Post on 30-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
http://meidiana-rahayu.blogspot.com/2013/11/cerdas-istimewa-dan-bakat-istimewa.html
A. Latar Belakang
Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala
yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak
langsung.Kesulitan belajar anak tentu saja tidak boleh di diamkan begitu saja karena hal ini akan
sangat menghambat anak dalam memperoleh prestasi selain itu apabila hal ini di diamkan ini
akan lebih menghambat anak untuk belajar ke depannya.
Kesulitan dalam belajar dapat di sebabkan karena beberapa faktor.Bisa dari faktor
internal ( diri anak ) dan juga faktor eksternal ( dari luar anak ) .Faktor internal ini bisa di
sebabkan karena anak mempunyai perbedaan dengan anak yang lainnya dan sering juga di sebut
anak dengan kebutuhan khusus . Dalam hal ini kebutuhan khusus bukan berarti anak mempunyai
kekurangan . Anak Cerdas Istimewa / Berbakat Istimewa juga termasuk anak yang berkebutuhan
khusus atau sering di sebut dengan anak Gifted atau anak Superior.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari anak cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
2. Apa ciri-ciri anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
3. Apa penyebab anak memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
4. Apa jenis anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
5. Bagaimana cara mengajar anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
6. Bagaimana memberi bimbingan kepada orang tua yang memiliki anak cerdas istimewa /
berbakat istimewa (gifted) ?
C. Manfaat dan Tujuan
Dengan membuat makalah ini diharapkan pembaca :
1. Mengetahui pengertian dari anak cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted).
2. Mengetahui ciri-ciri anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted).
3. Mengetahui penyebab anak memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted).
4. Mengetahui jenis anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted).
5. Mengetahui bagaiman cara mengajar anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa
(gifted).
6. Mengetahui bagaimana memberi bimbingan kepada orang tua yang memiliki anak cerdas
istimewa / berbakat istimewa (gifted).
BAB II
CERDAS ISTIMEWA DAN BAKAT ISTIMEWA (GIFTED)
A. PENGERTIAN
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak
yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam
bidang kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga.
Anak berkebutuhan khusus atau gifted (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik.
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat (gifted) memiliki pengertian,
"Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan
terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang
tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat (gifted) ialah anak yang
memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan
dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu di
masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan
program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi
unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak
gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi
lingkungan sesudah anak dilahirkan.
Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para ahli ialah anak-anak gifted mempunyai
superioritas dalam bidang akademik. Kiranya hal itu tidak sulit untuk dimengerti, sebab salah
satu syarat penting untuk meraih prestasi akademik tertentu ialah persyaratan intelegensi.
Kepribadian memang merupakan salah satu sumbangan yang dapat diberikan oleh anak
atau orang-orang gifted. Dengan dasar kepribadian yang baik maka akan dilahirkan pula karya-
karya yang baik pula, sehingga maslahat (manfaat) yang diberikan menjadi lebih besar
dibandingkan mudharatnya. Seperti kita ketahui bahwa sebuah karya yang besar tentu saja akan
memberikan pengaruh yang besar pula kepada hidup dan kehidupan manusia.
Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berkait erat dengan latar
belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan dengan kemampuan
intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Proses
mengidentifikasi anak cerdas istimewa dilakukan dengan menggunakan pendekatan multi
dimensional. Artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelegensi).
Batasan yang digunakan adalah anak yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf
cerdas ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala wechsler.
B. CIRI-CIRI / KARAKTER
Karakteristik Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan
fisik/kesehatan.
1. Karakteristik Akademik
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak berbakat, diantaranya:
a. Memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,
b. Keranjinan membaca,
c. Menikmati sekolah dan belajar.
d. Memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,
e. Memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang
akademik khusus,
f. Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada
aktivitas-aktivitas bidang lain,
g. Kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih
tinggi dalam suatu bidang akademik,
h. Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi
untuk berbuat yang terbaik, dan
i. Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
j. Mudah menyerap pelajaran.
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa seorang anak berbakat
berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan anak
normal usia 14 tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan
dalam membaca.
2. Karakteristik Sosial
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:
a. Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,
b. Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan
konstruktif,
c. Kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan
oleh teman sebayanya,
d. Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,
e. Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f. Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan
situasi,
g. Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,
h. Mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan
i. Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan
humor.
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan emosi,
bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan emosi
(sikap periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik,
membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang
diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :
a. memiliki penampilan yang menarik dan rapi,
b. kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam Samuel
A. Kirk, 1986).Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki
tinggi dan berat badan sama dengan usianya. Yang menunjukkan perbedaan adalah koordinasi
geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.
Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang dikemukakan oleh Renzulli, 1981
(dalam Sisk, 1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan
antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b) kreativitas
tinggi dan (c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment). Masing-
masing ciri mempunyai peran yang menentukan.
Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia tinggi. Sedangkan
kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberikan
gagasan baru, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur
yang sudah ada. Demikian pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang
mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan
hambatan karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya sendiri.
1. Karakteristik Intelektual-Kognitif
a. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-
pikiran kreatif.
b. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
c. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
d. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah
dipahami.
e. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
f. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
g. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan
baik.
h. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
i. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
j. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
k. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
l. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
m. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
n. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
o. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan
cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
2. Karakteristik Persepsi/Emosi
a. Sangat peka perasaannya.
b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam
menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak
dirasakan oleh orang-orang lain).
d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
e. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
f. Pada umumnya introvert.
g. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
h. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
i. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
3. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
a. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
b. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
c. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
d. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau
pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
e. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
f. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
g. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap
“nyerempet-nyerempet bahaya” .
h. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
i. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
4. Karakteristik Aktifitas
a. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa
terlihat lelah.
b. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
c. Sangat waspada.
d. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang
sangat lama.
e. Tekun, gigih, pantang menyerah.
f. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal
baru untuk dilakukan.
g. Spontanitas yang tinggi.
C. PENYEBAB atau FAKTOR
Faktor yang menyebabkan Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
(gifted)
1. Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif
produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah
ditentukan adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda
setiap orangnya. Namun U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa
sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap
kemampuan mental seseorang.
2. Lingkungan
Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat ditinjau dari segi
lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat). Lingkungan mempunyai peran yang sangat
besar dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai
bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari
lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani
kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu
dapat membantunya dalam mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya tersebut.
D. JENIS
Anak berbakat atau anak cerdas istimewa / bakat istimewa atau CIBI atau anak gifted
termasuk dalam kategori jenis anak berkebutuhan permanen dalam kesulitan belajar. Anak
berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang
memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya
menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Adapun tipe ini disampaikan pada Seminar Nasional Potensi Luar Biasa Sejuta Anak
Cerdas Istimewa, pada tanggal 23 Februari 2010 di Jakarta.
