BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5762/2/Riska Wahyu Nofitasari_BAB...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5762/2/Riska Wahyu Nofitasari_BAB...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses kegiatan yang disengaja atas input siswa
untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan.
Sebagai proses yang disengaja maka pendidikan harus dievaluasi mengenai
capaian dan proses sesuai dengan tujuan itu sendiri. Pendidikan selalu bertumpu
pada suatu wawasan kesejarahan yakni pengalaman-pengalaman masa lampau
mengenai kenyataan dan kebutuhan mendesak untuk masa kini dan aspirasi serta
harapan masa depan.
Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilai-nilai luhur
sosial kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah
masyarakat tersebut. Sejalan dengan itu melalui pendidikan juga diharapkan dapat
ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan obyektif masa kini, baik
tuntutan dari dalam maupun tuntutan dari luar yang selanjutnya melalui
pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang dipilih masa kini sebagai upaya
mewujudkan aspirasi dan harapan di masa depan.
Pendidikan selalu terkait dengan manusia sedang setiap manusia selalu
menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu
dalam UU-RI No.2 tahun 1989 pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa yang
dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan UUD
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik sebab
kebudayaan dapat dilestarikan atau dikembangkan dengan jalan mewariskan
kebudayaan dan generasi ke generasi melalui pendidikan baik secara informal
maupun formal.
Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan
oleh kebudayaan masyarakat dimana proses pendidikan itu berlangsung.
Kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma dan nilai-
nilai kepercayaan, tingkah laku dan tehnologi yang dipelajari dan dimiliki oleh
semua anggota masyarakat tertentu. Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan atau
dikembangkan melalui pendidikan.
Baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan dan tehnologi dapat
diwujudkan melalui proses pendidikan dan Indonesia adalah negara yang besar,
yang memiliki banyak kebudayaan, bahasa, dan kepulauan, serta peninggalan
bersejarah khususnya memiliki banyak candi-candi yang tersebar hampir
diseluruh pulau Jawa, dan salah satunya adalah Candi Borobudur yang bisa kita
lihat dan nikmati hingga sekarang, bahkan UNESCO memasukkan Candi
Borobudur sebagai world heritage (warisan budaya dunia) yang harus di lindungi
untuk anak cucu kita, dan lagi Candi Borobudur tidak dapat dipisahkan dari
sejarah Indonesia di masa lalu yang di mulai pada era Hindu-Buddha.
Masuknya pengaruh Hindu-Budha di Nusantara membawa pengaruh besar
terhadap kehidupan masyarakat Jawa Kuno. Contohnya bidang sosial dan religi.
Di bidang sosial masyarakat mengenal adanya sratifikasi sosial berdasarkan
pembagian kasta. Di bidang religi, masyarakat mulai mengenal pemujaan
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
terhadap dewa-dewa dengan menggunakan bangunan Candi sebagai media
penghubung antara pemuja dengan dewa yang dipuja.
Menurut Agus Aris Munandar (2012: 15), perkembangan kebudayaan
Hindu-Budha secara garis besar di Jawa terbagi menjadi (1) masa Klasik Tua
yang berkembang abad ke 8-10 M dengan tingkatan arkeologis banyak dijumpai
di wilayah Jawa bagian tengah, baik berupa candi, arca-arca maupun sisa pondasi
candi; (2) Masa klasik Muda yang berkembang abad ke 11-15, dengan banyak
tinggalan arkeologi di wilayah Jawa bagian timur. Baik candi-candi pada masa
Klasik Tua maupun Klasik Muda terdapat pahatan relief di dindingnya.
Relief adalah gambar dalam bentuk ukiran yang dipahat. Relief yang
dipahatkan pada candi biasanya mengandung arti atau melukiskan suatu peristiwa
atau cerita tertentu (Agus Aris Munandar, 2011: 17), dengan dikenalnya candi
sebagai sarana pemujaan maka menunjukan bahwa pengaruh Hindu-Budha di
Indonesia (khususnya Jawa) diterima dengan baik.
Nama “Candi” yang dikenal di daerah Jawa, untuk daerah Sumatra
menyebutnya dengan “Biaro”, sementara Jawa Timur dengan “Cungkup”. Candi
adalah tempat dimana dewa dapat membuat dirinya “nampak” dengan cara
menggunakan rancangan Candi itu sendiri.Bangunan Candi menyimbolkan dunia
secara keseluruhan, dunia dewa dan simbol-simbolnya terefleksikan di dalam
bangunan Candi tersebut mendapat pengaruh yang besar yaitu Hindu dan Budha.
Seperti halnya Candi Borobudur juga merupakan tiruan dari alam semesta
yang menurut filsafat agama Budha terdiri dari tiga bagian besar yaitu
Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. Kamadhatu adalah gambaran alam hidup
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
manusia yang masih dikendalikan oleh nafsu, Rupadhatu adalah bagian kehidupan
manusia yang sudah meninggalkan nafsu rendah jahat, manusia sudah
menggunakan keinginan luhur namun tetap dengan sifat kemanusiannya dan
Arupadhatu adalah bagian kehidupan yang sudah meninggalkan sifat keduniaan.
Candi Borobudur pernah mengalami beberapa kali pemugaran ini
disebabkan karena kerusakan pada Candi yang terus terjadi terutama pada
dinding-dinding relief dan batunya rusak karena pengaruh iklim. Candi Borobudur
juga pernah tertutup beberapa kali oleh abu vulkanik akibat letusan gunung
Merapi. Candi yang terletak di Kota Magelang, Jawa Tengah ini selain dijadikan
tempat wisata yang ramai dikunjungi banyak wisatawan asing maupun domestik
juga dijadikan tempat ibadah bagi penganut agama Budha di Indonesia,
khususnya pada setiap perayaan Waisak.
Namun pada umumnya para wisatawan domestik hanya tertarik untuk
datang, melihat-lihat dan berfoto-foto saja khususnya para wisatawan lokal
remaja. Mereka datang hanya untuk berlibur mencari suasana baru, padahal dalam
kunjungan liburan tersebut mereka bisa saja sekalian mendalami sejarah di balik
Candi Borobudur ini, karena dalam pemikiran mereka sudah bosan dengan
pelajaran sejarah di sekolah, malah harus ditambah pembelajaran sejarah selama
berlibur, sehingga mereka kurang tertarik untuk mengetahui lebih dalam sejarah
dan makna dari Candi Borobudur, dan hanya mengapresiasi kemegahan bentuk
arsitektur bangunannya tanpa mempelajarinya sedikit lebih dalam.
