Post on 06-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Standar Kompetensi :
Memahami pengertian mobilitas sosial, cara untuk melakukan mobilitas sosial, faktor
yang mempengaruhi mobilitas sosial, faktor-faktor pendorong mobilitas sosial, faktor
penghambat mobilitas sosial, bentuk mobilitas sosial, saluran-saluran mobilitas sosial,
dan memahami dampak mobilitas sosial.
A. PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas sosial disebut juga Gerak Sosial adalah perubahan, pergeseran,
peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorang
pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang
pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin
mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang yang
berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh miskin. Proses
perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam struktur sosialmasyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas
sosial.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka
yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan
memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka.
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka
tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang
lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan
terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial
tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih
memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya
tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
2
Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta.
Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang
paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak
mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan
atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan
demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
B. CARA UNTUK MELAKUKAN MOBILITAS SOSIAL
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah
sebagai berikut :
1. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan
mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi
peningkatan status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya
diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya
naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak
merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup
sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
2. Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan
melalui perkawinan.
Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah
dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya.
Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
3. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari
tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau dengan cara
merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan
mewah.
3
Contoh: seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut secara
otomatis sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya
gerak sosial ke atas.
4. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status
sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih
tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi
juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk
mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari
golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus.
Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-
istilah asing.
5. Perubahan nama
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial
tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang
menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status
sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya.
Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah
sesau dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden".
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Perubahan kondisi social
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya
perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya,
kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas.
Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
2. Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti
fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan
kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
4
3. Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam
memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran
pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi
mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea
efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan
merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
4. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat
pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat
dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang
bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan
nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya
untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
5. Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah
cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat
kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan
angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan
pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak
bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu,
mobilitas sosial dapat terjadi.
6. Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk
melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat
menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan
yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus,
kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
5
D. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG MOBILITAS SOSIAL
Beberapa faktor pendorong mobilitas sosial, yaitu:
1. Faktor Struktural, adalah jumlah relatif posisi yang harus diisi
2. Faktor Sosial, setiap manusia dilahirkan dalam latar belakang status yang
berbeda. Tatkala seseorang atau kelompok tidak puas dengan posisi status
sekarang maka mereka akan mencari status yang diinginkan.
3. Keadaan Ekonomi, tiap-tiap individu berbeda-beda, tetapi masing-masing
individu bersaing untuk mencari kondisi ekonomi yang lebih baik.
4. Situasi Politik, berpotensi menyebabkan mobilitas sosial suatu masyarakat,
misalnya terjadi situasi politik yang tidak menentu mengakibatkan rawan
keamanan maka akan sangat mungkin terjadi mobilisasi ke daerah yang
lebih aman.
5. Kependudukan (Demografi), biasanya terkait dengan pertambahan jumlah
penduduk. Jika mengalami pertumbuhan penduduk maka akan sangat
mungkin terjadi mobilitas sosial.
6. Keinginan (seseorang atau kelompok) melihat daerah lain, akan
mendorong untuk melangsungkan mobilitas sosial.
E. FAKTOR PENGHAMBAT MOBILITAS SOSIAL
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-
faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
1. Perbedaan kelas rasial
Seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih
berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam
untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem
ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela,
seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
2. Agama
Seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta.
3. Diskriminasi Kelas
Dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini
terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan
berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu
6
mendapatkannya. Contoh: jumlah anggota DPR yag dibatasi hanya 500
orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan untuk
menaikan status sosialnya menjadi anggota DPR.
4. Kemiskinan
Dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan
mencapai suatu sosial tertentu. Contoh: "A" memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai,
sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
5. Perbedaan jenis kelamin
Dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status
sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.
F. BENTUK MOBILITAS SOSIAL
� Berdasarkan Tipe
1. Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek
sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang
dalam mobilitas sosialnya. Contoh: Pak Amir seorang warga
negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya
dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak
Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang
dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
2. Mobilitas sosial vertical
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek
sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak
sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi
menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas
sosial vertikal ke bawah (social sinking).
a. Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk
yang utama.
7
1) Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah
ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan
tersebut telah ada sebelumnya. Contoh: A adalah seorang guru
sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia
diangkat menjadi kepala sekolah.
2) Membentuk kelompok baru.
Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk
meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri
menjadi ketua organisasi. Contoh: Pembentukan organisasi baru
memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi
baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.
b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
1) Turunnya kedudukan.
Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih
rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan
tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
2) Turunnya derajat kelompok.
Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa
disintegrasi kelompok sebagai kesatuan. Contoh: Juventus
terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.
3. Mobilitas Sosial Lateral
Mobilitas sosial lateral disebut juga mobilitas geografis, yang mangacu
pada perpindahan orang-orang dari unit wilayah satu ke unit wilayah yang
lain, atau perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah
lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
� Berdasarkan Ruang Lingkup
1. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau
lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan
seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik
8
naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada
perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status
sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah
seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga
sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang
pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal
antargenerasi.
2. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam satu generasi. Contoh: Pak Darjo awalnya
adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan
mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri
yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang
anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan
Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak.
Namun, Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat
mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang pengusaha.
Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial
antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas
intragenerasi.
G. SALURAN-SALURAN MOBILITAS SOSIAL
1) Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan salah satu saluran mobilitas sosial. Angkatan
bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran
mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat.
Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan
negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan
dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat atau kedudukan yang
lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
9
2) Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang,
misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta,
biksu dan lain lain.
3) Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang
konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social
elevator(perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan
yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang
untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari
keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus
ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk
berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara
otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
4) Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya
yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi,
sehingga status sosialnya meningkat.
5) Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat
meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka
semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya
bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya
bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di
masyarakat meningkat.
6) Organisasi keahlian
Orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya
kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada
pengguna biasa.
7) Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah
dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena
pengaruh pasangannya.
10
H. DAMPAK MOBILITAS SOSIAL
Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi
tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian
mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada berbagai
macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya
mobilitas.
a. Dampak Negatif
1) Konflik antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran
seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-
lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan
antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial
maka akan muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang
menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh
dengan pengusaha.
2) Konflik antarkelompok social
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam.
Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku,
dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain
atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
3) Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan
nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di
Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
4) Penyesuaian kembali (akomodasi)
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan.
Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih
banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian kembali
yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali
yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai.
Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.
11
b. Dampak Positif
1) Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk
maju
Karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini
mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik
ke strata atas. Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat
agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
2) Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang
mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya
yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan
dalam bidang pendidikan.
12
BAB II
STRUKTUR SOSIAL
Standar Kompetensi :
Memahami pengertian struktur sosial, unsur-unsur struktur sosial, fungsi struktur
sosial, ciri-ciri struktur sosial, elemen dasar struktur sosial, dan memahami faktor-
faktor pembentuk ketidaksamaan sosial
A. PENGERTIAN STRUKTUR SOSIAL
Dalam suatu struktur sosial terdapat unsur-unsur yang saling bergantung dan
berkaitan satu sama lain untuk membentuk suatu keseluruhan. Struktur sosial berjalan
dengan lancar apabila jalinan di antara unsur-unsur tersebut tidak mengalami
goncangan-goncangan. Di Sekolahmu terdapat OSIS bukan? Dalam kepengurusan
OSIS, kamu dapat menjumpai ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, serta seksi-
seksi. Kepengurusan OSIS itu merupakan salah satu bentuk sederhana adanya struktur
sosial di dalam masyarakat.
Berdasarkan contoh tersebut, dapatkah kamu mendeskripsikan apakah struktur
sosial itu? Struktur selalu merujuk pada unsur-unsur yang bersifat kurang lebih tetap
atau mantap. Kalau kita umpamakan dengan sebuah bangunan rumah, maka
dindingdinding rumah itu merupakan strukturnya. Dalam pengertian ini, struktur sosial
diartikan sebagai pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Istilah struktur juga dapat diterapkan pada interaksi sosial. Jadi, struktur sosial dapat
diartikan sebagai jalinan unsur-unsur sosial yang pokok. Struktur social mencakup
sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu
dengan kelompoknya.
Struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih tetap dan mantap,
yang terdiri dari jaringan relasi-relasi sosial hierarkis dan pembagian kerja, serta
dilandasi oleh kaidahkaidah, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai sosial budaya. Setiap
manusia terkait dengan struktur masyarakat di mana ia menjadi anggotanya. Artinya,
setiap orang termasuk ke dalam satu atau lebih kelompok, kebudayaan, lembaga sosial,
pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang yang terdapat di dalam masyarakat.
13
Hal ini terjadi karena manusia mempunyai beragam kebutuhan yang terdiri dari
kebutuhan ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain-lain, serta pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan itu pun juga beragam. Untuk memenuhinya, manusia memerlukan interaksi
sosial dengan pihak lain atau lembaga yang menyediakannya. Interaksi sosial
merupakan salah satu wujud dari sifat manusia yang hidup bermasyarakat. Sebagai
anggota masyarakat, manusia tertata dalam struktur sosial atau jaringan unsur-unsur
sosial yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur itu mencakup kelompok sosial,
kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang. Kemudian,
unsurunsur tadi berhubungan dengan berbagai segi kehidupan, seperti ekonomi,
politik, hukum, sosial dan lain-lain, serta saling memengaruhi. Misalnya, segi ekonomi
selalu berhubungan dengan politik, segi politik selalu berhubungan dengan hukum, dan
seterusnya. Agar lebih jelas dapat diperhatikan bagan berikut ini :
Dalam bagan tersebut dapat diketahui bahwa unsure-unsur utama dari struktur
sosial adalah nilai dan norma sosial, status atau kelas sosial, kelompok sosial, dan
lembaga sosial.
1. Struktur sosial dan peluang hidup (life chance)
Struktur sosial Identik dengan struktur peluang hidup (life chance), semakin
tinggi posisi dalam struktur sosial, semakin baik peluang hidupnya.
14
2. Struktur sosial dan fakta sosial
Struktur sosial merupakan fakta sosial, yaitu cara bertindak, berfikir, dan
berperasaan yang berada diluar individu tetapi mengikat. Sehingga, kelas sosial
tertentu identik dengan cara hidup tertentu. Kelas sosial bukanlah sekedar
kumpulan dari orang-orang yang pendidikan atau penghasilannya relative
sama, tetapi lebih merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki cara atau
gaya hidup yang relative sama.
Jawablah: (1) mengapa musik dangdut sering diidentikan dengan musiknya
kelas bawah, sementara music klasik atau jazz diidentikkan dengan kelas atas?
(2) mengapa orang-orang kelas atas diidentikkan dengan orang-orang berdasi
dan bersepatu? (3) Mengapa kelas sosial tertentu juga identik dengan merk
mobil, merk sepatu, merek parfum, merek baju tertentu, juga aktivitas mengisi
waktu luang dan olahraga tertentu?
3. Paramater struktur sosial.
Terdapat dua macam parameter yang dapat digunaan untuk menganalisis
struktur sosial, yaitu (1) Parameter Graduated/berjenjang, meliputi antara lain:
kekuasaan, keturunan/kasta, tingkat pendidikan, kekayaan, usia, dst., dan (2)
paramater Nominal/tidak berjenjang, meliputi antara lain: sukubangsa, ras,
golongan/kelompok, jenis kelamin, agama, dan seterusnya. Konfigurasi
struktur sosial berdasarkan parameter graduated disebut stratifikasi sosial
(diferensiasi rank/tingkatan). Konfigurasi struktur sosial berdasarkan parameter
nominal disebut diferensiasi sosial (diferensiasi fungsi, dan custom/adat).
