Post on 05-Jul-2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil diselesaikan
sebagai salah satu tugas Perekonomian Indonesia dengan judul ”TABUNGAN”
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi mengenai
definisi tabungan, jenis tabungan, teori yang mempelajari tentang tabungan, sampai
peran tabungan bagi Perekonomian Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi merupakan indikator
yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di
negara-negara berkembang (developing countries) termasuk didalamnya pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha
pengerahan sumber dana dalam negeri untuk membiayai pembangunan menghadapi
kendala dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah
yaitu ekspor barang dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui
instrumen pajak
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang
kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum tidak
hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tajam,
inflasi yang tinggi, menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia,
merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut. Lambat laun, dengan beberapa
kali perubahan struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah,
kondisi Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian
yang stabil.
Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup investasi
domestik, sumber dananya dapat bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar
negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh dari luar
negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih tinggi sebagai sumber dana yang
utama.
2
Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya saving-investment gap
yang semakin melebar dari tahun ke tahun yang menandakan bahwa pertumbuhan
investasi domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi tabungan nasional.
Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa pengerahan
modal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada
sumber modal yang dapat digunakan dalam pembangunan. Pengerahan modal yang
bersumber dari dalam negeri berasal dari 3 sumber utama, yaitu : pertama, tabungan
sukarela masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah, dan ketiga tabungan paksa (forced
saving or involuntary saving). Sedangkan modal yang berasal dari luar negeri yaitu
melalui pinjaman resmi pemerinyah kepada lembaga-lembaga keuangan internasional
seperti International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), World
Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan multilateral, juga melalui foreign direct
investment (FDI).
Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah mengenalkan pendekatan ‘dua-
jurang’ pada pembangunan ekonomi. Dasar pemikirannya, ‘jurang tabungan’ dan
‘jurang devisa’ merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri sendiri pada
pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara kurang maju. Chenery melihat bantuan
luar negeri sebagai suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam rangka
mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan1. Sumitro (1994:44) menjelaskan
bahwa kekurangan didalam perimbangan antara tabungan nasional dan investasi harus
ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari tabungan oleh kalangan
luar negeri.
1
3
Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling menonjol adalah belum
terciptanya kondisi yang mendorong pada iklim dimana kegairahan untuk menabung
dan penanaman modal menunjukan tingkat yang menggembirakan. Sistem produksi
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih menggunakan pola tradisional.
Masih terbatasnya sektor modern dan belum berfungsinya secara efektif dan efisien
institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang masih
tradisional menyebabkan pengerahan dana dari masyarakat mengalami kesulitan.
Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang
lebih dikenal dengan “PAKTO 88”, yang pokok-pokok kebijakannya berisi antara lain
untuk mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan pembukaan kantor
cabang baru, pendirian bank swasta baru, keleluasaan penyelenggaraan tabungan, dan
perluasan kantor cabang bank. Setelah adanya “PAKTO 88” ini, semakin mudahlah
bank didirikan dan semakin bervariasi juga bentuk-bentuk tabungan yang ditawarkan
oleh bank-bank yang sudah terbentuk baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat
itu, tabungan nasional mulai meningkat drastis. Dalam tahun-tahun sebelumnya tampak
adanya kecenderungan persaingan antar berbagai negara untuk memperbesar arus
investasi baik asing maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena kebutuhan
dana yang sangat besar dan mendesak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
terutama di negara-negara berkembang.
Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di
Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk membahas secara lebih rinci mengenai
tabungan dalam makalah yang berjudul:
“Tabungan”.
4
BAB II
TABUNGAN
2.1. Definisi Tabungan
Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini
yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51).
Sedangkan tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa
setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan dalam persamaan berikut ini :
S = Y – C ……………………………………… …….....…(2.1)
Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan Publik......(2.3)
Dimana : S = tabungan nasional
Y = pendapatan nasional
T = pendapatan pajak
C = konsumsi
G = pengeluaran pemerintah
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan nasional terdiri dari :
Tabungan swasta (private saving)
Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak dan
konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan :
Tabungan Swasta = Y – C………………...………..…..…(2.4)
Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate
saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Di negara-negara berkembang,
tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung
pembentukan modal, dimana komponen utamanya berasal dari tabungan rumah tangga,
selain dari tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan pada umumnya mempunyai
5
peranan lebih kecil di negara berkembang dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini
karena di negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang
belum berkembang ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia
usaha (Gillis, 1987: 265-266).
