Post on 01-Apr-2019
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Penyakit Malaria
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan
dapat menurunkan produktivitas kerja.
2.1.1 Pengertian Malaria
Menurut Gandahusada Malaria adalah suatu istilah yang diperkenalkan
oleh Dr. Francisco Torti pada abad ke 17, malaria berasal dari bahasa Itali Mal =
kotor, sedangkan Aria = udara ”udara yang kotor” (dalam Saputra, 2011). Malaria
adalah suatu penyakit kawasan tropika yang biasa tetapi apabila diabaikan juga
dapat menjadi serius, seperti malaria jenis Plasmodium falciparum penyebab
malaria tropika yang sering menyebabkan kematian. Ia adalah suatu serangga
protozoa yang dipindahkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles
betina terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari.
Penyakit malaria pada manusia ada empat jenis dan masing-masing
disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah:
1) Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium vivax
dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala
pertama terjadi, ini dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi.
2) Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga
malaria tropika, disebabkan oleh P. falciparum. Plasmodium ini
merupakan sebagian besar penyebab kematian akibat malaria. Organisme
bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma,
mengigau dan kematian
3) Malaria kuartana yang disebabkan P. malariae, memiliki masa inkubasi
lebih lama dari pada penyakit malaria tertiana atau tropika, gejala pertama
biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi.
Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
4) Malaria yang mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang ditemukan,
dan disebabkan oleh P. ovale. Pada masa inkubasi malaria, protozoa
tumbuh didalam sel hati, beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi,
organism tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah
sehingga menyebabkan demam (Prasetyo, 2006).
2.1.2 Penyebab Penyakit Malaria
Rahayu (2010) mengemukakan bahwa Agent penyebab malaria ialah
makhluk hidup Genus Plasmodia, Famili Plasmodiidae dari Ordo Coccidiidae.
Sampai saat ini di Indonesia dikenal empat spesies parasit malaria pada manusia,
yaitu :
1. Plasmodium falciparum : penyebab penyakit tropika yang sering
menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala serangannya
timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.
2. Plasmodium vivax : penyebab penyakit malaria tertian yang gejala
serangannya timbul berselang setiap 3 hari.
3. Plasmodium malariae: penyebab penyakit malaria quartana yang gejala
serangannya timbul berselang setiap empat hari.
4. Plasmodium ovale: jenis ini jarang ditemui di Indonesia, banyak dijumpai
di Afrika dan pasifik Barat. (Dalam Mobonggi, 2011: 19)
2.1.3 Vektor Nyamuk
Menurut Bruce-Chwatt (1985) Dalam susunan taksonomi, Nyamuk
Anhopheles diklasifikasikan sbb: Phylum Arthropoda; Ordo Diptera; klas
Hexapoda; Famili Culicidae; Sub Famili Anopheline; Genus Anopheles (dalam
Susana, 2011 : 24).
Diketahui lebih dari 422 spesies Anopheles di dunia. Di Indonesia hanya
ada 80 spesies dan 22 diantaranya ditetapkan menjadi vektor malaria. 18 spesies
dikomfirmasi sebagai vektor malaria dan 4 spesies diduga berperan dalam
penularan malaria di Indonesia. Nyamuk tersebut hidup di daerah tertentu dengan
kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah pantai, rawa-rawa,
persawahan, hutan dan pegunungan.
Harmendo (2008: 28-31) mengemukakan bahwa Nyamuk Anopheles
dewasa adalah vektor penyebab malaria. Nyamuk betina dapat bertahan hidup
selama sebulan. Siklus nyamuk Anopheles sebagai berikut :
1. Telur
Nyamuk betina meletakkan telurnya sebanyak 50-200 butir sekali bertelur.
Telur telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur tersebut
tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3 hari akan menetas
menjadi larva.
2. Larva
Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari
makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki. Dalam
perbedaan nyamuk lainnya, larva Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan
dan untuk posisi badan mereka sendiri sejajar dipermukaan air. Larva bernafas
dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus berada di permukaan.