Perpindahan posisi individu atau kelompok dalam struktur sosial disebut
mobilitas sosial.
Untuk memahami lebih jauh mengenai apa itu struktur sosial, mari kita pelajari
bersama pengertian struktur social menurut pendapat para ahli sosiologi berikut ini.
a. George C. Homan
Mengaitkan struktur sosial dengan perilaku elementer (mendasar) dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Talcott Parsons
Berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia.
15
c. Coleman
Melihat struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan antarmanusia dan
antarkelompok manusia.
d. Kornblum
Menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku individu dan kelompok,
yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu
dan antarkelompok dalam masyarakat.
e. Soerjono Soekanto
Melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi-
posisi sosial dan antara peranan-peranan
f. Abdul Syani
Melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan
masyarakat. Tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan jaringan
dari unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kelompok sosial, kebudayaan,
lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang.
g. Gerhard Lenski
Mengatakan bahwa struktur sosial masyarakat diarahkan oleh kecenderungan
panjang yang menandai sejarah.
B. UNSUR-UNSUR STRUKTUR SOSIAL
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu masyarakat yang
tertata dalam suatu struktur yang cenderung bersifat tetap. Tatanan sosial dalam
kehidupan masyarakat itu diharapkan dapat berfungsi dengan baik, sehingga akan
tercipta suatu keteraturan, ketertiban, dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat.
Untuk mewujudkannya diperlukan adanya unsur-unsur tertentu.
Apa saja unsur yang terdapat dalam suatu struktur social dalam masyarakat?
Menurut Charles P. Loomis, struktur social tersusun atas sepuluh unsur penting
berikut ini.
b. Adanya pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh para anggota
masyarakat yang berfungsi sebagai alat analisis dari anggota masyarakat.
c. Adanya perasaan solidaritas dari anggota-anggota masyarakat
d. Adanya tujuan dan cita-cita yang sama dari warga masyarakat.
16
e. Adanya nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dijadikan sebagai patokan dan
pedoman bagi anggota masyarakat dalam bertingkah laku.
f. Adanya kedudukan dan peranan sosial yang mengarahkan pola-pola tindakan
atau perilaku warga masyarakat.
g. Adanya kekuasaan, berupa kemampuan memerintah dari anggota masyarakat
yang memegang kekuasaan, sehingga sistem sosial dapat berlanjut.
h. Adanya tingkatan dalam sistem sosial yang ditentukan oleh status dan peranan
anggota masyarakat.
i. Adanya sistem sanksi yang berisikan ganjaran dan hukuman dalam sistem
sosial, sehingga norma tetap terpelihara.
j. Adanya sarana atau alat-alat perlengkapan sistem sosial, seperti pranata sosial
dan lembaga.
k. Adanya sistem ketegangan, konflik, dan penyimpangan yang menyertai adanya
perbedaan kemampuan dan persepsi warga masyarakat.
C. FUNGSI STRUKTUR SOSIAL
Dalam sebuah struktur sosial, umumnya terdapat perilakuperilaku sosial yang
cenderung tetap dan teratur, sehingga dapat dilihat sebagai pembatas terhadap
perilaku-perilaku individu atau kelompok. Individu atau kelompok cenderung
menyesuaikan perilakunya dengan keteraturan kelompok atau masyarakatnya. Seperti
dikatakan di atas, bahwa struktur social merujuk pada suatu pola yang teratur dalam
interaksi sosial, maka fungsi pokok dari struktur sosial adalah menciptakan sebuah
keteraturan sosial yang ingin dicapai oleh suatu kelompok masyarakat.
Sementara itu, Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi
sebagai berikut.
a. Pengawas sosial, yaitu sebagai penekan kemungkinankemungkinan
pelanggaran terhadap norma, nilai, dan peraturan kelompok atau masyarakat.
Misalnya pembentukan lembaga pengadilan, kepolisian, lembaga adat, lembaga
pendidikan, lembaga agama, dan lain-lain.
b. Dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial kelompok atau masyarakat
karena struktur sosial berasal dari kelompok atau masyarakat itu sendiri. Dalam
proses tersebut, individu atau kelompok akan mendapat pengetahuan dan
kesadaran tentang sikap, kebiasaan, dan kepercayaan kelompok
17
ataumasyarakatnya. Individu mengetahui dan memahami perbuatan apa yang
dianjurkan oleh kelompoknya dan perbuatan apa yang dilarang oleh
kelompoknya.
D. CIRI-CIRI STRUKTUR SOSIAL
Segala sesuatu pasti memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakan dengan
sesuatu yang lain. Misalnya masyarakat desa mempunyai ciri-ciri tersendiri, seperti
bersifat gotong royong, mengutamakan kebersamaan, tidak ada spesialisasi dalam
pembagian kerja, dan lain-lain yang membedakan dengan masyarakat perkotaan yang
cenderung individualistis dan adanya pembagian pekerjaan sesuai dengan keahlian.
Begitupun juga dalam struktur sosial.
Abdul Syani menyebutkan bahwa ada beberapa cirri struktur sosial, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan social yang dapat
memberikan bentuk dasar pada masyarakat dan memberikan batas-batas pada
aksi-aksi yang kemungkinan besar dilakukan secara organisatoris.
b. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial di antara individu-individu
pada saat tertentu. Artinya segala Bentuk pola interaksi sosial dalam
masyarakat telah tercakup dalam suatu struktur sosial.
c. Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat. Artinya semua
karya, cipta, dan rasa manusia sebagai anggota masyarakat merupakan aspek
dari struktur sosial. Misalnya komputer, alat-alat pertanian modern, mobil,
pesawat, kesenian, ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
d. Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis, sehingga dapat
dilihat sebagai kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuh yang membentuk
struktur. Misalnya dalam sebuah organisasi terdapat ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi yang kesemuanya membentuk suatu
struktur.
e. Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat
yang mengandung dua pengertian, yaitu sebagai berikut.
1) Pertama, di dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris
dalam proses perubahan dan perkembangan.
18
2) Kedua, dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat
tahap perhentian, di mana terjadi stabilitas, keteraturan, dan integrasi
sosial yang berkesinambungan sebelum kemudian terancam oleh proses
ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat.
E. ELEMEN DASAR STRUKTUR SOSIAL
Pada dasarnya, struktur sosial memiliki empat komponen atau elemen dasar, yaitu
status sosial, peranan, kelompok, dan institusi.
a. Status Sosial
Masyarakat terdiri dari individu-individu di mana antara satu dengan yang
lainnya saling berhubungan secara timbal balik dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Dalam melakukan hubungan timbal balik itu, status
atau kedudukan seseorang memegang peranan yang sangat penting sehubungan
dengan tindakan yang harus dilakukannya. Status sosial adalah tempat
seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang
lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, serta hak dan kewajiban-
kewajibannya. Selain itu dapat juga diartikan sebagai tempat seseorang dalam
suatu pola tertentu. Menurut Talcott Parsons, ada lima kriteria untuk
menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat, yaitu kelahiran, mutu
pribadi, prestasi, pemilikan atau kekayaan, dan otoritas atau kekuasaan.
1) Kelahiran
Kelahiran menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat. Orang
yang dilahirkan dalam keluarga kaya seperti pengusaha atau bangsawan,
maka secara otomatis akan menempati status yang tinggi dalam
masyarakat. Sebaliknya, orang yang dilahirkan dalam keluarga tidak
mampu atau miskin, maka akan menempati status yang rendah.
2) Mutu Pribadi
Mutu pribadi berhubungan dengan kualitas yang dimiliki oleh seseorang.
Pada hakikatnya hal itu berkaitan atau disesuaikan dengan norma-norma
atau kebiasaankebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Orang akan
menduduki status sosial yang tinggi apabila memiliki kriteria di antaranya
adalah jujur, cerdas, pandai, bijaksana, rendah hati, taat pada perintah
agama, dan lainlain. Sedangkan orang yang menempati status social rendah
19
adalah orang-orang yang memiliki kriteria, di antaranya suka berbohong,
suka mencuri, sering atau pernah melakukan tindak kejahatan, dan lain-
lain.
3) Prestasi
Orang yang bisa mencapai atau memeroleh sesuatu yang paling baik yang
diharapkan oleh banyak orang setelah melakukan usaha-usaha tertentu
biasanya disebut orang yang berprestasi. Misalnya seorang siswa yang
berhasil mencapai juara umum di sekolahnya. Prestasi yang dimiliki oleh
seseorang menentukan kedudukan atau statusnya di masyarakat. Orang
yang berprestasi baik akan menempatkan seseorang pada kedudukan atau
status yang tinggi, sedangkan orang yang tidak berprestasi akan menduduki
status yang rendah dalam masyarakat.
4) Pemilikan atau Kekayaan
Pemilikan atau kekayaan menunjukkan banyaknya materi yang dimiliki
oleh seseorang. Orang yang memiliki cukup banyak materi atau disebut
sebagai orang kaya akan menduduki status yang tinggi dalam masyarakat.
Sebaliknya orang yang hanya sedikit memiliki kekayaan materi bahkan
tidak memiliki sedikitpun akan menempati status yang rendah, bahkan
keberadaanya tidak diakui dalam masyarakat.
5) Otoritas atau Kekuasaan
Kekuasaan seseorang dalam suatu masyarakat berhubungan dengan
besarnya pengaruh orang tersebut terhadap orang-orang yang ada di
sekitarnya. Orang yang memiliki kekuasaan umumnya akan disegani,
dihormati, serta apa yang dikatakan atau dilakukannya cenderung diikut
oleh orang lain. Dalam masyarakat, orang yang mempunyai kekuasaan,
seperti kepala desa menempati kedudukan atau status yang tinggi,
sedangkan orang yang tidak mempunyai kekuasaan, seperti buruh tani akan
menempati status atau kedudukan yang rendah.
b. Peranan Sosial
Setiap anggota masyarakat memiliki peranan masing-masing sesuai status atau
kedudukan sosialnya di masyarakat. Peranan menunjukkan hak dan kewajiban-
kewajiban yang harus dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan status
20
yang dimilikinya. Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajiban sesuai
dengan statusnya di masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut
telah menjalankan suatu peranan. Sebagaimana halnya dalam status sosial,
setiap orang juga mempunyai bermacam-macam peranan yang berasal dari
pola-pola pergaulan hidupnya. Mengingat peranan berasal dari pola pergaulan
hidupnya di masyarakat, maka peranan menentukan apa yang akan
diperbuatnya dan kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat yang ada di
sekitarnya terhadap dirinya. Dengan demikian peranan mempunyai fungsi yang
sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat yang
didasarkan pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
c. Kelompok
Kelompok adalah sejumlah orang atau individu yang memiliki norma-norma,
nilai-nilai dan harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling
berinteraksi. Kelompok memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah
struktur sosial kemasyarakatan karena sebagian besar interaksi social
berlangsung dalam kelompok dan dipengaruhi juga oleh unsur-unsur yang
melekat dan dimiliki oleh kelompok di mana interaksi sosial ini
berlangsung.Sementara itu, Anis da Rato mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan kelompok adalah sejumlah orang, di mana satu sama lain terjalin
hubungan, dan jalinan tersebut membentuk suatu struktur. Misalnya kelompok
pengajian, karang taruna, dan berbagai perkumpulan yang ada di masyarakat.
d. Institusi
Aspek yang paling mendasar dalam sebuah struktur social adalah institusi.
