harus selalu dilakukan.
Pendapat lain mengenai kebersihan lingkungan dikemukakan oleh
Budiman Chandra (2009 : 37), bahwa :Kebersihan lingkungan atau saniatsi
lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk memantau dan
mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta
yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
Dengan lingkungan yang bersih diharapkan mampu menciptakan
lingkungan yang sehat. Karena lingkungan yang sehat merupakan kebutuhan bagi
semua warga masyarakat. Lingkungan yang sehat dipengaruhi oleh perilaku
indivudu atau kelompok masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan di
lingkungannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan Soekidjo Notoatmodjo (2007 :
137), bahwa ”Perilaku terhadap lingkungan (environmental healt behaviour)
adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan
manusia”.
Dari beberapa kutipan di atas dapat menyimpulkan bahwa menciptakan
lingkungan yang bersih membutuhkan upaya dan usaha yang keras. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan tentang anggapan atau persepsi individu tentang
lingkungan yang bersih, serta diperlukan adanya kesadaran, keperdulian,
kerjasama setiap anggota masyarakat, karena menjaga dan meningkatkan
kebersihan dalam suatu wilayah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
warga di wilayah tersebut. Jika tempat tersebut kotor dan tidak layak untuk
dihuni, maka akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan orang -orang yang
tinggal di daerah tersebut.
2. Ciri-Ciri Lingkungan Bersih
Neolaka (2008:30) mengemukakan bahwa : lingkungan adalah sekeliling
atau sekitar, bulatan yang melingkungi, sekalian yang terlingkup di suatu daerah
dan sekitarnya, termasuk orang-orangnya dalam pergaulan hidup yang
mempengaruhi kehidupan dan kebudayaannya”.World Commission on
Environment and Development dalam bukunya : Our Common Future
mengemukakan tentang berbagai hal mengenai pembangunan berwawasan
lingkungan. Menghadapi tantangan global maka lingkungan adalah segala
kondisi, keadaan, benda, ruang yang mempengaruhi pembangunan yang
berkelanjutan, menghadapi krisis lingkungan global juga (Neolaka, 2008:27).
Lingkungan merupakan seputaran, sekeliling, dan sekitar dari suatu
kelompok orang, benda, maupun ruang, yang mewakili kondisi dan keadaannya
yang dapat dipengaruhi oleh kehidupan maupun kebudayaannya. Berikutini
adalah klasifikasi lingkungan yang dapat digolongkan dengan berbagai cara sesuai
dengan kebutuhan, yakni :
1. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkungan yang tidak hidup;
2. Lingkungan alamiah dan lingkungan buatan (manusia);
3. Lingkungan Prenatal dan lingkungan postnatal;
4. Lingkungan biofisis dan lingkungan psikososial;
5. Lingkungan air (hidrosfir), lingkungan udara (atmosfir), lingkungan tanah
(litosfir), lingkungan biologis (biosfir), dan lingkungan sosial (sosiofir);
6. Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi tersebut, (Soemirat, 2011:45).
Berdasarkan beberapa pengertian lingkungan dan lingkungan hidup yang
dikemukakan di atas dimana ada kemiripan satu sama lain itu maka dapat disadari
bahwa manusia sebagai makhluk hidup mempunyai hubungan dengan lingkungan
hidupnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Kristanto (2002:30), bahwa hubungan
manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler. Setiap aktivitas manusia,
sedikit atau banyak akan mengubah lingkungan hidupnya. Sehingga, beliau secara
umum menguraikan faktor yang ikut menentukan sifat lingkungan hidup,
diantaranya adalah :
1. Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan hidup;
2. Interaksi antar unsur dalam lingkungan tersebut;
3. Kelakuan dan kondisi unsur lingkungan;
4. Faktor non-material, misalnya suhu, kelembaban, cahaya, kebisingan dan lain-
lain.
Pelestarian lingkungan adalah tindakan atau proses penerapan langkah-
langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli dari lingkungan, keutuhan
struktur alam tetap selalu terjaga, serta melindungi berbagai ekosistem yang hidup
di dalamnya agar tidak rusak dan musnah. Pentingnya lingkungan dalam
mendukung kehidupan di bumi, menghendaki dilakukannya pengelolaan
lingkungan, sedemikian rupa agar tetap sehat, sehingga secara berlanjut dapat
menopang generasi-generasi yang akan datang (Soemirat, 2011:46).