1. Tipe I (The Succesful)
Dalam dunia pendidikan, menurut Betts dan Neihart, anak-anak gifted yang
terindentifikasi sebanyak 90 persen adalah dari kelompok tipe ini. Mereka adalah anak-anak
yang mampu meraih yang sangat baik, dan dapat mengikuti sistem pendidikan konvensional
dengan baik. Mereka mendengarkan dan mempelajari dengan baik apa yang diajarkan baik di
sekolah maupun di rumah. Dalam berbagai tes atau ujian mereka juga meraih skor yang tinggi,
disamping itu mereka dapat terpilih dan mendapatkan tempat dalam program pendidikan anak
gifted.
Terhadapnya, lingkungan baik pihak sekolah maupun orang tua sangat percaya bahwa
dirinya dapat meraih prestasi sebaik-baiknya. Ia sangat disenangi oleh sekolah, orang tua dan
diterima dengan baik oleh teman-teman sebanyanya. Ia juga tidak mengalami masalah dalam
pergaulan. Perkembangan sosial emosionalnya sangat baik. Terhadap anak-anak ini pula, orang
disekitarnya tidak melihat apa kekurangannya. Namun sebetulnya ia kurang bisa belajar secara
mandiri. Ia mendapatkan prestasi karena dukungan dan bimbingan. Bukan karena
mengembangkan minatnya secara mandiri. Kelihatannya ia memiliki konsep diri yang positif,
sebagai bentukan karena ia mempunyai prestasi yang baik dan lingkungan yang dapat menerima
dirinya dengan baik. Mereka memang menyabet nilai kompetensi yang tinggi saat sekolah.
Namun sebetulnya mereka tidak bisa mengembangkan talentanya secara mandiri.
2. Tipe II (The Challenging)
Tipe ini sering tidak teridentifikasi oleh sekolah atau orang tua karena mereka tidak
menunjukkan prestasi yang baik. Mereka biasa melakukan segala sesuatu secara spontan dan
seringkali spontanitas itu dianggap kegiatan yang mengacaukan, tidak teratur dan tidak patuh.
Anak kelompok ini biasanya memiliki tingkat kreatifitas yang sangat tinggi, namun tidak belajar
untuk memanfaatkan kebolehannya. Anak ini lebih banyak frustasi karena sistem pendidikan
tidak memberikan keleluasan dan perhatian kepada mereka baik kreatifitasnya maupun
talentanya.
Kelompok gifted ini adalah kelompok anak yang beresiko tinggi, karena luput dari
perhatian dan tidak ditangani dengan baik dan berakibat pada putus sekolah, perilaku bermasalah
dan masuk ke dalam sirkuit kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat terlarang.
3. Tipe III (The Underground)
Kelompok ini adalah kelompok yang menyembunyikan talenta dan kemampuannya.
Umumnya terjadi pada kelompok gifted perempuan diusia sekolah lanjutan pertama. Mereka
cenderung menyembunyikan kemampuannya untuk bisa diterima oleh teman sebayanya. Pada
lelaki biasanya terjadi ketika masa usia SMA karena mereka meresppon perkembangan sosial
yang terjadi disekelilingnya. Ciri mereka biasanya diawal tahun pelajaran cenderung mampu
memaksimalkan kemampuannnya, namun ketika menjelang akhir mereka mengalami penurunan
yang drastis dan bahkan menolak kelebihan yang ada pada dirinya.
Anak seperti ini adalah kelompok anak yang merasa tidak nyaman, tidak aman dan
merasa cemas. Bahkan tekanan tidak hanya muncul dari dirinya sendiri, namun juga dari
lingkungan. Teman sebayanya menekan kemampuan mereka untuk bisa menerima kelebihan
mereka. Tidak hanya itu bahkan orang tua dan guru sekalipun memberikan tekanan yang tidak
kalah beratnya kepada mereka.
4. Tipe IV (The Dropouts)
Kelompok ini memiliki potensi yang tinggi namun tidak mendapatkan dukungan yang
baik dari sekolah dan orang tua. Mereka cenderung tidak bisa memunculkan prestasinya dengan
harapan dan kemampuannya sendiri. Sistem pendidikan di sekolah menyebabkan ke-frustasi-an
dan pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan kondisi depresi.
Tipe ini merupakan dampak dari tidak adanya penanganan yang baik untuk anak
kelompok II atau The Chalanging yang berlanjut kepada frustasi dan depresi. Frustasi dan
depresi ini bisa muncul di sekolah tingkat lanjut namun pada dasarnya telah dimulai sejak
pendidikan dasar. Droupout bukan saja dalam bentuk prestasi sekolah yang menurun namun juga
secara mental dan emosional.
Kelompok ini memang merupakan kelompok anak gifted yang terlambat diidentifikasi.
Di sekolah dasar ia tidak terdekteksi sebagai anak gifted. Akhirnya anak seperti ini tidak
memiliki mitivasi internal yang sangat lemah. Kelompok ini membutuhkan kerjasama dengan
yang baik dengan orang yang dewasa yang memang dipercayai. Orang tua juga memerlukan
bimbingan khusus agar dapat menghadapinya dengan baik. Kepada anak ini perlu dilakukan tes
untuk melihat dibagian apa kekuatannya.
5. Tipe V (The Double Labeled)
Merupakan kelompok gifted yang memiliki gangguan secara fisik, emosional tatupun
gangguan belajar (learning disabilities). Anak kelompok ini memerlukan program khusus untuk
modifikasi program yang sesuai dengan kondisinya. Seringkali ia tidak menunjukkan prestasi
sebagaimana anak gifted pada umumnya karena mereka lebih sering dilihat dari sisi lemahnya,
bukan kekuatannya. Misalnya tulisan yang jelek disebabkan karena motorik halusnya terganggu
atau perilakunya yang kacau sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Anak-anak ini juga seringkali kesulitan menyelesaikan tugas-tugasnya karena
ketidakbiasaannya sebagai akibat gangguan yang memang kasat mata.
Bila sekolah dan orang tua tidak mampu menemukan sumber kekurangannya lalu berlanjut
secara terus menerus maka akan memunculkan kefrustasian, merasa tidak dihargai, tak dibantu
dan merasa terasing. Bahkan si anak sendiri mungkin tidak mengakui dan menyadari sumber
masalahnya sendiri secara spesifik.
Sekolah dan orang tua sering tidak mengakui bahwa sesungguhnya anak itu luar biasa
karena memang secara fisik dan tampilam, mereka tidak mampu memperlihatkannya secara baik.