Institusi merupakan pola terorganisir dari kepercayaan dan tindakan yang
dipusatkan pada kebutuhan dasar sosial. Tujuan dibentuknya institusi adalah
untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dalam masyarakat. Misalnya
dibentuknya institusi pendidikan (sekolah) untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pendidikan, dibentuknya rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan perawatan kesehatan, dan lain-lain melalui insitusi
ini dapat dilihat adanya struktur dalam masyarakat.
21
F. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KETIDAKSAMAAN SOSIAL
Dalam kehidupan bermasyarakat, perbedaan atau ketidaksamaan antaranggota
atau antarwarga masyarakat merupakan hal yang sangat lazim terjadi. Justru dengan
adanya perbedaan inilah sebuah dinamika masyarakat akan dapat terbentuk, karena
dengan keadaan masyarakat yang plural akan lebih membuat kehidupan masyarakat
lebih bersifat akomodatif dan toleransi. Beberapa hal yang memengaruhi atau
membentuk ketidaksamaan sosial antara lain sebagai berikut.
a. Tingkat heterogenitas masyarakat yang sangat tinggi, baik ditinjau dari sistem
adat, kepercayaan atau religi, maupun secara ekonomi.
b. Adanya pola kebudayaan yang berbeda-beda pada masingmasing masyarakat,
wilayah, atau daerah.
c. Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dijadikan sebagai pedoman dan
pegangan bagi anggota masyarakat dalam berperilaku berbeda-beda.
d. Adanya kedudukan dan peranan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh tiap-tiap
anggota masyarakat
e. Perbedaan struktur kehidupan masyarakat yang berlainan antarwilayah atau
daerah.
f. Perbedaan hak dan kewajiban sebagai pengaruh dari perbedaan kedudukan dan
peranan anggota masyarakat.
g. Perbedaan kepentingan atau tujuan hidup antarwarga masyarakat.
h. Tingkat pengetahuan dan keyakinan yang berbeda dalam masyarakat, sehingga
muncul kelompok-kelompok social yang mewadahi mereka.
Faktor-faktor di atas sangat nyata dan konkret dalam kehidupan masyarakat.
Apabila faktor-faktor tersebut dipandang secara ekstrem, tentunya konflik atau
pertentanganlah yang akan justru terjadi dalam masyarakat. Namun apabila dipandang
lebih akomodatif, maka perbedaan-perbedaan itu menjadi hal-hal yang justru akan
mendorong terwujudnyadinamika sosial kemasyarakatan.
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa mobilitas sosial merupakan perpindahan
status ataukedudukan dari satu lapisan ke lapisan yanhg lain. Perpindahan tersebut
terjadi dalam suatu struktur sosial yang berdimensi vertikal, artinya mudah-tidak nya
seseorang melakukan mobilitas sosial tergantung dari struktur sosial masyarakatnya.
22
G. MOBILITAS SOSIAL DALAM SISTEM STRATIFIKASI SOSIAL
TERBUKA
Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan
pada para anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial vertikal yang terjadi dapat
berupa sosial climbing ataupun sinking. Dalam sistem stratifikasi soaial yang terbuka
memungkinkan setiap anggota masyarakat bersikap aktif dan kreatif dalam melakukan
perubahan-perubahab untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Prinsip umum
mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi terbuka adalah sebagai
berikut:
1. Tidak ada satu pun masyarakat yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial
vertikal
2. Seterbuka apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap
ada hambatan-hambatan.
3. Setiap masayarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak
ada tipe yang berlaku umum bagi setiap masyarakat.
4. Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan
yang berbeda-beda.
5. Mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan,
tidak menunjukkan adanya kecenderungan yang kontinu tentang bertambah
atau berkurang laju mobilitas sosial.
H. MOBILITAS SOSIAL DALAM SISTEM STRATIFIKASI SOSIAL YANG
TERTUTUP
Pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial tertutup kemungkinan
terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil. Hal ini terjadi karena masyarakatnya
lebih mengutamakan nilai-nilai tradisional. Contohnya, masyarakat suku Badui Dalam.
Mereka lebih memilih menjaga nilai-nilai tradisional dan menolak adanya perubahan.
Dari uraian diatas, jelas terdapat hubungan antara mobilitas sosial yang terjadi pada
seseorang atau sekelompok orang dengan struktur sosial masyarakat tempat seseorang
atau sekelompok orang tersebut berada. Secara umum, cara orang untuk dapat
melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
23
1. Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara
otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi.
Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai
rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat
menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di
masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar
hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti
ketika ia menjadi pegawai rendahan.
Perkawinan Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan
melalui perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat
sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di
masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut. Perubahan
tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat
tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara
merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah.
Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai
orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
24
BAB III
KONFLIK SOSIAL
Standar Kompetensi :
Memahami pengertian konflik dan konflik sosial, pengertian konflik menurut pendapat
para ahli, bentuk-bentuk konflik, faktor-faktor penyebab terjadinya konflik, dampak
dari adanya konflik terhadap masyarakat, dan memahami upaya-upaya untuk
mengatasi konflik.
A. PENGERTIAN KONFLIK SOSIAL
Secara sederhana, pengertian konflik adalah saling memukul (configere). Namun,
konflik tidak hanya berwujud pada pertentangan fisik. Secara umum, Pengertian
Konflik Sosial (Pertentangan) adalah sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau
lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Latar belakang adanya konflik adalah
adanya perbedaan yang sulit ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu
perbedaan kepandaian, ciri fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat istiadat.
Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik. Tiap masyarakat pasti
pernah mengalami konflik, baik konflik dalam cakupan kecil atau konflik berskala
besar. Konflik yang cakupannya kecil, seperti konflik dalam keluarga, teman, dan
atasan/bawahan. Sementara itu, konflik dalam cakupan besar, seperti konflik
antargolongan atau antarkampung.
B. PENGERTIAN KONFLIK
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial,
sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap
ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat
merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa
berlangsung. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu
25
mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan
integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial.
Di dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki
kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan
dan sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa diantaranya yang dapat diselesaikan,
akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa
aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik
sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang terkecil hingga
peperangan.
Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti
bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Pada umumnya istilah
konflik sosial mengandung suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian
antar pribadi melalui dari konflik kelas sampai pada pertentangan dan peperangan
internasional. Coser mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap
nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-
sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya.
Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial
yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh
dikehidupan.
Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan,
tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku. Dalam pengertian lain, konflik
adalah merupakan suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-
orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan.
Menurut lawang konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang
langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dimana tujuan mereka
berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untk menundukkan
pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara
satu kelompok dengan kelompok lain dalam proses perebutan sumber2
kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial dan budaya) yang relatif terbatas.
Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konflik adalah
percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau masyarakat
dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling menantang
dengan ancaman kekerasan. Konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial
26
antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya
sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial
sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang
mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal yang sifatnya terbatas.
Dalam bentuknya yang ekstrem, konflik itu dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk
mempertahankan hidup dan eksistensi, akan tetapi juga bertujuan sampai ketaraf
pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau
saingannya.
C. PENGERTIAN KONFLIK MENURUT PENDAPAT PARA AHLI
Konflik juga banyak didefinisikan oleh para ahli antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Soerjono Soekanto: Pengertian konflik menurut soerjono soekanto
adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan disertai
ancaman dan kekerasan
2. Menurut Gillin dan Gillin: Pengertian konflik menurut gillin dan gillin adalah
bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik,
emosi, kebudayaan, dan perilaku.
3. Menurut Robert M. Z. Lawang: Pengertian konflik menurut Robert M.Z.
Lawang adalah sebuah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka
seperti, nilai, status, kekuasaan dan sebagainya.
4. Menurut De Moor: Pengertian konflik menurut de moor adalah konflik yang
terjadi ika para anggotanya secara besar- besaran membiarkan diri dibimbing
oleh tujuan (nilai) yang bertentangan.
5. Menurut Lewis A. Coser: Pengertian konflik menurut Lewis A. Coser adalah
sebuah perjuangan mengenai nilai-nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan,
bermaksud untuk menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.
6. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1997): Pengertian konflik
menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis adalah warisan kehidupan sosial
yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontraversi dan pertentangan di antara dua pihak atau
lebih pihak secara berterusan
27
7. Menurut Minnery: Pengertian konflik menurut minnery adalah interaksi
antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling
ketergantungan, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
D. BENTUK-BENTUK KONFLIK
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan
ke dalam beberapa bentuk konflik berikut ini :
a. Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik destruktuif dan
konflik konstruktif.
1. Konflik Destruktif
Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang,
rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak
lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik yang
mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso,
Ambon, Kupang, Sambas, dan lain sebagainya.
2. Konflik Konstruktif
Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena
adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi
suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu konsensus dari
berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya
perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.
b. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
1. Konflik Vertikal
Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur
yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan
dengan bawahan dalam sebuah kantor.
2. Konflik Horizontal
Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang
memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi
antar organisasi massa.
28
3. Konflik Diagonal
Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi
sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan
yang ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di Aceh.
Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:
1. Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua
individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
2. Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-
perbedaan ras.
3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
4. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya
kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.
5. Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang
terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada
kedaulatan negara.
Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan
atas empat macam, yaitu sebagai berikut :
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut
dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana
individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-
macam peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak
terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara,
atau organisasi internasional.
E. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK
Para sosiolog berpendapat bahwa akar dari timbulnya konflik yaitu adanya
hubungan sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perebutan atas sumber-sumber
kepemilikan, status sosial dan kekuasaan yang jumlah ketersediaanya sangat terbatas
dengan pembagian yang tidak merata di masyarakat. Ketidak merataan pembagian
29
aset-aset sosial di dalam masyarakat tersebut dianggap sebagai bentuk ketimpangan.
Ketimpangan pembagian ini menimbulkan pihak-pihak tertentu berjuang untuk
mendapatkannya atau menambahinya bagi yang perolehan asset sosial relatif sedikit
atau kecil.
Sementara pihak yang telah mendapatkan pembagian asset sosial tersebut
berusaha untuk mempertahankan dan bisa juga menambahinya. Pihak yang cenderung
mempertahankan dan menambahinya disebut sebagai status quo dan pihak yang
berusaha mendapatkannya disebut sebagai status need. Pada dasarnya, secara
sederhana penyebab konflik dibagi dua, yaitu:
1. Kemajemukan horizontal, yang artinya adalah struktur masyarakat yang
mejemuk secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras dan majemuk sosial
dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi seperti petani, buruh, pedagang,
pengusaha, pegawai negeri, militer, wartawan, alim ulama, sopir dan
cendekiawan. Kemajemukan horizontal-kultural menimbulkan konflik yang
masing-masing unsur kultural tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan
masing-masing penghayat budaya tersebut ingin mempertahankan karakteristik
budayanya tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya seperti ini, jika belum
ada konsensus nilai yang menjadi pegangan bersama, konflik yang terjadi dapat
menimbulkan perang saudara.
2. Kemajemukan vertikal, yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi
berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal
dapat menimbulkan konflik sosial kerena ada sekelompok kecil masyarakat
yang memiliki kekayaan, pendidikan yang mapan, kekuasaan dan kewenangan
yang besar, sementara sebagian besar tidak atau kurang memiliki kekayaan,
pendidikan rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan. Pembagian
masyarakat seperti ini merupakan benih subur bagi timbulnya konflik sosial.
Namun beberapa sosiolog menjabarkan banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya konflik-konflik, diantaranya yaitu:
1. Perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan telah menyebabkan
konflik antar individu. Dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah bentrokan-
bentrokan pendirian, dan masing-masing pihak pun berusaha membinasakan
lawannya. Membinasakan disini tidak selalu diartikan sebagai pembinasaan
fisik, tetapi bisa pula diartikan dalam bentuk pemusnahan simbolik atau
30
melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Di dalam realitas
sosial tidak ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama sehingga
perbedaan pendapat, tujuan, keinginan tersebutlah yang mempengaruhi
timbulnya konflik sosial.
