Post on 19-Mar-2019
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Proses Belajar
“Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,
memperbaiki kelakuan, sikap, dan mengokohkan kepribadian.” 3
Melaksanakan pembelajaran yang paling ditekankan
adalah prosesnya karena dimana ketika prosesnya sudah baik
akan berimbas baik kepada hasilnya. Proses belajar adalah
serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu
belajar.4
Tujuan menilai proses belajar mengajar lebih ditekankan
pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar mengajar.
Dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenaan dengan
komponen-komponen yang membentuk proses belajar mengajar,
3 Suyono, Haryanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran teori dankonsep dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm.9.
4 Baharuddin, Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar danPembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm.16.
12
salah satu komponen pengajaran dalam dimensi penilaian proses
belajar mengajar yaitu komponen siswa dan kegiatan belajarnya
yang mencakup
“kemampuan prasarat, minat dan perhatian,sikap, cara belajar, kebiasaan belajar, kesulitanbelajar, fasilitas belajar yang dimiliki, hubungansosial dengan teman sekelas, masalah belajaryang dihadapi, karakteristik dan kepribadian,kebutuhan belajar, identitas siswa dankeluarganya yang erat kaitannya denganpendidikan di sekolah.”5
2.1.2 Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan alat dan bahasa dasar banyak
ilmu. ”Matematika adalah pengkajian logis mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berkaitan.”6
Matematika adalah salah mata pelajaran yang mempelajari
tentang bilangan dan ruang yang mempunyai berbagai cabang
seperti hitung, pengukuran, statistik, dll. Matematika termasuk
ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran, yang
berdiri sendiri dan bukan cabang dari ilmu alam.
5 Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remaja Rosdakarya. Hlm.58
6 Karami, Djati. 2002. Kamus Matematika. Jakarta:Balai Pustaka.Hlm.158.
13
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika
dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan Matematika. Selain itu
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan
mengomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Tabel. 2.1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V
Semester II Tahun Pelajaran 2011/ 2012Di SD Kutowinangun 11 Salatiga
Standar Kompetensi Kompetensi DasarGeometri dan Pengukuran6. Memahami sifat-sifat
bangun dan hubunganantar bangun
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
6.3 Menentukan jaring-jaringberbagai bangun ruangsederhana
6.4 Menyelidiki sifat-sifatkesebangunan dan simetri
6.5 Menyelesaikan masalahyang berkaitan denganbangun datar dan bangunruang sederhana
Sumber : Silabus SD Kutowinangun 11 kelas V
14
2.1.3 Teori Belajar Dienes
Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang
memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap
siswa. Dasarnya bertumpu pada Pieget, dan pengembangannya
diorientasikan pada anak-anak, sedemikian rupa sehingga sistem
yang dikembangkannya itu menarik bagi anak yang mempelajari
matematika.
“Dienes berpendapat bahwa pada dasarnyamatematika dapat dianggap sebagai studi tentangstruktur, memisah-misahkan hubungan-hubungandiantara struktur-struktur dan mengkatagorikanhubungan-hubungan di antara struktur-struktur.” 7
Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang
disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan
baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek
dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi
dengan baik dalam pengajaran matematika.
“Konsep-konsep Matematika akan berhasil jikadipelajari dalam tahap-tahap tertentu yaitupermainan bebas(Free Play), Permainan yangMenggunakan Aturan (Games), Permainan
7 Dienes dalam Somakim. 2007. Pembelajaran Metematika SekolahDasar. (Hand out mata kuliah pengembangan pembelajaran matematika SDsemester I TAHUN 2011/2012). Jakarta:Depdiknas. Hlm.7 .
15
Kesamaan Sifat (Searching for communalities),Permainan Representasi (Representation),Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization),Permainan dengan Formalisasi (Formalization)”8
Tahap-tahap itu, yaitu:
a. Permainan Bebas (Free Play)
Dalam setiap tahap belajar, tahap yang paling awal dari
pengembangan konsep bermula dari permainan bebas. Permainan
bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak
berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan
untuk mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak
muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental
dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami
konsep yang sedang dipelajari. Misalnya dengan diberi
permainan block logic, anak didik mulai mempelajari konsep-
konsep abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang
merupakan ciri/sifat dari benda yang dimanipulasi.
b. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
8 Dienes dalam Nyimas Aisyah,dkk. 2007. Pengembangan PembelajaranMatematika SD. Jakarta: Depdiknas. Hlm.3.
16
Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti
pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu.
Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak
terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami
aturan-aturan tadi. Jelaslah, dengan melalui permainan siswa
diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur
matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang
diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang
dipahami siswa, karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat
logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari itu. Menurut
Dienes, untuk membuat konsep abstrak, anak didik memerlukan
suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam
pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak relevan dengan
pengalaman itu.
c. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam
kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang
sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat
ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan
17
kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu
tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam
permainan semula.
d. Permainan Representasi (Representation)
Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi
yang sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-
konsep tertentu. Setelah mereka berhasil menyimpulkan
kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang
dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak,
Dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur
matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep
yang sedang dipelajari.
e. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan
kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep
dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan
verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan mencari banyaknya
diagonal dengan pendekatan induktif tersebut, kegiatan
18
berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal suatu poligon
yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.
f. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir.
Dalam tahap ini siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-
sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep
tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar
dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu
merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut.
Teori belajar Dienes menekankan pada tahapanpermainan yang berarti pembelajaran yangdiarahkan pada proses melibatkan anak didik dalambelajar. Hal ini berarti proses pembelajaran dapatmembangkitkan dan membuat anak didik senangdalam belajar.9
Kelebihan belajar Dienes diantaranya :
1) Dengan menggunakan benda-benda konkret,siswa dapat lebih memahami konsep denganbenar.
2) Susunan belajar akan lebih hidup,menyenangkan, dan tidak membosankan.
3) Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif.4) Konsep yang lebih dipahami dapat lebih
mengakar karena siswa membuktikannya sendiri.
9 Dienes dalam Somakim. op.cit. Hlm.6 .
19
5) Dengan banyaknya contoh dengan melakukanpermainan siswa dapat menerapkan kedalamsituasi yang lain.10
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif akan sukses dimana tim kecil,
masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang
berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap
anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa
yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar,
sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Siswa
bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok
berhasil memahami dan menyelesaikannya.
Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif
“memungkinkan siswa dapat meraihkeberhasilan dalam belajar, disamping itu jugabisa melatih siswa untuk memiliki ketrampilan,baik ketrampilan berpikir (thinking skill) maupunketrampilan sosial (social skill) sepertiketrampilan untuk mengemukakan pendapat,
10 Ferdianto, Wanda. 2007. Pengaruh Penerapan Teori Belajar Dienesdalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Peningkatan HasilBelajar Matematika Kelas IV Semester II di SD Negeri Salatiga 1. Salatiga :UKSW dalam skripsi tidak terbit. Hlm.23.
20
menerima saran dan masukan dari orang lain,bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangitimbulnya perilaku menyimpang dalamkehidupan kelas.”11
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari
Universitas John Hopkin. Sebagai salah satu metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan pada
berbagai ciri pengajaran langsung yaitu siswa berkerja pada
kelompok kecil untuk berlatih menyelesaikan masalah. Siswa
bekerja pada situasi yang didorong dan dikehendaki untuk dapat
bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas
sehingga melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
diharapkan dapat meningkatkan keaktifan seluruh siswa dalm
proses pembelajaran. Secara garis besar metode ini terdiri dari 5
langkah, yaitu :
a. Presentasi kelas
Materi yang akan dilaksanakan dalam model pembelajaran STAD
terlebih dahulu diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas
11 Stahl dalam Isjoni. op.cit. hlm.42.
21
yang dilakukan oleh guru. Presentasi guru di dalam kelas harus
fokus pada materi pembelajaran agar siswa tidak terlalu bingung
dalam memahami materi yang akan diterapkan dalam model
pembelajaran STAD. Siswa diupayakan memberi perhatian
penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan
sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis
mereka menentukan skor tim mereka. Untuk menarik perhatian
siswa agar lebih fokus dan memperhatikan dengan seksama, guru
dapat menjelaskan tujuan dan fungsi dari pembelajaran tersebut.
