Post on 04-Mar-2019
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketimpangan distribusi pendapatan di sebuah negara tidak terlepas
dari strategi pembangunan yang diterapkan. Pada tahun enam
puluhan, pembangunan ekonomi dengan strategi pertumbuhan banyak
diterapkan oleh negara-negara berkembang tak terkecuali Indonesia.
Perencanaan ekonomi di awal masa orde baru sangat percaya adanya
trickle down effect (efek menetes ke bawah) sehingga strategi
pembangunan dilaksanakan dengan mengutamakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi sebagai jalan untuk mengatasi berbagai masalah
sosial dan politik,akan tetapi efek menetes ke bawah yang diharapkan
tidak berjalan sempurna. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai masih
ada indikasi adanya ketimpangan distribusi pendapatan. Disparitas
pendapatan yang mencerminkan ketimpangan pembagian hasil
pembangunan dalam suatu wilayah akan dilihat dari pengeluaran
penduduk (pendapatan) dan dari kewilayahan baik regional maupun
sektoral.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 2
Strategi pembangunan tidak tepat sasaran,dan hasilnya hanya
dinikmati oleh kelompok tertentu saja. Oleh karena itu untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai upaya
pemerataan dalam distribusi pendapatan perlu terus dilakukan secara
konsisten dan berkelanjutan.
Di era reformasi ini arah pembangunan telah bergeser dari sentralisasi
ke desentralisasi pemerintahan atau otonomi daerah. Dengan kata lain
pemerintah pusat tidak lagi mengurusi program-program yang
berhubungan langsung dengan masyarakat (service delivery), sehingga
pembangunan daerah bisa lebih efisien dan responsif terhadap
kebutuhan, potensi maupun karakteristik masing-masing daerah.
Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah melalui pembangunan yang
serasi dan terpadu menuju tercapainya kemandirian daerah dan
kemajuan yang merata di wilayah tersebut.
Hingga saat ini bagaimana kecenderungan distribusi pendapatan yang
terjadi ?
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 3
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari disusunnya buku ini adalah untuk melihat bagaimana
keadaan disparitas pendapatan di Kabupaten Kudus dan daerah
sekitarnya untuk kurun waktu beberapa tahun terakhir. Adapun tujuan
disusunnya buku ini adalah:
1. Menghitung derajat disparitas pendapatan regional Kabupaten
Kudus dan sekitarnya.
2. Menghitung disparitas pendapatan penduduk Kabupaten Kudus
dan Kabupaten sekitarnya.
C. Sistematika Penulisan
Bab I, berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, maksud
& tujuan serta sistematika penulisan
Bab II, berisi landasan teori dan metodologi yang terdiri dari
landasan teori, serta metodologi.
Bab III, berisi gambaran umum permasalahan
Bab IV, berisi analisis disparitas pendapatan Kabupaten Kudus
ditinjau dari sisi regional dan pengeluaran penduduk.
Bab V, berisi penutup
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 4
BAB II
LANDASAN TEORI DAN METODOLOGI
A. Landasan Teori
Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara dan
tolok ukur, baik pendekatan ekonomi maupun non ekonomi. Penilaian
dengan pendekatan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan
aspek pendapatan dan non pendapatan.Berdasarkan aspek
pendapatan, perekonomian biasa diukur dengan tolok ukur
pendapatan perkapita.Namun tolok ukur pendapatan perkapita belum
cukup untuk menilai prestasi pembangunan.Pendapatan perkapita
tidak mencerminkan bagaimana pendapatan nasional/regional
disebuah Negara/region/wilayah terbagi dikalangan penduduknya
karena merupakan konsep rata-rata, sehingga unsur kemerataan atau
keadilan tidak terpantau1.
Analisis tentang pembangunan ekonomi daerah lebih banyak
mengungkapkan tentang sifat-sifat ekonomiterutamamasalah potensi
ekonomidanproses pertumbuhan ekonomi ditinjau dari sudut
1Dumairy, Perekonomian Indonesia, cetakan pertama (Jakarta: Erlangga 1996)
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 5
lokasinya.Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa pada
suatu daerah yang terbagi dalam sub wilayah terjadi
ketidakseimbangan dalam kegiatan ekonominya. Berbagai daerah dan
sub wilayah mempunyai keadaan yang berbeda-beda dilihat dari segi
perkembangan pembangunan, ada daerah yang relatif maju dan ada
pula daerah yang mengalami pertumbuhan stagnan. Salah satu faktor
dasar dalam perbedaan ini adalah struktur perekonomian dari daerah
yang bersangkutan. (Glasson, dalam laporan penelitian Drs. Sunoto,
1999)
Distribusi pendapatan suatu daerah dapat menentukan bagaimana
pendapatan yang tinggi mampu menciptakan perubahan-perubahan
dan perbaikan-perbaikan dalam masyarakat seperti mengurangi
kemiskinan, pengangguran dan kesulitan-kesulitan lain dalam
masyarakat.Distribusi pendapatan yang tidak merata tidak akan
menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum, tetapi hanya
akan menciptakan kemakmuran bagi sebagian masyarakat golongan
tertentu.
Beberapa konsep serta definisi lainnya yang digunakan dalam publikasi
ini antara lain,
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 6
Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya
tinggal bersama serta makan dari satu dapur dalam pengertian bahwa
kebutuhan sehari-hari diurus bersama-sama menjadi satu.
Penduduk/Anggota rumah tangga adalah orang yang biasanya tinggal
di suatu rumah tangga, baik yang berada di dalam rumah tangga waktu
pencacahan maupun sementara tidak ada di rumah.Yang bepergian
walaupun kurang dari enam bulan tetapi dengan tujuan pindah/
meninggalkan rumah enam bulan atau lebih, tidak termasuk anggota
rumah tangga.Orang yang telah tinggal di rumah tangga enam bulan
atau lebih atau yang telah tinggal di dalam rumah tangga kurang dari
enam bulan tetapi berniat tinggal disitu dianggap sebagai anggota
rumah tangga/ penduduk.
Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah rata-rata biaya yang
dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi rumah tangga.Konsumsi
rumah tangga dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konsumsi
makanan dan bukan makanan (perumahan, aneka barang dan jasa,
pendidikan, kesehatan, pakaian, barang tahan lama, pajak dan
asuransi,dan keperluan untuk pesta dan upacara). Konsumsi tersebut
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 7
tanpa memperhatikan asal barang (membeli atau hasil sendiri atau
pemberian) dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah
tangga saja, tidak termasuk konsumsi/ pengeluaran untuk keperluan
usaha rumah tangga atau diberikan kepada pihak lain.
Pendapatan adalah penerimaan berupa uang maupun barang yang
diterima atau dihasilkan. Namun disadari, bahwa informasi pendapatan
ini tidak seperti yang diharapkan, dimana banyak responden cenderung
memberikan informasi pendapatan yang tidak sebenarnya.Oleh sebab
itu, data pendapatan sendiri diproksi dengan data pengeluaran dengan
asumsi bahwa pengeluaran masyarakat merupakan gambaran dari
pendapatan mereka.