Kebanyakan Larva memerlukan makan pada alga, bakteri, dan mikroorganisme
lainnya di permukaan. Mereka hanya menyelam di bawah permukaan ketika
terganggu. Larva berenang tiap tersentak pada seluruh badan atau bergerak terus
dengan mulut. Larva berkembang melalui 4 tahap atau stadium, setelah larva
mengalami metamorfisis menjadi kepompong. Disetiap akhir stadium larva
berganti kulit, larva mengeluarkan exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih
lanjut. Habitat Larva ditemukan di daerah yang luas tetapi kebanyakan spesies
lebih suka di air bersih.
Larva pada nyamuk Anopheles ditemukan di air bersih atau air payau yang
memiliki kadar garam, rawa bakau, di sawah, selokan yang dirtumbuhi rumput,
pinggir sungai dan kali, dan genangan air hujan. Banyak spesies lebih suka hidup
di habitat dengan tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis
lebih suka di alam terbuka, genangan air yang terkena sinar matahari.
3. Kepompong
Kepompong terdapat dalam air dan tidak memerlukan makanan tetapi
memerlukan udara. Pada kepompong belum ada perbedaan antara jantan dan
betina. Kepompong menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada umumnya
nyamuk jantan lebih dulu menetas daripada nyamuk betina. Lamanya dari telur
berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung spesiesnya dan
dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari telur ke nyamuk
dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14 hari.
4. Nyamuk dewasa
Semua nyamuk, khususnya Anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil
dengan 3 bagian : kepala, torak dan abdomen (perut). Kepala nyamuk berfungsi
untuk memperoleh informasi dan untuk makan. Pada kepala terdapat mata dan
sepasang antena. Antena nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau host dari
tempat perindukan dimana nyamuk betina meletakkan telurnya. Thorak berfungsi
sebagai penggerak. Tiga pasang kaki dan sebuah kaki menyatu dengan sayap.
Perut berfungsi untuk pencernaan makanan dan mengembangkan telur.
Bagian badannya mengembang agak besar saat nyamuk betina menghisap darah.
Darah tersebut lalu dicerna tiap waktu untuk membantu memberikan sumber
protein pada produksi telurnya, dimana mengisi perutnya perlahan-lahan.
Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam
siklus kehidupan yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh
nyamuk.
a. Siklus aseksual dalam tubuh manusia
Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini
terdiri dari:
1). Siklus di luar sel darah merah
Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium
vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel
hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup
parasit yang nantinya dapat menyebabkan kumat / kambuh atau rekurensi (long
term relapse). Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai
jangka waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh
sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan dengan baik.
Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit yang masuk ke eritrosit (fase
eritrositer)
2). Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :
a). Fase sisogoni yang menimbulkan demam
b). Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan
penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum
disebut rekrudensi (short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah
masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit
sebagian besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh
nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami
siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah
siap untuk ditularkan kepada manusia.xvii
b. Fase seksual dalam tubuh nyamuk
Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan
sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk
kepada manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi
ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara.
1) Bionomik Nyamuk Malaria
1. Tempat Perindukan
Menurut Hiswani Keberadaan nyamuk malaria di suatu daerah sangat
tergantung pada lingkungan, keadaan wilayah seperti perkebunan, keberadaan
pantai, curah hujan, kecepatan angin, suhu, sinar matahari, ketinggian tempat dan
bentuk perairan yang ada. Nyamuk Anopheles aconitus dijumpai di daerah-daerah
persawahan, tempat perkembangbiakan nyamuk ini terutama di sawah yang
bertingkat-tingkat dan di saluran irigasi (dalam Saputra, 2011: 6).
Menurut Sudarman dkk, Kepadatan populasi nyamuk ini sangat
dipengaruhi oleh musim tanam padi (dalam Saputra, 2011: 6). Jentik-jentik
nyamuk ini mulai ditemukan di sawah kira-kira pada padi berumur 2-3 minggu
setelah tanam dan paling banyak ditemukan pada saat tanaman padi mulai
berbunga sampai menjelang panen. Di daerah yang musim tanamnya tidak
serempak dan sepanjang tahun ditemukan tanaman padi pada berbagai umur,
maka nyamuk ini ditemukan sepanjang tahun dengan dua puncak kepadatan yang
terjadi sekitar bulan Pebruari-April dan sekitar bulan Juli-Agustus An.
balabacencis dan An. maculatus adalah dua spesies nyamuk yang banyak
ditemukan di daerah-daerah pegunungan non persawahan dekat hutan. Kedua
spesies ini banyak dijumpai pada peralihan musim hujan ke musim kemarau dan
sepanjang musim kemarau. Tempat perkembangbiakannya di genangan-genangan
air yang terkena sinar matahari langsung seperti genganan air di sepanjang sungai,
pada kobakan-kobakan air di tanah, di mata air-mata air dan alirannya, dan pada
air di lubang batu-batu.