Sehingga siswa dapat lebih memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru. Karena jika siswa memperhatikan guru
akan menguntungkan dirinya sendiri dalam mengerjakan kuis dan
dalam bekerja kelompok pada nantinya.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras maupun etnisnya. Pembagian kelompok ini dapat dilakukan
oleh guru sendiri yang lebih mengetahui karakter dan
kemampuan siswa. Atau sebelumnya guru telah mengatur tempat
22
duduk siswa sehingga dapat membaur antara siswa yang
mempunyai kemampuan akademik yang tinggi, rata-rata dan
kurang, sehingga saat pembagian kelompok hanya tergantung
dari tempat duduk.
“Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwasemua anggota tim benar-benar belajar danmempersiapkan anggotanya untuk bisamengerjakan tugas dengan baik. Tim adalah bagianyang sangat penting dalam model pembelajaranSTAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalahmembuat anggota tim melakukan yang terbaik untuktim, dan tim pun harus melakukan yang terbaikunutk membantu anggotanya.“12
c. Kuis
Setelah guru memberikan presentasi dan setelah pelaksanaan
kerja kelompok, para siswa akan mengerjakan kuis individual.
Para siswa tidak diperbolehkan untuk bekerja sama dalam
mengerjakan kuis. Tiap siswa bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materi yang telah di jelaskan oleh
guru dan dikerjakan dalam kerja kelompok.
d. Skor Kemajuan Individual
12 Robert E. Slavin. 2005. Cooperative Learning. Teori, Riset danPraktik. Bandung: Nusa Media. Hlm.144.
23
“Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalahuntuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerjayang dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giatdan memberikan kinerja yang lebih baik dari padasebelumnya.”13
Tiap siswa dapat memberikan kontribusi skor yang maksimal
kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang
dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang
terbaik. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim
mereka berdasarkan skor yang kuis mereka dibandingkan dengan
skor awal mereka.
e. Rekognisi Tim
Tim yang terbaik akan mendapatkan penghargaan. Penghargaan
diberikan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Penghargaan ini dapat berupa hadiah agar tiap siswa dalam
kelompok dapat berkerja dengan semangat membantu
kelompoknya sehingga mendapatkan hadiah yang telah disiapkan
oleh guru.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi
siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam menguasai kemampuan yang di ajarkan oleh guru. Jika
13 Robert E. Slavin. op.cit. Hlm.146.
24
para siswa ingin agar timnya mendapatkan pengahargaan tim,
mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari
materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk
bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar
itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa bekerja
sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka boleh
bekerja berpasangan dan membandingkan jawaban masing-
masing, mendiskusikan setiap ketidaksesuaian dan saling
membantu satu sama lain jika ada yang salah dalam memahami.
Mereka bekerja dengan teman satu timnya, menilai kekuatan dan
kelemahan mereka untuk membantu mereka berhasil dalam kuis.
“Langkah-langkah pelaksanaan pembelajarankooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :1. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadii
beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompokmempunyai anggota yang heterogen, baik jeniskelamin, ras, etnik, maupun ketrampilannya(prestasinya).
2. Guru menyampaikan materi pembelajaran.3. Guru memberikan tugas kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik,kemudian saling membantu untuk menguasaimateri pelajaran yang telah diberikan melaluitanya jawab atau diskusi antar sesama anggotakelompok.
25
4. Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepadaseluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaanatau kuis guru, siswa tidak boleh salingmembantu.
5. Setiap akhir pembelajaran guru memberikanevaluasi untuk mengetahui penguasaan siswaterhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
6. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor ataspenguasaanya terhadap materi pelajaran, dankepada siswa secara individual atau kelompokyang meraih prestasi tinggi atau memperolahskor sempurna diberi penghargaan.
