BAB I Pi Tabungan

25
KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu tugas Perekonomian Indonesia dengan judul ”TABUNGAN” Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi mengenai definisi tabungan, jenis tabungan, teori yang mempelajari tentang tabungan, sampai peran tabungan bagi Perekonomian Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. 1

Transcript of BAB I Pi Tabungan

Page 1: BAB I Pi Tabungan

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil diselesaikan

sebagai salah satu tugas Perekonomian Indonesia dengan judul ”TABUNGAN”

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi mengenai

definisi tabungan, jenis tabungan, teori yang mempelajari tentang tabungan, sampai

peran tabungan bagi Perekonomian Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih

menyempurnakan makalah ini.

1

Page 2: BAB I Pi Tabungan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi merupakan indikator

yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di

negara-negara berkembang (developing countries) termasuk didalamnya pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha

pengerahan sumber dana dalam negeri untuk membiayai pembangunan menghadapi

kendala dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah

yaitu ekspor barang dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui

instrumen pajak

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang

kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum tidak

hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tajam,

inflasi yang tinggi, menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia,

merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut. Lambat laun, dengan beberapa

kali perubahan struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah,

kondisi Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian

yang stabil.

Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup investasi

domestik, sumber dananya dapat bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar

negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh dari luar

negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih tinggi sebagai sumber dana yang

utama.

2

Page 3: BAB I Pi Tabungan

Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya saving-investment gap

yang semakin melebar dari tahun ke tahun yang menandakan bahwa pertumbuhan

investasi domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi tabungan nasional.

Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa pengerahan

modal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada

sumber modal yang dapat digunakan dalam pembangunan. Pengerahan modal yang

bersumber dari dalam negeri berasal dari 3 sumber utama, yaitu : pertama, tabungan

sukarela masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah, dan ketiga tabungan paksa (forced

saving or involuntary saving). Sedangkan modal yang berasal dari luar negeri yaitu

melalui pinjaman resmi pemerinyah kepada lembaga-lembaga keuangan internasional

seperti International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), World

Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan multilateral, juga melalui foreign direct

investment (FDI).

Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah mengenalkan pendekatan ‘dua-

jurang’ pada pembangunan ekonomi. Dasar pemikirannya, ‘jurang tabungan’ dan

‘jurang devisa’ merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri sendiri pada

pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara kurang maju. Chenery melihat bantuan

luar negeri sebagai suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam rangka

mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan1. Sumitro (1994:44) menjelaskan

bahwa kekurangan didalam perimbangan antara tabungan nasional dan investasi harus

ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari tabungan oleh kalangan

luar negeri.

1

3

Page 4: BAB I Pi Tabungan

Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling menonjol adalah belum

terciptanya kondisi yang mendorong pada iklim dimana kegairahan untuk menabung

dan penanaman modal menunjukan tingkat yang menggembirakan. Sistem produksi

untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih menggunakan pola tradisional.

Masih terbatasnya sektor modern dan belum berfungsinya secara efektif dan efisien

institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang masih

tradisional menyebabkan pengerahan dana dari masyarakat mengalami kesulitan.

Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang

lebih dikenal dengan “PAKTO 88”, yang pokok-pokok kebijakannya berisi antara lain

untuk mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan pembukaan kantor

cabang baru, pendirian bank swasta baru, keleluasaan penyelenggaraan tabungan, dan

perluasan kantor cabang bank. Setelah adanya “PAKTO 88” ini, semakin mudahlah

bank didirikan dan semakin bervariasi juga bentuk-bentuk tabungan yang ditawarkan

oleh bank-bank yang sudah terbentuk baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat

itu, tabungan nasional mulai meningkat drastis. Dalam tahun-tahun sebelumnya tampak

adanya kecenderungan persaingan antar berbagai negara untuk memperbesar arus

investasi baik asing maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena kebutuhan

dana yang sangat besar dan mendesak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

terutama di negara-negara berkembang.

Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di

Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk membahas secara lebih rinci mengenai

tabungan dalam makalah yang berjudul:

“Tabungan”.

4

Page 5: BAB I Pi Tabungan

BAB II

TABUNGAN

2.1. Definisi Tabungan

Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini

yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51).