Pendapatan Domestik Regional Bruto merupakan penjumlahan nilai
output bersih (barang dan jasa akhir) yang ditimbulkan oleh seluruh
kegiatan ekonomi disuatu wilayah tertentu (kabupaten/kota). Kegiatan
ekonomi yang dimaksud adalah mulai dari pertanian, pertambangan,
industri pengolahan, sampai dengan jasa-jasa. Dalam penghitungannya,
untuk menghindari hitung ganda, nilai output bersih diberi nama
secara spesifik, yaitu nilai tambah (value added).
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 8
Nilai Tambah Bruto merupakan nilai yang ditambahkan dalam proses
produksi, yang dalam praktek penghitungannya diperoleh dengan cara
mengurangkan output dengan biaya antara. Karena itu nilai tambah
sama dengan selisih dari output dengan biaya antara.
Output adalah seluruh nilai barang/jasa dalam proses produksi selama
satu tahun. Secara teknis penghitungan, output ini adalah jumlah
produksi dikalikan dengan harga atau tarip jual dari produsen barang
atau jasa tersebut, dimana harganya dinilai berdasarkan harga
produsen.
Input antara merupakan nilai seluruh barang dan jasa tersebut. Input
antara juga diartikan sebagai biaya antara.
Harga Berlaku (current price) adalah harga yang terjadi pada tahun
yang bersangkutan. Pada dasarnya output merupakan perkalian harga
dengan kuantitas, maka yang dimaksud dengan harga berlaku adalah
kuantitas tahun tertentu dikalikan dengan harga tahun saat barang
atau jasa itu diproduksi. Karena itu, penyajian PDRB atas dasar harga
berlakumerupakan PDRB yang dihitung berdasarkan harga yang
berlaku pada waktu yang bersangkutan.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 9
Harga Konstan (constant price), kelemahan penyajian PDRB dalam
harga berlaku adalah nilai yang diperoleh masih mengandung
perubahan harga barang/jasa pada setiap waktunya.Oleh karena itu
untuk mengetahui pertumbuhan (perubahan) kegiatan ekonomi secara
riil (bukan karena perubahan harga), diperlukan nilai yang sudah
terbebas dari pengaruh harga.Nilai PDRB demikian disebut PDRB atas
dasar harga konstan.Jadi PDRB atas dasar harga konstan adalah PDRB
yang dihitung berdasarkan harga pada waktu tertentu (tahun dasar),
dimana saat ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000.
PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata PDRB yang diterima
oleh setiap penduduk. PDRB perkapitadiperoleh dengan cara membagi
nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
B. Metodologi
Pendapatan nasional ataupun regional dapat diumpamakan sebagai
kue nasional atau regional.Manakala kue ini dibagikan secara merata
kepada seluruh penduduk di wilayah tersebut, maka dikatakan
distribusi pendapatannya merata.Sebaliknya jika pembagian kue
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 10
tersebut tidak merata (ada yang kecil, ada yang sedang dan ada yang
besar) maka dikatakan ada ketimpangan dalam distribusi pendapatan.
Masalah ketimpangan dalam distribusi pendapatan dapat ditinjau dari
tiga aspek, yaitu :
a. Distribusi pendapatan antar golongan pendapatan (size distribution
of income) atau ketimpangan relatif.
b. Distribusi pendapatan antara daerah perkotaan dan pedesaan
(Urban-rural Income Disparities). Menurut Gupta dari World Bank,
pola pembangunan Indonesia memperlihatkan suatu urban bias,
yaitu pembangunan yang berorientasi ke daerah perkotaan,
dengan tekanan yang berat pada sektor industri yang terorganisir,
yang merupakan sebab terjadinya ketimpangan distribusi
pendapatan yang lebih parahlagi dikemudian hari.
c. Distribusi pendapatan antar daerah (regional income disparities),
ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antar daerah serta
penyebaran sumber daya alam yang tidak merata menjadi
penyebab tidak meratanya distribusi pendapatan.
Untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan tersebut telah
muncul beberapa teori maupun ukuran yang digunakan, antara lain :
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 11
1. Indeks Williamson
Perhitungan disparitas dapat dilakukan dengan pendekatan
wilayah dan rumahtangga. Dalam pendekatan wilayah, sumber
data yang digunakan adalah PDRB perkapita. Dengan menggunakan
formula yang dikembangkan oleh Willamsons yaitu indeks
williamsons yang menggambarkan tendensi pemerataan
pembangunan antar wilayah dalam suatu kawasan regional.
Perhitungan indeks williamsons ini merupakan koefisien variasi
yang diberi penimbang proporsi jumlah penduduk masing-masing
wilayah /daerah terhadap jumlah penduduk seluruh wilayah.
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut2 :
𝐼𝑤 = 𝑦𝑖 − 𝑦 2𝑝𝑖
𝑦
Dimana :
Yi =PDRB perkapita di Kecamatan ke – i
Y =PDRB perkapita rata-rata Kecamatan di suatu wilayah
Pi =persentase penduduk Kecamatan ke-i
0 ≤ Iw ≤ 1
2Syafrizal, ‘Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia’. Prisma No.7
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 12
Kriteria pengukuran adalah jika nilai Iw mendekati 1, menunjukkan
tingkat disparitas pendapatan regional yang semakin besar,
sebaliknya jika nilai Iw mendekati nol, menunjukkan kemerataan
antar region/wilayah yang membaik.
2. Gini Ratio
Disparitas pendapatan penduduk dapat dihitung dengan
menggunakan koefisien Gini atau Gini Ratio yang melihat adanya
hubungan antara jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh
keluarga atau individu dengan total pendapatan.Ukuran gini ratio
sebagai ukuran pemerataan pendapatan mempunyai selang nilai
antar 0 sampai dengan 1.Bila Gini Ratio mendekati nol
menunjukkan adanya ketimpangan rendah dan bila Gini Ratio
mendekati satu menunjukkan ketimpangan yang tinggi.Rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai Gini Ratio adalah :
𝐺 = 1− 𝑃𝑖(𝑄𝑖 + 𝑄𝑖−1)
10000
𝑘
𝑖=1
Dimana :
G= Gini Ratio
Pi=Persentaserumah tangga pada kelas pendapatan ke-i
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 13
Qi=Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke i
Qi-1=Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke i-1
K=Banyaknya kelas pendapatan
Penelitian mengenai keadaan disparitas pendapatan penduduk
lebih banyak menggunakan Gini Ratio dengan pendekatan kurva
lorenz. Kurva lorenz digambarkan dengan suatu bidang segi empat
sama sisi, menunjukkan hubungan kumulatif penduduk yang
melakukan pengeluaran (sebagai sumbu horisontal) dan kumulatif
dari besarnya pengeluaran (sebagai sumbu vertikal). Garis OB
menunjukkan tempat kedudukan titik-titik pengeluaran kumulatif
adalah benar-benar sama dengan jumlah penduduk yang
mengeluarkannya. Secara grafik gini ratio dibentuk oleh rasio dari
luas yang terletak antara diagonal OB (garis pemerataansempurna)
dengan kurva lorenz (yang dinyatakan dalam D) terhadap segitiga
OAB.
