Post on 22-Oct-2015
description
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Ileus
Tipe usus ada usus obstruktif dan ada juga usus paralytic.
Macam Usus terdiri dari usus halus dan usus besar
2.2 Definisi
Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan penyumbatan
yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus. (medicastore.com).
Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik. (medlinux.com).
Obstruksi ileus adalah kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari usus.
Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling sempit.
(wordpress.com).
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau
total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya
lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus
merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat
bila penderita ingin tetap hidup.
Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu:
1) Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran
pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001).
2) Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran usus (Patofisiologi vol 4, hal 403).
3) Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001).
4) Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan
tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
5) Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan
makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
6) Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan
yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau
parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus
disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus
yang disebabkan oleh sumbatan mekanik
2.3 Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus,
yaitu:
1. Mekanis: Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltic.
misalnya: intussusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia dan
abses.
2. Fungsional/non-mekanis: Terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Misalnya: amiloidosis,
distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson.
2.4 Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan
utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen
usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan
didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan
kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus
dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin
dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi
kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian. (Pice and
Wilson, hal 404)
2.4.1 Pathway
Obstruksi IleusFaktor fungsionalAkumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksidistensiTekanan intralumen Tekanan vena, kapiler&arteri ¯Refluk usus Mual, MuntahKehilangan H2O cairan dan elektrolitGangguan Keseimbangan cairan dan elektrolitFaktor Mekanis
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemikPeritonitis septikemiaResiko infeksiIskemia dinding ususKehilangan cairan menuju ruang peritoniumNyeri kolik
Ganggua rasa nyaman(nyeri)komplikasi
2.4.2 Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau
infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122)
2.5 Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan pada abdomen
2. Muntah
3. Konstipasi (sulit BAB).
4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita Selekta, 2000, hal 318).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan
menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus.
(Doenges, Marilyn E, 2000)
2.7 Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis
dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi
usus kembali normal.
1. Perawatan :koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan
muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi :Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati atau mencegah
infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Paracentesis :Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneum atau dimasukkan obat
khusus di dalam perut. Menghapus cairan tambahan dapat membantu bernafas lebih mudah dan
merasa lebih nyaman. Cairan dapat dikirim ke laboratorium dan diperiksa untuk tanda-tanda
infeksi atau masalah lainnya
4. Tindakan Bedah :
Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada perut.
a. Kolostomi: kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara
usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki operasi untuk
menghapus usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk
menghilangkan udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu
memeriksa kondisi perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar
dari stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada
bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma mungkin
ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.
b. Stent: stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang
tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam usus menggunakan ruang lingkup
(tabung, panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk membiarkan
udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi
gejala sebelum operasi.
2.8. Asuhan Keperawatan Pada obstruksi Ileus
2.8.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk
pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan
evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
a. Identitas :Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan (Umumnya terjadi
pada semua umur, terutama dewasa laki – laki maupun perempuan)
b. Keluhan Utama : nyeri pada perutc. Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pada perut, muntah, konstipasi (tidak dapat
BAB dan flatus dalam beberapa hari)
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien sebelumnya menderita penyakit
hernia, divertikulum.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga dengan riwayat atresia illeum dan
yeyenum.
f. Activity Daily Life
Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah.
Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena peristaltik
usus menurun/ berhenti.
Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan muntah.
Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring
sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.
g. Pemeriksaan
a) Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu meningkat(39o C),
pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi meningkat(110x/mnt) tekanan darah(130/90 mmHg)
b) Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)
1. Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema, tekanan darah 130/90
mmHg, BJ I dan BJ II terdengar normal
2. Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada normal, dada simetris, sonor
(kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi
3. Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
4. Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc
5. Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
6. Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak ada sianosis, pucat
7. Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba keras, adanya nyeri tekan,
hipertimpani, bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.
2.8.2 Analisa Data
No. Data penunjang Etiologi Problem
1 DS: Klien mengatakan
sakit pada abdomen
DO:
1. Wajah nampak meringis
2. Bising usus >12x/mnt
3. TTV meningkat: (TD
>120/80 mmHg,
N:>100x/mnt, S: >38oC,
RR:>20x/mnt)
4. P: nyeri karena tekanan
intralumen
5. Q: nyeri seperti tertusuk
6. R: nyeri di bagian kuadran
kanan bawah
7. S: skala nyeri 7
Tekanan intralumen
meningkat
Gangguan rasa nyaman
(nyeri)
8. T: nyeri kolik (hilang
timbul)
2 DS: pasien mengatakan
sering haus
DO:
1. TTV tidak stabil (TD
>120/80 mmHg,
N:>100x/mnt, S: >38oC,
RR:>20x/mnt)
2. Mata cowong
3. Turgor kulit turun
4. Membran mukosa bibir
kering
Kehilangan cairan berlebih Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
3 DS: klien mengatakan tidak
nafsu untuk makan
DO:1. BB klien turun2. A: BB<45 kg, TB 165 cm
3. B: Hb<124. C: konjungtiva anemis
5. D: Diet tinggi serat
Mual, muntah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
4 DS: --
DO:
1. Suhu tubuh >38oC
2. Leukosit >11.000 µml
Komplikasi peritonitis
septikemia
Resiko Infeksi
2.8.3 Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan tekanan intralumen
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah
4. Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia
2.8.4 Perencanaan
Diagnosa 1
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan rasa nyaman
(nyeri) dapat teratasi.