Tuntutan pikiran agar menyumbangkan karya ilmiah bagi dunia
pendidikan mendorong penulis untuk segera merealisasikannya. Sebuah tulisan
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
tentang sejarah yang akan berguna bagi dunia pendidikan. Dengan harapan dapat
memperluas materi pengajaran sehingga dapat menambah cakrawala berfikir
dalam mengembangkan pelajaran sejarah. Sesuai dengan profesinya sebagi calon
pendidik maka atas pertimbangan tersebut, penelitian ini menetapkan judul
”Pemugaran Candi Borobudur dan Nilai Pendidikan Pada Relief Lalitavistara”
B. Identifikasi Masalah
Sejak Borobudur diketemukan kembali, dimunculkan dari kegelapan masa
lalu dan dari selubung semak belukar di tahun 1814 oleh Raffles, “monumen” ini
terus mendapat perhatian dari semua kalangan. Sebelum dibongkar secara besar-
besaran sudah ada tidak kurang dari 500 studi mengenai satu-satunya candi yang
terbesar untuk menghormati Budha di dunia ini. Borobudur memang merupakan
sumber informasi yang tidak habis-habisnya. Banyak sarjana maupun wisatawan
yang menulis tentang arsitektur ini, menggambar, memotret bentuk ukiran relief
serta patung-patungnya Candi Borobudur diambil nilai-nilai pendidikan. Setiap
tingkatan candi terdapat pahatan relief yang diantaranya mengandung banyak arti.
Pendidikan merupakan alat yang dapat digunakan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia.Seperti halnya Candi Borobudur juga mempunyai nilai-
nilai luhur dan moral yang dapat untuk kita ambil.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Proses Pemugaran Candi Borobudur?
2. Apakah Relief Lalitavistara?
3. Nilai-nilai Pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam relief Lalitavistara?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Perkembangan Rehabilitasi Candi Borobudur
2. Mengetahui apa itu relief Lalitavistara
3. Mengetahui nilai pendidikan relief Lalitavistara Candi Borobudur
E. Manfaat yang akan diperoleh
Selain mempunyai tujuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi pengembangan
keilmuwan bidang Sejarah Kebudayaan dan Antropologi Budaya terutama dalam
kaitannya dengan relief sebagai media budaya dan media pendidikan.
Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam relief candi agar bisa dipelajari, dihayati,
dikenal dan dilestarikan oleh masyarakat.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan motivasi dalam
usaha pengembangan keilmuwan. Penelitian ini merupakan usaha melestarikan
nilai-nilai pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat.
F. Kajian Teori
1. Nilai-nilai Pendidikan
a. Nilai
Menurut A Club of Rome (UNESCO, 1993) dalam Dedi Supriyadi, nilai
diuraikan dalam dua gagasan yang saling bersebrangan. Disatu sisi, nilai
dibicarakan sebagai nilai ekonomi yang disandarkan pada nilai produk,
kesejahteraan dan harga. Sementara di lain hal, nilai digunakan untuk mewakili
gagasan atau makna yang abstrak dan tak terukur dengan jelas. Nilai yang abstrak
dan sulit diukur itu antara lain keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian dan
persamaan.
Secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani
(values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani
adalah nilai-nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi
perilaku serta cara-cara kita memperlakukan orang lain. Linda dalam Zaim
Elmubarok (2008: 7), yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran,
keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian
dan kesesuaian. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan atau
diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
pada kelompok nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta
kasih, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati . Nilai itu tidak ada
untuk dirinya sendiri, setidak-tidaknya di dunia ini; ia membutuhkan pengemban
untuk berada, oleh karena itu nilai nampak pada kita seolah-olah hanya
merupakan kualitas dari pengemban nilai ini: keindahan dari suatu lukisan,
kebagusan dari sepotong pakaian, kegunaan dari sebuah peralatan dll.
b. Pendidikan
1) Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Purwanto (2009: 20) merupakan sebuah proses
kegiatan yang disengaja atas input siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang
diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan. Sebagai sebuah proses sengaja maka
pendidikan harus di evaluasi hasilnya untuk melihat apakah hasil yang dicapai
telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan apakah proses yang dilakukan
efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendidikan berasal dari bahasa
Yunani”paedagogie”yang terbentuk dari kata “pais” yang berarti anak dan
“again” yang berarti membimbing. Dari kata itu dapat didefinisikan secara
leksikal bahwa pendidikan adalah bimbingan/pertolongan yang diberikan pada
anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa. Kedewasaan
anak ditentukan oleh kebudayaan. Anak lahir dalam keadaan tidak berdaya dan
orang dewasa membekalinya agar mampu mempertahankan kelangsungan hidup
dan mengembangkan diri.
Menurut H.A.R. Tilaar (2000: 9), proses pendidikan merupakan suatu
proses (verb) dan sekaligus suatu kata benda (noun). Pendidikan sebagai suatu
8
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
proses merupakan suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik di dalam suatu
masyarakat. Pendidikan sebagai suatu benda berarti pendidikan mempunyai suatu
visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu
proses menaburkan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang hidup dan
dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan didalam
suatu masyarakat.
Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya sangat kompleks, maka tidak
sebuah batasan pun cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidkan secara
lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam
dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin
karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan
atau karena falsafah yang melandasinya. Beberapa batasan pendidikan yang
berbeda berdasarkan fungsinya:
a.) Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain. Nilai-nilai kebudayaan
mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada 2 bentuk
transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai
kejujuran, rasa tanggung jawab dll. Dan yang kurang cocok diperbaiki misalnya
tata cara perkawinan. Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak
semata-mata mengekalkan budaya secara estafet. Pendidkan justru mempunyai
tugas menyiapkan peserta didik untuk hari esok.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
b.) Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai Proses Pembentukan Pribadi, Pendidikan diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistematik terarah kepada kepribadian peserta didik.
Sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap
kesinamabungan dan sistematik oleh karena berlangsung dalam semua situasi
kondisi di semua lingkunagn yang saling mengisi(lingkungan rumah, sekolah
maupun amsyarakat). Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah
dewasa, dan bagi mereka yang belum dewasa atas usaha sendiri.. yang terakhir
disebut pendidikan diri sendiri. Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi
keharusan. Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan
diri agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya
tantangan hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal pendidikan
sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta, rasa dan
karsa yang sejalan dengan pengembangan fisik.
c.) Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara diartikan sebagai
suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga
negara yang baik dan istilah baik disini bersifat relatif , tergantung kepada tujuan
nasional dari masing-masing bangsa oleh karena masing-masing bangsa
mempunyai falsafah hidup yang berbeda-beda. Bagi kita warga negara yang baik
diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
d.) Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan kerja
pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja
menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
2) Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki
dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai
suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di
antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Segenap komponen dari seluruh
kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk
pencapaian tujuan tersebut.
Tujuan pendidikan bersifat normatif yaitu mengandung unsur norma yang
bersifat memaksa tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta
didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting, maka menjadi
keharusan bagi pendidikan untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik
terhadap tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan dalam melaksanakan
pendidkan. Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
sifatnya abstrak. Tujuan demikian bersifat umum, ideal dan kandungannya sangat
luas sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek.
3) Unsur-unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
a) Subjek yang dibimbing (peserta didik)
b) Orang yang membimbing (pendidik)
c) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
d) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
e) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
f) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
g) Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
c. Nilai Pendidikan
Hubungan antara nilai dengan pendidikan sangat erat. Nilai dilibatkan
dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih maupun dalam
memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar. Melalui persepsi nilai guru dapat
mengevaluasi siswa. Demikian pula sebaliknya, siswa dapat mengukur kadar nilai
yang disajikan guru dalam proses pembelajaran. Masyarakat juga dapat merujuk
sejumlah nilai ( benar, salah, baik, buruk, indah, tidak indah) ketika mereka
mempertimbangkan kelayakan pendidikan yang dialami anaknya. Dalam segala
bentuk persepsi, sikap, keyakinan, dan tindakan manusia dalam pendidikan, nilai
selalu disertakan. Bahkan melalui nilai manusia dapat bersikap kritis terhadap
dampak-dampak yang ditimbulkan pendidikan (Rohmat Mulyana, 2004: 97)
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
Nilai disini tidak identik dengan nilai A yang diperoleh mahasiswa pada
sebuah mata kuliah, nilai mnecakup segala sesuatu yang dianggap bermakna bagi
kehidupan seseorang yang pertimbangannya didasrkan pada kulaitas baik buruk,
benar salah dll. Sastrapratedja dalam Rahmat Mulyana (2004: 119), mengartikan
pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri
seseorang. Menurut Mardiatmadja dalam Rahmat Mulyana juga mendefinisikan
pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan
mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam hidupnya.
Nilai pendidikan mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau
bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan dan
keindahan melalui proses pertimbnagan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak
konsisten.
2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bersumber dari Agama, Pancasila,
Budaya, Tujuan Pendidikan dan Kerangka Pendidikan Karakter dan
Aplikasinya di Perguruan Tinggi
a) Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila,
Budaya dan tujuan Pendidikan, (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011: 52)
adalah sebagai berikut:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
rukun dengan pemeluk agama lain. Ciri-ciri orang religius yaitu mensyukuri
hidup dan percaya kepada Tuhan, sikap toleran dan mendalami ajaran agama.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.Ciri-ciri orang jujur adalah sebagai berikut.
a. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya
adalah kebenaran dan kemaslahatan.
b. Jika berkata tidak bohong (benar apa adanya).
c. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang
dilakukannya.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Ciri-ciri
toleransi: tidak sombong, tidak egois, tidak memaksakan kehendak, tidak
pernah meremehkan orang lain, mau menghormati (sikap, pendapat, dan
saran) orang lain, mau berbagi ilmu dan pengalaman, saling pengertian,
berjiwa besar, terbuka menerima saran dan kritik, senang menerima nasehat
orang lain, dan sebagainya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Ciri-ciri orang yang selalu disiplin yaitu tepat waktu.
Dengan tepat waktu, orang disiplin mampu memanfaatkan waktu sehingga
tidak sia-sia waktu yang telah dilaluinya.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Ciri-ciri kerja keras adalah sebagai berikut.
a. Bertindak efektif dan efisien.
b. Ulet, tekun, rajin dan disiplin.
c. Pantang menyerah.
d. Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk menyelesaikan
tugas dan tanggung jawabnya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Ciri-ciri orang kreatif adalah sebagai
berikut.
a. Tanggap terhadap kebutuhan dari dalam (inner needs) senantiasa secara
proaktif memprakarsai proyek-proyek baru, menghargai setiap usaha.
b. Memiliki imaginasi yang tinggi dan memiliki pandangan yang jauh ke
depan.
c. Mampu mempertahankan ide-idenya dan menganggap “kesempurnaan
sebagai musuh kebaikan”, tidak terikat dengan apa-apa yang diipandang
baik menurut orang lain.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas. Ciri-ciri orang mandiri adalah sebagai
berikut.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
a. Bertanggungjawab.
b. Mempunyai pertimbangan dalam menilai masalah – masalah yang
dihadapi termasuk dalam pengambilan keputusan tentang suatu hasil.
c. Mempunyai kepercayaan diri yang besar.
8. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan. Ciri-ciri peduli sosial adalah sebagai
berikut.
a. Senantiasa empati terhadap nasib orang lain.
b. Mau mengorbankan tenaga, pikiran dan materi demi terpenuhnya
kebutuhan orang lain.
9. TanggungJawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara danTuhan Yang
Maha Esa. Ciri-ciri orang bertanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Tidak takut pada kenyataan.
b. Berani ambil resiko.
c. Tidak pernah menyesali apa yang terjadi.
b) Nilai-Nilai Pendidikan Karakter berdasarkan Kerangka Pendidikan Karakter
dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi (Elfindri dkk, 2012: 95-97) adalah
sebagai berikut:
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
1. Sabar
Sabar berarti tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak lekas
putus asa, tabah, tidak tergesa-gesa dan bersikap tenang. Kesabaran biasanya
berbuah kebaikan. Kesabaran disini tidak diartikan sebagai ketidakmampuan
untuk berbuat atau kelemahan hati. Bekal kesabaran akan sangat berguna
dalam mencapai kesuksesan, misalnya bagi seseorang yang bekerja pada
lingkungan yang penuh dengan tekanan serta situasi yang kompleks,
kesabaran akan mampu berfikir dengan tenang serta merespon situasi tersebut
secara efektif dan efisien.
