BAB 26 PENGURANGAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN · PDF filemengurangi ketimpangan pembangunan...

download BAB 26 PENGURANGAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN · PDF filemengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah, baik yang sudah dilaksanakan ... ketimpangan pemilikan dan penguasaan tanah,

If you can't read please download the document

Transcript of BAB 26 PENGURANGAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN · PDF filemengurangi ketimpangan pembangunan...

  • BAB 26

    PENGURANGAN KETIMPANGAN

    PEMBANGUNAN WILAYAH

    Ketimpangan wilayah merupakan salah satu permasalahan

    yang pasti timbul dalam pembangunan. Ketimpangan wilayah menjadi signifikan ketika wilayah dalam suatu negara terdiri atas beragam potensi sumber daya alam, letak geografis, kualitas sumber daya manusia, ikatan etnis atau politik. Keberagaman ini selain dapat menjadi sebuah keunggulan, juga sangat berpotensi menggoncang stabilitas sosial dan politik nasional. Salah satu jalan untuk mengurangi ketimpangan wilayah ialah menyelenggarakan pembangunan. Namun, pembangunan tidak serta merta dapat mengurangi ketimpangan wilayah. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengedepankan kembali konsep pemerataan dalam pembangunan di Indonesia.

    Ketimpangan antarwilayah dapat terlihat dari persebaran penduduk di Indonesia (225,642 juta jiwa). Pada tahun 2007 (Statistik Indonesia, 2008) sebanyak 58,29% penduduk berada di Pulau Jawa dengan kepadatan sebesar 1.017 jiwa/km2. Ketimpangan kepadatan penduduk dapat ditunjukkan dari kepadatan penduduk di Provinsi DKI Jakarta sebesar 12.245 jiwa/km2, sementara di Provinsi Papua sebesar 7 jiwa/km2. Dalam perkembangannya, laju

  • 26 - 2

    pertumbuhan penduduk (BPS Sensus Penduduk) cenderung membaik, yaitu dari 1,97% pada periode (19801990), menjadi 1,45% pada periode (19902000), dan 1,30% pada periode (20002005). Namun, penurunan laju pertumbuhan penduduk tersebut belum terjadi secara merata, yaitu sebanyak 21 provinsi masih berada di atas rata-rata nasional (1,30%), tertinggi berada di Provinsi Riau sebesar 4,15%, sementara terendah berada di Provinsi Jawa Tengah 0,48%.

    Pada saat ini ketimpangan antarwilayah di Indonesia masih dapat terlihat di antara wilayah perkotaan dan perdesaan, antara wilayah yang lebih maju dan wilayah tertinggal, antara metropolitan, kota besar, menengah, dan kecil, antara perkotaan dan perdesaan, serta ketertinggalan juga dialami pada daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar. Salah satu aspek penting dalam menangani pengembangan wilayah di Indonesia ialah mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi antara wilayah Jawa dan luar Jawa.

    Berdasarkan press release data kemiskinan Maret 2008,%tase penduduk miskin tertinggi berada di Provinsi Papua sebesar 37,08%, dan terendah berada di Provinsi DKI Jakarta sebesar 4,29%. Kesenjangan antarwilayah dalam pelayanan sosial dasar yang tersedia, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan sanitasi juga masih sangat besar. Di bidang kesehatan, diindikasikan dari sebagian besar provinsi di Indonesia bagian timur, terutama di Provinsi Papua Barat, Papua, dan Sulawesi Barat, masih banyak wilayah yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Permasalahan kesenjangan akses terhadap sumber air minum (BPS, 2006) masih tinggi.

    Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia, pertumbuhan wilayah perkotaan berjalan pesat yang diindikasikan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan dari 35,9% pada tahun 1995 menjadi 48,3% pada tahun 2005. Diperkirakan sebelum tahun 2010 jumlah penduduk perkotaan secara nasional telah melampaui jumlah penduduk perdesaan dan pada tahun 2025 nanti 68,3% penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan. Diidentifikasi 14 kota yang tergolong metropolitan dan 15 kota yang tergolong kota besar, sebagian besar terletak di Jawa.

  • 26 - 3

    Data BPS tahun 2008 (Triwulan I) mengenai penguasaan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) seluruh provinsi dan laju pertumbuhan PDRB antarprovinsi menunjukkan bahwa Provinsi di Jawa dan Bali menguasai sekitar 59,30% dari seluruh PDRB, sedangkan provinsi di Sumatera sekitar 23,77%, provinsi di Kalimantan 9,77%, Sulawesi 3,92%, dan provinsi di Nusa Tenggara, Maluku dan Papua hanya 3,23%. Laju pertumbuhan PDRB 2008 (Triwulan I) terhadap PDRB 2007 (Triwulan I) provinsi di Jawa dan Bali sebesar 6,36%, provinsi di Sumatera 16,78%, provinsi di Kalimantan 5,35%, provinsi di Sulawesi 9,00%, dan provinsi di Nusa Tenggara, Maluku dan Papua 10,53%. Kecenderungan persebaran penguasaan PDRB dan laju pertumbuhan yang tidak sama akan menyebabkan semakin timpangnya pembangunan antarwilayah.