KH:
1. Tidak ada tanda-tanda nyeri
2. Skala nyeri (0-3).
3. Ekspresi wajah rileks.
4. TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-20x/mnt, S:
36,5-37,5 oC)
5. Bising Usus normal (5-12x/menit)
No.D
x
INTERVENSI RASIONAL
1 1. Observasi tingkat nyeri
2. Pantau status abdomen tiap 4 jam
3. Dorong ambulasi dini dan hindari duduk
yang lama
4. Pertahankan klien pada posisi semi fowler
5. Pertahankan puasa sampai bising usus
kembali, distensi abdomen berkurang dan
flatus keluar
6. Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi
1. Memudahkan perawat dalam
menentukan tingkat nyeri
2. Diduga inflamasi peritoneal,
memerlukan intervensi medis yang
cepat.
3. Menurunkan kekakuan otot dan sendi
ambulasi atau perubahan posisi sering
menurunkan tekanan perianal
4. Menurunkan tekanan diafragma yang
terdorong oleh organ visceral
5. Memungkinkan makanan peroral
dengan tidak ada bising usus akan
meningkatkan distensi dan
ketidaknyamanan
6. Mengurangi nyeri dengan mengalihkan
perhatian klien ke hal yang lain
7. Menurunkan ambang nyeri dan
meningkatkan kenyamanan
7. Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi
dan evaluasi keefektifannya
Diagnosa 2
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dan
elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal
KH:
1. TTV dalam batas normal.
- TD: 110/70-120/80 mmHg
- N: 80-100x/mnt
- RR: 16-20x /mnt
- S: 36,5-37,5oC
2. Turgor kulit normal (<2 detik)
3. Membran mukosa bibir basah
4. Mata tidak cowong
No. Dx INTERVENSI RASIONAL
2 1. Observasi TTV
2. kaji turgor kulit,kelembaban membran
mukosa (bibir, lidah)
3. Observasi intake dan output
4. Berikan cairan tambahan intravena sesuai
indikasi
5. Kolaborasi: pemberian cairan parenteral,
transfusi sesuai indikasi
1. Peningkatan suhu/memanjangnya
demam meningkatkan laju metabolik, TD
ortostatik berubah dan peningkatan
takikardia menunjukkan kekurangan
cairan sistemik
2. Indikator langsung keadekuatan volume
cairan
3. Indikator keseimbangan cairan
terutama kehilangan cairan
4. Mengurangi sekresi lambung dan
mencuci elektrolit
5. Pemenuhan kebutuhan dasar cairan,
menurunkan risiko dehidrasi
Diagnosa 3
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal
KH :
1. BB meningkat atau normal sesuai umur
2. Nafsu makan meningkat
3. Px tidak mengalami mual, muntah
No. Dx INTERVENSI RASIONAL
3 1. Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase
akut
2. Anjurkan istirahat sebelum makan
3. Tingkatkan diet oral baik cairan maupun
makanan rendah residu
4. Konsultasi dengan ahli gizi
Kolaborasi:
5. Berikan obat sesuai indikasi: Antimetik,
mis: proklorperazin (Compazine).
1. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
3. Diet rendah residu dapat dipertahankan 6
– 8 minggu untuk memberikan waktu
yang adekuat untuk penyembuhan usus
4. Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam
perubahan pencernaan dan fungsi usus
5. Untuk mencegah mual dan muntah
Diagnosa 4
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda dan gejala infeksi.
KH:
1. Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)
2. Leukosit normal 4.000-11000 µml
No. Dx INTERVENSI RASIONAL
4 1. Pantau kualitas&intensitas nyeri, observasi
TTV, distensi abdomen
2. Beri tahu segera bila nyeri abdomen, suhu,
lingkaran abdomen terus meningkat.
3. Siapkan pasien untuk pembedahan bila
direncanakan
4. Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan
sebelum dan sesudah perawatan
5. Kolaborasi : Berikan obat antibiotik sesuai
indikasi
1. deteksi dini terhadap potensial masalah
2. peningkatan suhu indikasi
perkembangan infeksi, peningkatan
lingkar abdomen memungkinan penyakit
bertambah parah menjadi peritonitis
sehingga dapat memperlambat
pemulihan.
3. Obstruksi vaskuler atau mekanis
umumnya memerlukan intervensi bedah
4. Menghindari dan melindungi klien dari
infeksi nosokomial.
5. Untuk membantu mengobati atau
mencegah infeksi dalam perut