Tabungan Publik (public saving)
Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah setelah dikurangi
pengeluaran pemerintah.
Tabungan Publik = T – G……………………………….....…..(2.5)
Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget surplus,
yang berarti tabungan publik bernilai positif, dan sektor ini akan ditambahkan pada
sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai
negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit, yang mencerminkan bahwa
tabungan publik bernilai negatif, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain
untuk menutupi pengeluarannya.
Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal, dimana
penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Proses
pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan, 2000: 47):
1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada kemauan dan
kemampuan untuk menabung.
2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan
tabungan.
3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal oleh
perusahaan.
2.2. Teori dan Pemikiran tentang Tabungan
2.2.1 Teori J.M. Keynes
6
Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk
mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara
tabungan dan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi
modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan
pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk
meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk
menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan berikut :
S ≡ Y – C …………………………………………………….…….…...(2.6)
C = Ĉ + cY ; Ĉ > 0 ;0 < c <1……………...………...…..……….…(2.7)
Dimana : S = saving Ĉ = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan nol
Y = income c = marginal propensity to consume
Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga budget constraint
tersebut digabungkan, maka akan menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi
persamaan tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan tingkat
pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi (2.6) dengan persamaan budget
constraint (2.7), maka kita akan mendapatkan fungsi persamaan tabungan :
S ≡ Y – C = Y - Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y ………….……………..(2.8)
Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan memiliki hubungan positif
dengan pendapatan karena marginal propensity to save, s = 1 – c, adalah positif.
Dengan kata lain, tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat. Teori ini disebut
hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini digunakan pendapatan saat ini
(current income).
Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Kunsumsi, dan Tabungan.
7
Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah jarak antara garis 45°
dengan garis fungsi konsumsi seperti ditunjukan oleh garis S1. Kemudian, pada gambar
bagian bawah diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan disposibel
berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat mengkonsumsi lebih banyak
daripada pendapatan mereka. Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi akan lebih
kecil daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut akan ditabung.
2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving
2.2.2.1 Life-cycle Theory
The life-cycle permanent income theory of consumption and saving
(Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan bagaimana memelihara standar hidup
yang stabil dalam menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup seseorang.
Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan
tabungan. The life cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan perilaku
konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka panjang dengan tujuan
mengalokasikan konsumsinya dengan cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya.
8
Konsumsi
Tabungan
Pendapatan Disposibel
S1
Fungsi Tabungan
Pendapatan Disposibel
C1
Autonomous Consumption
45°
Fungsi konsumsi
C = Ĉ + cY
Yd0 Yd1
0
Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving, and Wealth in the
Life-Cycle Model
Keterangan : WR = wealth WL = working life
YL = annual labor income NL = number of years of life
C = consumption
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan sepanjang waktu.
Selama masa kerja (WL tahun), individu menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir
masa kerjanya, individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak menabung
(dissaving / negative saving) pada masa sisa hidupnya (NL – WL) sehingga aset
tersebut akan bernilai nol pada akhir hidupnya.
2.2.2.2 Permanent Income Theory
Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan oleh Milton Friedman
ini berpendapat bahwa konsumsi dan tabungan dihubungkan tidak hanya dengan
pendapatan saat ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada jangka panjang.
Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang dapat dipelihara oleh
9
Dissaving
Assets
Saving
NLWL
WRmax
C
YL
Time
seseorang pada sisa hidupnya, dengan asumsi bahwa dia mengetahui tingkat
kesejahteraannya saat ini dan pendapatan yang didapatnya sekarang dan di masa akan
dating.
Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi adalah proporsional
terhadap permanent income, sehingga dapat dijelaskan dalam persamaan :
C = c.YP …………………....……………………………..……(2.9)
Dimana :
C = konsumsi
c = marginal propensity to consume
YP = permanent (disposable) income
2.2.3 Teori Klasik
Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian selalu berada pada
tingkat full employment yang tercapai akibat bekerjanya mekanisme pasar yang disebut
dengan “invisible hand”, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari tingkat
bunga. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk
menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga.
Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana jumlah tabungan sama
dengan investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, jumlah tabungan melebihi
10
i1
tabungan
Investasi1
Investasi0
S1
S0
Tingkat Bunga
Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan
i0
keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing
untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga ke titik
semula. Apabila tingkat bunga berada dibawah tingkat bunga keseimbangan, para
pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil.
Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke titik keseimbangan.
2.2.4 Teori Neoklasik
Alfred Marshall dari kaum neoklasik menyatakan bahwa terdapat beberapa
faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara
faktor ekonomi tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall
mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari kesediaan seseorang untuk
menunggu dan semakin besar tingkat bunga maka akan semakin besar pula tabungan.
Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu Irving Fisher, menyatakan
tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi tabungan. Menurut Fisher, tingkat
bunga ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip ketidaksabaran (impatience)
untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip kesempatan untuk melakukan investasi,
dan prinsip pasar.
Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada prinsip adanya rate of time
preference yang konstan2. Rate of time preference adalah target tingkat bunga riil
yang ingin dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih besar dari tingkat
preferensi waktu (time preference), maka tabungan menjadi positif dan penawaran
modal akan meningkat, dan juga berlaku sebaliknya. Jika tingkat bunga riil sama
2
11
dengan tingkat preferensi waktu, maka masyarakat sudah puas dengan dana tabungan
yang telah dikumpulkannya.
Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan
Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang merupakan permintaan dan
penawaran modal. Jika tingkat bunga riil adalah nol, maka tabungan adalah nol,
sedangkan jika tingkat bunga riil berada pada R1 maka tabungan akan positif,
penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat bunga riil turun, jumlah
modal per kapita akan meningkat dari K0 ke K1. Jumlah modal per kapita akan berhenti
bertambah pada tingkat bunga riil sama dengan rate of time preference.
2.3. Jenis-Jenis Tabungan
Terdapat beberapa jenis tabungan, di antaranya sebagai berikut:
1. Tabungan Umum
Yaitu tabungan biasa yang dilaksanakan oleh semua bank (termasuk BPR) yang
memiliki manfaat seperti artikel sebelumnya dan persyaratan pembukuannya hampir
sama setiap banknya, yaitu:
Mengisi Formulir aplikasi pembukaan
12
Jumlah modal per kapita
KD1
Rate of time preference
KS1KS0
Tingkat bunga riil
K1K0
R1
R0
Menyerahkan Copy identitas ( KTP, SIM, atau paspor)
Melakukan setoran pertama sesuai dengan ketentuan masing-masing bank
( bervariasi antara Rp. 25.000,- s.d Rp 500.000,-) dan sekaligus sebagai saldo
minimum.
Banyak bank memiliki jenis tabungan umum lebih dari satu jenis antara lain
Bank Jabar : Tabungan Anda Masa Datang (Tanda Mata), Simpanan Pembangunan
Daerah (Simpeda); BNI : Tabungan Plus (Taplus), Tabungan Plus Utama (Taplus
Utama); BRI Simpanan Masyarakat Desa (Simpeda) dan Simpanan Masyarakat Kota
(Simaskot), dll
Pada umumnya, yang membedakan jenis satu dengan yang lainnya, terlebih pada
setoran pertama (Saldo minimum, tingkat suku bunga) dan besarnya nilai
pertanggungan asuransi jiwa kecelakaan.
2. Tabungan Khusus
Tabungan khusus itu memilik karakteristik yang berbeda dengan tabungan
umum dan belum semua bank melaksanakannya. Tabungan khusus dimaksud antara
lain
- Tabungan Haji Indonesia (THI)
THI adalah tabungan yang dipergunakan sebagai sarana untuk mendapatkan
kepastian pergi untuk berangkat menunaikan ibadah haji.