Apabila terjadi pemerataan sempurna maka kurva lorenz akan
berhimpit dengan diagonal OB (berarti gini ratio sama dengan nol).
Bila nilai gini ratio sama dengan nol menandakan kemerataan yang
sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama). Sedangkan
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 14
apabila luas kurva Lorenz sama dengan segitiga yang terbentuk
oleh garis diagonal dan horisontal maka terjadi ketidakmerataan
sempurna (gini ratio sama dengan satu). Dengan kata lain, satu
orang (satu kelompok pendapatan) di suatu daerah menikmati
semua pendapatan daerah tersebut. Oleh karena itu disparitas
penduduk semakin lebar jika bentuk kurva lorenz semakin
cembung.
Kurva Lorenz
3. Kriteria Bank Dunia
Dalam mengukur pemerataan pendapatan, bank dunia membagi
penduduk atas tiga kelompok yaitu, kelompok 40 persen penduduk
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 15
berpendapatan rendah, kelompok 40 persen penduduk
berpendapatan menengah dan kelompok 20 persen penduduk
berpendapatan tinggi. Tingkat ketimpangan pembagian
pendapatan diukur dengan besarnya bagian pendapatan yang
dinikmati oleh 40 persen penduduk berpenghasilan rendah dengan
ketentuan :
a. Tingkat ketimpangan digolongkan tinggi , apabila penduduk
kelompok rendah menerima lebih kecil dari 12 persen jumlah
pendapatan.
b. Tingkat ketimpangan digolongkan sedang, apabila penduduk
kelompok rendah menerima antara 12-17 persen jumlah
pendapatan.
c. Tingkat ketimpangan digolongkan rendah, apabila penduduk
kelompok rendah menerima lebih dari 17 persen jumlah
pendapatan.
Pada prinsipnya Kriteria Bank Dunia membagi penduduk ke dalam
3 (tiga) kelompokpendapatan yaitu 40 persen kelompok penduduk
berpendapatan rendah, 40 persen kelompok penduduk
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 16
berpendapatan sedang dan 20 persen kelompok penduduk
berpendapatan tinggi.
Pengelompokkan seperti ini sama dengan menggunakan cara desil
(decile) yaitu 40 persen pertama sama dengan decile ke-4; 40
persen kedua sama dengan decile ke-8 dan 20 persen terakhir
adalah decile ke-10.
Dalam menentukan besarnya decile ke-i digunakan rumus :
𝐷𝑖 = 𝑄𝑏 + 𝑛𝑖 − 𝑃𝑖
𝑃𝑎 − 𝑃𝑏 𝑄𝑎 − 𝑄𝑏
Dimana :
i = 1,2,3,…,10
ni = Persentase ke-i
Di = Decile ke-i
Qb = Persen kumulatif dari kelas pendapatan sebelum Di
Qa = Persen kumulatif dari kelas pendapatan sesudah Di
Pa = Persen kumulatif dari jumlah penduduk sebelum Di
Pb = Persen kumulatif dari jumlah penduduk sesudah Di
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 17
BAB III
GAMBARAN UMUM
Dengan dukungan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan
pengendalian pembangunan yang baik pula, maka Jawa Tengah pada tahun
anggaran 2011 mentargetkan pertumbuhan ekonomi 6 persen.Hal ini dapat
dilihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Tahun 2010 pertumbuhan 5,84 persen dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi 6,03 persen.Dalam kurun waktu2009–2011perkembangan
perekonomian di Jawa Tengah cenderung ke arah yang lebih baik, hal ini
ditunjukkan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang diukur berdasarkan
kenaikan PDRB atas dasar konstan 2000 selalu menunjukkan angka yang
positif.
Kabupaten Kudus yang terletak di wilayah pantai utara Jawa Tengah bagian
timur (pantura timur) adalah merupakan wilayah dataran rendah dengan
jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 769.904 orang dan terdiri dari
382.021 laki-laki dan 387.883 perempuan.Kabupaten Kudus mempunyai
potensi yang cukup besar dalam pengembangan kegiatan industri
pengolahan.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 18
Berdasarkan tabel A, dapat diketahui bahwa, secara umum kinerja
perekonomian Kabupaten Kudus selama periode 2007-2011 menunjukkan
kemajuan yang menggembirakan dimana pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kudus pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan lebih tinggi
dibanding Tahun 2010, yaitu 4,21 persen untuk tahun 2010 dan 4,33 untuk
tahun 2011.PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Kudus tahun 2011
terhitung sebesar 33.848.973,32 juta rupiah atau tumbuh sebesar 7,57
persen. Angka tersebut menggambarkan besarnya nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung dengan harga di tahun 2011. Sedangkan untuk PDRB
atas dasar harga konstan sebesar 13.184.051,12 juta rupiah, dengan laju
pertumbuhan sebesar 4,21 persen.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2007–2011), rata-rata PDRB yang
diperoleh penduduk Kabupaten Kudus sebesar 29.099.786,42 juta rupiah,
dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 9,46 persen atas dasar harga
berlaku. Sedangkan apabila dilihat atas dasar harga konstan tahun 2000
sebesar 12.181.359,45 juta rupiah dengan rata-rata pertumbuhan 3,91
persen.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 19
Tabel A. Perkembangan PDRB Kabupaten Kudus Tahun 2007-2011
Tahun
Harga Berlaku Harga Konstan 2000
Nilai (Juta Rp.)
r Nilai
(Juta Rp.) R
(1) (2) (3) (4) (5)
2007
2008
2009
2010*
2011**
24.013.253,71
27.245.392,30
28.946.886,48
31.463.364,03
33.830.036,69
11,36
13,46
6,25
8,69
7,52
11.243.359,38
11.683.819,73
12.144.952,38
12.651.068,82
13.183.606,91
3,33
3,92
3,95
4,17
4,21
Rata-rata 29.099.786,42 9,46 12.181.359,45 3,91
Keterangan r *) **)
Pertumbuhan Angka Sementara Angka Sangat Sementara
Banyaknya penduduk Kudus yang lebih memilih bekerja di sektor industri
dari pada sektor pertanian dapat dimaklumi, karena upah buruh industri
lebih tinggi dari upah buruh pertanian dengan resiko dan beban kerja yang
lebih kecil. Hal tersebut merupakan salah satu faktor mengapa sektor
pertanian di Kudus tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga
perlu solusi secara makro untuk dapat mengembalikan citra pertanian di
Kudus baik dari segi produksi maupun sisi ekonomis tenaga kerjanya.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 20
Sampai saat ini, Alokasi PDRB di tingkat Kecamatan masih terjadi bias
antara kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kudus. Ini sangat berpengaruh
terhadap tingkat/derajat kehidupan penduduknya. Tiga kecamatan
pemberikontribusi PDRB terbesar adalah Kecamatan Kaliwungu (13persen
untuk PDRB harga berlaku dan 13 persen PDRB harga konstan), Kecamatan
Kota Kudus(37 persen harga berlaku dan 37 persen harga konstan) serta
Kecamatan Jati (17 persen harga berlaku maupun harga konstan). Ketiga
Kecamatan tersebut berkarakteristik sebagai daerah perkotaan dengan
sektor industri dan perdagangan sebagai sektor andalan, sedangkan sektor
Pertanian nilai tambahnya rendah.