Karena tidak teridentifikasi, pihak sekolah hanya melihat dan menangani kekurangannya saja
namun faktpr kelebihannya tidak terkelola dengan baik.
6. Tipe VI (The Outonomous Learner)
Anak gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat kuat.
Ia dapat mengembangkan diri secara kreatif dan mampu memanfaatkan segala sesuatu yang
ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia kembangkan sendiri
sebagai sesutau yang baru. Ia tidak tergantung kepada orang lain dan sangat independen. Ia dapat
menentukan sendiri apa yang ingin dicapainya, mempunyai sikap diri yang positif. Ia juga
mampu mengekspresikan perasaan, tujuan dan cita-citanya dengan baik dan bebas. Ia sangat
disayangi oleh lingkungan dan mendapatkan dukungan positif. Biasanya ia terpilih menjadi
pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun d masyarakat.
E. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Dua Faktor
Kesuksesan mendidik anak genius setidak-tidaknya ditentu- kan dua faktor yang tidak
dapat saling dipisahkan: guru pendamping dan manajemen kelas. Dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan program pendidikan anak genius di Kota Yogyakarta, sepertinya dinas
pendidikan sudah menyiapkan guru pendamping khusus. Kalau benar, ini merupakan langkah
strategis untuk merealisasi program: pasalnya, mencari guru pendamping khusus anak genius
bukan merupakan pekerjaan mudah.
Seorang guru pendamping anak genius atau guru pendamping khusus di samping harus
cerdas juga dituntut kreatif dan memiliki pengalaman mendidik anak cerdas dan/atau anak
genius. Praktiknya nanti, tidak sembarang guru SD bisa mendampingi siswanya yang genius. Di
sisi lain, guru pendamping khusus anak genius di SD dimungkinkan sebagian justru bukan guru
SD.
Faktor kedua menyangkut manajemen kelas yang berpotensi menjadi masalah rumit
untuk mengelola anak genius. Kalau dalam satu kelas di SD nanti ada empat anak genius saja,
misalnya, jangan pernah dibayangkan bahwa keempat anak tersebut memiliki potensi, keinginan,
minat dan kemampuan yang sama. Bisa jadi anak yang satu ingin ke timur, sedangkan ketiga
yang lain ingin ke barat, ke utara, dan ke selatan.
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menginformasikan bahwa pendidikan anak genius
nantinya akan dilakukan secara inklusif. Artinya, anak-anak genius nantinya akan dibaurkan
menjadi satu dengan siswa-siswa lain. Kiranya perlu diingat bahwa mendidik anak genius secara
inklusif (berbaur) ini tidak lebih mudah dibandingkan dengan eksklusif (khusus) karena semua
perlakuan terhadap anak genius harus mempertimbangkan perlakuan terhadap siswa lainnya: soal
waktu, soal tempat, soal suasana, soal materi, dan sebagainya.
Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa (gifted) adalah
wujud layanan pendidikan, setidak-tidaknya terdapat tiga pendekatan untuk mendidik anak
genius, masing-masing adalah pendekatan pengayaan, gabungan program percepatan dengan
pengayaan dan pendekatan pengelompokan.
Bentuk Program (pendekatan )Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI (Gifted)
1. Program Pengayaan (enrichment), adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada PDCI/BI
yang dimiliki, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas tambahan yang bersifat
perluasan/pendalaman setelah yang bersangkutan menyelesaiakan tugas-tugas yang
diprogramkan untuk peserta didik lainnya. Praktiknya nanti, anak genius yang menjadi siswa SD
dapat diberi tugas perpustakaan, belajar bebas, mempelajari kasus tertentu, dan sebagainya.
Program ini cocok untuk peserta didik yang bertipe “enriched leaner” .
Bentuk layanan ini antara lain dilakukan dengan memperkaya materi melalui kegiatan-
kegiatan penelitian dsb, dan atau mendapat pengayaan dengan pendalaman terutama bila ia akan
mengikuti lomba kejuaraan mata pelajaran tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika,
biologi, fisika, astronomi dst). Fokus layanan untuk kelompok ini adalah pada
perluasan/pendalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan waktu belajar di kelas.
Artinya, kelompok ini tetap menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 6 tahun
atau di SMP/MTs dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun.
2. Gabungan program percepatan dan pengayaan (acceleration-enrichment), adalah pemberian
layanan pendidikan PDCI/BI untuk dapat menyelesaikan program regular dalam jangka waktu
yang lebih singkat disbanding temen-temannya yang tidak mengambil program tersebut. Artinya
waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi siswa yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan dengan siswa reguler. Pada satuan
pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dapat dipercepat menjadi 5 (lima) tahun.
Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) masing-masing dari 3 (tiga) tahun dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun.
Dalam program ini peserta didik tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu
penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi
dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat
perluasan/pendalaman. Pengayaan dapat dilakukan secara horizontal (menunjuk pada
pengalaman belajar di tingkat pendidikan yang sama, tetapi lebih luas) maupun vertikal
(meningkatkan kompleksitasnya). Bentuk layanan ini antara lain melalui kegiatan-kegiatan
penelitian ketika peserta didik mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu (contoh:
mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika, astronomi dst).
3. Pendekatan pengelompokan dapat ditempuh dengan mengelompokkan anak-anak genius jadi
satu dan menerima pembelajaran khusus. Praktiknya nanti, anak-anak genius bisa
dikelompokkan ke dalam sekolah atau SD khusus, atau ke dalam kelas khusus di suatu SD, atau
tetap saja berbaur dengan siswa lain tetapi terjadwal pertemuan khusus.
Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Bagi PDCI/BI (Gifted)
Penyelengaraan program pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa/Bakat
Istimewa (PDCI/BI) dapat dilakukan dalam beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat
dengan cara sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi
dapat dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya
tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya langsung ke kelas II, atau bahkan ke
kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas
V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat
dilakukan untuk: (1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun (2) akselerasi
untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran
berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu,
misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi
hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I
Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan
menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga
kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh
mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
2. Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan
pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran,
maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar
sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli
yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang
bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja
dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
3. Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini
biasanya bias disebut kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran bergabung dengan
peserta didik program regular. Jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian
guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak.
Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah
sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak
lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan
dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan
perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik CI/BI dikelas khusus adalah mata-mata
pelajaran lain diluar rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA)
4. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki
bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang
berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus
merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan
klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri
sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus
dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta
didik CI/BI dikelas khusus adalah mata-mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun
matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA)
Pembelajaran
Pendidikan khusus bagi PDCI/BI di satuan pendidikan SD/MI melaksanakan program
pendidikan dengan menggunakan sistem paket, sedangkan pada satuan pendidikan SMP/MTs,
SMA/MA menggunakan Sistem Paket atau Satuan Kredit Semester (SKS).
1. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan
untuk setiap kelas yang sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan.
Beban belajar setiap mata pelajaran sistem paket dinyatakan pada satuan jam pembelajaran.
2. Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta
didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada
satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan
dalam Satuan Kredit Semester (SKS). Beban Belajar satu SKS meliputi satu jam pembelajaran
tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Kegiatan Pembelajaran untuk pendidikan khusus bagi PDCI/BI, terutama untuk mata
pelajaran Matematika dan rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) harus menggunakan bahasa
pengantar bahasa Inggris dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran MIPA
dilakukan dalam kelas khusus, sedangkan mata pelajaran lainya dilakukan dikelas regular.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan.
Tenaga kependidikan adalah personil yang melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan pengembangan pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan di program akselerasi. Tenaga kependidikan di pendidikan khusus bagi PDCI/BI
dapat mencakup manajer/kepala program, laboran, tenaga ahli, Pengembang
Kurikulum/pembelajran, staf dan sebagainya.
Kepribadian yang ada pada seorang guru yang mengajar di pendidikan khusus bagi
PDCI/BI harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik yang ada pada diri peserta didik
cerdas istimewa. Feldhusen (1997), mengidentifikasi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara
lain :
1. Percaya Diri
2. Sabar
3. Objektif dan adil
4. Terbuka terhadap perubahan
5. Fleksible dalam berfikir
6. Kreatif
7. Memiliki rasa humor
8. Cerdas dan berpengetahuan luas
9. Pekerja keras dan berorientasi pada prestasi (Achievement motivation)
10. Memiliki sikap positif terhadap peserta didik cerdas istimewa
11. Mampu mengapresiasikan peserta didik
12. Memahami dan menerima perbedaan individual sikap yang positif
13. Mampu berempati
14. Mampu melihat permasalahan dari sudut pandang orang lain termasuk peserta didik
15. Terbuka terhadap pandangan peserta didik
16. Memiliki minat yang besar untuk mengembangkan kemampuan belajar peserta didik
17. Antusias dan dapat memotivasi peserta didik
18. Mampu bekerja sama dengan semua pihak
Metode dan strategi pembelajaran
Metode untuk mengajar siswa gifted seharusnya mendorong mereka ke arah pemikiran
abstrak (pemikiran operasional-formal), kreativitas, membaca teks-teks asli tingkat tinggi, dan
kemandirian, bukan hanya mempelajari fakta-fakta dengan kuantitas yang lebih besar. Salah satu
metode yang cocok untuk untuk siswa-siswa ini adalah metode cooperative learning
(pembelajaran kooperatif) di kelompok kemampuan campuran.
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong
anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi
pembelajaran adalah :
1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan
kecerdasan emosional.
3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan
perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
F. BIMBINGAN PADA ORANG TUA
Untuk anak berkebutuhan khusus, guru bisa memberikan bimbingan kepada orang tua
bagaimana cara yang seharusnya dilakukan untuk mendampingi anak mereka yang memiliki
kebutuhan khusus. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua :
1. Persiapkan diri. Ada beberapa fase yang akan dilakukan orang tua, seperti menyangkal,
menyalahkan, hingga menerima keadaan anak. Menurut Prof. Frieda, “Akan lebih mudah jika
orang tua mempunyai komunikasi dengan berbagai pihak, seperti support group (misalnya,
Parent Support Group), dokter yang sangat informatif, dll. Dengan begitu, Anda bisa mendapat
dukungan dan informasi yang akurat tentang masalah yang dihadapi anak.”
2. Membuka diri. Secara bertahap, menerima keadaan anak dan tidak menyerah begitu saja. Setiap
anak pasti mempunyai kemampuan atau bakat, sehingga orang tua perlu membantu anak untuk
melalui masa-masa ini.
3. Selalu pantaulah. Ketika anak tidak berkembang sesuai usianya, coba amati apa yang terjadi
dengannya. Bila mencurigai sesuatu, segera ke dokter anak. Dari ini, Mama bisa mendapat solusi
apakah anak cukup ditangani dokter anak, atau haruskah ke psikolog, terapis, dll.
4. Dampingi anak. Anak perlu mendapat bantuan. Nah, orang tua harus selalu mendampinginya.
Secara bertahap, kurangi ketergantungan anak pada Anda. Dari pendampingan sepenuhnya,
sedikit demikian sedikit dikurangi, hingga akhirnya anak mandiri.” Anak memang harus dilatih
keterampilan helf help, terutama sebelum anak mulai sekolah. Misalnya, toiletering,
makan/minum sendiri, atau bisa mengatur dirinya sendiri (yakni mengetahui barang miliknya),”
ujar Prof. Frieda.
5. Banyak-banyaklah menstimulasi. Dari lahir sampai 5 tahun adalah masanya untuk menstimulasi
anak dengan cara mengajak bermain, bernyanyi, mengobrol, bercerita, dll. “Sayangnya, begitu
melihat ada yang tidak beres, anak langsung diterapi atau dimasukkan ke sekolah oleh orang
tuanya. Orang tua tidak melihat bagaimana pola pengasuhannya di rumah, yakni ia lebih asyik
dengan dirinya sendiri, anak lebih banyak ditangani babysitter,” kata dr. Handryastuti. Jadi,
luangkan waktu untuk menstimulasi anak.
6. Bekerja sama dengan sekolah. Kerja sama antara orang tua dan sekolah harus intens dan
bersinergi. Komunikasi yang baik antara keduanya akan membuat anak lebih mudah beradaptasi
di sekolah. Selain itu, pada saat ini, pemerintah telah menyediakan sekolah inklusi, yakni sekolah
regular (biasa) yang menerima anak berkebutuhan khusus ini dan menyediakan sistem layanan
pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus dan anak
berkebutuhan khusus.
