Post on 21-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia.
Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat, para ahli, bahkan
oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut usia sering
kali kehilangan rasa percaya diri, berkurang keinginan untuk pergi keluar, untuk lebih
aktif bergerak kesana kemari. Mereka akan kehilangan kemampuan untuk membaca
atau melihat televise. Kesemua itu akan menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut
usia., mengisolasi mereka dari dunia luar yang pada gilirannya akan menyebabkan
depresi dengan berbagai akibatnya.
Merupakan sekumpulan gangguan, glaucoma ditandai dengan tekanan intraokuler
yang tinggi yang merusak saraf optikus. Glaukoma dapat terjadi sebagai penyakit
primer atau congenital, atau sebagai akibat sekunder dari penyakit atau kondisi lain.
Terdapat dua bentuk glaucoma primer: glaucoma sudut terbuka (juga dikenal sebagai
glaucoma kronis,sederhana dan sudut lebar) serta sudut tertutup (juga dikenal sebagai
glaucoma akut atau sudut sempit). Glaukoma sudut terbuka adalah tipe glaucoma yang
paling umum terjadi pada lansia.
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kondisi-kondisi seperti infeksi, uveitis,
cedera, pembedahan, penggunaan obat-obatan yang berkepanjangan (seperti
kortikosteroid), oklusi vena, dan diabetes. Kadang kala, pembuluh darah baru dapat
terbentuk (vaskularisasi baru) dan menghambat drainase humor aqueosa.
Glaukoma adalah salah satu penyebab kebutaan paling banyak di Amerika Serikat, yang
terhitung sekitar 12% dari kasus kebutaan yang baru didiagnosis. Kebutaan paling
sering terjadi pada lansia yang berusia 40 sampai 65 tahun; insidennya menurun
seiring dengan pertambahan usia dan paling banyak terjadi dikalangan wanita dan
orang kulit hitam. Akan tetapi, deteksi dini dan terapi yang efektif dapat menghasilkan
prognosis yang baik dalam mempertahankan penglihatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera, koroid
dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat berwarna putih,
kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk transparan yang ada didepan bola
mata, cahaya akan masuk melewati bola mata tersebutsedangkan koroid merupakan
bagian tengah dari bola mata yang merupakan pembuluh darah. Dilapisan ketiga
merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan diputuskan leh retina dengan
bantuan aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous humor merupakan cairan
yang melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang elastis yang
berfungsi untuk akomodasi.
B. Hubungan usia dengan mata
Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor akan mengalami perubahan
seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan /
penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous humor
juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan
dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi
organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami
penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut meliputi
ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses akomodasi
merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari jarak dekat maupun jauh.
Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins, apabial
sesorang mengalami penurunan daya akomodasi makaorang tersebut disebut
presbiopi.
C. masalah yang muncul pada lansia :
Penurunan kemampuan penglihatan
Katarak
glaucoma
ARMD ( agp- relaed macular degeneration )
Degenerasi Retina Senilis (Senile Retinal Degeneration)
Degenerasi Retina Perifer (Peripheral Retinal Degeneration)
D. Aspek Klinis
Katarak
1. Definisi Katarak
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga
akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progesif. (Mansjoer, 2000:62).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2004: 128)
2. Etiologi Katarak
a. Ketuaan ( Katarak Senilis )
b. Trauma
c. Penyakit mata lain ( Uveitis )
d. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )
e. Defek congenital
3. Katarak di klasifikasikan berdasarkan penyebabnya :
a. Katarak senile terjadi pada lansia, kemungkinan karena perubahan kimiawi pada
protein lensa.
b. Katarak congenital terjadi pada bayi baru lahir akibat kesalahan metabolisme
sebelum dilahirkan atau akibat infeksi rubella maternal selama trimester
pertama kehamilan. Katarak tipe ini juga dapat terjadi akibat anomaly congenital
atau akibat genetic. Penurunanya biasanya dominant autosom; namun, katarak
resesif mungkin terkait dengan kromosom seks.
c. Katarak traumatic terjadi setelah benda asing mencederai lensa dengan tenaga
yang cukup untuk memungkinkan humor aqueous atau vitreous memasuki
kapsul lensa.
d. Katarak dengan komplikasi terjadi sekunder akibat uveitis, glukoma, pigmentosa
retinitis, atau ablasio retina. Katarak tipe ini juga dapat terjadi dengan penyakit
sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroidisme atau dermatitis ektopik, atau
akibat radiasi ion atau sinar infarmerah.
e. Katarak toksik akibat dari obat-obatan atau toksisitas bahan kimiawi ergot atau
fenotiazin.