Kepadatan jentik nyamuk An. balabacencis bisa ditemukan baik pada
musim penghujan maupun pada musim kemarau. Jentik-jentik An. balabacencis
ditemukan di genangan air yang berasal dari mata air, seperti penampungan air
yang dibuat untuk mengairi kolam, untuk merendam bambu/kayu, mata air, bekas
telapak kaki kerbau dan kebun salak.
Dari gambaran di atas tempat perindukan An. balabacencis tidak spesifik
seperti An. maculatus dan An. aconitus, karena jentik An. Balabacencis dapat
hidup di beberapa jenis genganan air, baik genangan air hujan maupun mata air,
pada umumnya kehidupan jentik An. balabacencis dapat hidup secara optimal
pada genangan air yang terlindung dari sinar matahari langsung, diantara
tanaman/vegetasi yang homogen seperti kebun salak, kebun kapulaga dan lain-
lain. An. maculatus yang umum ditemukan di daerah pegunungan, ditemukan pula
di daerah persawahan dan daerah pantai yang ada sungai kecil-kecil dan berbatu-
batu (Barodji dkk, 2001).
Puncak kepadatan An. maculatus dipengaruhi oleh musim, pada musim
kemarau kepadatan meningkat, hal ini disebabkan banyak terbentuk tempat
perindukan berupa genangan air di pinggir sungai dengan aliran lambat atau
tergenang. Perkembangbiakan nyamuk An. maculatus cenderung menurun bila
aliran sungai menjadi deras (flushing) yang tidak memungkinkan adanya
genangan di pinggir sungai sebagai tempat perindukan An. sundaicus dijumpai di
daerah pantai, tempat perindukannnya adalah di air payau dengan salinitas antara
0-25 per mil, seperti rawa-rawa berair payau, tambak-tambak ikan tidak terurus
yang banyak ditumbuhi lumut, lagun, muara-muara sungai yang banyak
ditumbuhi tanaman air dan genangan air di bawah hutan bakau yang kena sinar
matahari dan berlumut An. sundaicus ditemukan sepanjang tahun dan paling
banyak ditemukan pada pertengahan sampai akhir musim kemarau (September-
Desember).
2. Tempat Istirahat
Tempat istirahat alam nyamuk Anopheles berbeda berdasarkan spesiesnya.
Tempat istirahatnya An. aconitus pada pagi hari umumnya dilubang seresah yang
lembab dan teduh, terletak ditengah kebun salak. Tempat istirahat An. aconitus
pada umumnya ditempat yang mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas
cahaya rendah, serta di lubang tanah bersemak. An. aconitus hinggap di tempat-
tempat dekat tanah Nyamuk ini biasanya hinggap di daerah-daerah yang lembab,
seperti di pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan
lembab. Tempat istirahat An. balabacencis pada pagi hari umumnya di lubang
seresah yang lembab dan teduh, terletak ditengah kebun salak. An. balabacencis
juga ditemukan di tempat yang mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas
cahaya yang rendah serta di lubang tanah bersemak. Di luar rumah tempat
istirahat An. maculatus adalah di pinggiran sungai-sungai kecil dan di tanah yang
lembab. Perilaku istirahat nyamuk An. sundaicus ini biasanya hinggap di dinding-
dinding rumah penduduk.
2.1.4 Gejala Klinis Malaria
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam
diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium ,
imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya
infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan
waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut
periode prepaten. (Harijanto, 2010, Agung Nugroho, 2010, Carta A Gunawan,
2010 : 85)
Menurut Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias
malaria), (Harijanto, 2010: 88) yaitu:
a. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita
sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering
seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis
seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam
diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi
cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih,
respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok.