Biasanya, diadaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya. “Di
sekolah inklusi biasanya ada GPK (Guru Pembimbing Khusus) yang memang terlatih untuk
menangani anak-anak ini. Ia akan member remedial teaching, datang ke kelas untuk mengamati
anak, atau menarik akan secara bergantian ke kelas khusus untuk diterapi. Bila mampu, orang tua
bisa menyediakan shadow teacher alias guru bantu atau guru pendamping untuk si kecil,” kata
Prof. Frieda.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak
yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata. Anak
berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang
memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya
menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Yang memiliki karakteristik dari segi karakteristik akademik, sosial, dan fisik/kesehatan
serta dapat pula dilihat dari segi karakteristik intelektual-kognitif, persepsi/emosi, motivasi dan
nilai-nilai hidup serta aktifitas. Factor penyebabnya berasal dari hereditas ataupun dari
lingkungan. Jenis anak CI/BI (gifted) termasuk anak berkrbutuhan khusus permanen di dalam
kesulitan belajar. Dalam hal penanganan pun anak berkebutuhan khusus cibi harus mendapatkan
penanganan yang berbeda dalam belajar guru dan orang tua harus bekerja sama agar dapat
memaksimalkan kemampuan istimewa yang anak miliki.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini , penulis berharap agar pembaca yang tentunya akan
menjadi calon guru dapat memahami apa pengertian, karakteristis, jenis, penyebab, melakukan
pembelajaran serta mengetahui bagaimana cara mengahdapi anak yang memiliki keterbnatasan
khusus cerdas istimewa atau bakat istimewa (gifted). Dan dapat mengaplikasikannya jika
menghadapi anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa atau bakat istimewa (gifted). Semoga
makalah mengenai anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa atau bakat istimewa (gifted) ini
dapat membantu calon guru dalam kegiatan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Kustawan Dedy, M.pd Drs. April 2013. Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta. PT Luxima Metro Media..
Internet :
Diunduh pada : Sabtu 5 Oktober 2013 pukul 09.30
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
http://oxiliamichin.weebly.com/1/post/2013/04/anak-berkebutuhan-khusus.html
www.depdiknas.go.id
http://internasional.kompas.com/read/2012/07/09/09511761/Mendidik.Anak.Genius
http://yohanesiwan.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.parenting.co.id/article/balita/6.langkah.tangani.anak.berkebutuhan.khusus.i/001/003/560
http://www.parenting.co.id/article/balita/6.langkah.tangani.anak.berkebutuhan.khusus.ii/001/003/561
Diunduh pada hari Sabtu tanggal 19 Oktober 2013 pukul 11.00
http://bpdiskus.org/v2/index.php?page=dberita&id=4
http://bruderfic.or.id/h-63/
http://www.santirama.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=42&Itemid=78
http://rizkia-gahari.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus.html
http://akselerasismptarbak.blogspot.com/2010/03/6-tipe-anak-cerdas-istimewa_08.html
http://blog.uin-malang.ac.id/ansur/2011/06/14/strategi-pembelajaran-bagi-anak-berkebutuhan-khusus/
http://yuseakamarullah.blogspot.com/p/pembelajaran-gifted-and-talented.html
JANGAN MASUKAN ANAK NON CI+BI KE KELAS AKSELERASIPosted on Juli 22, 2012 by asosiasicibinasional
14
Pengantar
Bulan ini, Juli 2012 bertepatan dengan ramadan 1433 H, sekolah/madrasah memasuki awal tahun ajaran. Artinya sekolah/madrasah juga mulai menerima siswa untuk kelas akselerasi. Namun sayangnya masih banyak kepala sekolah/madrasah yang tidak mau mengerti bahwa akselerasi itu adalah layanan untuk anak yang memiliki kualifikasi CI+BI, bukan asal memasukan anak demi gengsi sekolah/madrasah.
Di kabupaten malang, ada sebuah MTs yang kelas akselnya tetap dibuka, padahal tidak ada satupun anak yang memenuhi kualifiksi CI+BI. di Mojokerto ada madrasah yang yang semua siswanya dimasukkan ke dalam program aksel. Hal yang sama juga terjadi pada sebuah sekolah islam di cikarang. Ini baru sebagian kecil penyimpangan yang terjadi. Lebih parahnya lagi penyimpangan ini justru terjadi pada lembaga pendidikan yang menyebut dirinya berbasis agama.
Foto bareng anak CI+BI SMPN 1 Kota Sukabumi saat acara dialog dengan orang tua dan siswa kelas aksel SMPN 1 Kota Sukabumi
Asosiasi CI+BI Nasional juga berterima kasih pada sekolah/madrasah yang konsisten hanya menerima anak CI+BI di kelas aksel, meskipun jumlah terbatas, seperti di SMP Islamic Village Tangerang dan MTs As Salam di SUkoharjo Jawa Tengah.
Penampilan Anak CI+BI SMPN 1 Cisaat ketika Pembukaan Acara Workshop Kurikulum Diferensiasi untuk guru SMPN 1 Cisaat Sukabumi, Jawa Barat
Layanan Akselerasi untuk anak CI+BI
Adanya peserta didik yang tidak sesuai kriteria CI+BI, yang kemudian menjadikan layanan akselerasi tidak optimal. Dampaknya, di masyarakat muncul sorotan negatif tentang program akselerasi karena membuat peserta didik menjadi “teralienasi” dari lingkungannya. Hal ini menjadi alasan sebagian kelompok masyarakat menyarankan program ini dibubarkan.
Keinginan untuk membubarkan program akselerasi ini tentu saja tidak tepat, karena penelitian yang dilakukan oleh Swiatek dan Benbow (1991) menyimpulkan bahwa penggunaan model akselerasi yang benar akan mampu mengembangkan secara positif kemampuan anak CI+BI dalam pengetahuan yang semakin baik dan berkurangnya efek negatif dari aspek sosial dan emosional. Penelitian yang yang dilakukan Robinson dan Janos (1989) menyimpulkan bahwa layanan akselerasi tidak akan merusak siswa CI+BI apabila dilakukan secara benar.
Pemaksaan agar siswa CI+BI dimasukkan dalam kelas bersama anak non CI+BI juga tidak terlalu tepat. Lena Hollingsworth (1995) bahkan menyatakan bahwa lingkungan sekolah reguler tidak sesuai dengan kebutuhan siswa CI+BI. Sehingga bila lingkungan itu dipaksakan pada siswa CI+BI, justru mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan sebaya dan juga terbentuknya sikap apatis.
Layanan pembelajaran yang kurang sesuai akan menyebabkan siswa CI+BI berprestasi di bawah kinerjanya. siswa CI+BI membutuhkan kurikulum yang berbeda dengan anak reguler, karena layanan reguler dapat mengakibatkan mereka berprestasi rendah. Hal ini disebabkan siswa CI+BI mempunyai perbedaan secara intelektual, ketertarikan serta kebutuhan di atas rerata siswa seumurnya.
Di sisi lain, layanan pendidikan yang tidak memadai dapat memunculkan stres yang kemudian menjadikan munculnya penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi antara lain: pelarian menjadi pecandu narkoba atau melakukan tindakan kontraprestatif seperti pembrontakan terhdap lingkungan atau prestasi yang jauh dari potensi yang dimiliki.