7. Kesimpulan.”14
2.1.5 Dienes Games Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang didasari pada
kerja kelompok/diskusi memang dapat menumbuhkan
kemampuan siswa dalam kerja sama. Model pembelajaran ini
dapat dikembangkan dengan teori belajar Dienes yang
mengutamakan pembelajaran menggunakan benda konkrit
sebagai medianya dan sebuah permainan dengan beberapa
aturan dalam pengemasannya (Dienes Games). Dengan
menggunakan benda konkrit dan belajar sambil bermain, siswa
14 Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan KelasSebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers. Hlm.275
26
dapat lebih mudah memahami suatu keadaan atau materi yang
dipelajari. Maka tepat bila pembelajaran kooperatif tipe STAD
dikembangkan dengan teori belajar Dienes agar lebih optimal
dan menyenangkan bagi siswa.
Dilakukannya pengembangan pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan teori belajar Dienes Games,
diharapkan pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal.
Pembelajaran yang dilakukan dengan benda konkrit dan desain
permainan dapt menimbulkan minat dan keinginan siswa untuk
mengikuti dan memahami materi pembelajaran.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Isro’atun,
S.Pd.Si, M.Pd dengan judul “Pembelajaran Matematika Dengan
Strategi Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa” menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan
komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran
27
kooperatif Tipe STAD lebih tinggi secara signifikan pada = 0,05
daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
Wahyu Nugraha dalam penelitiannya “Peningkatan Hasil
Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Bangun Ruang
Melalui Model STAD bagi Siswa Kelas IV SDN Bowongso
Kalijakar Wonosobo Semester II Tahun 2010/2011” terjadi
peningkatan ketuntasan dari 40% ke sebesar 80% pada siklus 1
dan 100% pada siklus 2. Nilai awal terendah pada siklus 1 66,6
suklus 2 82,9
Cory Ariani dalam penelitiannya “Aplikasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Logika
Matematika Dalam Upaya Mengingkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X9 SMA N 2 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran
2009/2010” terjadi peningkatan yaitu siklus 1 rata-rata 67,88
dengan ketuntasan belajar 65,71% dan pada siklus 2 rata-rata
76,71 dengan ketuntasan belajar 91,43%
Penelitian yang dilakukan oleh Isro’atun, Wahyu Nugraha
dan Cory Ariani walaupun berbeda akan tetapi masih
berhubungan dengan penelitian ini. Dengan demikian penelitian
28
di atas mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini menekankan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
peningkatan keaktifan, motivasi dan hasil belajar dan lebih baik
daripada pembelajaran konvensional.
2.3 Kerangka Berfikir
Masalah yang ada pada pembelajaran Matematika adalah
kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Karena Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit.
Hal ini disebabkan guru kurang kreatif dalam mengembangkan
metode pembelajaran dan dalam proses pembelajaran cenderung
guru yang lebih aktif dan siswa hanya mendengarkan dan
mencatat penjelasan guru. Pembelajaran dengan metode
konvensional membuat siswa kurang tertarik dan kesulitan dalam
memahami materi yang dipelajari, sehingga hasil belajar yang
dicapai menjadi rendah.
Menggunakan teori belajar Dienes dalam metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
29
apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah
tersebut dengan anggota kelompoknya. Melalui diskusi akan
terjalin komunikasi dimana siswa saling berbagi pengetahuan dan
pendapat yang dimiliki sehingga terjadi pemahaman yang sama
mengenai hal yang mereka diskusikan. Diterapkannya teori
belajar Dienes dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
karena pada pembelajaran ini dilakukan dalam sebuah permainan.
Penerapan metode ini diharapkan siswa menjadi lebih tertarik dan
fokus dalam memahami materi yang diberikan sehingga hasil
belajar meningkat.
Gambar 1 : Bagan Kerangka BerfikirPenggunaan Teori Belajar Dienes Games dalam Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Hasil belajar < KKM
PembelajaranKonvensional
Gurumenyampaikanmateri ceramah,sedikit tanya jawab,tidak membawamedia
Siswa hanyaMendengarkan
MengantukMain sendiriMengobrol
Hasil belajar < KKM
PembelajaranKooperatif
Penerapan DienesGames pada modelpembelajaranKooperatif tipeSTAD
Siswa AktifMenjawabBertanya
Berdiskusi
Pembelajaran Matematika
Hasil belajar < KKM
30
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan
Dienes Games pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam mata pelajaran Matematika, pokok bahasan sifat-sifat
bangun ruang dapat meningkatkan ketrampilan sosial, minat,
perhatian dan hasil belajar siswa.