4. Tanda dan Gejala Katarak
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Peka terhadap sinar atau cahaya.
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gangguan penglihatan bisa berupa :
Kesulitan melihat pada malam hari
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
Gejala lainya adalah :
Penglihatan sering pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di
dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
5. Katarak Senilis (Kekeruhan Lensa Pada Usia Tua)
Perjalanan prosesnya lewat 4 stadia :
a. Stad. Insipiens
Belum ada keluhan penurunan visus, kekeruhannnya pada korteks daerah
equator, yang dapat ditegakkan diagnosis bila pipil dilebarkan.
b. Stad. Immature
Kekeruhan lensa lebih merata, sudah menimbulkan keruhan visus saat itu
terjadi inhibisi cairan ke dalam lensa, sehingga bentuk lensa cembung
menyebabkan perubahan refraksi kea rah myope, disamping itu dapat terjadi
komplikasi glaucoma sekunder, oleh karena kamar dapat lebih dangkal dan
sudut Irido-Cornealis lebih sempit.
c. Stad. Matura
Kekeruhan lebih padat dan rata, pemeriksaan refleks fundus tidak tampak. Pada
stadium ini indikasi paling baik untuk melakukan operasi Cataract ekstrasi.
d. Stad. Hipermatura
Korteks lenca mencair, sehingga nucleus tidak lagi pada posisi sentral,
menggeser ke bawah dan dapat bergoyang bila bola mata bergerak. Kapsula
lentis mengalami exfoliasi dapat menimbulkan Lens Induced Uveitis dan
Glaukoma sekunder.
Glaukoma
1. Pengertian
Glaukoma adalah penyakit mata dengan tanda : tekanan intra-okuler meninggi,
penyempitan lapangan pandang dan atropi papil syaraf Opticus umumnya terjadi
pada usia di atas 40 tahun.
Glaukoma adalah salah satu penyebab kebutaan paling banyak di Amerika Serikat,
yang terhitung sekitar 12% dari kasus kebutaan yang baru didiagnosis. Kebutaan
paling sering terjadi pada lansia yang berusia 40 sampai 65 tahun; insidennya
menurun seiring dengan pertambahan usia dan paling banyak terjadi dikalangan
wanita dan orang kulit hitam. Akan tetapi, deteksi dini dan terapi yang efektif dapat
menghasilakan prognosis yang baik dalam mempertahankan penglihatan.
Glaukoma yang tidak diobati dapat memburuk menjadi kebutaan total.
2. Tanda dan gejala
a. Sakit kepala tumpul di pagi hari
b. Rasa sakit yang ringan pada mata
c. Kehilangan penglihatan perifer (penglihatan menyempit)
d. Melihat lingkaran cahaya disekitar cahaya
e. Penurunan ketajaman penglihatan (khususnya pada malam hari) yang tidak
dapat dikoreksi dengan kacamata.
f. Inflamasi mata unilateral
g. Kornea berkabut
h. Pupil berdilatasi sedang yang tidak bereaksi terhadap cahaya
i. Peningkatan tekanan intraokuler, diketahui dengan cara membuat tekanan yang
lembut pada kelopak mata pasien yang tertutup menggunakan ujung jari; bola
mata menahan tekanan tersebut.
3. Ada 2 macam galukoma :
a. Primer
Ada dua macam :
1) Galukoma sudut sempit/ tertutup (juga dikenal sebagai glaucoma akut)
2) Glaukoma sudut lebar/ terbuka (juga dikenal sebagai glaukoma kronis,
sederhana)
b. Sekunder, akibat dari penyakit mata yang lain
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kondisi-kondisi seperti infeksi, uveitis,
cedera, pembedahan, gangguan obat-obatan yang berkepanjangan (seperti
kortikosteroid), oklusi vens dan diabetes. Kadang kala, pembuluh darah baru
dapat terbentuk (vaskularisasi baru) dan menghambat drainase humor aqueosa.
c. Penanganan
Untuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal bertujuan untuk
mengurangi tekanan karena penurunan produksi humor aqueosa. Obat-obatan
tersebut meliputi penyekat beta, seperti timolol (digunakan secara hati-hati
pada pasien yang menderita asma dan menderita bradikardia) serta betaksolol;
epineprin untuk mendilatasi pupil (dikontraindikasikan pada glaucoma sudut
tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti pilokarpin, untuk meningkatkan
aliran balik humor aqueosa.
Pasien yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan dapat memanfaatkan
trabekuloplasti laser argon; yaitu ahli oftalmologi memfokuskan sinar laser
argon pada jalinan trabekular pada sudut terbuka. Prosedur ini menghasilkan
pembakaran termal yang mengubah permukaan meshwork tersebut dan mudah
aliran balik humor aqueosa.