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam
menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan
sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun
sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran
akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih
oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Dampak buruk tersebut berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan permasalahan lingkungan
hidup yang wajib menjadi kekhawatiran setiap warga yang didemonstrasikan
melalui tingkah laku perbuatan baik secara individu atau kolektif dalam
kehidupan bermasyarakat (Sastrawijaya, 2009:66).
Sastrawijaya (2009:66) mengemukakan bahwa :
“pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan
pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi bahan-bahan fisika,
dan kimia, dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi
langsung manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian,
peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam
bebas”.
Adapun usaha-usaha untuk mencegah timbulnya pencemaran dan
perusakan lingkungan demi pelestarian lingkungan hidup, dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut ini :
a. Melakukan pengolahan tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan, serta
mengatur sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.
b. Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.
c. Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan gundul, serta
melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar kelestarian hutan,
sumber air kawasan pesisir/pantai, dan fauna yang ada di dalamnya dapat
terjaga.
d. Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang ramah
lingkungan.
e. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para pemegang Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) agar tidak mengeksploitasi hutan secara besar-
besaran.
Wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai daerah pertemuan antara darat
dan laut. Batas wilayah pesisir pantai terdiri dari batas ke arah darat meliputi
daratan baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Batas ke arah laut
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebsbkan oleh
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Dahuri,
Menurut Dahuri, bahwa “wilayah pesisir pantai adalah suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan, apabila ditinjau dari garis pantai wilayah
pesisir memiliki dua macam batas yaitu batas sejajar garis pantai dan batas tegak
lurus garis pantai” (Dilisti, 2011:4).
Laut pesisir (zone neritic) meliputi yang dimulai dari titik terendah air laut
pada waktu surut sampai ke arah daratan yang masih terkena ombak atau
gelombang (Pragawati, 2009:4).Ekosistem pesisir dapat bersifat alami maupun
buatan. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain terumbu
karang, hutan mangrove, padang lamun, pantai berbatu, estuaria, laguna, dan
delta. Ekosistem buatan dapat berupa tambang, kawasan wisata, kawasan industri,
dan kawasan pemukiman (Pragawati, 2009:4).
Di dalam suatu ekosistem, masing-masing terdapat kekuatan-kekuatan
yang saling berlawanan sehingga secara keseluruhan akan mengakibatkan
terjadinya keseimbangan. Terdapat suatu mekanisme yang mencegah agar
keseimbangan ini tak tertanggu. Kecenderungan ini disebut dengan homeostatis
ekosistem. Jadi keseimbangan alam menunjukkan kecenderungan suatu ekosistem
untuk mempertahankan keberadaannya melalui suatu mekanisme dimana di
dalamnya terdapat proses-proses yang saling berlawanan (Kristanto, 2002:26).
Pada lingkungan wilayah pesisir pantai, manusia merupakan bagian dari
ekosistem sebagai objek sekaligus subjek pembangunan. Setiap aktivitas manusia,
sedikit atau banyak akan mengubah pula lingkungan wilayah pesisir pantai.
Interaksi antara berbagai komponen-komponen lingkungan hidup di wilayah
pesisir pantai ada kalanya bersifat positif dan tidak jarang pula yang bersifat
negatif. Keadaan yang bersifat positif dapat terjadi apabila terjadi keadaan yang
mendorong dan membantu kelancaran berlangsungnya proses kehidupan
lingkungan wilayah pesisir pantai. Sedangkan interaksi yang bersifat negatif
terjadi apabila proses interaksi lingkungan wilayah pesisir pantai yang harmonis
terganggu sehingga interaksi berjalan saling merugikan.
Clark menyatakan bahwa cara menghindari terjadinya interaksi yang
bersifat negatif antar komponen lingkungan wilayah pesisir pantai, yaitu perlu
adanya pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Apabila
perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral hanya berkaitan
dengan satu macam pemanfaatan untuk memenuhi tujuan tertentu, maka akan
menimbulkan konflik kepentingan antar sektor dalam pembangunan pada wilayah
pesisir dan lautan. Sasaran utama pengelolaan wilayah pesisir dan lautan yaitu
diperolehnya manfaat maksimal dengan keutuhan wilayah tetap dipertahankan
(Pragawati, 2009:8).
Pengelolaan wilayah berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai suatu
sistem pengelolaan sumber daya alam di suatu tempat dimana masyarakat lokal di
tempat tersebut terlibat secara aktif dalam pengelolaan sumber daya alam yang
terkandung di dalamnya. Arah kebijakan pemerintah di masa lalu yang lebih
memprioritaskan pembangunan masyarakat perkotaan dan pembangunan
pertanian pedalaman, menyebabkan masyarakat pesisir kurang diperhatikan. Arah
kebijakan saat ini seharusnya adalah memberikan perhatian yang sama pada
masyarakat pesisir, dengan cara memberdayakan masyarakat pesisir.
Pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan-pelatihan dan pendampingan tentang
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan. Pendampingan dan
pelatihan ynag terus menerus dilakukan secara konsisten akan menambah
kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dan melestarikan
lingkungannya secara mandiri.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Bersih
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan pesisir dikarenakan oleh faktor
manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran dari pembuangan sampah masyarakat di pesisir
pantai.
b. Terjadinya abrasi pantai, sebagai dampak dari pengambilan pasir pantai.
c. Mendirikan rumah di wilayah pesisir pantai yang tidak layak dijadikan
kawasan pemukiman (Dilisti, 2011:2).
Menurut Miler, pada dasarnya empat tingkat kesadaran lingkungan yang
harus segera ditanggapi serius oleh manusia, yaitu :
a) Polusi, sebagai penanda mulai adanya krisis lingkungan akibat pola hidup dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b) Populasi yang melimpah (overpopulation), dimana peningkatan jumlah
populasi manusia akan berdampak pada perubahan dan meningkatnya pola
hidup dan jumlah konsumsi yang berujung pada bertambahnya krisis
lingkungan;
c) Krisis bumi, akibat semakin kompleksnya masalah dan krisis lingkungan
pada setiap kelompok populasi masyarakat yang lantas berubah menjadi krisis
lingkungan secara global;
d) Keberlanjutan bumi, krisis lingkungan tidak lagi merupakan masalah
lingkungan fisik semata, tetapi berkembang memasuki wilayah masalah
ekonomi, politik, sosial budaya, bahkan keamanan dunia. Manusia lantas
mulai berpikir dan terbuka matanya atas suatu kebutuhan keberlanjutan
generasi (spesies) manusia yang memunculkan tuntutan bagaimana
menciptakan proses keberlanjutan bumi (Sudjoko dkk, 2010:7.7-7.8).
Neolaka (2008:108), menyatakan bahwa tidak adanya kesadaran
lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Faktor ketidaktahuan atau pendidikan
Faktor ini dapat berarti, memang benar-benat tidak tahu atau tahu tetapi pura-
pura tidak tahu. Apabila yang terjadi adalah pura-pura tidak tahu maka akan
sulit mengubahnya sebab lama kelamaan sifat kepura-puraan akan
membudaya dalam dirinya sehingga menjadi perilaku atau sikap hidup dalam
tindakan sehari-harinya.
b. Faktor Kemiskinan
Kemiskinan membuat orang tidak akan peduli pada lingkungan. Orang dalam
keadaan miskin dan lapar, pusing dengan kebutuhan keluarga, kebutuhan
pendidikan dan lain-lain, bagaimana dapat berpikir tentang peduli lingkungan.
Pada saat lapar dan kebutuhan keluarga mendesak, yang terpikir adalah
bagaimana kebutuhan keluarga terpenuhi, peduli lingkungan tidak dipikirkan,
bahkan dapat merusak lingkungan.
c. Faktor Kemanusiaan
Kemanusiaan artinya secara manusia/sifat-sifat manusia, yang oleh Chiras
(1991) dikatakan manusia adalah bagian dari alam atau pengatur alam.
Dikatakan pengatur atau penguasa karena manusia sebagai makhluk biologis
memiliki sifat serakah, yaitu sifat yang menganggap semuanya untuk dirinya
dan keturunannya. Sifat dasar manusia ingin berkuasa/superior terhadap
lingkungan hidup. Dan juga sebagai makhluk biologis ia selalu menginginkan
segala sesuatunya itu adalah miliknya, sehingga apa saja yang ada di
sekitarnya adalah penguasaanya.
d. Faktor Gaya Hidup
Gaya yang mempengaruhi sikap perilaku manusia untuk merusak lingkungan
adalah gaya hidup yang menganggap lingkungan sebagai bagian yang dapat
memberikan kenikmatan hidup. Di masyarakat dikenal sebagai gaya hidup
hedonisme, yaitu selalu ingin hidup enak, pesta pora. Gaya hidup lain yang
memberi kontribusi rusaknya lingkungan adalah gaya hidup materialistik,
kosumerisme, dan individualisme.