Klwg13%
Kota Kds37%Jati
17%
Undaan2%
Mjb3%
Jkl8%
Bae5%
Gbg12%
Dawe3%
Gambar 2. Distribusi PDRB Kecamatan adh Berlaku
di Kabupaten Kudus Tahun 2011
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 21
Sebaliknya dengan Kecamatan Undaan, Mejobo dan Dawe. Ketiga
kecamatan ini merupakan kecamatan dengan kontribusi PDRB terendah
yaitu berada pada kisaran 3 persen sampai 4 persen baik harga berlaku
maupun harga konstan. Dengan keadaan yang demikian sangat menarik
untuk dilihat bagaimana disparitas pendapatan daerah dan pendapatan
penduduknya.
Pendapatan perkapita suatu wilayah yang direfleksikan dengan PDRB
perkapita menjadi salah satu indikator atau tolok ukur kemakmuran dan
Klwg13%
Kota Kds37%
Jati17%
Undaan2%
Mjb3%
Jkl8%
Bae5%
Gbg12%
Dawe3%
Gambar 3. Distribusi PDRB Kecamatan adh Konstan 2000
di Kabupaten Kudus Tahun 2011
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 22
tingkat pembangunan suatu region. Semakin besar pendapatan
perkapitanya maka akan semakin makmur wilayah tersebut.
Pendapatan regional pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan
masyarakat suatu daerah. Tinggi rendahnya pendapatan regionalakan
mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita daerah tersebut.
Akan tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk pun akan mempengaruhi
jumlah pendapatan per kapita suatu daerah.
Tabel B. PDRB Perkapita menurut Kecamatan
di Kabupaten Kudus Tahun 2011 (Rupiah)
Kecamatan Harga Berlaku Harga Konstan th.2000
(1) (2) (3)
1. Kaliwungu
2. Kota Kudus
3. Jati
4. Undaan
5. Mejobo
6. Jekulo
7. Bae
8. Gebog
9. Dawe
50 229993,18
136 306607,99
57 398798,24
11 401625,00
13 658689,63
26 341298,89
26 795487,90
44 13480,60
11 478 993,94
19 549 817,26
52 704 781,43
22 505 404,92
4 613 459,77
5 365 612,73
10 256 111,06
10 463 830,15
17 173 285,69
4 621 057,25
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 23
Di wilayah Kabupaten Kudus yang terbagi dalam 9 kecamatan masing-
masing mempunyai potensi wilayah, jumlah penduduk yang sangat
berpengaruh terhadap besaran pendapatan perkapita maupun PDRB
Perkapita, seperti halnya Kecamatan Kota Kudus dengan PDRB perkapita
tertinggi mempunyai potensi industri dan perdagangan yang besar akan
tetapi jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, berbeda dengan
Kecamatan Dawe yang memiliki potensi dominan pada sektor pertanian
dan jumlah penduduk yang besar sehingga PDRB perkapitanya yang terkecil
di wilayah Kabupaten Kudus.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 24
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Analisis Disparitas Pendapatan Regional
Nilai Indeks Williamson mengindikasikan disparitas / kesenjangan distribusi
pendapatan wilayah. Jika nilai Indeks Williamson mendekatinol, maka
tingkat kesenjangan distribusi pendapatan semakin kecil (semakin merata).
Sebaliknya, jika nilai indeks williamson semakin jauh dari nol maka
kesenjangan semakin melebar.
Tabel C. Disparitas Pendapatan Regional
di Kabupaten Kudus Tahun 2010-2011
Tahun Indeks Williamson
Berlaku Konstan
(1) (2) (3)
2010
2011
0,9119
0,9154
0,9018
0,9058
Rata-rata 0,9136 0,9038
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 25
Berdasarkan hasil penghitungan dan tersaji pada tabel C di atas, memberi
gambaran bahwa tahun 2010 hingga tahun 2011 distribusi pendapatan
wilayah Kecamatan di Kabupaten Kudus belum merata. Hal ini ditunjukkan
dengan dengan nilai indeks williamson yang jauh dari nol (0), dengan nilai
indekswilliamsons tahun 2010 sebesar 0,9119kesenjangan semakin
melebar dan pada tahun 2011, indeks wiliamsons menjadi sebesar
0,9154(atas dasar harga berlaku). Begitu pula dengan angka indeks
Williamson berdasarkan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar
0,9018 untuk tahun 2010 dan 0,9058 pada tahun 2011.
Secara keseluruhan Indeks Williamson Kabupaten Kudus masih
menunjukkan angka yang tinggi (mendekati 1), hal ini mengindikasikan
pendapatan daerah antar Kecamatan di Kabupaten Kudus masih terjadi
kesenjangan yang cukup besar. Keadaan ini disebabkan karena kondisi
perekonomian di tingkat Kecamatan di Kabupaten Kudussangat berbeda.
Ada yang merupakan daerah dengan lapangan usaha Industri dan
perdagangan yang cukup maju seperti Kecamatan Kaliwungu, Kota Kudus
dan Jati, sedangkan untuk Kecamatan Bae, Jekulo dan Gebog adalah
merupakan daerah kombinasi antara aktivitas ekonomi lapangan usaha
pertanian dan lapangan usaha industri, lain halnya untuk Kecamatan
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 26
Undaan, Mejobo dan Dawe didominasi oleh lapangan usaha pertanian
dengan pendapatan yang relatif rendah, dengan demikian akibat dari
keberagaman sumber daya ekonomi menjadikan kesenjangan pendapatan
wilayah yang terjadi cukup besar.
Sebagai pembanding antara Kabupaten Kudus dan Kabupaten di sekitar
eks Karesidenan Pati dapat dilihat pada Tabel D, Tabel E dan Tabel F,
disparitas pendapatan antar kecamatan di Kabupaten yang lain yaitu
Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora untuk
periode penghitungan lima tahun yaitu antara tahun 2007sampai2011.
Pada tabel D dibawah ini terlihat bahwa, disparitas pendapatan di
Kabupaten Jepara Lebih baik bila dibandingkan dengan disparitas
pendapatan di Kabupaten Kudus, karena Indeks Williamsons yang
diperoleh Kabupaten Jepara besarannyalebih dari 0,5 tetapi jauh lebih
rendah dari Indeks Williamson yang diperoleh untuk Kabupaten Kudus.