Kesimpulan
http://asosiasicibinasional.wordpress.com/2012/07/22/jangan-masukan-anak-non-cibi-ke-kelas-akselerasi/
Anak CI+BI adalah anak yang dikaruniakan potensi luar biasa…tetapi potensi itu akan sulit teraktualisasi sebagai prestasi luar biasa jika tidak diberikan DUKUNGAN yang memadai…
Sebaliknya…anak2 yang tidak memiliki potensi bawaan yang biasa, meskipun dengan pendidikan yang luar biasa, akan SULIT mencapai prestasi luar biasa..
JADI….layani anak CI+BI dalam program akselerasi dengan benar…DAN….jangan paksakan anak yang tidak berkualifikasi Ci+BI untuk masuk dalam program akselerasi..Penulis: Amril Muhammad
Ciri Umum anak CI+BI.Hasil penelitian dari Balitbang Depdikbud (1986) dan Council of Curriculum Examinations and Assessment (2006) menyebutkan bahwa seorang anak cerdas istimewa dapat mempunyai beberapa dari ciri-ciri berikut ini:
1. Sangat peka dan waspada2. Belajar dengan mudah dan cepat3. Mampu berkonsentrasi4. Sangat logis5. Cepat berespon secara verbal dengan tepat6. Lancar berbahasa7. Mempunyai daya ingat yang baik8. Mempunyai pengetahuan umum yang luas9. Mempunyai minat yang luas dan mendalam10. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan11. Cermat atau teliti dalam mengamati12. Kemampuan membaca yang baik13. Lebih menyukai kegiatan verbal daripada kegiatan tertulis14. Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat cepat15. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah16. Menunjukkan cara pemecahan masalah yang tidak lazim17. Mempunyai pendapat dan pandangan yang sangat kuat terhadap suatu hal18. Mempunyai rasa humor19. Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil20. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)21. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya22. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar23. Tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia lebih tua
darinya24. Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan lebih baik daripada jika
berkomunikasi dengan anak sebayanya25. Bisa belajar sendiri dalam bidang-bidang yang diminati26. Berfokus pada minatnya sendiri, bukan pada apa yang diajarkan27. Mempunyai keterampilan sosial28. Mudah bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin29. Menunjukkan kepemimpinan yang tinggi30. Kadang-kadang tingkah lakunya tidak disukai orang lain.31.
Ciri Umum anak CI+BI.Hasil penelitian dari Balitbang Depdikbud (1986) dan Council of Curriculum Examinations and Assessment (2006) menyebutkan bahwa seorang anak cerdas istimewa dapat mempunyai beberapa dari ciri-ciri berikut ini:
1. Sangat peka dan waspada2. Belajar dengan mudah dan cepat3. Mampu berkonsentrasi4. Sangat logis5. Cepat berespon secara verbal dengan tepat6. Lancar berbahasa7. Mempunyai daya ingat yang baik8. Mempunyai pengetahuan umum yang luas9. Mempunyai minat yang luas dan mendalam10. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan11. Cermat atau teliti dalam mengamati12. Kemampuan membaca yang baik13. Lebih menyukai kegiatan verbal daripada kegiatan tertulis14. Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat cepat15. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah16. Menunjukkan cara pemecahan masalah yang tidak lazim17. Mempunyai pendapat dan pandangan yang sangat kuat terhadap suatu hal18. Mempunyai rasa humor19. Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil20. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)21. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya22. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar23. Tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia lebih tua
darinya24. Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan lebih baik daripada jika
berkomunikasi dengan anak sebayanya25. Bisa belajar sendiri dalam bidang-bidang yang diminati26. Berfokus pada minatnya sendiri, bukan pada apa yang diajarkan27. Mempunyai keterampilan sosial28. Mudah bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin29. Menunjukkan kepemimpinan yang tinggi30. Kadang-kadang tingkah lakunya tidak disukai orang lain.
http://asosiasicibinasional.wordpress.com/pendukung/ciri-umum-anak-cibi/
ANAK CERDAS ISTIMEWA BAKAT ISTIMEWA (CI+BI) DAN LAYANAN PENDIDIKANNYA
PENDAHULUAN
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 4 menyatakan bahwa “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Perlunya perhatian khusus kepada anak CI+BI merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat masal memberikan perlakuan standar/rata-rata kepada semua siswa sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar siswa dalam kecakapan, minat, dan bakatnya. Dengan strategi semacam ini, keunggulan akan muncul secara acak dan sangat tergantung kepada motivasi belajar siswa serta lingkungan belajar dan mengajarnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan keunggulan yang dimiliki oleh siswa agar potensi yang dimiliki menjadi prestasi yang unggul.
Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tetapi semata-mata untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Melalui penyelenggaraan pendidikan khusus untuk siswa CI+BI, diharapkan potensi-potensi yang selama ini belum berkembang secara optimal, akan tumbuh dan mampu menunjukkan kinerja terbaik.
KARAKTERISTIK ANAK CI+BI
Anak-anak gifted bukanlah anak dengan populasi seragam, ia mempunyai banyak variasi, baik variasi pola tumbuh kembangnya, variasi personalitasnya, maupun variasi keberbakatannya. Semakin tinggi perkembangan inteligensianya, maka akan terjadi deskrepansi (perbedaan) di berbagai domain perkembangan. Deskrepansi ini bukan saja akan menyangkut perkembangan dalam individu, tetapi juga akan menyangkut perkembangan antar individu. Kondisi inilah yang sering membawa berbagai kesulitan pada anak-anak gifted dan sering salah terinterpretasi (Silverman, 2004).
Sebagian besar anak gifted akan mengalami perkembangan motorik kasar yang melebihi kapasitas normal, namun mengalami ketertinggalan perkembangan motorik halus. Saat ia masuk ke sekolah dasar, umumnya ia mengalami kesulitan menulis dengan baik. Banyak dari anak-anak ini diberi hukuman menulis berlembar-lembar yang justru tidak menyelesaikan masalahnya bahkan akan memperberat masalah yang dideritanya. Anak-anak gifted adalah anak-anak yang sangat perfeksionis, sehingga perkembangan kognitif yang luar biasa tidak bisa ia salurkan melalui bentuk tulisan. Hal ini selain dapat menyebabkan kefrustrasian dan juga dapat menyebabkan kemerosotan rasa percaya diri, konsep diri yang kurang sehat serta anjlognya motivasi untuk berprestasi.