2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan
konflik antar individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok. Pola-pola
kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-
pola prilaku yang berbeda pula dikalangan khalayak kelompok yang luas.
Selain itu, perbedaan kebudayaan akan mengakibatkan adanya sikap
etnosentrisme yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa
kelompoknya adalah yang paling baik. Jika masing-masing kelompok yang ada
di dalam kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap demikian, maka sikap ini
akan memicu timbulnya konflik antar penganut kebudayaan.
3. Perbedaan kepentingan. Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang
berbeda-beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk
memperebutkan kesempatan dan sarana.
Perbedaan pendirian, budaya, kepentingan, dan sebagainya tersebut diatas sering
terjadi pada situasi-situasi perubahan sosial. Dengan demikian perubahan-perubahan
sosial itu secara tidak langsung dapat dilihat sebagai penyebab juga terjadinya
(peningkatan) konflik-konflik sosial. Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam
masyarakat akan mengakibatkan berubahnya sistem nilai-nilai yang berlaku di dalam
masyarakat. Dan perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat ini akan menyebabkan
perbedaan-perbedaan pendirian dalam masyarakat.
F. DAMPAK DARI ADANYA KONFLIK TERHADAP MASYARAKAT
Tak perlu diragukan lagi, proses sosial yang namanya konflik itu adalah suatu
proses yang bersifat disosiatif. Namun demikian, sekalipun sering berlangsung dengan
keras dan tajam, proses-proses konflik itu sering pula mempunyai akibat-akibat yang
positif bagi masyarakat. Konflik-konflik yang berlangsung dalam diskusi misalnya,
jelas akan unggul, sedangkan pikiran-pikiran yang kurang terkaji secara benar akan
tersisih. Positif atau tidaknya akibat konflik-konflik memang tergantung dari persoalan
yang dipertentangkan, dan tergantung pula dari struktur sosial yang menjadi ajang
berlangsungnya konflik.
31
Oleh karena itu ada dua dampak dari adanya konflik terhadap masyarakat yaitu:
a. Dampak positif dari adanya konflik
1. Bertambahnya solidaritas intern dan rasa in-group suatu kelompok.
Apabila terjadi pertentangan antara kelompok-kelompok,
solidaritas antar anggota di dalam masing-masing kelompok itu
akan meningkat sekali. Solidaritas di dalam suatu kelompok, yang
pada situasi normal sulit dikembangkan, akan langsung meningkat
pesat saat terjadinya konflik dengan pihak-pihak luar.
2. Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga
masyarakat yang semula pasif menjadi aktif dalam memainkan
peranan tertentu di dalam masyarakat.
b. Dampak negatif dari adanya konflik
1. Hancurnya kesatuan kelompok. Jika konflik yang tidak berhasil
diselesaikan menimbulkan kekerasan atau perang, maka sudah
barang tentu kesatuan kelompok tersebut akan mengalami
kehancuran.
2. Adanya perubahan kepribadian individu. Artinya, di dalam suatu
kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau
sekelompok orang yang semula memiliki kepribadian pendiam,
penyabar menjadi beringas, agresif dan mudah marah, lebih-lebih
jika konflik tersebut berujung pada kekerasan.
3. Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Antara nilai-nilai
dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat
korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada
hancurnya nilai-nilai dan norma sosial akibat ketidak patuhan
anggota masyarakat akibat dari konflik.
G. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI KONFLIK
Secara sosiologi, proses sosial dapat berbentuk proses sosial yang bersifat
menggabungkan (associative processes) dan proses sosial yang menceraikan
(dissociative processes). Proses sosial yang bersifat asosiatif diarahkan pada
32
terwujudnya nilai-nilai seperti keadilan sosial, cinta kasih, kerukunan, solidaritas.
Sebaliknya proses sosial yang bersifat dissosiatif mengarah pada terciptanya nilai-nilai
negatif atau asosial, seperti kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan,
pertentangan, perpecahan dan sebagainya. Jadi proses sosial asosiatif dapat dikatakan
proses positif. Proses sosial yang dissosiatif disebut proses negatif. Sehubungan
dengan hal ini, maka proses sosial yang asosiatif dapat digunakan sebagai usaha
menyelesaikan konflik.
Adapun bentuk penyelesaian konflik yang lazim dipakai, yakni konsiliasi,
mediasi, arbitrasi, koersi (paksaan), détente. Urutan ini berdasarkan kebiasaan orang
mencari penyelesaian suatu masalah, yakni cara yang tidak formal lebih dahulu,
kemudian cara yang formal, jika cara pertama membawa hasil. Menurut Nasikun,
bentuk-bentuk pengendalian konflik ada enam yaitu:
1. Konsiliasi (conciliation)
Pengendalian semacam ini terwujud melalui lembaga-lembaga tertentu yang
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan-
keputusan diantara pihak-pihak yang berlawanan mengenai persoalan-
persoalan yang mereka pertentangkan.
2. Mediasi (mediation)
Bentuk pengendalian ini dilakukan bila kedua belah pihak yang bersengketa
bersama-sama sepakat untk memberikan nasihat-nasihatnya tentang
bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka.
3. Arbitrasi berasal dari kata latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan
seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi berbeda
dengan konsiliasi dan mediasi. Seorang arbiter memberi keputusan yang
mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang
hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak menerima keputusan itu, ia
dapat naik banding kepada pengadilan yang lebih tinggi sampai instansi
pengadilan nasional yang tertinggi.
4. Perwasitan
Dalam hal ini kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk
memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi diantara mereka.
33
BAB IV
NILAI DAN NORMA DALAM MASYARAKAT
Standar Kompetensi :
Memahami Masyarakat dan kebudayaan, Nilai – nilai dalam Masyarakat, dan Norma –
norma dalam Masyarakat
A. NILAI SOSIAL
1. Pengertian Nilai Sosial
Nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap
sesuatu yang dianggap baik, luhur, pantas dan mempunyai daya guna
fungsional bagi masyarakat. Nilai hanya dapat ditangkap melalui benda atau
tingkah laku yang mengandung nilai itu sendiri. Nilai (value) mengacu pada
pertimbangan terhadap suatu tindakan, benda, cara untuk mengambil
keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu benar (mempunyai nilai
kebenaran), indah (nilai keindahan/estetik), dan religius (nilai ketuhanan).
Nilai sosial dalam sosiologi bersifat abstrak karena nilai tidak dapat dikenali
dengan pancaindra.
Notonegoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu; 1) Nilai material,
adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani/unsur fisik manusia; 2) Nilai
vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan suatu
kegiatan dan aktivitas; 3) Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang
berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai kerohanian manusia dibedakan
menjadi empat macam, yaitu: a) Nilai kebenaran adalah nilai yang bersu-ber
pada unsur akal manusia; b) Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber
pada perasaan manusia (nilai estetika); c) Nilai moral (kebaikan) adalah nilai
yang bersumber pada unsur kehendak atau kemauan (karsa dan etika); d) nilai
religius adalah nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya mutlak dan abadi.
Robert M. Z. Lawang mengatakan bahwa nilai adalah gambaran
mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan memengaruhi perilaku
sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Woods mengatakan nilai sosial
merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan
34
tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari, dan menurut
Kluckhohn, semua nilai kebudayaan pada dasarnya mencakup: 1) Nilai
mengenai hakikat hidup manusia; 2) Nilai mengenai hakikat karya manusia;
3) Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu; 4)
Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam; 5) Nilai mengenai
hakikat hubungan manusia dengan sesamanya.
Selain itu, menurut Walter G. Everett, nilai dibagi menjadi lima bagian
sebagai berikut. 1) Nilai-nilai ekonomi (economic values) yaitu nilai-nilai
yang berhubungan dengan sistem ekonomi. Hal ini berarti nilai-nilai tersebut
mengikuti harga pasar. 2) Nilai-nilai rekreasi (recreation values) yaitu nilai-
nilai permainan pada waktu senggang, sehingga memberikan sumbangan
untuk menyejahterakan. kehidupan maupun memberikan kesegaran jasmani
dan rohani. 3) Nilai-nilai perserikatan (association values) yaitu nilai-nilai
yang meliputi berbagai bentuk perserikatan manusia dan persahabatan
kehidupan keluarga, sampai dengan tingkat internasional. 4) Nilai-nilai
kejasmanian (body values) yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan kondisi
jasmani seseorang. 5) Nilai-nilai watak (character values) nilai yang meliputi
semua tantangan, kesalahan pribadi dan sosial termasuk keadilan, kesediaan
menolong, kesukaan pada kebenaran, dan kesediaan mengontrol diri.
2. Ciri-Ciri Nilai Sosial
Nilai sosial merupakan hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat
atau melalui proses penularan, dan bukan karena faktor bawaan misalnya;
seorang anak bisa menerima nilai menghargai waktu, karena orang tua
mengajarkan disiplin sejak kecil. Nilai ini bukan nilai bawaan lahir dari sang
anak. Nilai terbentuk melalui proses belajar (sosialisasi). Misalnya; nilai
menghargai persahabatan dipelajari anak dari sosialisasinya dengan teman-
teman sekolah. Nilai merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan
kepuasan sosial manusia, dan keberadaanya bervariasi antara kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lain. Misalnya; di negara-negara Barat waktu itu
sangat dihargai sehingga keterlambatan sulit diterima (ditoleransi). Sebaliknya
di Indonesia, keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih dapat
dimaklumi.
35
Nilai dapat memengaruhi pengembangan diri seseorang baik positif
maupun negatif, memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat, dan
cenderung berkaitan antara yang satu dan yang lain sehingga membentuk pola
dan sistem social, serta dapat memengaruhi kepribadian individu sebagai
anggota masyarakat. Contohnya: nilai yang mengutamakan kepentingan pribadi
akan melahirkan individu yang egois dan kurang peduli pada orang lain.
Adapun nilai yang mengutamakan kepentingan bersama akan membuat
individu lebih peka secara sosial.
3. Macam-Macam Nilai Sosial
Berdasarkan ciri sosialnya nilai dapat dibedakan menjadi dua yaitu
nilai dominan dan nilai yang mendarah daging. Nilai dominan adalah nilai yang
dianggap lebih penting dibandingkan nilai lainnya. Ukuran dominan atau
tidaknya suatu nilai didasarkan pada; 1) Banyaknya orang yang menganut nilai
tersebut misalnya; hampir semua orang/masyarakat menginginkan perubahan
ke arah perbaikan di segala bidang kehidupan, seperti bidang politik, hukum,
ekonomi dan sosial. 2) Lamanya nilai itu digunakan, Contohnya: dari dulu
sampai sekarang Kota Solo dan Yogyakarta selalu mengadakan tradisi sekaten
untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. yang diadakan di alun-
alun keraton dan di sekitar Masjid Agung. 3) Tinggi rendahnya usaha yang
memberlakukan nilai tersebut. Contohnya: menunaikan ibadah haji merupakan
salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan umat Islam yang mampu. Oleh
karena itu, umat Islam selalu berusaha sekuat tenaga untuk dapat
melaksanakannya. 4) Prestise/kebanggaan orang-orang yang menggunakan
nilai dalam masyarakat. Contohnya: memiliki mobil mewah dan keluaran
terakhir dapat memberikan kebanggaan/prestise tersendiri.