2. Empati
Empati berarti keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau fikiran yang sama
dengan orang atau kelompok lain. Reaksi dari sikap empati ini biasanya
adalah tindakan atau perkataan yang mungkin sangat mirip dengan apa yang
diharapkan oleh orang lain.
3. Jujur
Jujur berarti lurus hati, tidak berbohong misalnya dalam perkataan,
berkata apa adanya, tidak curang dan senantiasa mengikuti peraturan yang
berlaku. Sifat jujur ini merupakan penterjemahan dari kata-kata shidiq yang
merupakan sifat para rosul. Kejujuran akan membuat seseorang dapat
diterima dengan baik di dalam masyarakat, menghalang dia dari tindakan
korupsi atau penyelewengan. Kejujuran akan memberi ketenangan di dalam
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
hati dan pikiran, sebaliknya ketidakjujuran akan menimbulkan tekanan di
dalam hati serta bisa diikuti oleh ketidak jujuran lainnya.
Jujur bisa ditanamkan melalui kegiatan keseharian yang sederhana dan
suatu kebiasaan yaitu perilaku yang dapat membedakan antara milik orang
lain maupun milik sendiri. Kemampuan untuk membedakan merupakan dasar
untuk bersikap jujur. Begitu juga apabila menemukan barang milik orang
lain, wajib dikembalikan kepada pemiliknya maupun menyerahkannya
kepada guru untuk diumumkan kepada teman-teman yang lain. Kejujuran
sebenarnya dilahirkan dalam lingkungan rumah namun tidak salah juga
merupakan salah satu target utama dalam proses belajar mengajar
4. Adil
Adil berarti sama berat, tidak berat sebelah atau berpihak pada
kebenaran dan senantiasa mengikuti aturan yang berlaku. Adil juga dapat
diartikan menempatkan sesuatu pada tempatnya.
5. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab berarti sifat berani menanggung segala resiko akibat
perilaku atau tindakan atau segala sesuatu yang dilakukan. Orang yang
memiliki sikap tanggung jawab senantiasa mempertimbangkan dampak dan
resiko yang akan terjadi dari apa yang dia ucapkan, dia lakukan atau yang dia
putuskan. Tanggung jawab menuntut seseorang untuk teguh di dalam
memegang prinsip, norma, aturan yang berlaku.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
6. Ikhlas
Karakter ikhlas berarti bersih hati, tulus hati atau melakukan sesuatu
tanpa pamrih. Ikhlas dalam bahasa Arab memiliki arti “murni”, “suci”, “tidak
bercampur”,adalah “bebas” atau “pengabdian yang tulus”. Sedangkan ikhlas
menurut Islam adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya
karena mengharapkan ridho Alloh.
7. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui ,serta menghormati
keberhasilan orang lain, menghormati keberadaan, harkat, dan martabat orang
lain. Menghargai hasil karya orang lain artinya menghormati hasil usaha,
ciptaan, dan pemikiran orang lain. Kita wajib menghargai dan menghormati
hasil karya orang lain, karena dengan sikap seperti itu kehidupan akan
berjalan dengan tenteram dan damai karena setiap orang akan menyadari
pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai tersebut.
Karakter seseorang yang suka menghargai prestasi dan karya orang
lain terbangun dari sifatnya yang mau memikirkan kepentingan orang lain,
memiliki pengakuan atas karya, ide serta kontribusi orang lain. Orang yang
memiliki karakter ini jauh dari sifat egois yang mementingkan kepentingan
sendiri, serta dengan tulus mengucapkan terimakasih atas jasa atau budi baik
orang lain. Sifat ini menuntun seseorang untuk senantiasa mencoba melihat
sisi positif dari orang lain dan meresponnyasecara proposional.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
8. Kecerdasan
Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat,
tepat, dan cepat. Kecerdasan yaitu sifat pikiran yang mencakup sejumlah
kemampuan seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan
masalah dll. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki individu. 3 macam aspek kecerdasan yang harus diasah atau
dikembangkan dalam setiap diri kita masing-masing, yaitu aspek kognitif
(berhubungan dengan olah pikir), aspek psikomotorik (berhubungan dengan
olah fisik), dan aspek afektif (berhubungan dengan olah rasa). Jenis-jenis
kecerdasaan (Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, 2009: 9) adalah sebagai
berikut:
a. Kecerdasan Linguistik
Kemampuan dalam menggunakan bahasa untuk menceritakan suatu
kejadian, membangun kepercayaan, dan kedekatan, mengembangkan
argumen logika dan mengungkapkan ekspresi. Kemampuan ini seperti yang
terlihat pada jaksa, wartawan, reporter, salesman, atau guru. Peserta didik
dengan kecerdasan bahasa yang ditandai dengan kesenangannya pada
kegiatan yang berkaitan dengan membaca, menulis, karangan, menyusun
kata-kata, dsb.
Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat,
misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal
yang sifatnya detail. Mereka lebih cenderung lebih mudah belajar dengan cara
mendengar dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan peserta didik lainnya
b. Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan logika matematika atau logis matematis memuat
kemampuan seseorang dalam berfikir secara induktif dan deduktif, berfikir
menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta
memecahkan masalah dengan kemampuan berfikir. Peserta didik dengan
kecerdasan logis mathematic lebih cenderung menyenangi kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu
Ia menyenangi berfikir secara konseptual, misalnya menyusun . dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya..