Deskrepansi antara perkembangan kognitif dan ketertinggalan motorik halus, ditambah karakteristik perfeksionisnya bisa menimbulkan masalah yang cukup serius baginya, terutama kefrustrasian dan munculnya konsep diri negatip, ia merasa sebagai anak yang bodoh tidak bisa menulis. Namun seringkali pendeteksian tidak diarahkan pada apa akar permasalahan yang sebenarnya, dan penanggulangan hanya ditujukan pada masalah perilakunya yang dianggap sebagai perilaku membangkang
Anak cerdas (brigth/higt achiever) berbeda dengan dengan anak CI+BI (gifted) dan anak-anak cerdas tidak bisa dimaksukkan ke dalam kelompok gifted karena mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Sekalipun mereka juga memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, namun kemampuan mereka dalam analisis, abstraksi dan kreativitas tidak seluar biasa anak-anak CI+BI. Berbagai perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
(Sumber: CGIS-Net Assessment systems, 2008)
IDENTIFIKASI ANAK CI+BI
Dalam mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa menggunakan pendekatan multidimensional. Artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelligensi). Batasan yang digunakan adalah peserta didik yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas
ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala Wechsler (Pada alat tes yang lain = rerata skor IQ ditambah dua standar deviasi), dimensi kreativitas tinggi (ditetapkan skor CQ dalam nilai baku tinggi atau plus satu standar deviasi di atas rerata) dan pengikatan diri (Task commitment) terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik, atau plus satu standar deviasi di atas rerata). Tiga komponen ini dikenal sebagai Konsepsi Tiga Cincin dari Renzulli (1978, 2005) yang banyak digunakan dalam menyusun pendidikan untuk anak cerdas istimewa, dan merupakan teori yang mendasari pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (Gifted and Talented children).
(Standar inilah yang digunakan oleh SMA Negeri 3 Surakarta dalam proses rekrutmen peserta didik baru program akselerasi)
Selanjutnya dari keterkaitan tiga komponen yang menentukan giftedness tersebut, dapat dirinci kemampuan-kemampuan anak-anak cerdas secara umum maupun secara khusus. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Model lain adalah The Triadich dari Renzulli-Mönks yang merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Model Renzulli-Mönks ini disebut sebagai model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Dalam model multifaktornya Mönks mengatakan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan oleh Renzulli itu tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana si anak tinggal (Mönks dan Ypenburg, 1995).
Dengan model multifaktor maka pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua dan lingkungan dalam menanggapi gejala-gejala berkecerdasan istimewa (giftedness), toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penyulit baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikannya. Lebih lanjut model pendekatan ini menuntut keterlibatan pihak orang tua dalam pengasuhan di rumah agar berpartisipasi secara penuh dan simultan dengan layanan pendidikan terhadap anak di sekolah. Secara grafis pengaruh tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. The Multi Factors Model
Model Triadich Renzulli-Mönks menuntut sistem pendidikan, keluarga, dan lingkungan untuk dapat memberikan dukungan yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai prestasi istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya kondisi berprestasi rendah (underachiever) pada seorang anak berkecerdasan istimewa. Dengan model pendekatan teori ini juga, maka anak-anak yang mempunyai ciri-ciri berkecerdasan istimewa (dengan ciri-ciri tumbuh kembang, ciri-ciri personalitas, dan ciri-ciri intelektual) sekalipun underachiever masih dapat terdeteksi sebagai anak berkecerdasan istimewa yang memerlukan dukungan dari sekolah, keluarga dan lingkungan agar ia dapat mencapai prestasi yang istimewa sesuai potensinya.
Heller (2004) mengembangkan model multifaktor yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari Triadic Interdependence model Mönks serta Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain: (1) faktor talenta (talent) yang relatif mandiri (relatif mandiri); (2) faktor kinerja (performance); (3) faktor kepribadian; dan (4) faktor lingkungan; Dua faktor terakhir menjadi perantara untuk terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Secara grafis, model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Proses Identifikasi merupakan salah satu tahap awal yang merupakan kunci utama yang penting dalam keberhasilan suatu program layanan pendidikan khusus bagi siswa CI+BI. Dalam proses rekrutmen dan seleksi dipengaruhi oleh model layanan pendidikan yang diberikan bagi peserta didik cerdas istimewa ada beberapa prinsip identifikasi yang perlu diperhatikan adalah (Klein, 2006; Porter, 2005) yaitu: Cerdas Istimewa merupakan suatu fenomena yang kompleks sehingga identifikasi hendaknya dilakukan secara multidimensional dengan:
1. Menggunakan sejumlah cara pengukuran untuk melihat variasi dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa cerdas istimewa pada usia yang berbeda.
2. Mengukur bakat-bakat khusus yang dimiliki untuk dijadikan acuan penyusunan program belajar bagi siswa cerdas istimewa
3. Tidak hanya memperhatikan hal-ahl yang sudah teraktualisasi, namun juga mengidentifikasi potensi.
4. Identifikasi tidak hanya untuk mengukur aspek kognitif, namun juga motivasi, minat, perkembangan sosial emosional serta aspek non kognitif lainnya.
PERMASALAHAN ANAK CI+BI
Gejala-gejala lompatan perkembangan anak CI+BI merupakan faktor kuat yang memberi dampak psikologis dalam perilakunya, baik positif maupun negatif. Dengan memahami karakteristik anak, orang tua, guru, masyarakat dapat mengantisipasi hal-hal di luar dugaan (misalnya marah, agresif) dan bisa menduga penyebabnya. Perilaku negatif tersebut, mungkin menjadi sumber masalah emosional anak CI+BI. Gambaran perilaku negatif dan positif anak CI+BI, dapat dilihat pada tabel berikut:
Karakteristik Perilaku Positif Perilaku negatifSangat waspada Cepat mengetahui ada masalah Senang mengoreksi orang dewasaSelera humor tinggi Mampu menertawakan diri
sendiriMembuat lelucon dengan mengorbankan orang lain
Mampu memahami keterkaitan satu dengan yang lain
Mampu memecahkan masalah sosial sendirian
Ikut campur urusan orang lain
Dorongan berprestasi yang kuat
Mengerjakan tugas sekolah dengan baik
Arogan, egois, tidak sabaran dengan kelambanan orang lain
Kemampuan verbal yang tinggi Diplomasi persuasif dengan tata bahasa yang tepat
Memanipulasi orang lain
Individualistik, menantang stabilitas
Percaya diri tinggi Hanya sedikit punya teman dekat, kuat dengan keyakinan diri sendiri
Motivasi diri yang kuat, merasa tidak perlu bantuan orang lain
Hanya perlu sedikit arahan dan bantuan orang lain
Agresif berlebihan, menantang otoritas
Karakteristik Perilaku Positif Perilaku negatifKemampuan membaca sangat tinggi
Mengingat dan menguasai materi belajar dengan mudah
Gampang bosan, tidak suka hafalan
Sangat senang membaca Membaca berbagai jenis buku, memonopoli perpustakaan
Mengabaikan orang lain
Kaya perbendaharaan kata Mengkomunikasikan gagasan dengan lancar
Suka pamer pengetahuan
Simpanan informasi yang sangat banyak
Cepat dalam menjawab pertanyaan
Memonopoli diskusi
Rentang perhatian yang panjang
Mengerjakan tugas sampai selesai
Tidak suka kerja terbatas waktu, mengatur sendiri waktu penyelesaian
Minat beragam, rasa penasaran yang tinggi
Banyak bertanya, senang dengan gagasan baru
Kurang dapat membuat pembicaraan yang lintas disiplin
Belajar/bekerja sendiri Menciptakan gaya sendiri dengan melakukan sesuatu
Menolak bekerjasama dengan orang lain yang dianggap tidak sejalan
LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK CI+BI
A. Kurikulum
Kurikulum yang diberikan pada siswa CI+BI tidak boleh sama dengan siswa reguler, karena bobot dan kedalamannya tidak sesuai karakter siswa CI+BI. Kurikulum untuk siswa CI diarahkan pada pemenuhan kebutuhan siswa dan sekaligus menyeimbangkan domain kognitif dan non kognitif.