- Tabungan Pendidikan
Tabungan pendidikan ini merupakan sarana bagi orang tua dalam menyediakan
dana untuk baiaya pendidikan anak,
2.4. Peranan Tabungan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Mengikuti kerangka pemikiran dari model Harrod – Domar, di dalam suatu
ekonomi tertutup (tanpa sektor luar negeri) dalam kondisi full employment, dan
13
tanpa mobilitas kapital , tabungan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan
ekonomi, yang mekanismenya lewat pertumbuhan investasi (saving-investment
link). Oleh karena itu investasi dapat dikatakan sebagai fungsi dari tabungan I = f
(S). Semakin tinggi tingkat tabungan yang dapat diciptakan, semakin besar
kemampuan negara untuk melakukan investasi. Selanjutnya, peningkatan investasi
menambah lebih banyak lagi kapital dan lewat proses multiplier menghasilkan laju
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita yang lebih tinggi.
Dengan rasio S/Y tetap tidak berubah, peningkatan pendapatan menambah
kemampuan masyarakat untuk menabung, dan seterusnya.
Suatu ekonomi yang terbuka, peningkatan tabungan domestik tidak harus
membuat investasi juga meningkat, atau dalam perkataan lain tabungan domestik
tidak langsung ditransfer ke investasi. Dengan mobilitas kapital yang tinggi (tidak
ada hambatan terhadap arus modal masuk dan keluar), tabungan dan investasi
masing-masing berdiri sendiri, tidak saling mempengaruhi. Meskipun dengan
tabungan tetap, investasi domestik dapat meningkat karena adanya modal masuk
dari luar negeri.
Namun studi-studi empiris yang ada menunjukkan adanya hubungan yang
positif antara tabungan dan investasi. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan.
Pertama, peningkatan produktivitas dan shocks lainnya memberikan efek yang sama
terhadap tabungan dan investasi yang diinginkan, sekalipun dalam kondisi di mana
mobilitas kapital antar negara sempurna. Kedua, peningkatan tabungan domestik
akan membuat investasi meningkat , terutama di negara besar. Ketiga, capital
control melindungi sumber pajak domestik dan neraca pembayaran luar negeri
(Balance Of Payment = BOP) sehingga mengurangi kemungkinan defisit BOP.
Terakhir, biaya transaksi yang tinggi untuk membeli sekuritas dan investasi di luar
negeri, risiko perubahan nilai tukar, dan keterbatasan informasi antar negara
mengenai investasi membuat tabungan domestik tidak begitu saja lari ke luar negeri
untuk maksud investasi.
Hubungan antara pertumbuhan GDP dan tingkat tabungan tidak hanya
positif tetapi juga signifikan. Dengan kemajuan teknologi dan akumulasi SDM
(human capital) pertumbuhan tabungan lewat efek investasi akan meningkatkan
14
pertumbuhan ekonomi secara permanen. Tabungan dan pendapatan mempunyai
hubungan dua arah (casual link) : pendapatan meningkat tabungan meningkat
pertumbuhan ekonomi pendapatan meningkat.
BAB III
KESIMPULAN
15
Tabungan dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini yang
tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51). Terdapat
beberapa jenis tabungan, di antaranya tabungan khusus dan tabungan umum. Sedangkan
tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah
dipakai. Jenis-jenis tabungan nasional yaitu tabungan swasta dan tabungan publik.
Tabungan swasta (private saving) adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah
tangga membayar pajak dan konsumsi mereka, Tabungan swasta terdiri atas dua
tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate saving) dan tabungan rumah tangga
(household saving). Tabungan Publik (public saving) adalah pendapatan pajak yang
tersisa pada pemerintah setelah dikurangi pengeluaran pemerintah.
Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal, dimana
penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Di dalam suatu
ekonomi tertutup (tanpa sektor luar negeri) dalam kondisi full employment, dan tanpa
mobilitas kapital , tabungan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi, yang
mekanismenya lewat pertumbuhan investasi (saving-investment link).
DAFTAR PUSTAKA
16
Jhingan, M.L. 1999.“Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, edisi Keenam Belas,
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Marshall, Alfred. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan.
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 1. Yogyakarta : BPFE.
Parkin, Michael. 1996.Macroeconomics. Addison- Wesley Publishing Company.
Tisna Irawan. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan dan Investasi
Swasta Di Indonesia Periode 1984-2003. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung:
Universitas Padjajaran.
http://maulaonline.com/?p=271
17