Peserta didik cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki
kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika dan cakap dalam
berhitung. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung akan berusaha
untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami.
c. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan
mengomunkasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati pada
orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi
dengan orang lain, memahami hasrat dan motivasi orang lain. Anak yang
terasah kecerdasan interpersonalnya kelak dapat menjadi seorang politisi,
manajer, diplomat, guru atau konsul.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
d. Kecerdasan Kinestesis
Kemampuan menggunakan seluruh atau sebagian dari tubuh untuk
melakukan sesuatu, membangun kedekatan serta mendukung orang lain
menggunakannya untuk menciptakan bentuk ekspresi baru. Kelak
kemampuan ini dibutuhkan jika menjadi perajin, aktor, penari atau
koreografer tari.
e. Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan menilai, kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri serta
menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun dan mengembangkan
konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan ke dalam diri sendiri. Kemampuan
untuk memahami perasaan, intuisi, temperamen dan menggunakannya untuk
mengeskpresikan pandangan pribadi seperti tampak pada ahli filsafat,
psikolog dan penulis.
f. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musical memuat kemampuan sesorang untuk peka
terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam
cenderung hal ini adalah nada dan irama. Mereka juga lebih mudah
mengingat sesuatu dan mengapresiasikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan
dengan music.
g. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual spasial memuat kemampuan untuk memahami
secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini
mempunyai kemampuan untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi
seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau
arsitek suatu bangunan.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis ialah kemampuan seseorang untuk peka terhadap
lingkungan alam, misalnya senang berada dilingkungan kalam yang terbuka,
seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Peserta didik dengan
kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti
aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka mavcam flora fauna.
9. Peduli Sosial
Perilaku warga bangsa untuk dapat melakukan perbuatan baik
terhadap sesama yaitu berbagi, membantu, dan atau mempermudah pihak lain
dalam melakukan urusannya (urusan yang benar dan baik). Kepedulian sosial
adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Lingkungan
terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian
sosial kita. Lingkungan yang di maksud adalah keluarga, teman-teman kita,
dan lingkungan tempat kita tumbuh besar. Karena merekalah kita mendapat
nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang tertanam itulah yang
nanti akan menjadi suara hati kita untuk selalu membantu dan menjaga
sesama.
Lingkungan yang sangat berpengaruh adalah keluarga, karena di
sanalah kita besar dan orang-orang yang paling sering kita temui selama
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
hidup. Dan waktu kecil keluarga jugalah yang sering melarang kita, nantinya
akan jadi nilai kepedulian sosial itu. Larangan-larangan seperti “Jangan buang
sampah sembarangan! Jangan suka bertengkar!” itu adalah nilai yang akan
tertanam di diri kita tentang arti kepedulian sosial.
Implementasi dari peduli sosial sangat mudah dan dapat dilakukan
setiap saat, ).misalnya senyum kepada orang lain hingga pihak lain merasa
nyaman adalah contoh perbuatan peduli sosial. Seorang dokter yang menyapa
pasien dengan lemah lembut penuh kasih sayang adalah peduli sosial, karena
mungkin hanya dengan perhatian seperti itu telah membantu mengobati
pasien.
10. Ketangguhan
Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa
ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau
tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan
atau seseorang yang berada pada posisi atau daalm keadaan telah memiliki
pegangan prinsip yang kokoh dan jelas untuk mencapai tujuan karena
seseorang bisa dikatakan tangguh ia memiliki prinsip dan keyakinan yang
kuat.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menuju pribadi yang
tangguh adalah sebagai berikut.
1. Menetapkan misi hidup.
2. Membangun karakter.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
3. Pengendalian diri yaitu kemampuan mengelola kondisi kemauan,
kebutuhan dorongan dan sumber daya diri sendiri.
G. Relief Candi Borobudur
1. Candi
Candi biasanya digunakan untuk menyebut bangunan peninggalan kuno
yang berlatar agama Hindu ataupun Budha. Dilihat dari etimologinya, candi
sering dikaitkan dengan candika greha yang berarti “rumah candika” yaitu nama
Durga Mahisasuramarddhini yang berarti kematian. Berkaitan dengan hal
tersebut, Borobudur meskipun disebut Candi, sama sekali tidak berkaitan dengan
rumah candika sebagaimana yang dikemukakan. Borobudur adalah stupa besar
yang dikelilingi 72 stupa yang lebih kecil ukurannya yang didirikan diatas
bidang persegi yang berundak (Balai Konservasi Borobudur, 2012: 17).
Candi adalah bangunan suci pada agama Hindu. Di Indonesia kata
“Candi” biasanya mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi suatu
bangunan. Fungsi bangunan yang dimaksud antara lain adalah sebagai tempat
ibadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja,
tempat pemujaan atu tempat bersemayamnya para dewa, pentirtaan dan gapura
(Rusdi, 2010: 18). Walaupun fungsi dan bentuknya berbeda-beda, namun tetap
saja candi itu sendiri berkaitan erat dengan kegiatan keagamaan khususnya
agama Hindu dan Buddha pada masa lalu. Oleh karenanya pembangunan candi-
candi di Indonesia tidak lepas dari masa-masa kerajaan dan berkembangnya
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
agama Hindu dan Buddha di Indonesia, sejak abad ke lima sampai abad ke empat
belas.
Karena agama Hindu dan Buddha berasal dari India, maka jelas
bangunan-bangunan candi yang berdiri di Indonesia mendapat pengaruh dari
India, khusunya pada konstruksi bangunan, gaya arsitektur, hiasan dan lain
sebagainya. Namun asimilasi antara budaya India dan Indonesia tidak
menghilangkan kekhasan Indonesia, dan menjadikan candi-candi Indonesia
mempunyai ciri khas sendiri, seperti tekhnik konstruksi penggunaan bahan
ataupun corak dekorasinya yang menyesuaikan dengan lingkungan alam sekitar
(Rusdi, 2010: 19) dan biasanya pada dinding candi terdapat bas-relief yaitu
dekorasi timbul yang dipahat mengelilingi candi dengan sebuah cerita mengenai
ajaran tertentu.
Menurut Agus Aris Munandar (2012: 118), dalam ajaran Hindu dan
Budha dikenal adanya tiga tataran dunia yang bertingkat ke atas (dalam
Hinduisme disebut bhurloka, bhuwarloka dan swarloka sedangkan dalam
Buddhisme dunia dibagi menjadi kamdhatu, rupadhatu dan arupadhatu).
Umumnya filosofi sebuah bangunan candi mengikuti pola pemikiran bahwa
bangunan merupakan replika dari alam semesta yang terbagi menjadi tiga bagian
yaitu :
a. Kamadhatu dan Bhurloka / kaki candi ; bagian terbawah dari sebuah
candi beserta lapangan sekeliling candi dimana candi tersebut berdiri, yang
melambangkan dunia keinginan atau hasrat tempat dimana terdapat makhluk
hidup yang biasa kita jumpai, yaitu manusia, hewan, bahkan jin.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
b. Rupadhatu dan Bhuwarloka / badan candi ; bagian tengah dari susunan
bangunan candi yaitu dunia tengah yang di tempati oleh orang-orang suci seperti
Resi (seorang suci atau penyair yang mendapatkan wahyu dalam ajaran agama
Hindu), para pertapa, dan Dewa-Dewi yang lebih rendah kedudukannya.
c. Arupadhatu /atap candi ; adalah bagian atas atau atap dari candi yang
melambangkan tempat tertinggi dan tersuci yang di diami oleh Dewa-Dewi
dengan kedudukan teratas, yang juga di kenal dengan nama Svargaloka.