Sedangkan tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa

setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan dalam persamaan berikut ini :

S = Y – C ……………………………………… …….....…(2.1)

Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan Publik......(2.3)

Dimana : S = tabungan nasional

Y = pendapatan nasional

T = pendapatan pajak

C = konsumsi

G = pengeluaran pemerintah

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan nasional terdiri dari :

Tabungan swasta (private saving)

Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak dan

konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan :

Tabungan Swasta = Y – C………………...………..…..…(2.4)

Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate

saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Di negara-negara berkembang,

tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung

pembentukan modal, dimana komponen utamanya berasal dari tabungan rumah tangga,

selain dari tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan pada umumnya mempunyai

5

Page 6: BAB I Pi Tabungan

peranan lebih kecil di negara berkembang dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini

karena di negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang

belum berkembang ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia

usaha (Gillis, 1987: 265-266).

Tabungan Publik (public saving)

Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah setelah dikurangi

pengeluaran pemerintah.

Tabungan Publik = T – G……………………………….....…..(2.5)

Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget surplus,

yang berarti tabungan publik bernilai positif, dan sektor ini akan ditambahkan pada

sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai

negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit, yang mencerminkan bahwa

tabungan publik bernilai negatif, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain

untuk menutupi pengeluarannya.

Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal, dimana

penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Proses

pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan, 2000: 47):

1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada kemauan dan

kemampuan untuk menabung.

2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan

tabungan.

3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal oleh

perusahaan.

2.2. Teori dan Pemikiran tentang Tabungan

2.2.1 Teori J.M. Keynes

6

Page 7: BAB I Pi Tabungan

Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk

mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara

tabungan dan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai salah satu

faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi

modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan

pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk

meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk

menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan berikut :

S ≡ Y – C …………………………………………………….…….…...(2.6)

C = Ĉ + cY ; Ĉ > 0 ;0 < c <1……………...………...…..……….…(2.7)

Dimana : S = saving Ĉ = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan nol

Y = income c = marginal propensity to consume

Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga budget constraint

tersebut digabungkan, maka akan menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi

persamaan tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan tingkat

pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi (2.6) dengan persamaan budget

constraint (2.7), maka kita akan mendapatkan fungsi persamaan tabungan :

S ≡ Y – C = Y - Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y ………….……………..(2.8)

Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan memiliki hubungan positif

dengan pendapatan karena marginal propensity to save, s = 1 – c, adalah positif.

Dengan kata lain, tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat. Teori ini disebut

hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini digunakan pendapatan saat ini

(current income).

Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Kunsumsi, dan Tabungan.

7

Page 8: BAB I Pi Tabungan

Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah jarak antara garis 45°

dengan garis fungsi konsumsi seperti ditunjukan oleh garis S1. Kemudian, pada gambar

bagian bawah diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan disposibel

berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat mengkonsumsi lebih banyak

daripada pendapatan mereka. Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi akan lebih

kecil daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut akan ditabung.

2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving

2.2.2.1 Life-cycle Theory

The life-cycle permanent income theory of consumption and saving

(Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan bagaimana memelihara standar hidup

yang stabil dalam menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup seseorang.

Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan

tabungan. The life cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan perilaku

konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka panjang dengan tujuan

mengalokasikan konsumsinya dengan cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya.

8

Konsumsi

Tabungan

Pendapatan Disposibel

S1

Fungsi Tabungan

Pendapatan Disposibel

C1

Autonomous Consumption

45°

Fungsi konsumsi

C = Ĉ + cY

Yd0 Yd1

0

Page 9: BAB I Pi Tabungan

Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving, and Wealth in the

Life-Cycle Model

Keterangan : WR = wealth WL = working life

YL = annual labor income NL = number of years of life

C = consumption

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan sepanjang waktu.

Selama masa kerja (WL tahun), individu menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir

masa kerjanya, individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak menabung

(dissaving / negative saving) pada masa sisa hidupnya (NL – WL) sehingga aset

tersebut akan bernilai nol pada akhir hidupnya.

2.2.2.2 Permanent Income Theory

Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan oleh Milton Friedman

ini berpendapat bahwa konsumsi dan tabungan dihubungkan tidak hanya dengan

pendapatan saat ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada jangka panjang.

Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang dapat dipelihara oleh

9

Dissaving

Assets

Saving

NLWL

WRmax

C

YL

Time

Page 10: BAB I Pi Tabungan

seseorang pada sisa hidupnya, dengan asumsi bahwa dia mengetahui tingkat

kesejahteraannya saat ini dan pendapatan yang didapatnya sekarang dan di masa akan

dating.

Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi adalah proporsional

terhadap permanent income, sehingga dapat dijelaskan dalam persamaan :

C = c.YP …………………....……………………………..……(2.9)

Dimana :

C = konsumsi

c = marginal propensity to consume

YP = permanent (disposable) income

2.2.3 Teori Klasik

Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian selalu berada pada

tingkat full employment yang tercapai akibat bekerjanya mekanisme pasar yang disebut

dengan “invisible hand”, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari tingkat

bunga. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk

menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan mengurangi

pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga.

Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana jumlah tabungan sama

dengan investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, jumlah tabungan melebihi

10

i1

tabungan

Investasi1

Investasi0

S1

S0

Tingkat Bunga

Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan

i0

Page 11: BAB I Pi Tabungan

keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing

untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga ke titik

semula. Apabila tingkat bunga berada dibawah tingkat bunga keseimbangan, para

pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil.

Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke titik keseimbangan.

2.2.4 Teori Neoklasik

Alfred Marshall dari kaum neoklasik menyatakan bahwa terdapat beberapa

faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara

faktor ekonomi tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall

mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari kesediaan seseorang untuk

menunggu dan semakin besar tingkat bunga maka akan semakin besar pula tabungan.

Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu Irving Fisher, menyatakan

tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi tabungan. Menurut Fisher, tingkat

bunga ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip ketidaksabaran (impatience)

untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip kesempatan untuk melakukan investasi,

dan prinsip pasar.

Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada prinsip adanya rate of time

preference yang konstan2. Rate of time preference adalah target tingkat bunga riil

yang ingin dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih besar dari tingkat

preferensi waktu (time preference), maka tabungan menjadi positif dan penawaran

modal akan meningkat, dan juga berlaku sebaliknya. Jika tingkat bunga riil sama

2

11

Page 12: BAB I Pi Tabungan

dengan tingkat preferensi waktu, maka masyarakat sudah puas dengan dana tabungan

yang telah dikumpulkannya.

Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan

Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang merupakan permintaan dan

penawaran modal. Jika tingkat bunga riil adalah nol, maka tabungan adalah nol,

sedangkan jika tingkat bunga riil berada pada R1 maka tabungan akan positif,

penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat bunga riil turun, jumlah

modal per kapita akan meningkat dari K0 ke K1. Jumlah modal per kapita akan berhenti

bertambah pada tingkat bunga riil sama dengan rate of time preference.

2.3. Jenis-Jenis Tabungan

Terdapat beberapa jenis tabungan, di antaranya sebagai berikut:

1.  Tabungan Umum

Yaitu tabungan biasa yang dilaksanakan oleh semua bank (termasuk BPR) yang

memiliki manfaat seperti artikel sebelumnya dan persyaratan pembukuannya hampir

sama setiap banknya, yaitu:

Mengisi Formulir aplikasi pembukaan

12

Jumlah modal per kapita

KD1

Rate of time preference

KS1KS0

Tingkat bunga riil

K1K0

R1

R0

Page 13: BAB I Pi Tabungan

Menyerahkan Copy identitas ( KTP, SIM, atau paspor)

Melakukan setoran pertama sesuai dengan ketentuan masing-masing bank

( bervariasi antara Rp. 25.000,- s.d Rp 500.000,-) dan sekaligus sebagai saldo

minimum.

Banyak bank memiliki jenis tabungan umum lebih dari satu jenis antara lain

Bank Jabar :  Tabungan Anda Masa Datang (Tanda Mata), Simpanan Pembangunan

Daerah (Simpeda); BNI :  Tabungan Plus (Taplus),  Tabungan Plus Utama (Taplus

Utama); BRI Simpanan Masyarakat Desa (Simpeda) dan Simpanan Masyarakat Kota

(Simaskot), dll

Pada umumnya, yang membedakan jenis satu dengan yang lainnya, terlebih pada

setoran pertama (Saldo minimum, tingkat suku bunga) dan besarnya nilai

pertanggungan asuransi jiwa kecelakaan.

2.  Tabungan Khusus

 Tabungan khusus itu memilik karakteristik yang berbeda dengan tabungan

umum dan belum semua bank melaksanakannya.  Tabungan khusus dimaksud antara

lain

-  Tabungan Haji Indonesia (THI)

THI adalah tabungan yang dipergunakan sebagai sarana untuk mendapatkan

kepastian pergi untuk berangkat menunaikan ibadah haji.