Rata-rata Indeks Williamsons Kabupaten Jepara untuk harga berlaku
sebesar 0,5611, sedangkan untuk harga konstan yaitu sebesar 0,5493.
Indeks Williamsons yang diperoleh Kabupaten Jepara, menunjukkan tingkat
disparitas yang rendah dalam arti gap pendapatan antara penghasil barang
& jasa (produsen besar) dan produsen kecil hampir setara. Namun
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 27
demikian indeks williamson menunjukkan angka yang semakin besar, hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan suatu wilayah akan
memperlebar pula disparitas pendapatannya.
Tabel D. Disparitas Pendapatan Regional
di Kabupaten Jepara Tahun 2007–2011
Tahun Indeks Williamson
Berlaku Konstan
(1) (2) (3)
2007
2008
2009
2010
2011
0,5113
0,6318
0,5653
0,5474
0,5469
0,4826
0,6194
0,5528
0,5417
0,5502
Rata-rata 0,5611 0,5493
Berdasarkan tabel E dibawah ini, disparitas pendapatan di Kabupaten
Rembang jauh Lebih baik bila dibandingkan dengan indeks Williamsons
Kabupaten Kudus, karena Indeks Williamsons yang diperoleh mendekati
nol, dan sangat jauh lebih rendah dari Indeks Williamson yang diperoleh
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 28
untuk Kabupaten Kudus. Rata-rata Indeks Williamsons Kabupaten
Rembang untuk harga berlaku sebesar 0,1976, sedangkan untuk harga
konstan yaitu sebesar 0,2720.
Tabel E. Disparitas Pendapatan Regional
di Kabupaten Rembang Tahun 2007–2011
Tahun Indeks Williamson
Berlaku Konstan
(1) (2) (3)
2007
2008
2009
2010
2011
0,1903
0,2071
0,2076
0,2112
0,1934
0,2976
0,2666
0,2676
0,2662
0,2620
Rata-rata 0,1976 0,2720
Keadaan disparitas pendapatan di Kabupaten Rembang yang cukup rendah
dapat dimengerti karena homogenitas aktivitas ekonomi yang dilakukan
penduduk Kabupaten Rembang didominasi oleh Lapangan usaha Pertanian
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 29
yang notabene hampir merata disemua Kecamatan yang ada di Kabupaten
Rembang.
Tabel F. Disparitas Pendapatan Regional
di Kabupaten Blora Tahun 2007–2011
Tahun Indeks Williamson
Berlaku Konstan
(1) (2) (3)
2007
2008
2009
2010
2011
0,3712
0,3572
0,3667
0,3869
0,2258
0,2670
0,2637
0,2975
0,2630
0,2095
Rata-rata 0,3416 0,2541
Begitu pula halnya dengan Kabupaten Blora, pada tabel F diatas bahwa
disparitas pendapatan di Kabupaten Blora Lebih baik lagi dengan indeks
williamsons mendekati nol. Dimana besaran indeks williamson dalam kurun
5 tahun terakhir diperoleh angka 0,3416 untuk harga berlaku dan 0,2541
untuk harga konstan tahun 2000. Namun demikian apabila diamati lebih
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 30
teliti, dari tahun ke tahun angka Indeks Williamsons bukannya mendekati
nol, tapi semakin menjauhi nol. Hal ini perlu mendapat perhatian dari
pemerintah daerah untuk memperhatikan perencanaan tata ruang lokasi
kegiatan ekonomi khususnya di Kabupaten Blora.
B. Analisis Disparitas Pendapatan Penduduk
Disparitas Pendapatan penduduk yang dianalisis dengan penghitungan Gini
Ratio, menunjukkan besarnya ketimpangan pendapatan yang diperoleh
penduduk suatu wilayah yang di proksi dengan pengeluaran/konsumsi
penduduk untuk kebutuhan barang dan jasa.
Dari hasil penghitungan yang ditampilkan pada tabel G di bawah, tercatat
selama kurun waktu lima tahun diperoleh rata-rata gini ratio sebesar
0,2582dimana tingkat angka gini ratio mencapai besaran tertinggi yaitu
0,3482 terjadi pada tahun 2011, dengan kata lain berfluktuasi dari tahun ke
tahun. Gambaran ini mencerminkan bahwa pendapatan yang diterima
masyarakat yang berasal dari berbagai kelompok pendapatan terjadi sedikit
perubahan atau pergeseran kearah bertambahnya kesenjangan konsumsi
masyarakat.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 31
Tabel G. Disparitas Pendapatan Penduduk
di Kabupaten Kudus Tahun 2007–2011
Tahun Gini Ratio
(1) (2)
2007
2008
2009
2010
2011
0,2386
0,2218
0,2492
0,2434
0,3482
Rata-rata 0,2582
Meskipun tingkat ketimpangan pendapatan penduduk masih tergolong
rendah, namun ada kecenderungan disparitas pendapatan penduduk
melebar.Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan pendapatan yang
nyata pada kelompok masyarakat tertentu, dimana kelompok pendapatan
tinggi semakin tinggi pula tingkat pendapatannya sedangkan kelompok
pendapatan rendah maka semakin sulit dalam pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Dengan kurva lorenz dapat dilihat kelompok masyarakat mana
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 32
yang menikmati pendapatan yang lebih besar dan kelompok masyarakat
mana yang hanya menikmati secuil pendapatan.
Sebagai pembanding disajikan pula angka disparitas pendapatan di wilayah
Karesidenan Pati yang terdiri dari 5 (lima) Kabupaten untuk kurun waktu 3
tahun yaitu mulai tahun 2009 sampai tahun 2011. Berdasarkan data yang
diperoleh, maka diperoleh hasil penghitungan gini ratio yang tersaji pada
tabel H dibawah
Tabel H. Angka Gini Ratio
diEks Karesidenan Pati Tahun 2009-2011
Kabupaten 2009 2010 2011 Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Blora
2. Rembang
3. Pati
4. Kudus
5. Jepara
0,2512
0,2130
0,2639
0,2432
0,2161
0,2609
0,1950
0,2438
0,2434
0,1988
0,3341
0,2675
0,2889
0,3482
0,3215
0,2820
0,2252
0,2655
0,2783
0,2455
Rata-rata 0,2375 0,2284 0,3120 0,2593
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 33
Di wilayah karesidenan Pati yang terdiri dari 5 (lima) Kabupaten, rata-rata
angka gini ratio yang diperoleh selama kurun waktu 3 tahun adalah sebesar
0,2593 sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan angka gini ratio
pada periode tahun 2010. Dengan rata-rata angka gini ratio terbesar terjadi
di Kabupaten Blora (0,2820), posisi kedua diduduki Kabupaten Kudus
(0,2783), posisi ketiga ditempati Kabupaten Pati (0,2655). Sedangkan
Kabupaten Jepara berada pada posisike empat dan posisi kelima adalah
Kabupaten Rembang.