Untuk melakukan trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera untuk
membuka jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan kecil dan
melakukan iridektomi perifer, yang menciptakan lubang untuk aliran balik
humor aqueosa dibawah konjungtiva dan menghasilkan filtering bleb. Pada
pascaoperatif, injeksi subkonjungtivafluororasil dapat diberikan untuk
mempertahankan tekanan fistula. Iridektomi mengurangi tekanan dengan cara
mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik humor aqueosa.
Beberapa hari kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi profilaktik pada mata
lainnya (yang normal) untuk mencegah episode glaukoma akut pada mata
tersebut.
Glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang
membutuhkan terapi segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang tinggi.
Terapi obat-obatan praoperatif awal menurunkan tekanan intraokuler dengan
asetazolamid, pilokarpin (yang mengontriksikan pupil, mendorong iris jauh dari
trabekula dan memungkinkan cairan terbebas) dan manitol lewat I.V. atau
gliserin aoal (yang mendorong cairan dari mata dengan menjadikan hipertonik).
Jika pengobatan ini gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi laser atau
iridektomiperifer dengan pembedahan harus dilakukan dengan cepat untuk
menyelamatkan penglihatan pasien.
Analgetik narkotik dapat digunakan jika pasien mengalami nyeri berat. Setelah
iridektomi perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk merilekskan
otot-otot siliaris dan mengurangi inflamasi, sehingga mencegah perlekatan.
Age Related Macular Degeneration (ARMD)
1. Ada dua tipe :
Atrophic ARMD
Exudative ARMD
2. Beberapa factor resiko terjadinya ARMD :
Atherosclerosis
Diet Lipid Tinggi
Kadar Cholesterol serum tinggi
Merokok dan adanya refraksi anomaly hypermetrope
Teori yang mengemukakan bahwa ARMD disebabkan oleh kerusakan Retinal
Pigment Epithelium (RPE) akibat dari terkena paparan sinar yang kuat (Excessive
Exposure to Light) atau karena deficiency vitamin anti-oxidant dan mineral dalam
diet, semua itu tidak pasti (not consistent).
Pathogenesis ARDM berpangkal pada peningkatan resistensi Sirkulasi Choroid
(tekanan Chorio-Capilar), menyebabkan gangguan metabolisme dalam RPE, terjadi
degenerasi dan atropht RPE, ini merupakan gambaran ARMD type Atrophy.
Peningkatan tensi Chorio-Capillaris menyebabkan gangguan transport metabolit di
dalam RPE terejadi akumulasi drudendan deposit pada membrane basalis juga
deposit lipoid dan membrane bruch, mudah terjadi RPE detachment dan membrane
neo vaskuler Choroidal ; ini gambaran klasik dari bentuk ARMD exudative dan
proliferative.
Prognosis qua ad visam pada dua type ARMD, jelek ; lebih-lebih pada type proferatif
sangat mudah terjadi perdarahan sub-retina, akibatnya visus mendadak hilang.
Degenerasi Retina Senilis (Senile Retinal Degeneration)
Sejalan dengan bertambahnya umur maka organ-organ pada manusipun, salah satu
bagian organ mata yang juga mengalami perubahan yaitu RETINA. Perubahan retina
karena usia merupakan hal yang fisiologis, Degenerasi Retina Senilis.
Pada pemeriksaan obyektif didapatkan suatu gambaran fundus Senilis, Fundus
Tygroid.
Faktor-faktor yang mendukung dari gambaran fundus normal, adalah :
a. Darah didalam pembuluh darah besar dan Chorio-Capillaris Choroid, merupakan
komponen merah.
b. Kepadatan Pigment dalam sel RPE dan sel melanosit di lapisan Choroid
merupakan komponen coklat.
c. Jenis dan intesitas cahaya yang berasal dari alat yang untuk melakukan
pemeriksaan merupakan sinar gelombang panjang (merah-kuning).
Perpaduan komponen merah dan coklat, yang mendapat pacuan sinar merah-kuning
mendapatkan hasil merah-jingga yang cemerlang, sebagai gambaran fundus Tygroid :
a. Sklerosis Involusional/Sklerosis senilis, terjadi pada arteriole di Retina dan
Choroid, menyebabkan berkurangnya komponen merah.
b. Kerusakan RPE dapat menimbulkan bercak hyper-pigmentasi, disamping
kepadatan pigment dalam sel Melanosit Choroid.