Nilai yang mendarah daging yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian
dan kebiasaan. Seseorang melakukannya seringkali tanpa proses berfikir atau
pertimbangan lagi. Biasanya nilai tersebut telah tersosialisasi sejak seseorang
masih kecil. Jika ia tidak melakukannya maka ia akan merasa malu bahkan
merasa sangat bersalah. Contohnya: seorang guru melihat siswanya gagal
dalam ujian akhir akan merasa telah gagal mendidiknya.
36
4. Fungsi Nilai Sosial.
Nilai merupakan cermin dari kualitas pilihan tindakan dan pandangan
hidup seseorang atau masyarakat. Nilai bagi manusia berfungsi sebagai
landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.
Proses interaksi sosial memerlukan pertimbangan nilai dari setiap orang dalam
rangka mendapatkan haknya, maupun dalam menjalankan kewajibannya. Jadi,
nilai mengandung standar normatif dalam berperilaku baik individu maupun
dalam masyarakat.
Nilai sosial berfungsi; Pertama; sebagai alat untuk menentukan harga
atau kelas sosial seseorang dalam struktur stratifikasi sosial. Misalnya
kelompok ekonomi kaya (upper class), kelompok ekonomi menengah (middle
class) dan kelompok masyarakat kelas rendah (lower class). Kedua;
mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat (berperilaku pantas). Ketiga; Dapat
memotivasi atau memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan dirinya
dalam perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya dalam
mencapai tujuan. Keempat; Sebagai alat solidaritas atau pendorong masyarakat
untuk saling bekerja sama untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai
sendiri. Kelima; Pengawas, pembatas, pendorong dan penekan individu untuk
selalu berbuat baik.
B. NORMA SOSIAL
1. Pengertian Norma Sosial
Nilai dan norma berhubungan satu dengan yang lainnya. Aturan,
kaidah atau norma yang merupakan suatu keharusan, anjuran, ataupun
larangan selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat. Kaidah atau norma yang
ada di masyarakat merupakan perwujudan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat tersebut. Jika nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dan
dicita-citakan oleh masyarakat maka norma merupakan aturan bertindak yang
dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu. Norma disebut pula peraturan sosial menyangkut perilaku-perilaku
yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan
37
norma di masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk sejak lama. Norma
tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma, maka akan
memperoleh hukuman. Misalnya, bagi siswa yang terlambat tidak boleh
masuk kelas, bagi siswa yang menyontek pada waktu ulangan diberi nilai nol,
dan seterusnya.
Norma merupakan hasil perbuatan manusia sebagai makhluk sosial.
Pada mulanya, aturan itu dibentuk secara tidak sengaja, makin lama norma-
norma itu disusun secara sadar. Norma dalam masyarakat berisi tata tertib,
aturan, petunjuk, standar perilaku yang pantas dan wajar.
Norma cara adalah norma atau aturan yang daya ikatnya sangat lemah.
Orang yang melanggar norma ini biasanya mendapatkan sanksi ringan berupa
celaan atau ejekan, misalnya; makan sambil berbicara. Norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat antara lain; Pertama; Norma Kebiasaan
(folkways) atau perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama.
Kebiasaan merupakan bukti bahwa orang menyukai perbuatan itu. Individu
yang melanggar norma ini biasanya batinnya tidak tenang dan tidak nyaman.
Sanksi yang diberikan hanya berupa teguran. Misalnya; kebiasaan berjabat
tangan jika bertemu teman atau saudara, menghormati orang yang lebih tua,
makan dengan tangan kanan, berpakaian bagus pada waktu pesta dan berjalan
kaki di jalur sebelah kiri. Kedua; Norma Tata Kelakuan atau sekumpulan
perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia
yang dilakukan secara sadar. Tata kelakuan berfungsi untuk melaksanakan
pengawasan, baik langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat terhadap
anggotanya. Dengan demikian, tata kelakuan adalah aturan yang mendasarkan
pada ajaran agama (akhlak), filsafat, atau kebudayaan. Daerah satu dengan
daerah lainnya mempunyai norma tata kelakuan yang berbeda. Tata kelakuan
bersifat memaksa, bisa juga bersifat melarang. Pelanggaran terhadap norma
ini sanksinya berat, misalnya ada yang diusir dari desanya, ada yang harus
berhadapan dengan massa, ada yang diarak keliling kampung, dan lain-lain.
Misalnya; pelanggaran terhadap norma ini adalah berzina, membunuh, dan
mencuri.
38
Berdasarkan uraian di atas maka tata kelakuan memiliki fungsi di dalam
suatu masyarakat, seperti: 1) Memberikan batasan pada perilaku individu
dalam masyarakat tertentu. 2) Mendorong seseorang agar sanggup
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan yang berlaku di
dalam kelompoknya. 3) Membentuk solidaritas antara anggota-anggota
masyarakat dan sekaligus memberikan perlindungan terhadap kebutuhan dan
kerja sama antara anggota-anggota yang bergaul dalam masyarakat.
Ketiga; Norma Adat Istiadat (Custom) atau kumpulan tata kelakuan
yang paling tinggi kedudukannya, karena bersifat kekal dan terintegrasi
sangat kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat. Menurut Koentjaraningrat,
adat istiadat (custom) disebut kebudayaan abstrak atau sistem nilai. Individu
atau orang yang melanggar adat istiadat dapat memeroleh sanksi yang berat
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya dikucilkan dari masyarakat
atau digunjingkan masyarakat.
2. Ciri-Ciri Norma Sosial
Norma sosial atau norma masyarakat pada umumnya tidak tertulis, dan
merupakan hasil keputusan atau kesepakatan masyarakat. Warga masyarakat
sebagai pendukung sangat menaati norma tersebut dan apabila norma
dilanggar maka yang melanggar norma harus menghadapi sanksi. Selain itu,
norma tersebut bisa disesuaikan apabila terjadi perubahan social, dimana
norma juga mengalami perubahan mengikuti irama perubahan social. Inilah
beberapa cirri norma social.
3. Macam-Macam Norma Sosial
Macam-macam norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-
aspek tertentu, tetapi aspek-aspek itu saling memengaruhi satu sama lain.
Adapun macam-macam norma sosial tersebut, antara lain;
a. Resmi tidaknya suatu norma; dibedakan menjadi dua macam, seperti: 1)
Norma resmi (formal) adalah patokan atau aturan yang dirumuskan dan
diwajibkan dengan tegas oleh pihak yang berwenang kepada semua
anggota masyarakat. Norma resmi ini bersifat memaksa bagi semua
masyarakat. Contohnya seluruh hukum yang tertulis dan berlaku di
Indonesia. 2) Norma tidak resmi (nonformal) adalah patokan atau aturan
yang dirumuskan secara tidak jelas dan pelaksanaannya tidak diwajibkan
39
bagi anggota masyarakat. Norma itu tumbuh dari kebiasaan yang berlaku
pada masyarakat. Norma tidak resmi sifatnya tidak memaksa bagi
masyarakat. Contohnya aturan makan, minum, dan berpakaian.
b. Menurut kekuatan sanksinya; norma dibedakan menjadi lima yaitu; 1)
Norma agama atau peraturan sosial yang sifatnya mutlak dan tidak dapat
ditawar-tawar atau diubah karena berasal dari wahyu Tuhan. Norma
agama merupakan petunjuk hidup manusia dalam menjalani
kehidupannya. Norma agama berasal dari ajaran agama dan kepercayaan-
kepercayaan lainnya (religi). Pelanggaran terhadap norma ini adalah
dikatakan berdosa. Contohnya melaksanakan sembahyang, penyembahan
kepada-Nya, tidak berbohong, tidak berjudi, dan tidak mabuk-mabukan.
2) Norma hukum (laws); Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat
oleh lembaga-lembaga tertentu misalnya pemerintah atau negara. Oleh
karena dibuat negara, norma ini dengan tegas dapat melarang dan
memaksa orang untuk dapat berperilaku sesuai dengan keinginan
pembuat peraturan itu sendiri. Norma hukum diberlakukan agar dalam
masyarakat tercipta ketertiban, keamanan, ketenteraman, dan keadilan.
Norma hukum ada dua yaitu hukum tertulis (pidana dan perdata) dan
hukum tidak tertulis (hukum adat). Pelanggaran terhadap norma ini
sanksinya berat berupa sanksi denda sampai hukuman fisik (misal
dipenjara, denda, hukuman mati). Misalnya; wajib membayar pajak, bagi
pengendara motor/mobil wajib memiliki SIM, dilarang mengambil
barang milik orang lain, dilarang membunuh. 3) Norma kesopanan;
Norma kesopanan adalah sekumpulan peraturan sosial yang mengarah
pada hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus
bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Pelanggaran
terhadap norma ini akan mendapatkan celaan, kritik, dan lain-lain,
tergantung pada tingkat pelanggaran. Contohnya: tidak membuang ludah
sembarangan dan selalu mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu. 4)
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani.
Norma ini menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan
apa yang dianggap baik apa yang dianggap jelek. Norma kesusilaan
bersandar pada suatu nilai kebudayaan. Pelanggaran terhadap norma ini
40
berakibat sanksi pengucilan secara fisik (diusir) ataupun batin (dijauhi).
Misalnya; berpegangan tangan, berpelukan di tempat umum antara
lakilaki dengan perempuan, telanjang di tempat umum. 5) Norma
kelaziman adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya
dilakukan tanpa harus pikir panjang karena kebiasaan itu dianggap baik,
patut, sopan, dan sesuai dengan tata krama. Contohnya cara berpakaian
dan cara makan. 6) Norma mode (fashion) adalah cara dan gaya dalam
melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah-ubah serta diikuti
banyak orang. Mode (fashion) biasanya dimulai dengan meniru terhadap
sesuatu yang dianggap terbaru. Ciri utama mode adalah bahwa orang
yang mengikutinya bersifat massal dan kalangan luas menggandrunginya.
Dalam tingkah laku atau tindakan sosial ada kecenderungan bahwa
manusia dipengaruhi oleh mode yang diikutinya. Tindakan yang
cenderung mengikuti mode disebut modis. Misalnya; mode pakaian,
mode rambut, meniru kacamata, dan model motor.
4. Fungsi Norma Sosial
Norma sosial bagi manusia penting karena sebagai pedoman bertingkah
laku dalam hidup bermasyarakat. Norma sosial memiliki fungsi sebagai
aturan atau pedoman tingkah laku dalam masyarakat, sebagai alat untuk
menertibkan dan menstabilkan kehidupan social, dan sebagai sistem kontrol
sosial dalam masyarakat. Dengan adanya norma kita mengerti apa yang boleh
kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan.
41
BAB V
STRATIFIKASI SOSIAL
Standar Kompetensi :
Memahami Hakekat stratifikasi sosial dan wujud stratifikasi sosial, dasar terbentuknya
stratifikasi sosial, dan memahami karakteristik stratifikasi sosial
Setelah kita membahas banyak mengenai mobilitas sosial dan diferensiasi sosial,
kini kita membahas pengelompokan masyarakat dengan menggunakan pola stratifikasi
sosial. Apakah yang dimaksud dengan stratifikasi sosial ? Apakah perbedaannya
dengan diferensiasi sosial? Mari kita simak paparan berikut ini.