2. Relief
Perkembangan kebudayaan Hindu-Budha secara garis besar di Jawa
terbagi menjadi (1)masa Klasik Tua yang berkembang abad ke 8-10M dengan
tinggalan arkeologis banyak dijumpai di wilayah Jawa bagian tengah baik
berupa candi maupun arca. (2)masa klasik muda yang berkembang abad ke 11-15
Masehi dengan banyak tinggalan arkeologi di wilayah Jawa bagian timur (Agus
Aris Munandar, 2012: 15). Baik candi-candi pada masa klasik tua maupun masa
klasik muda terdapat pahatan relief. Sebagaimana diketahui, Candi Borobudur
terdiri dari tiga tingkatan yaitu kamadhatu, rupadhatu dan arupadhatu yang di dua
tingkat dari bawah terdapat pahatan relief. Keindahan relief-relief itu secara
otomatis menunujukan betapa sangat terampil dan mahirnya pembuat relief
tersebut.
Relief pada Candi Borobudur mengandung sebuah pesan yang bisa
dibaca secara runtut bila berjalan searah jarum jam. Relief cerita yang dipahatkan
pada Candi Borobudur sangatlah lengkap. Relief yaitu gambar dalam bentuk
ukiran yang dipahat. Bidang relief seluruhnya ada 1460 panel yang jika diukur
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
memanjang mencapai 2.500 meter. Relief yang dipahatkan pada candi biasanya
mengandung arti atau melukiskan suatu peristiwa atau cerita tertentu ( Agus Aris
Munandar, 2011: 17). Relief adalah suatu karakter bentuk permukaan atau
bidang dimana ada bagian-bagian yang timbul dan tenggelam. Relief adalah
gambar dalam bentuk ukiran yang dipahat. Relief yang dipahatkan pada candi
biasanya mengandung arti atau melukiskan suatu peristiwa atau cerita tertentu.
Relief adalah pahatan yang menampilkan perbedaan bentuk dan gambar
dari permukaan batu disekitarnya. (Gambar timbul pada candi atau sebagainya).
Relief pada candi merupakan hiasan candi yang dapat melukiskan tumbuh-
tumbuhan atau binatang dan orang-orang ataupun mahluk lainnya. Relief candi
sering menggambarkan cerita yang cenderung bersifat mitologi atau teologi
Hindu-Budha.
3. Relief Candi Borobudur
Memasuki area bangunan utama dengan cara “pradaksina” yaitu berjalan
mengelilingi candisearah jarum jam memberikan penghormatan baik, dapat
ditemukan tiga bagian struktur candi (Andi M. Mudhiuddin, 2009: 61)
Kamadhatu kaki candi menggambarkan alam hidup manusia yang masih
dikendalikan hasrat nafsu keduniaan. Pada tingkat Kamadhatu terdapat 160 relief
dan hanya 4 panel relief di sudut tenggara yang bisa dilihat, menggambarkan
ketidak abadian laku sebab akibat, hidup berkenaan dengan kematian (karma dan
moksa) bahwa nasib ditentukan manusia sendiri. Disudut tenggara terdapat relief
berisikisah keluarga yang memiliki banyak anak dalam lukisan gaya Kerajaan
Klungkung Bali, sebuah kisah yang menginspirasi manusia modern maka
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
pentingnya Keluarga Berencana. Relief Mahakarmawibangga (klasifikasi besar
dari tindakan-tindakan) selebihnya dalam kondisi tertutup batu (Andi M.
Mudhiuddin, 2009: 62)
Rupadhatu yaitu badan candi yang terikat oleh bentuk materi fisik.
Tingkat Rupadhatu terdiri dari empat lorong bujur sangkar, dan dibagian luar
dari tiap-tiap lorong itu diberi pagar langkah. Diatas pagar-pagar langkah
terdapat deretan relung-relung dengan stupa-stupa kecil yang didalamnya berisi
arca-arca Budha. Di tengah-tengah dari tiap lorong pada keempat sisi bangunan
Borobudur, terputus untuk empat tangga yang menghubungkan masing-masing
lorong pada tingkat-tingkat berikutnya (Soetarno, 1986: 92).
Tingkat Rupadhatu terdapat 1.460 relief bersifat budhis, 120 buah
diantaranya menceritakan kehidupan Budha Gautama, yang terlahir dengan nama
Sidharta. Kisah lalitavistara menunjukan ajaran Budha yang abadi dan universal
yakni Empat Kebenaran Utama bahwa hidup adalah penderitaan yang disebabkan
karena hasrat (kama). Penderitaan dapat dihilangkan dengan menyingkirkan
hasrat, atau menemukan kesejatian hidup dengan melalui “Jalan Delapan” dan
mensifati “Dhasa Bhumi Bodhisatva”. Seperti fisik kuat dengan makan minum,
mampu mengatur energi, hidup harmoni dengan alam, mengenal arti bahaya,
menguasai elemen alam, melepas duniawi demi kestabilan dan kesempurnaan
pencerahan. Asta Marga untuk menyingkirkan hasrat bisa dengan: pandangan,
niat, bicara, perilaku, penghidupan, usaha, ingatan dan pemusatan pikiran yang
ksemuanya dilaksanakan dengan benar. Selengkapnya pengunjung dapat
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
memulai pradaksina berjalan ke kiri mengelilingi relief candi searah jarum jam,
panel atas relief itu berurutan lalitavistara (Andi M. Mudhiuddin, 2009: 62-63).