-  Tabungan Pendidikan

 Tabungan pendidikan ini merupakan sarana bagi orang tua dalam menyediakan

dana untuk baiaya pendidikan anak,

2.4. Peranan Tabungan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Mengikuti kerangka pemikiran dari model Harrod – Domar, di dalam suatu

ekonomi tertutup (tanpa sektor luar negeri) dalam kondisi full employment, dan

13

Page 14: BAB I Pi Tabungan

tanpa mobilitas kapital , tabungan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan

ekonomi, yang mekanismenya lewat pertumbuhan investasi (saving-investment

link). Oleh karena itu investasi dapat dikatakan sebagai fungsi dari tabungan I = f

(S). Semakin tinggi tingkat tabungan yang dapat diciptakan, semakin besar

kemampuan negara untuk melakukan investasi. Selanjutnya, peningkatan investasi

menambah lebih banyak lagi kapital dan lewat proses multiplier menghasilkan laju

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita yang lebih tinggi.

Dengan rasio S/Y tetap tidak berubah, peningkatan pendapatan menambah

kemampuan masyarakat untuk menabung, dan seterusnya.

Suatu ekonomi yang terbuka, peningkatan tabungan domestik tidak harus

membuat investasi juga meningkat, atau dalam perkataan lain tabungan domestik

tidak langsung ditransfer ke investasi. Dengan mobilitas kapital yang tinggi (tidak

ada hambatan terhadap arus modal masuk dan keluar), tabungan dan investasi

masing-masing berdiri sendiri, tidak saling mempengaruhi. Meskipun dengan

tabungan tetap, investasi domestik dapat meningkat karena adanya modal masuk

dari luar negeri.

Namun studi-studi empiris yang ada menunjukkan adanya hubungan yang

positif antara tabungan dan investasi. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan.

Pertama, peningkatan produktivitas dan shocks lainnya memberikan efek yang sama

terhadap tabungan dan investasi yang diinginkan, sekalipun dalam kondisi di mana

mobilitas kapital antar negara sempurna. Kedua, peningkatan tabungan domestik

akan membuat investasi meningkat , terutama di negara besar. Ketiga, capital

control melindungi sumber pajak domestik dan neraca pembayaran luar negeri

(Balance Of Payment = BOP) sehingga mengurangi kemungkinan defisit BOP.

Terakhir, biaya transaksi yang tinggi untuk membeli sekuritas dan investasi di luar

negeri, risiko perubahan nilai tukar, dan keterbatasan informasi antar negara

mengenai investasi membuat tabungan domestik tidak begitu saja lari ke luar negeri

untuk maksud investasi.

Hubungan antara pertumbuhan GDP dan tingkat tabungan tidak hanya

positif tetapi juga signifikan. Dengan kemajuan teknologi dan akumulasi SDM

(human capital) pertumbuhan tabungan lewat efek investasi akan meningkatkan

14

Page 15: BAB I Pi Tabungan

pertumbuhan ekonomi secara permanen. Tabungan dan pendapatan mempunyai

hubungan dua arah (casual link) : pendapatan meningkat tabungan meningkat

pertumbuhan ekonomi pendapatan meningkat.

BAB III

KESIMPULAN

15

Page 16: BAB I Pi Tabungan

Tabungan dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini yang

tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51). Terdapat

beberapa jenis tabungan, di antaranya tabungan khusus dan tabungan umum. Sedangkan

tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah

dipakai. Jenis-jenis tabungan nasional yaitu tabungan swasta dan tabungan publik.

Tabungan swasta (private saving) adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah

tangga membayar pajak dan konsumsi mereka, Tabungan swasta terdiri atas dua

tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate saving) dan tabungan rumah tangga

(household saving). Tabungan Publik (public saving) adalah pendapatan pajak yang

tersisa pada pemerintah setelah dikurangi pengeluaran pemerintah.

Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal, dimana

penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Di dalam suatu

ekonomi tertutup (tanpa sektor luar negeri) dalam kondisi full employment, dan tanpa

mobilitas kapital , tabungan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi, yang

mekanismenya lewat pertumbuhan investasi (saving-investment link).

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: BAB I Pi Tabungan

Jhingan, M.L. 1999.“Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, edisi Keenam Belas,

Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Marshall, Alfred. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan.

Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 1. Yogyakarta : BPFE.

Parkin, Michael. 1996.Macroeconomics. Addison- Wesley Publishing Company.

Tisna Irawan. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan dan Investasi

Swasta Di Indonesia Periode 1984-2003. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung:

Universitas Padjajaran.

http://maulaonline.com/?p=271

17