Stratifikasi sosial merupakan gejala alami yang tidak mungkin dapat
dihilangkan. Munculnya stratifikasi sosial tersebut merupakan konsekuensi logis dari
beberapa faktor yang selalu ada dalam kehidupan manusia, yaitu berkaitan
dengan: keturunan, kekayaan, kedudukan, pendidikan, pekerjaan, dari beberapa
faktor tersebut kita mengenal beberapa istilah yang sesungguhnya merupakan
pengelompokan masyarakat ke dalam kelas-kelas tertentu, seperti rakyat jelata, kaum
bangsawan, golongan miskin, golongan menengah, golongan kaya, orang desa, orang
kota, pejabat negara, rakyat jelata, berpendidikan rendah, berpendidikan menengah,
berpendidikan tinggi, petani, pedagang, pemusik, pengamen, pemulung, dan lain
sebagainya. Pengelompokan tersebut sekaligus menunjukkan bahwa setiap anggota
masyarakat memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda. Perbedaan fungsi dan peran
tersebut bukan berarti bahwa kelompok yang satu lebih tinggi atau lebih rendah
dengan kelompok yang lain. Sebaliknya, pengelompokan tersebut menegaskan bahwa:
(1) setiap manusia memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangannya masing-masing,
dan (2) antara sesama manusia harus saling melengkapi dan bahu membahu satu sama
lain agar segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan baik.
42
A. PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL
Untuk memahami istilah stratifikasi sosial, kita harus mengkaji terlebih dahulu
kata aslinya, yaitu stratification. Kata stratification berasal dari kata stratum atau strata
yang berarti pelapisan. Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial berarti penggolongan
warga masyarakat ke dalam kelompok-kelompok tertentu secara bertingkat-tingkat
(hierarkies). Itulah sebabnya kita dapat mengenal kelas-kelas dalam kehidupan
masyarakat, yaitu kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.
Pada dasarnya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial terjadi karena adanya
sesuatu yang dihormati dan dihargai dalam kehidupan masyarakat. Pembagian
beberapa kelas (kelas atas, kelas menengah, kelas bawah) terjadi karena adanya
ketimpangan dalam memberikan penghargaan. Golongan yang mendapatkan
penghargaan yang tinggi akan menempatkan dirinya ke dalam kelompok masyarakat
kelas atas. Golongan yang mendapatkan penghargaan yang sedang-sedang saja akan
menempatkan dirinya ke dalam kelompok masyarakat kelas menengah. Selanjutnya,
golongan yang mendapatkan penghargaan yang rendah akan menempatkan dirinya ke
dalam kelompok masyarakat kelas bawah.
Dalam masyarakat di mana kita tinggal, dapat kita jumpai orang-orang yang
termasuk golongan kaya, sedang, dan miskin. Penggolongan tersebut menunjukkan
bahwa di dalam masyarakat terdapat tingkatan-tingkatan yang membedakan antara
manusia yang satu dengan manusia yang lain. Dalam sosiologi, pengelompokan
masyarakat berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu itu disebut dengan stratifikasi
sosial.
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan sosial masyarakat secara vertikal.
Dengan demikian, ada masyarakat yang menduduki lapisan atas dan ada pula yang
menduduki lapisan bawah. Terjadinya pembedaan tersebut karena adanya sesuatu yang
dianggap berharga dalam masyarakat. Secara umum stratifikasi sosial juga sering
dikaitkan dengan persoalan kesenjangan atau polarisasi kelompok. Stratifikasi ternyata
tidak hanya terjadi di masa sekarang. Di masa kuno pun sudah terjadi. Sehingga filosuf
Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka
yang kaya sekali, melarat, dan berada di tengah-tengah antara kaya dan miskin.
Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial secara umum dapat diartikan sebagai
pembedaan atau pengelompokan anggota masyarakat secara vertikal. Stratifikasi sosial
merupakan gejal sosial yang sifatnya umum pada setiap masyarakat. Bahkan pada
43
zaman Yunani Kuno, Aristoteles (384–322 SM) telah menyatakan bahwa di dalam
tiap-tiap negara selalu terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang
melarat, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Setelah kamu memahami
pengertian stratifikasi sosial secara umum, kini cobalah untuk menyimak pendapat
beberapa ahli tentang stratifikasi sosial.
Menurut Pitirim A. Sorokin, sistem lapisan sosial merupakan ciri yang tetap dan
umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Mereka yang memiliki sesuatu
yang berharga dalam jumlah banyak akan dianggap berkedudukan dalam lapisan atas.
Sedangkan mereka yang sedikit atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga
dalam pandangan masyarakat dianggap mempunyai kedudukan rendah. Pelapisan
sosial atau stratifikasi atau social stratification berasal dari kata stratification dan
social. Stratification berasal dari kata stratum (jamaknya strata) yang berarti lapisan.
Mengenai stratifikasi sosial, Pitirim A. Sorokin memberikan definisi bahwa
stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat (hirarkis). Dengan demikian, ada kelas-kelas tinggi dan kelas yang
lebih rendah. Menurut Sorokin, inti dan dasar stratifikasi sosial adalah tidak adanya
keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab
nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat. Selain
Pitirim A. Sorokin, banyak ahli sosiologi yang memberikan definisi tentang stratifikasi
sosial. Pendapat mereka adalah sebagai berikut: Menurut Astried S. Susanto,
stratifikasi sosial adalah hasil kebiasaan hubungan antarmanusia secara teratur dan
tersusun sehingga setiap orang mempunyai situasi yang menentukan hubungannya
dengan orang secara vertikal maupun mendatar dalam masyarakatnya. Contoh
pelapisan sosial berdasarkan bidang pekerjaan menurut keahlian, kecakapan, dan
keterampilan, seperti pada sebuah perusahaan terdapat golongan elite, profesional,
semi profesional, tenaga terampil, tenaga semi terampil, dan tenaga tidak terlatih.
Menurut Bruce J. Cohen, stratifikasi sosial adalah sistem yang menempatkan
seseorang sesuai dengan kualitas dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang
sesuai. Contohnya pelapisan sosial berdasarkan tingkat pendidikannya. Menurut
Robert M.Z. Lawang, stratifikasi sosial adalah penggolongan orang yang ada dalam
suatu sistem ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, priveless,
dan prestise. Contohnya pelapisan sosial dalam sistem kasta.
44
Stratifikasi sosial selalu ada dalam kehidupan manusia. Apakah stratifikasi
tersebut selalu sama di setiap masyarakat? Apakah ada perbedaan stratifikasi antara
masyarakat sederhanadan modern? Stratifikasi sosial pada masyarakat sederhana akan
berbeda dengan stratifikasi sosial pada masyarakat modern. Stratifikasi pada
masyarakat sederhana, pelapisan yang terbentuk masih sedikit dan terbatas
perbedaannya. Sedangkan pada masyarakat modern, stratifikasi sosial yang terbentuk
makin kompleks dan makin banyak. Secara sederhana, perbedaan stratifikasi sosial
bisa dilihat dari perbedaan besarnya penghasilan rata-rata seseorang setiap hari.
Menurut Paul. B. Horton dan Chester L. Hunt bahwa terbentuknya stratifikasi sosial
tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial adalah suatu pelapisan orang-
orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial.
B. DASAR TERBENTUKNYA STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial dalam masyarakat menurut terbentuknya dibagi menjadi;
Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya.
Dalam Proses Pertumbuhan Masyarakat, landasan terbentuknya stratifikasi
yang terjadi dengan sendirinya seperti, kepandaian, tingkat umur (yang senior),
sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, harta dalam
batas-batas tertentu. Namun demikian, setiap masyarakat memiliki landasan
tersendiri dalam terbentuknya stratifikasi sosial. Landasan terbentuknya
stratifikasi sosial pada masyarakat berburu tentu akan berbeda dengan
stratifikasi sosial pada masyarakat bercocok tanam. Landasan terbentuknya
stratifikasi sosial pada masyarakat adalah sebagai berikut; 1) Pada masyarakat
berburu, yang menjadi landasan stratifikasi adalah kepandaian berburu. Jadi,
seseorang yang memiliki kepandaian berburu di atas orang lain dipandang
berada pada stratifikasi sosial tinggi. 2) Pada masyarakat menetap dan bercocok
tanam yang menjadi landasan stratifikasi adalah kegiatan awal membuka tanah
di daerah tersebut. Pembuka tanah dan kerabatnya dianggap memiliki
stratifikasi sosial yang tinggi.
Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun untuk
Mengejar Suatu Tujuan Bersama Stratifikasi sosial yang sengaja disusun untuk
mencapai tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan
wewenang resmi dalam organisasi formal. Misalnya, pemerintahan, badan
45
usaha, partai politik, dan angkatan bersenjata. Pada stratifikasi sosial jenis ini
kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam stratifikasi sosial.
Menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa pokok yang mendasari terjadinya
stratifikasi sosial dalam masyarakat.
a. Sistem stratifikasi berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat.
b. Sistem stratifikasi sosial dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai
berikut;
1) Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan
penghargaan).
2) Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti penghasilan, kekayaan,
dan keselamatan.
3) Criteria system pertentangan, yaitu disebabkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, atau
kekuasaan,
4) Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara
berpakaian, perumahan, dan keanggotaan dalam suatu organisasi,
5) Mudah tidaknya bertukar kedudukan,
6) Solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki
kedudukan sama dalam sistem sosial masyarakat.
Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial dalam masyarakat terjadi
karena adanya sesuatu yang dihargai dalam masyarakat. Sepanjang masyarakat
memberikan penghargaan terhadap sesuatu yang dianggap lebih, maka stratifikasi
sosial di masyarakat tetap akan ada. Sesuatu yang dipandang berharga, antara lain;
uang, tanah, benda-benda bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan, keturunan,
pekerjaan, kesalehan dalam agama.
Secara umum, pembentukan stratifikasi sosial dalam masyarakat didasari oleh
beberapa kriteria atau ukuran yakni;
a. Ukuran Kekayaan yaitu; mereka yang memiliki kekayaan paling banyak
termasuk dalam golongan lapisan atas. Kekayaan yang dimiliki dapat dilihat
dari bentuk dan model rumah, mobil pribadinya, cara berpakaian, cara
berbelanja, dan tempat makan.
b. Ukuran Kekuasaan yakni; mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang
terbesar akan menempati lapisan atas.
46
c. Ukuran Kehormatan yakni; Ukuran kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan
dan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati dalam
masyarakat akan menempati lapisan sosial tertinggi. Ukuran kekuasaan banyak
dijumpai pada masyarakat tradisional. Dalam masyarakat tradisional, orang
yang dihormati adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
d. Ukuran Ilmu Pengetahuan yakni; Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran
stratifikasi sosial pada masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Ukuran
untuk menentukan lapisan sosial masyarakat di atas bukanlah ukuran mutlak
yang tidak bisa berubah. Masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan
untuk menentukan stratifikasi sosial seseorang dalam masyarakat.
Ukuran untuk menentukan kedudukan seseorang dalam stratifikasi sosial ada
bermacam-macam, antara lain kepemilikan tanah, kehormatan, kesalehan dalam
agama, dan kekayaan.
C. KARAKTERISTIK STRATIFIKASI SOSIAL
Ada tiga karakteristik stratifikasi sosial dalam masyarakat, yaitu; (a) Perbedaan
Kemampuan atau Kesanggupan. Kelompok masyarakat yang berada pada lapisan
sosial tinggi akan memiliki kemampuan yang lebih besar jika dibandingkan mereka
yang berada di lapisan bawah. Kemampuan yang dimaksud, antara lain kemampuan
dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Kelompok masyarakat golongan atas akan
dengan mudah untuk memiliki rumah, mobil, dan perhiasan dibandingkan golongan
kelas bawah. (b) Perbedaan Gaya Hidup (Life style), (c) Perbedaan Hak dan Akses
dalam Memanfaatkan Sumber Daya. Masyarakat yang menduduki lapisan sosial atas
akan makin banyak fasilitas dan hak yang diperoleh. Sementara itu, masyarakat lapisan
bawah dan tidak menduduki jabatan strategis apapun akan sedikit mendapatkan hak
dan fasilitas.