Kisah legenda kelahiran Jatakamala dan kepahlawanan Avadana
sebanyak 720 buah panel bisa diikuti di tingkat Rupadhatu tiap panel dari relief
pagar langkan mulai lorong pertama hingga kedua,sebagian relief tersaji dalam
cerita fabel. Pada teras kedua sampai keempat terdapat 460 relief yang berisikan
kisah Gandavyuha yaitu perjalanan Bodhisatva dalam mengembara mencari
kebijaksanaan dalam kesejatian hidup. Tembok lorong ketiga dan pagar langkan
lorong keempat misalnya cerita tokoh Budha yang akan datang yakni Maitreya,
dimana lorong keempat adalah kisah Samantanbadhara yaitu tokoh Budha paling
akhir (Andi M. Mudhiuddin, 2009: 63)
Sebelum orang sampai ke tingkat Arupadhatu, terdapat tingkat peralihan
suatu dataran yang batas luarnya masih berbentuk bujur sangkar. Tetapi tembok
dalamnya sudah berbentuk bundar, lingkaran yang tak bermula dan tak berakhir.
Setingkat kemudian, orang akan berada ditingkat Arupadhatu. Ditingkat ini tidak
terdapat relief maupun hiasan-hiasan (Soetarno, 1986: 94).
H. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan relief-relief sebelumnya sudah
banyak dibuat namun tempat dan kajiannya berbeda. Adapun penelitian relief
yang berkaitan dengan pendidikan yang pernah dibuat adalah sebagai berikut:
Hadiati (2000) yang menganalisis Pengasuhan Anak berdasarkan Kajian
Relief di Candi Borobudur, pengamatan yang dilakukan menemukan beberapa
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
panel adegan berlatar belakang pendidikan yang memberi ajaran, berceramah dan
indikator-indikator lain yang berhubungan dengan pendidikan atau pengajaran
dimana nantinya akan merubah tingkah laku anak yang menunjuk pada
Pengasuhan Anak.
Sukarman (1996) yang menganalisis Bentuk Pendidikan Masyarakat
Jawa Kuno Abad VIII-X seperti tertera pada relief Candi Borobudur.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menemukan beberapa panel yang
beradegan pendidikan. Setelah dilakukan penelitian terdapat ciri-ciri relief yang
beradegan pendidikan seperti menampilkan setidaknya empat unsur pendidikan
yaitu pendidik, peserta didik, tempat dan metode.
I. Kerangka Pikir
Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak sekali koleksi candi-
candi yang tersebar hampir diseluruh pulau Jawa. Namun, dari sekian banyak
candi tampaknya Candi Borobudur lah yang merupakan candi terbesar diantara
beberapa candi-candi lainnya. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan
sebagai World Hetirage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO. Candi Budha
ini merupakan perpaduan dua budaya yaitu bagian bawah empat persegi
berundak merupakan ciri bangunan Jawa, sementara sisi atas berbentuk stupa
induk berlandaskan tiga teras bulat gaya arsitektur India.
Stupa adalah bangunan suci seperti pagoda berbentuk limas berongga, di
India digunakan sebagai tempat menyimpan abu Sang Budha dan merupakan
simbol alam semesta. Kepaduan kultur lain terdapat disetiap pintu gerbang candi
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
dimana terdapat kalamakara, yaitu suatu bangunan khas pura Hindhu, bagian
atas kepala raksasa Kala Rau dengan mata besar, dibagian samping kanan kiri
terdapat kepala naga. Candi Borobudur mempunyai nilai-nilai lain yang jauh
lebih berharga daripada sekedar sebagai objek wisata yaitu nilai-nilai luhur
budaya bangsa dan nilai-nilai moral yang harus dipertahankan.
Nilai-nilaiPendidikan
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
Nilai – NilaiPendidikan
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4 .Disiplin
5. Kerjakeras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa ingintahu
10.SemangatKebangsaan
11.Cinta Tanah Air
12.MenghargaiPrestasi
13.Komunikatif
14.GEmarmembaca
15.CintaDamai
16.PeduliLingkungan
17.Peduli social
18.Tanggungjawab
1. Menghargai Prestasi
2.Peduli Sosial
3. Cerdas
4. Jujur
5. Ketangguhan
Relief Candi Borobudur
1. Karmawibangga
2. Rupadhatu
a. lalitavistara
b. JatakadanAvadana
c.Gandyavuha
3. Arupadhatu
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
J. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian pasti akan menggunakan metode tertentu agar
hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan awal penelitian. Di dalam penelitian
digunakan metode sejarah. Metode Sejarah adalah proses menguji dan
menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metode ini
dipilih karena penelitian ini dilakukan pada objek yang berupa peninggalan masa
lampau. Secara umum dikenal dengan peninggalan arkeologi atau bukti sejarah
(Nugroho Notosusanto, 1969: 39)
Proses penelitian Sejarah menurut Nugroho Notosusanto juga mempunyai
empat kelompok kegiatan (Nugroho Notosusanto, 1969: 42) sebagai berikut.
a. Heuristik, yakni kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau.
b. Kritik (sejarah), yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk
maupun isinya.
c. Interpretasi, yakni menetapkan makna dan saling hubungan dari fakta-fakta
yang diperoleh.
d. Penyajian, yakni penyampaian sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu
kisah.
Dengan demikian prosedur penelitian ini dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Heuristik
Heuristik yaitu pengumpulan objek sezaman dan pengumpulan bahan-
bahan tercetak, tertulis dan sumber lain yang relevan. Sumber-sumber ini berupa:
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
a. Sumber Lisan
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh
data sumber lisan, untuk penelitian foklor pada umumnya dilakukan wawancara
dengan dua cara yaitu wawancara terarah dan tidak terarah. Wawancara tidak
tearah adalah wawancara yang bersifat bebas, santai dan memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada pewaris aktif untuk memberikan keterangan yang
ditanyakan agar peneliti mendapat gambaran umum bentuk foklor yang akan
diteliti dan wawancara terarah yaitu wawancara yang sudah tersusun daftar
pertanyaan yang diajukan peneliti sudah terfokus (Priyadi, 2011: 72-73).
Kegiatan ini menghimpun jejak-jejak masa lampau. Kegiatan ini didahului
oleh suatu tahap persiapan berupa penentuan tema dan penentuan judul penelitian.