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih
diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun
akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.
Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang
dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit
malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-
ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/
setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan
pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil.
Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita
tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan
kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau
tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat,
muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti teh tua
sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
2.1.5 Cara Penularan Malaria
Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam
yaitu :
1. Penularan secara alamiah (natural infection)
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang
lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi
vector penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium.
Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa
vector mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang
pajar. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh
nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu
menjadi sakit. (Harmendo, 2008)
2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)
a Malaria bawaan. Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya
menderita malaria. Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta
(transplasental)
b Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum
suntik.
c Secara oral. Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung
(P.gallinasium), burung dara (P.relection) dan monyet (P.knowlesi).
2.1.6 Pencegahan Penyakit Malaria
Menurut DepKes RI (1999) Pencegahan penyakit malaria secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan :
1) Pencegahan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan profilaksis aatu
pengobatan pencegahan.
a. Orang yang akan bepergian ke daerah-daerah endemis malaria harus
minum obat anti malaria sekurang-kurangnya seminggu sebelum
keberangkatan sampai empat minggu setelah orang tersebut
meninggalkan daerah endemis malaria.
b. Wanita hamil yang akan bepergian ke daerah endemis malaria
diperingatkan tentang risiko yang mengancam kehamilannya. Sebelum
bepergian, ibu hamil disarankan untuk berkonsultasi ke klinik atau
Rumah Sakit dan mendapatkan obat anti malaria.
c. Bayi dan anak-anak berusia di bawah empat tahun dan hidup di daerah
endemis malaria harus mendapat obat anti malaria karena tingkat
kematian bayi/anak akibat infeksi malaria cukup tinggi.
2) Pencegahan terhadap vector atau gigitan nyamuk.
Daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak, tindakan untuk
menghindari gigitan nyamuk sangat penting. Maka dari itu disarankan untuk
memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah terutama
pada malam hari, memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah, serta
menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga dapat memakai minyak anti
nyamuk saat tidur dimalam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, karena
biasanya vector malaria menggigit pada malam hari.
Upaya pencegahan malaria salah satunya adalah melalui penddidikan
kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku yang belum sehat menjadi
perilaku sehat, artinya perilaku yang mendasarkan padsa prinsip-prinsip sehat atau
kesehatan. Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat harus direncanakan
dengan menggunakan strategi yang tepat disesuaikan dengan kelompok sasaran
dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Strategi tersebut mencakup
metode/cara, pendekatan dan tekhnik yang mungkin digunakan untuk
mempengaruhi factor predisposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi perilaku. Strategi yang tepat agar masyarakat
mudah dan cepat menerima pesan diperluakn alat bantu yang disebut peraga.
Semakin banyak indra yang digunakan unutk menerima pesan semakin banyak
dan jelas pula pengetahuan yang diperoleh. (Dalam Mobonggi, 2011)
2.1.7 Pengobatan Malaria
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik
serta memutuskan rantai penularan. (DepKes RI, 2009)
a. Pengobatan untuk mereka yang terinfeksi malaria adalah dengan
menggunakan chloroquine terhadap malaria P. Falciparum, P. Vivax, P.
Malriae, P. Ovale yang masih sensitive terhadap obat tersebut dapat
diberikan peroral (diminum) dengan jumlah dosis 25 mg chloroquine/kg
berat badan diberikan lebih dari 3 hari, dosis lebih dari 15 mg dapat
diberikan pada hari pertama (10 mg/kg berat badan dosis awal dan 5
mg/kg berat badan 6 jam berikutnya; 600 mg dan 300 mg dosis untuk
orang dewasa); hari kedua diberikan 5 mg/kg berat badan dan hari ketiiga
5 mg/kg berat badan. Untuk daerah oseania dimana malaria vivax
mungkin sudah resisten terhadap klorokui, penderita yang sudah diberi
pengobatan, diberi pengobatan ulang atau diberiakan dosis tunggal
mefloquine 25 mg/kg berat badan.