D. SIFAT STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial dalam masyarakat ada yang bersifat tertutup dan terbuka. Sifat
stratifikasi sosial tersebut adalah sebagai berikut.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Pada stratifikasi sosial tertutup membatasi kemungkinan berpindahnya
seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain baik yang merupakan gerak ke atas
47
dan gerak ke bawah. Satu-satunya jalan untuk menjadi anggota dalam
stratifikasi sosial tertutup adalah kelahiran. Stratifikasi sosial tertutup terdapat
dalam masyarakat feodal dan masyarakat berkasta.
1) Sistem Kasta dalam Masyarakat India
Sistem kasta dalam masyarakat India telah ada sejak berabad-abad yang
lalu. Apabila ditelaah, pada masyarakat India sistem lapisan masyarakatnya
sangat kaku dan menjelma dalam diri kasta-kasta. Kasta-kasta di India
mempunyai cirri-ciri tertentu, sebagai berikut.
a) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan atau kelahiran
sehingga anak yang lahir memperoleh kedudukan yang sama dengan
orang tuanya.
b) Keanggotaan yang diwariskan berlaku seumur hidup. Untuk itu,
seseorang tidak mungkin mengubah kedudukannya kecuali apabila ia
keluar dari kastanya.
c) Perkawinan bersifat endogami, yaitu dipilih dari orang yang sekasta.
d) Hubungan dengan kelompok-kelompok lainnya bersifat terbatas.
e) Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah
ditetapkan.
f) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
2) Masyarakat Feodal. Pola dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat feudal
berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Pola dasar stratifikasi sosial
masyarakat feodal adalah sebagai berikut.
a) Raja dan bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus dihormati
serta ditaati oleh rakyatnya. Raja memiliki kewenangan serta hak-hak
istimewa.
b) Lapisan utama diduduki oleh raja dan kaum bangsawan.
c) Rakyat harus mengabdi pada raja serta bangsawan.
Istilah kasta dalam bahasa India adalah yati dan sistemnya disebut
varna. Menurut kitab Rig Veda dan kitab-kitab Brahmana, dalam
masyarakat India dijumpai empat varna yang tersusun dari atas ke bawah.
Kasta-kasta tersebut adalah brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Kasta
brahmana merupakan kasta pendeta dan dipandang sebagai kasta tertinggi.
Ksatria merupakan kasta para bangsawan dan tentara serta dipandang
48
sebagai kasta kedua. Kasta waisya merupakan kasta pedagang dan
dianggap sebagai lapisan menengah. Sudra adalah kasta orang-orang biasa
atau rakyat jelata.
Di Indonesia, terutama Bali, juga menganut sistem kasta. Carilah
informasi tentang pelaksanaan kasta di Bali! Apakah sistem kasta di Bali
sampai sekarang juga masih terus berlangsung? Apakah pelaksanaan
sistem kasta tersebut juga karena pengaruh dari India dan pelaksanaannya
juga seketat di India? Kasta-kasta apa sajakah yang ada di Bali? Buat
laporan tentang kasta di Bali dalam bentuk makalah. Gunakan sumber data
seperlunya. Makalah dapat disajikan dengan gambar-gambar yang
mendukung.
3) Masyarakat yang Lapisan Sosialnya Tergantung pada Perbedaan Rasial
(Politik Rasial)
Masyarakat dengan lapisan sosial seperti ini pernah terjadi di Afrika
Selatan saat pelaksanaan politik apartheid. Saat itu Afrika Selatan masih
berada di bawah kekuasaan bangsa Inggris. Pemerintah penguasa
membedakan segala kegiatan antara kulit hitam dan kulit putih. Dalam
perkembangannya, politik apartheid banyak dikecam masyarakat dunia
sampai akhirnya politik ini berakhir dari Afrika Selatan. Sistem yang sama
pernah berlangsung di Amerika Serikat dengan nama segregation. Sistem
ini juga melakukan pembedaan masyarakat menjadi masyarakat kulit
berwarna terutama orang Negro dan kulit putih.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)
Dalam stratifikasi sosial terbuka kemungkinan untuk pindah dari satu
lapisan ke lapisan lain sangat besar. Stratifikasi sosial terbuka memberikan
kesempatan kepada seseorang untuk berpindah lapisan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan bagi masyarakat yang kurang cakap
dan tidak beruntung bisa jatuh ke lapisan sosial di bawahnya.
Dalam kenyataannya sistem stratifikasi sosial tidak hanya bersifat terbuka
dan tertutup saja, tetapi bersifat campuran. Jadi, ada kemungkinan di dalam suatu
masyarakat terdapat unsur-unsur gabungan dari keduanya. Misalnya, dalam
sistem ekonomi menggunakan sistem stratifikasi sosial terbuka, sedangkan pada
bidang lain bersifat tertutup.
49
1. Sistem Stratifikasi Sosial Tertutup
Dalam sistem stratifikasi sosial tertutup, sangat sulit bahkan tertutup
kemungkinan untuk pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan
lainnya.
2. Sistem Stratifikasi Sosial Terbuka
Pada sistem stratifikasi sosial terbuka, banyak peluang bagi seseorang
untuk pindah dari satu lapisan sosial ke yang lain
3. Sistem Stratifikasi Sosial Campuran
Pada sistem stratifikasi sosial campuran, perpindahan lapisan hanya
terjadi pada golongan lapisan yang sama.
E. BENTUK-BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL
Proses terbentuknya stratifikasi sosial dapat terjadi melalui dua cara, yaitu: (1)
terjadi secara alamiah selaras dengan pertumbuhan masyarakat, (2) terjadi secara
disengaja dan direncanakan manusia. Stratifikasi sosial yang terjadi secara alamiah
tidak dapat dilepaskan oleh kecenderungan bakat, minat, dan dukungan lingkungan.
Misalnya, di lingkungan pantai berkembang masyarakat nelayan, di sekitar lahan yang
subur berkembang masyarakat petani, dan banyak lagi contoh-contoh lain yang
berhubungan dengan proses stratifikasi sosial secara alamiah. Adapun stratifikasi
sosial yang sengaja direncanakan dan dibentuk oleh manusia dapat diperhatikan pada
organisasi politik seperti pembagian kekuasaan, pembentukan organisasi politik,
penyusunan kabinet, dan lain sebagainya. Seperti yang telah diuraikan dalam
penjelasan sebelumnya, bahwa terbentuknya stratifikasi sosial sangat terkait dengan
nilai-nilai yang berharga dan terhormat. Standar nilai yang berharga dan terhormat
berbeda-beda. Hal ini sangat tergantung dari sudut mana seseorang memandang.
Namun demikian, secara umum standar nilai tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kriteria, yakni kriteria ekonomi, kriteria sosial, dan kriteria politik.
Setiap lapisan dalam susunan tertentu mempunyai sifat dan kesatuannya sendiri.
Namun demikian, setiap lapisan memiliki sifat yang menghubungkan suatu lapisan
dengan lapisan yang berada di bawah atau di atasnya. Secara sederhana, stratifikasi
sosial terbagi ke dalam tiga lapisan, yaitu lapisan atas (upper), lapisan menengah
(middle), dan lapisan bawah (lower). Bentuk stratifikasi sosial dalam masyarakat ada
50
bermacam-macam, seperti stratifikasi ekonomi, stratifikasi politik, dan stratifikasi
sosial.
a. Stratifikasi Ekonomi
Stratifikasi ekonomi dapat dilihat dari segi pendapatan, kekayaan, dan pekerjaan.
Stratifikasi ekonomi mendasarkan pelapisan pada faktor ekonomi. Jadi, orang-orang
yang mampu memperoleh kekayaan ekonomi dalam jumlah besar akan menduduki
lapisan atas. Sebaliknya, mereka yang kurang atau tidak mampu akan menduduki
lapisan bawah. Dengan demikian, kemampuan ekonomi yang berbeda
menyebabkan terjadinya stratifikasi ekonomi.
Golongan masyarakat yang menduduki lapisan atas dalam stratifikasi ekonomi,
misalnya pengusaha besar, pejabat, dan pekerja profesional yang memiliki
penghasilan besar. Sementara itu, golongan yang menduduki lapisan sosial paling
bawah, antara lain gelandangan, pengemis, pemulung, dan buruh tani. Stratifikasi
ekonomi bersifat terbuka karena memungkinkan bagi masyarakat untuk pindah ke
lapisan sosial yang lebih tinggi jika mampu dan berprestasi. Dalam sistem
stratifikasi ekonomi terbuka kesempatan bagi seluruh warga masyarakat untuk
pindah ke lapisan sosial atasnya asalkan memiliki kemampuan.
b. Stratifikasi Sosial
Pelapisan jenis ini berhubungan dengan status atau kedudukan seseorang dalam
masyarakat. Menurut Max Weber, manusia dikelompokkan dalam kelompok-
kelompok status berdasar atas ukuran kehormatan. Kelompok status ini,
didefinisikan Weber sebagai kelompok yang anggotanya memiliki gaya hidup
tertentu dan mempunyai tingkat penghargaan sosial dan kehormatan sosial tertentu.
Pembagian pelapisan pada kriteria sosial maksudnya adalah stratifikasi, antara lain
dalam arti kasta, pendidikan, dan jenis pekerjaan. Stratifikasi sosial berdasarkan
kasta dapat dijumpai pada masyarakat India. Masyarakat India menjalankan sistem
kasta secara ketat dan kaku. Sistem kasta ini didasarkan pada agama Hindu. Dalam
sistem kasta tidak memungkinkan bagi seseorang untuk dapat pindah dari satu
lapisan ke lapisan yang lainnya. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria pendidikan
karena orang-orang di dalam sangat menghargai pendidikan sehingga menempatkan
mereka yang berpendidikan tinggi ke dalam kedudukan yang tinggi pula.
Stratifikasi sosial bidang pendidikan bersifat terbuka, artinya seseorang dapat naik
pada tingkat yang lebih tinggi apabila dia mampu dan berprestasi. Stratifikasi
51
pendidikan dapat dikelompokkan sebagai berikut; 1) pendidikan sangat tinggi,
antara lain doktor dan profesor; 2) pendidikan tinggi, antara lain sarjana dan
mahasiswa; 3) pendidikan menengah adalah mereka yang mengenyam bangku
SMA; 4) pendidikan rendah adalah mereka yang mengenyam pendidikan hanya
sampai tingkat SD dan SMP; 5) tidak berpendidikan atau buta huruf.
Stratifikasi bidang pendidikan bersifat terbuka, artinya memberikan peluang
bagi masyarakat yang berprestasi dan mampu untuk naik ke lapisan yang lebih
tinggi. Dalam dunia pendidikan tinggi, seseorang akan dapat meraih gelar
kesarjanaan apabila telah menyelesaikan penelitian atau karya ilmiahnya. Saat ini,
banyak terjadi mahasiswa yang tidak membuat sendiri karya ilmiah sebagai tugas
akhir perkuliahannya. Akan tetapi, mereka menyerahkannya ke jasa pembuat karya
ilmiah dengan membayar sejumlah uang. Melihat fenomena seperti ini,
bagaimanakah pendapatmu sehubungan dengan kemampuan seseorang untuk dapat
naik ke lapisan yang lebih tinggi di bidang pendidikan?
Stratifikasi berdasarkan kriteria sosial yang lain adalah stratifikasi bidang
pekerjaan. Stratifikasi ini mendasarkan pada keahlian, kecakapan, dan keterampilan
seseorang. Astried S. Susanto membagi pelapisan sosial bidang pekerjaan
berdasarkan ukuran keahlian, sebagai berikut.