Berdasarkan uraian faktor-faktor di atas maka diketahui bahwa hanya
beberapa faktor penghambat pelestarian lingkungan saja yang nampaknnya cukup
jelas terlihat di wilayah pesisir pantai Desa Bumbulan Kecamatan Paguat
Kabupaten Pohuwato sekarang, yaitu faktor pendidikan dan kemiskinan. Namun
tidak menutup kemungkinan apabila kedua faktor lainnya dapat menjadi
penghambat. Bahkan faktor-faktor lain juga akan teridentifikasi pada saat
penelitian dilakukan.
4. Upaya Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan
Pada kenyataannya dewasa ini kondisi masyarakat Indonesia masih sangat
memprihatinkan. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang masih
sering terjadi di lingkungan masyarakat. Baik berupa penyimpangan-
penyimpangan terhadap kaidah dan nilai yang berlaku dimasyarakat dengan
berbagai macam perilaku. Salah satu diantaranya yaitu mengenai kepedulian
masyarakat terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Sehingga tak mengherankan
apabila masyarakat Indonesia seringkali dirisaukan dengan masalah-masalah yang
berhubungan dengan masalah kondisi lingkungan.
Manusia sebagai mahluk yang dibekali kemampuan akal, pikiran serta
pengetahuan, untuk menumbuhkan cinta dan kepedulian para masyarakat terhadap
lingkungannya, diperlukan adanya suatu kesadaran, karena kesadaran tidak dapat
timbul dengan sendirinya, akan tetapi perlu adanya upaya yang nyata baik melalui
penanaman moral, nilai, pengertian–pengertian, penghayatan dan penanaman
terhadap suatu kedisiplinan.
Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah tangung jawab
bersama. Khususnya masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka
memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan serta menciptakan
budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Masjhur dalam Sujarwa (1998:1) bahwa :
Menciptakan budaya hidup bersih dan lingkungan yang bersih, perlu
ditanamkan dalam kehidupan masyarakat karena menyangkut kesehatan.
Selain itu kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia, dan kesehatan lingkungan berhubungan erat dengan taraf sosial
ekonomi manusia, karena kesehatan dan kualitas hidup manusia,
bergantung pada kemampuan untuk mengelola dan menyikapi hubungan
timbal balik antara aktivitas manusia dengan lingkungan fisik dan
biologisnya.
Dengan adanya upaya masyarakat dalam menjaga kondisi lingkungan
bersih yang ada disekitarnya, masyarakat sudah mencerminkan tanggung
jawabnya sebagai masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Upaya – upaya
masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dilakukan dengan berbagai
cara. Dalam hal ini M. Muhyi Faruq (2006 : 140) memberikan cara atau upaya
dalam menjaga kebersihan lingkungan, diantarnya:
a. Mebuang sampah pada tempatnya.
b. Melakukan kampanye tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
c. Membuat poster untuk menyerukan menjaga kebersihan lingkungan.
d. Kerja bakti bersama untuk membersihkan lingkungan.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa bila membuang sampah harus pada
tempatnya, agar tidak menimbulkan polusi dimana- mana, serta bekerjasama
membersihkan lingkungan sekitar agar menjadi bersih dan nyaman untuk
ditempati.
Selanjutnya Purwono Nugroho Adhi seorang praktisi kerja budaya
(katekis@yahoo.com) mengemukakan solusi atau upaya masyarakat dalam
menjaga dan meningkatkan kebersihan lingkungan, diantaranya sebagai berikut :
1. Mulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat
bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
2. Libatkan tokoh masyarakat yang yang berpengaruh untuk memberikan
pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan.
3. Libatkan para pemuda untuk ikut aktif dalam menjaga kebersihan
lingkungan.
4. Perbanyak tempat sampah disekitar lingkungan.
5. Bentuk petugas kebersihan dengan memberi imbalan yang sesuai setiap
bulannya.
6. Ajarkan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga
menjadi sampah non organic.
7. Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organic agar dapat
dimanfaatkan kembali untuk pupuk.
8. Membuat jadwal kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menjaga dan meningkatkan
kebersihan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk membersihkan suatu tempat tertentu dengan tujuan agar lingkungan
disekitar menjadi bersih dan terhindar dari penyakit. Selain itu menjaga dan
meningkatkan kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama yang
harus dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan
kebersihan lingkungan adalah dimulai dari diri sendiri, karena kesadaran akan
kebersihan lingkungan akan timbul dengan sendirinya pada diri individu. Tetapi
selain dimulai dari diri sendiri masyarakt harus melibatkan tokoh masyarakat dan
para pemuda agar ikut serta dalam kegiatan kerja bakti untuk menjaga dan
meningkatkan kebersihan di lingkungan sekitar. Dalam pelaksanaan masyarakat