b. Untuk pengobatan darurat bagi orang dewasa yang terinfeksi malaria
dengan komplikasi berat atau untuk orang yeng tidak memungkinkan
diberikan obat peroral dapat diberikan obat Quinie dihydrocloride,
diberikan 20 mg/kg berat badan dilarutkan dalam 500 ml NaCl, glukosa
atau plasma dan bila perlu diulang setiap 8 jam (10 mg/kg berat badan)
kemudian diteruskan dengan dosis yang diturunkan setiap 8 jam samapi
dengan saat penderita dapat diberikan Quinine peroral. Dosis pengobatan
pada anak per kg BB adalah sama. Apabila setelah 48 jam pengobatan
penderita cenderung membaik dan kadar obat tidak bisa dimonitor maka
dosis pengobatan diturunkan 30% . (Koplan, 2006)
2.1.8 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Terjadinya Malaria
1). Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk, yaitu:
1. Suhu udara.
Suhu udara sangat dipengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau
masa inkubasi ekstrinsik. Suhu yang hangat membuat nyamuk mudah untuk
berkembang biak dan agresif mengisap darah.
2. Kelembaban udara (relative humidity).
Kelembaban udara yang rendah akan memperpendek usia nyamuk,
meskipun tidak berpengaruh pada parasit.
3. Hujan
Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk
dewasa.
4. Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin
bertambah, hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu ratarata.
5. Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat
terbang nyamuk ke dalam atau keluar rumah dan salah satu faktor yang ikut
menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk adalah jarak terbang
nyamuk (flight range) tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya, jika
ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km.
6. Sinar matahari,
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-
beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang terkena sinar matahari
langsung, Anopheles hyrcanus spp dan Anopheles pinctutatus spp lebih menyukai
tempat terbuka, sedangkan Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat
teduh maupun kena sinar matahari.
7. Arus air
Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir
lambat, sedangkan Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras dan
Anopheles latifer menyukai air tergenang.
2). Lingkungan kimia
Lingkungan kimia, seperti kadar garam pada suatu tempat perindukan
nyamuk, seperti diketahui nyamuk An. Sundaicus tumbuh optimal pada air payau
yang kadar garamnya berkisar antara 12-18‰ dan tidak dapat berkembangbiak
pada kadar garam 40‰ ke atas, meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara
An. sundaicus sudah ditemukan pula dalam air tawar. An. Latifer dapat hidup
ditempat yang asam/ pH rendah. Ketika kemarau datang luas laguna menjadi
mengecil dan sebagian menjadi rawa-rawa yang ditumbuhi ilalang, lumut-lumut
seperti kapas berwarna hijau bermunculan. Pada saat seperti inilah kadar garam
air payau meninggi dan menjadi habitat yang subur bagi jentik-jentik nyamuk.
3). Lingkungan biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain
dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari
yang masuk atau melindungi serangan dari makhluk hidup lain. Adanya berbagai
jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan
lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu wilayah. Selain itu juga
adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan
nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut diletakkan di luar rumah.
4). Lingkungan sosial budaya
Sosial budaya (culture) juga berpengaruh terhadap kejadian malaria
seperti: kebiasaan keluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat
eksofilik dan eksofagik akan mempermudah kontak dengan nyamuk. Tingkat
kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan
masyarakat untuk memberantas malaria, seperti penyehatan lingkungan,
menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada ventilasi rumah dan
menggunakan obat nyamuk. Faktor sosio-budaya ini merupakan faktor eksternal
untuk membentuk perilaku manusia. Lingkungan sosial budaya ini erat kaitannya
dengan kejadian suatu penyakit termasuk malaria.
2.2 Perilaku Masyarakat
2.2.1 Batasan Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau akitivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan,
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai akitivitas masing-masing.
Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah
tindakan atau akitivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentengan yang
sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2007:133)
Skiner (1938) seorang ahli psikologim merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organism tersebut merespons, maka teori Skiner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. (Dalam Notoatmodjo,
2007), Skinner membedakan adanya dua respons.
1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya
terang yang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons
ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya yang mendengar berita
musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya
dengan mengadakan pesta dan sebagainya.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikiuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau
job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi melaksanakan
tugasnya.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua
1. Perilaku tertutup (cover behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahun/kesadaran, dan sikap yang rejadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain. Oleh sebab itu, disebut cover behavior atau unobservable
behavior, misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks,
dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang dalam bentuk stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktik
(practice) misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa
anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat
secara teratur, dan sebagainya.
Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar perilaku manusia adalah
operant response. Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku
diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skiner
adalah sebagai berikut.
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil
yang akan membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-
komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada
terbentuknya perilaku yang dimaksud.
c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen
yang telah disusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka
hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku
(tindakan) tersebut cenderung akan sering di lakukan. Kalau ini sudah
e. terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang
kemudian di beri hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah
lagi). Demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk.
Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya
sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.
2.2.2 Perilaku Kesehatan
Sejalan dengan pembatasan perilaku menurut Skiner tersebut maka
perilaku kesehatan (Health Behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan factor-faktor yang
mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan makanan, minuman,
dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain pelayanan kesehatan adalah
semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (Observable)
maupun yang tidak dapat diamati (Unobservable), yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup
mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,
meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena
masalah kesehatan. (Notoatmodjo, 2010: 46)
Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan
menjadi dua, (Notoatmodjo, 2010) yakni:
1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat
Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup
perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atu
menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab
masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan
meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). Contoh : makan dengan gizi
seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan meminum-minuman keras,
menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi setelah makan, cuci tangan
pakai sabun sebelum makan, dan sebagainya.
2) Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan , untuk
memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya.
Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health
seeking behavior). Perilaku ini mencakup tinadakan-tindakan yang diambil
seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk
memperoleh kesembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang
dideritanya. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas
pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanan kesehatan tradisional
(dukun, sinshe, paranormal), maupun pengobatan modern atau
professional (rumah dsakit, puskesmas, poliklinik dan sebagainya).
Becker (1979) membuat klasifikas lain tentang perilaku kesehatan, dan
membedakannya menjadi tiga, (Dalam Notoatmodjo, 2010) yaitu :
1. Perilaku Sehat
Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,
antara alin :
a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet).
b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.
c. Tidak merokok dan meminum-minuman keras serta menggunakan
narkoba.
d. Istirahat yang cukup.
e. Pengendalian atau manajemen stress.
f. Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan.
2. Perilaku Sakit (Illness behavior)
Perilaku sakit adalah berakaitan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang yang sakit dan/atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau
keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah
kesehatan yang lainnya. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada
beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain :
a. Didiamkan saja (no action)
b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self
treatment atau self medication).
c. Mencari penyembuhan atau pengobatn keluar yakni ke fasilitas
pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi 2, yakni : Tradisional
dan pelayanan kesehatan modern atau professional.
3. Perilaku Peran Orang Sakit
Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles),
yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit
(obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit
adalh merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior).
Perilaku peran orang sakit ini antara lain :
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang
tepat untuk memperoleh kesembuhan.
c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-
nasihat dokter atau perwat untuk mempercepat kesembuhannya.
d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses
penyembuhannya.
e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan
sebagainya.
2.2.4 Domain Perilaku
Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (convert), dan
perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya
perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan
perkataan lain, perilaku adalah keseluiruhan (totalitas) pemahaman dan
aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara factor internal dan
eksternal. Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai
bentangn yang sangat luas. Benyamin Bloom (1998) seorang ahli psikologi
peendidikan, membedakan adanya 3 area wilayah, ranah atau dominan
perilaku ini, yakni koginitif (cognitive), afektif (affective), rasa (afektif), dan
karsa (psikomotor) atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindak.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian dominan
oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan
menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan
sebagainya).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda. Secara garis besar dibaginya dalam 6 tingkat pengetahuan,
yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya mengemati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa tomat yang
mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,
penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti,
dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu
sesuatu dapat menguasai pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-
tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagimana cara
melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Dan sebagainya.
b. Memahami (comperehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam
berdarah, bukan sekedar menyebutkan 3 M (mengubur,menutup, dan
menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup,
menguras dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.
c. Aplikas (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami onjek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan
program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah
paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian
di mana saja, dan seterusnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telazh dapat membedakan, atau memisahkan,
mengolompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes
Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (floe chart) siklus
hidup cacing kremi, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata
atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat
membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu
dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau
tidak seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga dan berencana, dan
sebagainya.