Kemudian penulis memilih Candi Borobudur sebagai tempat penelitian. Kegiatan
selanjutnya yaitu tahap perizinan ke birokrasi. Pada tahap ini peneliti mengurus
segala bentuk perizinan ke segala instansi terkait yaitu PT Persero Candi
Prambanan, Candi Borobudur dan Ratu Boko, ini dilakukan karena Candi
Borobudur di naungi oleh PT tersebut dan penulis bertemu dengan bapak Putra
Dirgantara selaku Humas dari PT Persero Candi Prambanan dan penulis
mendapatkan izin untuk melakukan penelitian dan setelah penulis mendapatkan
izin dari PT Persero Candi Prambanan, Candi Borobudur dan Ratu Boko, penulis
menemui Bapak Mura selaku Humas dari PT Persero Candi Borobudur dan dari
Bapak Mura penulis mendapatkan data-data tentang Candi Borobudur.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
b. Sumber Benda
Benda yang dimaksud adalah bangunan Candi Borobudur dengan relief
Lalitavistara yang berjumlah 120 panel. Khususnya relief-relief yang
terindentifikasi nilai-nilai pendidikan.
c. Sumber tertulis
Sumber ini berupa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yang ada kaitannya dengan relief-relief Lalitavistara salah satunya
yaitu N.J Krom. Peristiwa yang sudah terjadi berabad-abad tidak akan dapat
diketahui lewat penuturan para pelakunya. Tinggal sisa peristiwa yang dapat
dijadikan objek untuk menggali apa yang terjadi saat itu. Untuk mendapatkan
gambaran lebih jauh perlu ditunjang pemahaman cerita relief tersebut.
2. Kritik atau verifikasi
Berkaitan dengan kegiatan menguji sumber sejarah yang telah
dikumpulkan melalui langkah kritik. Kritik sumber dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Kritik Luar
Kritik yang dilakukan dari sisi luar (outentitas dari sumber), jika kritik
ekstern dilakukan terhadap sumber lisan, maka si pelaku atau penyaksi harus
diperhatikan apakah ia buta ataupun bisu, waras atau gila, pikun ataupun tidak.
Cacat dan mundurnya kritik seseorang berpengaruh dalam memberikan kesaksian,
sedangkan kritik ekstern itu diberlakukan sumber artifact, maka bahan yang
dipakai misalnya batu, kayu, atau bamboo (Priyadi, 2011: 75).
Dalam penelitian ini penulis mengkritik sumber lisan yaitu dengan melihat
kejiwaan informan. Sedangkan artifact dengan melihat keaslian dari relief candi
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
Borobudur yaitu memperhatikan bahan yang digunakan dalam bangunan relief
candi tersebut, untuk sumber tertulis dengan memperhatikan jenis kertas dan
bahan serta bukan sekedar hanya buku tentang kepariwisataan.
b. Kritik intern
Kritik dari dalam (mengecek kredibilitas dari sumber) yaitu informasi
yang diberikan informan dapat dipercaya atau tidak. Caranya adalah memberi
daftar pertanyaan yang sama terhadap kepada pewaris aktif. Dengan demikian,
kreadibilitas keterangan pewaris aktif dapat dipertanggungjawabkan mutunya
diperoleh fakta-fakta (Priyadi, 2011: 84). Dalam penelitian ini untuk melihat
kreadibilitas keterangan para informan, peneliti memberikan pertanyaan yang
sama kepada para informan.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subyektif. Tanpa
penafsiran sejarawan data tidak bisa berbicara. Menurut Tanudirdjo dalam
Sukarman (1999), kegiatan ini berupaya menetapkan makna dengan hubungan
diantara fakta-fakta yang diperoleh yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan
penafsiran. Semua fakta yang semula lepas satu sama lain dirangkai dan
dihubung-hubungkan sehingga menjadi kesatuan yang harmonis dan masuk akal.
Intrepretasi data dilakukan dengan intrepretasi deskriptif, ini dilakukan
karena pelaku dalam yang terlibat langsung dalam cerita relief dan dalam
perkembangan Candi Borobudur tidak ada, sehingga tidak mungkin dilakukan
dari hasil wawancara ataupun pengamatan langsung dari peristiwa tersebut.
Intrepestasi deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
intrepretasi dengan memeriksa gambaran suatu fakta tertentu yang diperoleh
dalam penelitian atau berbagai informasi yang diteliti oleh peneliti lain. Alasan
penggunaan intrepretasi deskriptif dalam penelitian ini karena semua data yang
dipakai adalah data artefaktual berupa relief Candi Borobudur dan dari usaha
menterjemahkan gambar relief di Candi Borobudur yang diteliti untuk mengetahui
nilai pendidikannya.
4. Historiografi
Historiografi yaitu penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya menjadi
suatu kisah atau penyajian yang berarti. Pada tahap ini setelah data diperoleh
secara lengkap dan disimpulkan, maka dilanjutkan dengan penulisan hasil
penelitian. Penulisan ini dilakukan dengan kaidah-kaidah yang ada pada
metodologi sejarah. Hasil penelitian ini ditulis dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar sesuai dengan ejaan yang berlaku.
K. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Arkeologi dan
Pendidikan. Pendekatan arkeologi adalah untuk mengungkapkan kehidupan masa
lalu yang menggunakan benda hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sedangkan Pendekatan Pendidikan yaitu untuk
mengungkapan nilai-nilai pendidikan melalui benda hasil karya manusia karena
tentunya di dalam peninggalan arkeologi khususnya Candi yang mempunyai
ukiran relief terdapat sebuah cerita yang bisa diambil nilai-nilai pendidikan untuk
di intepretasikan dalam kehidupan.
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
L. Sistematika Penulisan
Untuk mempelajari penelitian ini maka penulis akan mencoba untuk
menjelaskan sistematika yang tercantum di dalamnya, sistematika yang dipakai
adalah:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
E. Manfaat
F. Kajian Teori
G. Relief Candi Borobudur
H. Kajian Penelitian Terdahulu
I. Kerangka Berfikir
J. Metode Penelitian
K. Pendekatan
L. Sistematika Penulisan
BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
A.Sejarah Berdirinya Candi Borobudur
B. Awal Candi Borobudur sebagai Danau
C. Awal Candi Borobudur sebagai HutanBelukar
D. Makna Pemugaran dan Penyelamatan Candi Borobudur
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013
BAB III RELIEF LALITAVISTARA
A. Relief Lalitavistara
B. Arca-Arca Budha di Relief Lalitavistara
BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN RELIEF LALITAVISTARA
A. Ciri-ciri Relief Beradegan Pendidikan
B. Nilai-nilai Pendidikan Relief Lalitavistara
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pemugaran Candi Borobudur..., Riska Wahyu Nofitasari, FKIP UMP, 2013