1) Elite adalah orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan atau
pekerjaan yang oleh masyarakat sangat dihargai.
2) Profesional adalah orang yang berijazah serta bergelar dari dunia pendidikan
yang berhasil.
3) Semi profesional, misalnya pegawai kantor, pedagang, teknisi pendidikan
menengah, dan mereka yang tidak berhasil mencapai gelar.
4) Tenaga terampil, misalnya orang-orang yang mempunyai keterampilan
mekanik teknik, pekerja pabrik yang terampil, dan pemangkas rambut.
5) Tenaga semi terampil, misalnya pekerja pabrik tanpa keterampilan,
pengemudi truk, dan pelayan restoran.
6) Tenaga tidak terampil, misalnya pembantu rumah tangga, tukang kebun, dan
penyapu jalan.
52
c. Stratifikasi Politik
Indikator yang digunakan untuk membedakan masyarakat berdasarkan dimensi
politik adalah kekuasaan. Jadi, politik identik dengan kekuasaan. Mereka yang
memiliki kekuasaan terbesar akan menduduki lapisan sosial atas. Begitu pula
sebaliknya, yang sedikit bahkan sama sekali tidak memiliki kekuasaan akan berada
pada lapisan bawah. Kekuasaan adalah kemampuan untuk memengaruhi individu-
individu lain dan memengaruhi pembuatan keputusan kolektif.
Robert D. Putnam mengatakan bahwa kekuasaan adalah probabilitas untuk
memengaruhi alokasi nilai-nilai otoritatif. Sementara itu, menurut Max Weber,
kekuasaan adalah peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk mewujudkan
keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meskipun mengalami
tentangan dari orang lain yang ikut serta dalam tindakan komunal itu. Dalam
masyarakat, pembagian kekuasaan yang tidak merata sudah terjadi sejak lama.
Menurut Gaetano Mosca, dalam setiap masyarakat selalu terdapat dua kelas
penduduk, yaitu kelas penguasa dan kelas yang dikuasai. Kelas penguasa jumlahnya
lebih sedikit daripada kelas yang dikuasai. Kelas penguasa menjalankan semua
fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati keuntungan yang diberikan
oleh kekuasaan itu.
Menurut Vilfredo Pareto ada beberapa asas yang mendasari terbentuknya
stratifikasi sosial berkaitan dengan kekuasaan politik, yaitu: 1) kekuasaan politik,
seperti halnya barang-barang sosial lainnya didistribusikan dengan tidak merata; 2)
pada hakikatnya orang yang dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu mereka
memiliki kekuasaan politik penting dan mereka yang tidak memilikinya; 3) secara
internal, elite itu bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran kelompok; 4)
elite mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dan keanggotaannya berasal dari
lapisan masyarakat yang sangat terbatas; 5) kelompok elite pada hakikatnya bersifat
otonom, kebal akan gugatan dari siapa pun di luar kelompoknya mengenai
keputusan-keputusan yang dibuatnya.
Namun demikian, asas-asas tersebut lebih banyak digunakan oleh pemerintahan
yang diktator. Negara demokratis, kekuasaan telah didistribusikan lebih
terfragmentasi ke berbagai kelompok. Siapa pun yang berkuasa biasanya akan
selalu dikontrol oleh kelompok-kelompok yang ada di luar sistem. Komposisi
orang-orang yang ada pada golongan minoritas dan mayoritas dapat berubah-ubah
53
dalam suatu periode waktu. Seseorang yang tadinya bukan dari kelompok elite
politik suatu saat bisa masuk menjadi elite politik. Dengan demikian, stratifikasi
politik bersifat terbuka. Stratifikasi politik bersifat terbuka, yaitu memungkinkan
bagi seseorang untuk masuk dan keluar dari elite politik. Elite politik adalah
golongan pemegang kekuasaan.
Stratifikasi politik berdasarkan kekuasaan bersifat bertingkat-tingkat dan
menyerupai suatu piramida. Menurut Mac Iver ada tiga pola umum dalam sistem
dan lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta, tipe oligarki, dan
tipe demokratis.
1) Tipe Kasta
Tipe kasta merupakan sistem pelapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah
yang tegas dan kaku. Dalam tipe kasta tidak memungkinkan gerak sosial
vertikal. Garis pemisah antara tiap-tiap lapisan tidak mungkin ditembus. Pada
puncak kekuasaan diduduki raja, kemudian diikuti oleh kaum bangsawan,
tentara, dan pendeta. Lapisan berikutnya terdiri atas tukang dan buruh tani.
Lapisan yang terendah adalah para budak.
2) Tipe Oligarki
Dasar pembedaan pada tipe oligarki ditentukan oleh kebudayaan masyarakat
setempat, terutama adanya kesepakatan yang diberikan kepada warga masyarakat
untuk memperoleh kekuasaan tertentu. Perbedaan antara satu lapisan dengan
lapisan lain tidak terlalu mencolok. Tipe oligarki masih mempunyai garis
pemisah yang tegas. Tipe oligarki dapat dijumpai pada masyarakat feodal yang
telah berkembang terutama di negara yang didasarkan pada aliran fasisme dan
negara totaliter. Bedanya bahwa kekuasaan sebenarnya berada di tangan partai
politik yang mempunyai kekuasaan menentukan.
3) Tipe Demokratis
Dalam tipe demokratis garis-garis pemisah antarlapisan sifatnya fleksibel dan
tidak kaku. Kelahiran tidak menentukan kedudukan dalam lapisanlapisan yang
terpenting adalah kemampuan. Kadang-kadang juga faktor keberuntungan.
Misalnya, seseorang dapat menduduki lapisan tertinggi sebagai kelas penguasa
karena masuk dalam organisasi politik.
54
F. UNSUR-UNSUR STRATIFIKASI SOSIAL
Unsur-unsur dalam stratifikasi sosial adalah kedudukan (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur pokok dalam stratifikasi sosial.
Status menunjukkan tempat atau posisi seseorang dalam masyarakat. Peranan
merupakan suatu tingkah laku atau tindakan yang diharapkan dari seorang individu
yang menduduki status tertentu.
a. Kedudukan (Status)
Kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola atau kelompok sosial.
Dengan demikian, seseorang dapat memiliki lebih dari satu status. Hal itu
disebabkan seseorang biasanya hidup dalam beberapa pola kehidupan atau
menjadi anggota dalam berbagai kelompok sosial. Misalnya, seorang pelajar
sebuah SMA. Selain sebagai seorang pelajar, dia juga menjadi ketua OSIS,
dan anggota Palang Merah Remaja. Di rumah, dia sebagai seorang anak,
seorang kakak dari dua adiknya. Selain itu, dia juga menjadi sekretaris karang
taruna di kampungnya. Dengan demikian, dia memiliki lebih dari satu status.
Untuk mengukur status seseorang, menurut Pitirim A. Sorokin dapat dilihat
pada hal-hal sebagai berikut : 1) jabatan atau pekerjaan; 2) pendidikan dan
luasnya ilmu pengetahuan; 3) kekayaan; 4) politis; 5) keturunan; dan 6)
agama.
Status pada dasarnya dibedakan atas status yang bersifat objektif dan
subjektif. Status yang bersifat objektif disertai dengan hak dan kewajiban
yang terlepas dari individu. Sementara itu, status yang bersifat subjektif
adalah status yang menunjukkan hasil dari penilaian orang lain di mana
sumber status yang berhubungan dengan penilaian orang lain tidak selamanya
konsisten untuk seseorang. Dalam masyarakat sering kali kedudukan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu ascribed status dan achieved status.
1) Ascribed status adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memerhatikan perbedaan seseorang karena kedudukan tersebut
diperoleh berkat kelahiran. Dengan kata lain, status yang diperoleh
dengan sendirinya atau status yang diperoleh tanpa inisiatif sendiri.
Status ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
55
a) Kelahiran
Pada umumnya ascribed status berdasarkan kelahiran ini terdapat
pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang tertutup.
Misalnya, pada masyarakat feodal, masyarakat kasta, dan
masyarakat diskriminasi sosial. Misalnya, kedudukan seorang
anak raja adalah bangsawan juga.
b) Jenis kelamin
berdasarkan jenis kelamin dalam masyarakat terdiri atas laki-laki
dan perempuan.
c) Umur atau usia; Menurut umur, status dibedakan atas muda,
sedang, dan tua.
d) Anggota keluarga; Status dalam keluarga terdiri atas ayah, ibu,
dan anak.
2) Achieved status adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan
usaha sendiri. Kedudukan ini misalnya setiap orang dapat menjadi
hakim, dokter, jika memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu seperti
telah menempuh pendidikan kehakiman dan kedokteran.
Ascribed status dan achieved status membedakannya dilihat pada cara
memperoleh status tersebut. Selain ascribed status dan achieved
status ada lagi status dalam masyarakat, yaitu assigned status.
Assigned status adalah status atau kedudukan yang diberikan atau
dianugerahkan. Assigned status mempunyai hubungan yang erat
dengan achieved status. Contohnya pemberian gelar kebangsawanan
kepada tokoh yang dianggap berjasa terhadap masyarakat.
b. Peranan (Role)
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya
maka dia berarti telah menjalankan suatu peran. Peran dan kedudukan tidak
dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling tergantung. Tidak
ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran. Seseorang dalam
masyarakat bisa memiliki lebih dari satu peran dari pola pergaulan hidupnya.
Suatu peran paling sedikit mencakup tiga hal, yaitu: 1) peran meliputi norma-
norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
56
masyarakat; 2) peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat; dan 3) peran dapat dikatakan sebagai
perilaku individu yang penting bagi struktur sosial dalam masyarakat.
Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang. Selain itu,
peran dapat memperkirakan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu
sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang
lain. Peran dapat berarti sebagai perangkat harapan yang dikenakan pada
individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Berdasarkan
pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Harapan-harapan masyarakat terhadap pemegang peran. Hal ini
merupakan kewajiban bagi pemegang peran (role expection).
2) Harapan-harapan yang dimiliki pemegang peran terhadap masyarakatnya.
Hal ini merupakan hak yang harus diterima pemegang peran.
Peran seseorang dalam masyarakat bisa berubah-ubah tergantung subjek
yang dihadapinya. Seiring dengan adanya konflik antar peran, maka ada juga
konflik peran. Untuk itu, pemisahan antara individu dengan peran yang
sesungguhnya harus dilaksanakan (role distance). Role distance terjadi
apabila individu merasakan dirinya tertekan karena dirinya merasa tidak
sesuai untuk melaksanakan peran yang diberikan masyarakat kepadanya.
Dengan demikian, ia tidak dapat melaksanakan perannya dengan sempurna
atau bahkan menyembunyikan diri. Peran dapat membimbing seseorang
dalam berperilaku. Adapun fungsi peran adalah sebagai berikut : 1) memberi
arah pada proses sosialisasi; 2) pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai,
norma-norma dan pengetahuan; 3) dapat mempersatukan kelompok atau
masyarakat; 4) menghidupkan sistem pengendali dan kontrol sehingga dapat
melestarikan kehidupan mereka. Berdasarkan cara memperolehnya, peran
dibagi menjadi dua.
1. Peran bawaan (ascribed role), yaitu peranan yang diperoleh secara
otomatis bukan karena usaha, peran sebagai nenek dan anak.
2. Peran pilihan (achieves), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar
keputusannya sendiri, misalnya seseorang yang memutuskan diri untuk
menjadi seorang akuntan maka dia harus kuliah di fakultas ekonomi.