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
Campbell (1950) mendefenisikan sangat sederhana, yakni; “An individual’s
attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas,
disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosia menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi (tertutup).
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempuyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seorang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil (ante
natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk
mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care dilingkungannya.
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti
penyuluhan ante natal care ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh,
kemudian ia menjawab atau menaggapinya.
c. Menghargai (valuing)
Mengharagai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mengajak atau memoengaruhi atau mengajurkan orang lain
merespons.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang
lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.
3. Tindakan atau Praktik (Practice)
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau
sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa hamil itu
penting untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk
periksa hamil. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan
bidan, Posyandu, atau Puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut
mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan
memeriksakan kehamilannya.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yaitu:
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih
bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu
hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan medis.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya,
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
2.2.5 Pengukuran Dan Indikator Perilaku Kesehatan
Seperti telah diuraikan sebelumnya , bahwa perilaku mencakup 3
dominan, yakni: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) , dan tindakan atau
praktik (practice). Oleh sebab itu,mengukur perilaku dan perbahannya, khususnya
perilaku kesehatan juga mengacu kepada 3 domain tersebut, secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengetahuan kesehatan (health knowledge)
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-
cara memeliharanya kesehatan ini meliputi:
1. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit
dan tanda-tandanya atau gejala peyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya cara mengatasi atau menangani sementara).
2. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi
kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuanga air
limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan
sehat, polusi udara, dan sebagainya.
3. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional
maupun yang tradisional.
4. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah
tangga, maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.
5. Dan seterusnya.
Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti tersebut
diatas, adalah dengan mengajukkan pertanyaan-pertanyaan secara
langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau
angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan”
responden tentang kesehatan, atau besarnya presentase kelompok
responden atau masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen-
komponen kesehatan. Misalnya, berapa % sesponden atau masyarakat
yang tahu tentang cara-cara mencegah penyakit demam berdarah, atau
berapa % masyarakat atau responden yang mempunyai pengetahuan yang
tinggi tentang ASI esklusif, dan sebagainya.
b. Sikap terhadap kesehatan (health attitudeI)
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap
hal-hal yang berkualitas dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup
sekurang-kurangnya 4 variabel, yaitu:
1. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan
tanda tanda-tanda atau gejalanya, penyebabnya cara penularannya, cara
pencegahannya, cara mengatasi atau menaganinya sementara).
2. Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi
kesehatan, antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air
limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,
perumahan sehat, polusi udara dan sebagainya.
3. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional maupun
tradisional.
4. Sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan rumah tangga,
maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat
umum.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Misalnya,
bagaimana pendapat responden tentang imunisasi pada anak balita, bagaimana
responden tentang keluarga berencana, dan sebagainya. Pertanyaan secara
langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan
mennggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadapa pertanyaan-pertanyaan
terhadap objek tertentu, dengan menggunakan skala Lickert. Misalnya: Beri
pendapat anda tentang pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan
penilaian sebagai berikut :
5. Bila sangat setuju
4. bila setuju
3. bila biasa saja
2. bila tidak setuju
1. bila sangat tidak setuju
Contoh:
a. Demam berdarah adalah penyakit yang sangat berbahaya
b. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian ibu
c. Penderita HIV/AIDS tidak perlu dikucilkan atau diisolasi, dan
sebagainya.
Sikap juga dapat diukur dari pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung,
misalnya :
a. Apabila anda diundang untuk mendengarkan ceramah tentang Napza,
apakah anda mau hadir?
b. Seandaianya akan dibangun Polindes di desa ini, apakah anda mau
membantu dana? Dan sebagainya.
c. Praktik Kesehatan (health practice)
Prakrik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan
atau aktivitas orang dalam rangaka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik
kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti pengetauan dan sikap kesehatan
tersebut di atas, yaitu:
a. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit menular dan
tidak menular dan praktik tentang mengatasi atau menangani sementara
penyakit yang diderita.
b. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,
perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.
c. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilisasi) fasilitas
pelayanan kesehatan.
d. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah
tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat
umum.