C. Kriteria Bank Dunia
Ketidakmerataan pembagian pendapatan penduduk juga dapat dilihat
berdasarkan kriteria dari Bank Dunia, khususnya pada kelompok penduduk
berpendapatan rendah. Seperti halnya dengan nilai Gini Ratio, berdasarkan
kriteria Bank Dunia, tingkat pemerataan pendapatan di Kabupaten Kudus
menunjukkan hasil yang sama yaitu belum meratanya pendapatan
penduduk terutama untuk golongan penduduk berpendapatan rendah.
Dilihat dari tabel dibawah ini, disparitas pendapatan menurut versi Bank
Dunia bahwa pada tahun 2011 diperoleh besaran 20,00 persen pendapatan
dinikmati oleh 40 persen penduduk berpendapatan terendah. Angka ini
lebih dari 17 persen sehingga dapat diartikan tingkat ketimpangan
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 34
digolongkan rendah, namun dengan besaran 20,00 persen berarti bahwa
setiap persen kelompok berpendapatan rendah hanya menikmati setengah
persen dari seluruh pendapatan.Dengan demikian sama halnya dengan
penghitungan yang menggunakan gini ratio bahwa kesenjangan
pendapatan relatif rendah dengan kata lain gap antara pendapatan yang
diperoleh penduduk dapat dikatakan merata.
Tabel I. Disparitas Pendapatan Penduduk Kriteria Bank Dunia
di Kabupaten Kudus Tahun 2007-2011
Tahun
Kriteria Bank Dunia
40% I 40% II 20% III
(1) (2) (3) (4)
2007
2008
2009
2010
2011
27,66
25,84
26,83
24,97
20,00
40,34
38,99
38,91
37,77
35,55
32,00
35,17
34,26
36,26
44,45
Rata-rata 25,06 38,31 36.43
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 35
0
20
40
60
80
100
0 20 40 60 80 100
Ku
mu
lati
f P
enge
luar
an (
%)
Kumulatif Penduduk (%)
Kurva Lorenz Kabupaten KudusTahun 2011
Selama kurun waktu 5tahun (2007–2011) disparitas pendapatan penduduk
menurut kriteria bank dunia di Kabupaten Kudus diperoleh rata-rata bahwa
25,06 persen pendapatan dinikmati oleh 40 persen penduduk kelompok
bawah, 38,31 persen pendapatan dinikmati oleh 40 persen penduduk
kelompok menengah serta 36,43 persen pendapatan dinikmati oleh 20
persen kelompok penduduk kaya.
Melihat pergeseran pendapatan, terlihat dari tahun ke tahun terus terjadi
pergeseran yang fluktuatif namun ada kecenderungan adanya disparitas
pendapatan yang semakin melebar
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 36
Sebagai bahan perbandingan dengan Kabupaten di Eks Karesidenan Pati,
dibawah ini disajikan tabel disparitas pendapatan penduduk menurut
kriteria Bank Dunia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mulai tahun 2007 –
2011 dan dihitung rata-rata selama lima tahun tersebut di masing-masing
Kabupaten.
Tabel J. Disparitas Pendapatan Penduduk Kriteria Bank Dunia
di Karesidenan Pati Tahun 2007–2011
Kabupaten Tahun Kriteria Bank Dunia
40% I 40% II 20% III
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Blora
2007
2008
2009
2010
2011
24,47
22,05
25,82
25,44
21,77
37,42
34,53
37,78
37,76
34,36
38,11
43,42
36,40
36,80
43,87
Rata-rata 23,91 36,37 39,72
2. Rembang
2007
2008
2009
2010
2011
28,19
22,94
27,62
28,47
24,47
39,02
36,22
39,66
40,35
37,49
32,79
40,84
32,72
31,18
38,04
Rata-rata 26,33 38,55 35,11
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 37
3. Pati
2007
2008
2009
2010
2011
26,70
22,08
25,66
25,94
22,03
39,00
39,73
37,41
36,63
36,77
34,30
38,20
32,72
37,43
41,20
Rata-rata 24,48 37,91 36,77
4. Kudus
2007
2008
2009
2010
2011
25,84
26,83
24,97
26,64
20,00
38,99
38,91
38,77
36,65
35,55
35,17
34,26
36,26
36,71
44,45
Rata-rata 24,86 37,77 37,37
5. Jepara
2007
2008
2009
2010
2011
26,25
22,73
27,71
26,67
21,75
39,44
39,18
39,74
40,70
35,45
34,31
38,09
32,55
32,63
42,80
Rata-rata 25,02 38,90 36,08
Rata-rata seluruhnya 22,04 35,92 42,07
Menurut kriteria Bank Dunia, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir di eks
Karesidenan Pati disparitas pendapatan penduduk menurut versi bank
dunia menunjukkan tingkat ketimpangan digolongkan masih rendah karena
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 38
40 persen penduduk kelompok pendapatan rendah menerima lebih dari 17
persen jumlah pendapatan yaitu 22,04 persen dari seluruh pendapatan,
akan tetapi jika kita lihat pada 20 persen kelompok pendapatan tinggi
(kaya) mereka justru menikmati 42,07 persen dari seluruh pendapatan atau
setiap persen orang kaya menikmati lebih dari 2 persen pendapatan
penduduk.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 39
BAB V
PENUTUP
Beberapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan gambaran deskriptif
diatas adalah sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan, kesenjangan pendapatan daerah antar kecamatan
di Kabupaten Kudus masih menunjukkan angka yang tinggi (mendekati
angka 1), yaitu 0,9119 untuk tahun 2010 dan terus melebar menjadi
0,9154. Hal ini dipengaruhi adanya proses akumulasi produksi atau
aglomerasi (pemusatan) industridi wilayah tertentu dengan
berdampak pada mobilisasi sumber-sumber daya, termasuk sumber
daya alam yang dimiliki suatu wilayah. Proses kapitalisasi sektor
industri merupakan faktor pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi
wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan karakteristik
wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya
disparitas/kesenjangan pendapatan antar wilayah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa disparitas atau kesenjangan pendapatan antar
wilayah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan
suatu tahap perubahan pembangunan itu sendiri.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 40
2. Distribusi pengeluaran penduduk Kabupaten Kudus, berdasarkan gini
ratio dan Kriteria Bank Dunia tergolong Disparitas rendah, dengan kata
lain bahwa disparitas kemakmuran penduduk Kabupaten Kudus
merata. Hal ini dipengaruhi dominasi lapangan kerja yang menyerap
tenaga kerja dan ketrampilan tenaga kerja (kemampuan sumber daya
manusia). Industri rokok yang mendominasi lapangan usaha sektor
industri di Kabupaten Kudus menyerap tenaga kerja dengan
keterampilan biasa cukup penting dalam mempengaruhi tingkat
disparitas pendapatan penduduk, dengan besaran angka gini ratio
0,3482.