    Pada bab ini akan diuraikan upaya pemerintah dalam mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah, baik yang sudah dilaksanakan (sampai dengan pertengahan tahun 2008) maupun upaya tindak lanjut yang diperlukan, yang mencakup hasil pelaksanaan pembangunan pada wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh, tertinggal dan terisolasi, perbatasan, dan pulau-pulau kecil terluar. Diuraikan pula upaya mengurangi kesenjangan pembangunan antarkota dan kesenjangan pembangunan antarwilayah perkotaan dan wilayah perdesaan, termasuk masalah yang terkait dengan penataan ruang, pertanahan, dan transmigrasi.

    I. Permasalahan yang Dihadapi A. Perkotaan

    Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan usaha menciptakan keterkaitan antara desa dan kota adalah kurang berfungsinya sistem kota-kota nasional dalam pengembangan wilayah. Pembangunan kota-kota yang hierarkis belum sepenuhnya terwujud sehingga belum dapat memberikan pelayanan yang efektif dan optimal bagi wilayah pengaruhnya. Keterkaitan antarkota-kota dan antar kota-desa yang berlangsung saat ini tidak semuanya saling mendukung dan sinergis. Hal ini dapat dilihat dari (1) belum optimalnya peran kota kecil dan menengah dalam menstimulan pertumbuhan wilayah; (2) belum terbangunnya

  • 26 - 4

    keterkaitan spasial dan mata rantai produksi antara pertanian dan masukan inputnya antara kawasan perkotaan dan perdesaan; dan (3) belum efektifnya peran kota-kota kecil dan menengah sebagai kota perantara dari proses produksi di perdesaan, di kota-kota besar dan metropolitan. Selain itu, pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan saat ini masih terpusat di pulau Jawa dan Bali yang mengakibatkan menurunnya daya dukung kota besar dan metropolitan di pulau Jawa dan Bali dan lambatnya pertumbuhan kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar Jawa; dan (b) belum maksimalnya pelayanan kota bagi masyarakat. Rendahnya kualitas pelayanan yang disebabkan oleh semakin rendahnya daya dukung perkotaan akibat arus urbanisasi yang tinggi dan tanpa disertai proses pembangunan kota yang berkelanjutan, menyebabkan perkembangan kota menjadi tidak terkendali. Agenda mendesak terkait dengan masalah ini adalah penyediaan fasilitas pelayanan minimum bagi penduduk perkotaan dan peningkatan kualitas aparat dalam mendukung pelayanan publik bagi penduduk perkotaan.

    B. Tata Ruang dan Pertanahan Permasalahan yang dihadapi dalam bidang penataan ruang

    antara lain adalah: (a) belum lengkapnya peraturan perundang-undangan dan norma standar prosedur manual (NSPM) di bidang penataan ruang menyebabkan penataan ruang sulit diimplementasikan di lapangan; (b) rencana tata ruang belum dimanfaatkan secara optimal dalam mitigasi dan penanggulangan bencana, peningkatan daya dukung wilayah, dan pengembangan kawasan; (c) rencana tata ruang belum dapat dijadikan sebagai pedoman di dalam pelaksanaan pembangunan maupun dalam pemberian perizinan pemanfaatan ruang; (d) kurangnya sinkronisasi dan harmonisasi antar produk perencanaan tata ruang yang mengakibatkan terjadinya konflik kelembagaan di dalam pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang yang bersifat makro dan mikro; (e) kurangnya koordinasi antarinstansi pemerintahan di bidang penataan ruang; (f) masih lemahnya kepastian hukum di dalam pengendalian pemanfaatan ruang; (g) masih besarnya potensi terjadinya konflik pemanfaatan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta belum optimalnya pemanfaatan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil karena kurangnya koordinasi penataan ruang

  • 26 - 5

    dan belum lengkapnya pedoman penataan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil; (h) belum terpadunya pengelolaan pulau-pulau kecil, termasuk pulau-pulau kecil terluar dan pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; (i) lemahnya kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, terutama kurangnya dukungan sistem informasi dan pemantauan penataan ruang telah mengakibatkan sering terjadinya konflik pemanfaatan ruang antarsektor, antarwilayah, dan antarpelaku (j) terjadinya alih fungsi lahan yang disebabkan oleh meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan yang berimplikasi pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan permukiman/perkotaaan, dan alih fungsi lahan kawasan lindung menjadi non lindung; (k) semakin maraknya pemekaran wilayah yang tidak didukung oleh penataan ruang yang terencana; (l) masih terbatasnya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang sehingga rencana tata ruang belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang; (m) belum efektifnya pengawasan penyelenggaraan kegiatan penataan ruang di daerah; (n) belum optimalnya penyelenggaraan penataan ruang di daerah; (o) belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam bidang penataan ruang sebagai sektor dasar dalam pembangunan daerah; dan (p) diperlukannya penguatan landasan penyelenggaraan penataan ruang agar lebih efektif dan operasional melalui Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perbaikan kualitas Rencana Tata Ruang Wilayah dan pengendalian pemanfaatan ruang.

    Permasalahan dalam bidang pertanahan adalah: (a terdapat ketimpangan pemilikan dan penguasaan tanah, atau terkonsentrasi pada sekelompok kecil masyarakat (b) tingginya jumlah konflik dan sengketa tanah; (c) belum memadainya jaminan kepastian hukum atas tanah yang tercermin dari tingkat sertifikasi yang baru mencapai 41,5% dari total jumlah bidang tanah; dan (d) belum optimalnya kondisi sistem pengelolaan dan administrasi pertanahan di Indonesia.

    C. Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Permasalahan yang dihadapi di antaranya adalah: (a) kawasan

    perdagangan bebas dan pelabuhan bebas free trade z