Beberapa perubahan/penurunan fungsi (Decreasing Function) pada Degenerasi
Retina Senilis :
a. Sebagai akibat dari hilangnya sel reseptor dalam sel saraf, kira-kira 2,5% per
decade, maka visuskurang tajam,kemunduran sensitifitas lapang pandang,
penurunan sensitivitas kontras warna dan kenaikan ambang adaptasi gelap.
b. Perubahan kualitas syaraf optic Jumlah akson syaraf optic berkurang dan ada
penambahan jaringan ikat, warna papil saraf optic lebih pucat. Atrofi perikapiler,
depigmentasi sekeliling papil menimbulkan warna pucat sekeliling papil.
Degenerasi Retina Perifer (Peripheral Retinal Degeneration)
Pada usia tua, retina dibagian perifer (antara Ora Serrata dan Equator) mengalami
proses degenerasi lebih awal bila dibandingkan dengan bagian sentral.
Beberapa macam yang dapat/sering ditemukan :
a. Paving stone degeneration (Meyer Schwinckerath, 1960)
Terjadi pada 40% populasi usia diatas 45 tahun, lesi mulai disebelah bawah.
Degenerasi macam ini berhubungan dengan penipisan retina, hilangnya
sejumlah sel reseptor, membrane limitans luar serta sejumlah sel RPE, retina
kurang melekat pada membrane Bruch dan adanya perubahan Chorio-Capillaris.
Lesi permulaan berbentuk bulat, diameter kira-kira 1,5 mm, dapat melebar dan
bergabung (Confluency) menjadi lebih besar. Tidak ada therapy.
b. Cystoid degeneration
Tampak ada rongga-rongga pada lapisan pleksiformis luar umumnya area
temporo-inferior. Lesi dapat menyebabkan gangguan lapangan pandang dan
dapat berkembang menjadi Retinonoschisis.
c. Retinoschisis sinilis
Pemisahan lapisan retina, biasanya pada lapisan pleksiformis luar sebagai
perluasan dari Degenerasi Cystoid yang progesif. Dinding retinoschisis dapat
robek dan terjadi Retinal Detachment. Retinosis yang meluas kebelakang
equator menimbulkan gangguan lapang pandang. Setiap ada lesi Retinoschisis
perlu tindakan untuk mencegah Retinal Detachment, dengan Laser Foto-
Koagulasi.
E. Pemeriksaan diagnostik
Tonometri (dengan schiøtz pneumatic atau tonometer aplanasi) mengukur tekanan
intraokuler dan memberikan nilai dasar untuk perujukan. Rentang tekanan
intraokuler normal berkisar dari 8 sampai 21mmHg. Akan tetapi, pasien yang
IOPnya menurun dari rentang normal dapat mengalami tanda dan gejala glaucoma
dan pasien yang mempunyai tekanan tinggi mungkin tidak menunjukkan efek klinis.
Pemeriksaan slit lamp memperlihatkan efek glaucoma pada stuktur mata anterior,
meliputi kornea, iris dan lensa.
Gonioskopi menentukan sudut ruang anterior mata, yang memungkinkan
pemeriksa untuk membedakan glaucoma sudut terbuka dengan glaucoma sudut
tertutup. Sudut mata normal pada glaucoma sudut terbuka sedangkan pada
glaucoma sudut tertutup tampak tidak normal. Akan tetapi, pada pasien lansia
penutupan sebagian dapat terjadi yang memungkinkan dua bentuk glaucoma terjadi
bersamaan.
Oftalmoskopi mempermudah visualisasi fundus. Pada glaucoma sudut terbuka,
pelengkungan discus optikus dapat terlihat lebih awal dibandingkan pada glaucoma
sudut tertutup
Pemeriksaan ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan penglihatan
Perimetrik atau pemeriksaan lapang pandang menentukan keluasaan kehilangan
penglihatan perifer, yang membantu mengevaluasi pemburukan pada glaucoma
sudut terbuka.
Fotografi fundus memantau dan mencatat perubahan pada discus optikus.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal berikut ini :
a. Ukuran pupil mengecil
b. Pemakaian kacamata
c. Penglihatan ganda
d. Sakit pada mata seperti glaucoma dan katarak
e. Mata kemerahan
f. Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan).
g. Kesulitan memasukan benang ke lubang jarum.
h. Permintaan untuk membacakan kalimat
i. Kesulitan/ kebergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan
sehari-hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAK/BAB, serta
berpindah)
j. Visus
2. Diagnosa Keperawatan
a. gangguan persepsi sensorik : penglihatan
b. risiko cidera : jatuh
c. gangguan mobilitas fisik
d. kecemasan