3. Dengan besarnya pendapatan regionalyang berasal dari sumber daya
yang ada di Kabupaten Kudus terutama sumber daya manusia dapat
memperkecil lebarnya disparitas pendapatan regional dengan tujuan
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan yang merata pada
tingkat pendapatan penduduk.
4. Di lingkungan Eks Karesidenan Pati, Kabupaten Kudus merupakan
wilayah dengan tingkat kesenjangan pendapatan wilayah paling besar,
diikuti pada urutan kedua yaitu Kabupaten Jepara, Kebupaten Blora
dan terakhir Kabupaten Rembang
5. Besaran angka gini ratio di wilayah eks Karesidenan Pati yang
ditunjukkan peringkat dari yang terbesar sampai yang terkecil,
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 41
diartikan bahwa Kabupaten Kudus merupakan Kabupaten dengan
tingkat kesenjangan pendapatan penduduk dengan tingkatkemerataan
rendah dibandingkan dengan lima kabupaten sekitar.
6. Pada tahun 2011, 40 persen kelompok penduduk berpendapatan
rendah menikmati 20 persen dari seluruh pendapatan, 40 persen
kelompok pendapatan menengah menikmati 35,55 persen dari
seluruh pendapatan dan 20 persen kelompok pendapatan tinggi
menikmati 44,45 persen dari seluruh pendapan di Kabupaten Kudus.
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 42
LAMPIRAN TABEL-TABEL
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 43
Tabel 1. PDRB adh Berlaku menurut Kecamatan
Di Kabupaten Kudus Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Kaliwungu
2. Kota
3. Jati
4. Undaan
5. Mejobo
6. Jekulo
7. Bae
8. Gebog
9. Dawe
4 239566,47
11 567974,12
5 212326,05
734920,57
881817,63
2 415392,92
1 546881,19
3 865709,35
998775,74
4 549682,09
12 447110,52
5 610158,54
789345,90
948158,92
2 591694,06
1 665634,32
4146023,17
1 082228,07
Jumlah 31 463364,04 33830035,59
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 44
Tabel 2. PDRB adh Konstan Tahun 2000 menurut Kecamatan
Di Kabupaten Kudus Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Kaliwungu
2. Kota
3. Jati
4. Undaan
5. Mejobo
6. Jekulo
7. Bae
8. Gebog
9. Dawe
1 704531,04
4 613472,55
2 104861,96
308882,93
358139,18
973282,63
620964,85
1 554128,22
412795,45
1 770763,80
4 812842,53
2 199678,28
319394,43
372470,10
1 009088,51
650442,15
1 613258,46
435668,66
Jumlah 12 651058,82 13 183606,91
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 45
Tabel 3. Penduduk pertengahan tahun menurut Kecamatan
Di Kabupaten Kudus Tahun 2010-2011
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Kaliwungu
2. Kota
3. Jati
4. Undaan
5. Mejobo
6. Jekulo
7. Bae
8. Gebog
9. Dawe
89 893
91 506
96 755
68 734
68 763
97 498
93 731
97 131
94 136
90 577
91 317
97 740
69 231
69 418
98 389
62 161
93 940
94 279
Kudus 762 147 767 052
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 46
Tabel 4. PDRB Perkapita adh Berlaku menurut Kecamatan
Di Kabupaten Kudus Tahun 2009-2010 (Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
10. Kaliwungu
11. Kota
12. Jati
13. Undaan
14. Mejobo
15. Jekulo
16. Bae
17. Gebog
18. Dawe
47 162 364,94
126 417 656,94
53 871 387,05
10 692 242,09
12 824 013,34
24 773 768,88
25 058 417,83
41 508 298,57
10 609 923,29
50 229 993,18
136 306 607,99
57 398 798,24
11 401 625,00
13 658 689,63
26 341 298,89
26 795 487,90
44 134 800,60
11 478 993,94
Kudus 41 282 540,03 44 103 966,34
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 47
Tabel 5. PDRB Perkapita adh Konstan Tahun 2000 menurut Kecamatan
Di Kabupaten Kudus Tahun 2010-2011 (Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Kaliwungu
2. Kota
3. Jati
4. Undaan
5. Mejobo
6. Jekulo
7. Bae
8. Gebog
9. Dawe
18 961 777,24
50 417 158,98
21 754 554,93
4 493 888,46
5 208 312,34
9 982 590,71
10 059 206,03
16 687 550,05
4 385 096,61
19 549 817,26
52 704 781,43
22 505404,92
4 613 459,77
5 365 612,73
10 256 111,06
10 463 830,15
17 173 285,69
4 621 057,25
Jumlah 16 599 237,18 17 187 370,49
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 48
Tabel 6. PDRB adh Berlaku menurut Kecamatan
Di Kabupaten Blora Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Jati
2. Randublatung
3. Kradenan
4. Kedungtuban
5. Cepu
6. Sambong
7. Jiken
8. Bogorejo
9. Jepon
10. Blora
11. Banjarejo
12. Tunjungan
13. Japah
14. Ngawen
15. Kunduran
16. Todanan
178 431,58
410 361,30
174 469,47
301 629,55
717 296,17
108 536,49
121 062,22
90 561,39
248 628,02
696 927,99
177 132,37
190 410,92
138 664,51
319 078,88
372 921,53
226 202,84
229 532,58
201 530,49
219 220,76
181 412,84
391 253,49
325 367,98
238 474,01
338 205,79
288 317,42
843 309,29
216 302,28
407 454,86
242 114,80
331 984,79
-
-
Jumlah 4 472 315,22 4 454 481,36
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 49
Tabel 7. PDRB adh Konstan Tahun 2000 menurut Kecamatan
Di Kabupaten Blora Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Jati
2. Randublatung
3. Kradenan
4. Kedungtuban
5. Cepu
6. Sambong
7. Jiken
8. Bogorejo
9. Jepon
10. Blora
11. Banjarejo
12. Tunjungan
13. Japah
14. Ngawen
15. Kunduran
16. Todanan
91 652,97
200 032,89
94 675,28
150 806,86
282 376,05
59 560,90
65 169,70
50 794,87
123 103,03
320 570,39
97 196,87
106 970,77
74 926,47
162 483,61
182 178,72
120 309,17
91 652,97
200 032,89
94 675,28
150 806,86
282 376,05
59 560,90
65 169,70
50 794,87
123 103,03
320 570,39
97 196,87
106 970,77
74 926,47
162 483,61
182 178,72
120 309,17
Jumlah 2 182 808,57 2 186 736,49
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 50
Tabel 8. PDRB adh Berlaku menurut Kecamatan
Di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Sumber