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua
cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran perilaku yang
paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu
mengamati tindakan subjek dalam rangka memelihara kesehatannya, misalnya:
dimana responden membuang air besar, makanan yang disajikan ibu dalam
keluarga untuk mengamati praktik gizi, dan sebagainya.
Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat
kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap
subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan.
Contoh: untuk mengetahui perilaku gizi ibu terhadap anak balitanya,
dengan menanyakan makanan apa saja yang diberikan kepada anaknya selama 24
jam terakhir. Untuk mengetahui perilaku ante natal care, dapat menanyakan
apakah pada kehamilan terakhir melakukan periksa hamil, berapa kali, dimana,
dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010: 56-59)
2.3 Perilaku Masyarakat Terhadap malaria
Sebagaimana kita ketahui bersama masyarakat Indonesia terdiri dari
banyak suku bangsa yang mempunyai latar belakang budaya yang beraneka
ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku manusia
yang memilki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya
menimbulkan, variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam
perilaku kesehatan. (Notoatmodjo, 2010: 65)
Factor inilah yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Tradisi dalam
mastyarakat yang berpengaruh negative terhadap kesehatan masyarakat serta
beberapa sikap yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat khususnya
penyakit malaria. Seperti kebiasaan masyarakat bepergian jauh apalagi pergi ke
tempat yang endemis malaria, kebiasaan masyarakat keluar malam, kebiasaan
masyarakat yang tidak mau menggunakan obat anti nyamuk serta berbagai macam
sikap dan kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi terjadinya malaria.
Menurut Hendrik L. Blum factor perilaku adalah salah satu yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Factor perilaku pula penyebab
timbulnya berbagai penyakit menular termasuk penyakit malaria. Pengetahauan
masyarakat tentang kesehatan terutama malaria sangat minim sehingga cara
masyarakat dalam menyikapi masalah kesehatan khususnya malaria masih belum
sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian masyarakat belum mengetahui tempat-
tempat perindukan dari malaria, bahkan masyarakat pun belum mengetahui waktu
atau jamnya nyamuk Anopheles menggigit. Sehingga masyarakat tidak
melakukan tindakan yang dapat mencegah malaria.
Sebagian masyarkat ada yang sudah menyadari akan bahayanya penyakit
menular terutama malaria akan tetapi tidak ada tindakan atau perlakuan yang
mereka lakukan untuk bagaimana supaya terhindar dari penyakit malaria.
Sehingga masih banyak terjadi masalah-masalah kesehatan di lingkungan
masyarakat terutama penyakit malaria.
Praktik atau perilaku masyarakat ataupun keluarga terhadap upaya
mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah :
1) Kebiasaan menggunakan kelambu
Beberpa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara
teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian malaria. Penduduk
yang tidak menggunakan kelambu mempunyai resiko 6,44 kali terkena malaria.
2) Kebiasaan memakai obat anti nyamuk
Menurut Depkes RI (1992) Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan
obat semprot, obat poles, atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak
dengan nyamuk. (Dalam Mobonggi, 2011)
3) Tidak membiasakan berada di luar rumah pada malam hari
Nyamuk penular malaria mempunyai keaktifan menngigit pada malam
hari. Nyamuk Anopheles paling aktif mencari darah pada pukul 21.00-03.00.
Menurut kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari antara pukul
21.00-22.00 menghisap darag jam tersebut sangat tinggi. Sehingga harus
menghindari kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari.
2.4 Kerangka Berpikir
2.4.1 Kerangka Teori
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Teori
Lingkungan
Fisik
Kimia
Biologi
Sosial Budaya
Perilaku Masyarakat
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Penyakit
Malaria
Perilaku Vektor
Tempat
Perindukan
Tempat
Peristrahatan
2.4.2 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 : Skema Kerangka Konsep
Ket :
: Variabel Independen/Bebas Perilaku Masyarakat
: Variabel Dependen/Terikat Kejadian Malaria
Penyakit
malaria
Pengetahuan Masyarakat
tentang Malaria
Sikap Masyarakat Terhadap
Malaria
Tindakan Masyarakat
Terhadap Malaria
Perilaku Masyarakat