2. Bulu
3. Gunem
4. Sale
5. Sarang
6. Sedan
7. Pamotan
8. Sulang
9. Kaliori
10. Rembang
11. Pancur
12. Kragan
13. Sluke
14. Lasem
262 891,48
232 011,29
242 51,86
208 288,11
422 183,61
358 625,09
263 924,61
380 697,60
325 903,33
940 176,30
243 441,04
453 513,52
271 730,89
364 040,21
285 624,74
250 853,52
261 916,24
226 582,48
463 198,83
389 907,57
289 556,48
413 975,75
358 706,16
1 043 581,10
266 363,26
491 550,51
297 246,59
401 109,24
Jumlah 4 969 778,94 5 440 172,47
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 51
Tabel 9. PDRB adh Konstan Tahun 2000 menurut Kecamatan
Di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Sumber
2. Bulu
3. Gunem
4. Sale
5. Sarang
6. Sedan
7. Pamotan
8. Sulang
9. Kaliori
10. Rembang
11. Pancur
12. Kragan
13. Sluke
14. Lasem
117 938,69
101 126,57
116 908,19
89 406,22
183 596,21
177 138,61
124 583,03
175 495,60
147 526,00
411 001,04
119 743,53
204 538,81
128 846,40
176 116,80
122 482,89
104 549,10
120 797,42
92 841,01
202 306,64
183 374,00
130 148,97
181 891,41
155 121,10
435 442,83
124 407,58
211 791,09
134 545,77
184 759,42
Jumlah 2 273 965,70 2 384 459,23
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 52
Tabel 10. PDRB adh Berlaku menurut Kecamatan
Di Kabupaten Jepara Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Kedung
2. Pecangaan
3. Kalinyamatan
4. Welahan
5. Mayong
6. Nalumsari
7. Batealit
8. Tahunan
9. Jepara
10. Mlonggo
11. Pakis Aji
12. Bangsri
13. Kembang
14. Keling
15. Donoroto
16. Karimunjawa
327 960,77
487 727,55
369 499,11
509 781,37
469 525,44
352 177,86
782 755,20
1 475 972,66
1 397 500,47
482 359,72
392 578,49
596 987,90
374 303,70
627 548,42
385 904,61
85 903,95
368 884,96
552 079,24
424 511,16
533 306,28
495 209,44
413 231,31
826 925,31
1 608 050,97
1 576 254,92
534 830,23
449 014,56
677 273,56
408 765,15
715 369,40
445 236,59
90 606,74
Jumlah 9 118 487,21 10 119 549,83
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 53
Tabel 11. PDRB adh Konstan Tahun 2000 menurut Kecamatan
Di Kabupaten Jepara Tahun 2009-2010 (Juta Rupiah)
Kecamatan 2010 2011
(1) (2) (3)
1. Kedung
2. Pecangaan
3. Kalinyamatan
4. Welahan
5. Mayong
6. Nalumsari
7. Batealit
8. Tahunan
9. Jepara
10. Mlonggo
11. Pakis Aji
12. Bangsri
13. Kembang
14. Keling
15. Donoroto
16. Karimunjawa
159 177,97
230 092,72
170 267,10
242 397,43
221 693,79
159 255,98
369 073,33
705 209,14
643 215,23
228 174,94
183 541,40
276 379,37
173 398,28
290 527,74
177 393,20
40 459,29
171 214,42
249 435,29
187 106,11
239 061,52
221 181,82
177 225,85
371 687,75
732 516,13
696 255,60
240 276,27
197 400,97
297 343,35
179 445,90
307 989,86
194 366,53
40 181,94
Jumlah 4 270 256,91 4 502 689,31
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 54
Tabel 12. Rata-rata Pengeluaran Penduduk
menurut Kelompok Pendapatan dan Makanan /Non Makanan
di Kabupaten Kudus Tahun 2010
Kelompok
Pendapatan (Rp.)
Rata-rata
Pengeluaranper
Kapita sebulan
(Rp)
Persentase
Makanan Non Makanan
(1) (2) (3) (4)
< 100 000
100 000 – 149 999
150 000 – 199 999
200 000 – 299 999
300000–499999
500000–749999
750000–999999
1 000000>
0
0
179 224
256 468
385 978
598 129
832 877
1 543 392
0
0
67,12
61,13
58,80
51,98
40,61
32,76
0
0
32,88
38,87
41,20
48,02
59,39
67,24
Rata-rata 456 409 52,63 47,37
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 55
Tabel 13. Rata-rata Pengeluaran Penduduk
menurut Kelompok Pendapatan dan Makanan /Non Makanan
di Kabupaten Kudus Tahun 2011
Kelompok
Pendapatan (Rp.)
Rata-rata
Pengeluaranper
Kapita sebulan
(Rp)
Persentase
Makanan Non Makanan
(1) (2) (3) (4)
< 100 000
100 000 – 149 999
150 000 – 199 999
200 000 – 299 999
300000–499999
500000–749999
750000–999999
1 000000>
0
143 131
182 180
252 620
388 574
605 387
860 897
1 852 290
0
57,62
63,91
58,33
54,37
46,56
40,14
21,76
0
42,38
36,09
41,67
45,63
53,44
59,86
78,24
Rata-rata 491 856 44,09 55,91
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 56
Tabel 14. Rata-rata Pengeluaran Penduduk
menurut Kelompok Pendapatan dan Makanan /Non Makanan
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kelompok
Pendapatan (Rp.)
Rata-rata
Pengeluaranper
Kapita sebulan
(Rp)
Persentase
Makanan Non Makanan
(1) (2) (3) (4)
< 100 000
100 000 – 149 999
150 000 – 199 999
200 000 – 299 999
300000–499999
500000–749999
750000–999999
1 000000>
91 967
133 498
178 425
250 151
380 566
598 272
850 548
1 618 404
67,80
66,15
66,20
63,66
59,40
51,89
44,02
30,97
32,20
33,85
33,80
36,34
40,60
48,11
55,98
69,03
Rata-rata 394 497 54,29 45,71
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 57
Tabel 15. Rata-rata Pengeluaran Penduduk
menurut Kelompok Pendapatan dan Makanan /Non Makanan
diProvinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Kelompok
Pendapatan (Rp.)
Rata-rata
Pengeluaranper
Kapita sebulan
(Rp)
Persentase
Makanan Non Makanan
(1) (2) (3) (4)
< 100 000
100 000 – 149 999
150 000 – 199 999
200 000 – 299 999
300000–499999
500000–749999
750000–999999
1 000000>
92 590
133 196
178 969
247 352
385 845
602 352
857 848
1 702 802
66,52
67,17
64,41
63,42
59,16
53,14
45,14
27,32
33,48
32,83
35,59
36,58
40,84
46,86
54,86
72,68
Rata-rata 452 840 50,44 49,56
Disparitas Pendapatan Kabupaten Kudus Tahun 2011 58
0
20
40
60
80
100
0 20 40 60 80 100
Ku
mu
lati
f P
enge
luar
an (
%)
Kumulatif Penduduk (%)
Kurva Lorenz Provinsi Jawa TengahTahun 2010-2011
2011 2010
0
20
40
60
80
100
0 20 40 60 80 100
Ku
mu
lati
f P
enge
luar
an (
%)
Kumulatif Penduduk (%)
Kurva Lorenz Kabupaten KudusTahun 2010-2011
2011 2010