Berdasarkan pada diferensiasi diatas selanjutnya ditentukan materi kurikulum yang sesuai dengan siswa. Secara prinsip, penetapan materi yang secara efektif dapat dijadikan sebagai materi kurikulum bagi siswa akselerasi terikat dengan ketentuan sebagai sebagai berikut
1. Materi memang dikumpulkan dan memenuhi rasa keingintahuan siswa akselerasi dalam pengembangan keilmuan, memberikan peluang kepadanya dengan belajar hal-hal baru serta ketrampilan yang mereka butuhkan.
2. Isi kurikulum memiliki tingkat kesulitan paling tidak dua tingkat di atas rerata materi sebayanya.
3. Materi yang dipilih terfokus pada penerapan pengetahuan nyata.
4. Materi harus lebih unggul dari materi regular, mendalam dan menuntut ketrampilan berfikir tingkat tinggi.(Joan F. Smutny,2003:54).
Dalam konteks yang lebih modern, pengertian akleserasi tidak hanya isi pelajaran disajikan dalam bentuk yang ringkas dan dipercepat (compating content) tetapi juga bagaimana teknik intruksional
direkayasa. Oleh karena itu, upaya mengembangkan kurikulum bagi program CI+BI menjadi penting untuk dilakukan.
B. Pembelajaran
Harus difahami bahwa dalam komunitas peserta didik yang berkarakter gifted bukanlah merupakan komunitas yang homogen, mereka adalah sangat heterogen walaupun sama-sama berciri khas gifted. Sebagai konsekwensi dari heteroginitas tersebut maka wajib pula disediakan menu model layanan pendidikan yang juga heterogin. Tidak boleh dianggap mereka sama dan diberikan layanan sama dalam satu kelas.
Pembelajaran harus berorientasi pada siswa, bukan pada guru. Oleh karena itu penerapan materi esensial dilakukan dengan cara melakukan asessment kemampuan siswa terhadap materi pelajaran. Apabila siswa telah menguasai materi suatu materi, maka materi tersebut tidak perlu diajarkan lagi. Dengan demikian dimungkinkan adanya perbedaan materi yang harus diajarkan kepada seorang siswa dengan siswa lainnya.
Salah satu bagian penting untuk melaksanakan pembelajaran untuk siswa CI+BI adalah memilih bahan atau materi ajar. Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan melalui pengorganisasian materi. Isi bidang studi memiliki implikasi langsung dalam upaya pembuatan urutan dan sintesis isi bidang studi sehingga langkah pengembangan bahan ajar selalu didahului dengan langkah analisis isi bidang studi dan analisis tujuan.
Yang dimaksud dengan analisis tujuan adalah langkah memperoleh informasi mengenai kategori tujuan dari pembelajaran, apakah berdimensi cognitive apa efektif atau psikomotorik, demikian juga diketahui pula level tujuannya, apakah mengarah pada tujuan yang berlevel lainnya. Analisis atas jenis dan level tujuan sangat menolong bagi pengembang bajan ajar dalam seleksi, menetapkan materi yang akan dipilih sebagai bahan pengisi pengalaman siswa.
Analisis bidang studi dimaksud sebagai langkah untuk mengetahui jenis kategori apa isi dari bidang studi, apakah isi bidang studi bermuatan sebatas konsep atau berkategori prosedur atau kategori prinsip. Dengan mengatahui apa kategorinya bagi pengembang bahan ajar dapat dengan mudah menentukan strategi
Dalam melakukan pembelajaran kepada siswa CI+BI, khususnya mata pelajaran rumpun MIPA, penggunaan laboratorium untuk kegiatan praktikum perlu dioptimalkan. Laboratorium merupakan bagian terintegrasi pada kegiatan pembelajaran MIPA. Pembelajaran MIPA berupa percobaan dan bukan percobaan dapat dilakukan di laboratorium. Pada saat menjelaskan suatu topik, guru dapat langsung mempraktekkannya di depan peserta didik. Dengan demikian siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru secara efektif
Bagi para guru penanggungjawab praktikum tugas penting yang harus dan perlu dilakukan adalah mendisain dan mengelola sebuah kegiatan praktikum. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajarannya jelas, isi dan urutan kegiatannya terarah dengan baik, relevan dengan tuntutan kompetensi lulusan nantinya. Di samping itu, praktikum harus dirancang sedemikian rupa sehingga merupakan pengalaman
belajar yang menarik serta menyenangkan bagi peserta didik, bukan justru sebaliknya, menyiksa dan membosankan.
Sebagaimana kegiatan pembelajaran lainnya, kegiatan praktikum harus dilakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi cakupan materi praktikum dapat dilakukan dengan mengevaluasi topik-topik dan keterampilan yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik. Evaluasi kedalaman relatif lebih sulit dan memerlukan penilaian yang jujur serta kriteria yang jelas terhadap tugas-tugas yang diberikan dalam praktikum. Seringkali terjadi aktivitas intelektal peserta didik sebatas hanya mengikuti petunjuk/resep yang ada di buku petunjuk praktikum, padahal kompetensi yang dikehendaki adalah kemampuan penemuan/penelitian ilmiah. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam menilai praktikum adalah ketepatan metode penilaian dan proses umpan balik.
Sangat penting untuk menjamin bahwa metode penilaian yang digunakan cocok (sesuai dengan tujuan). Jika tujuan praktikum adalah peserta didik dapat menggunakan alat dengan benar, maka evaluasi dilakukan dengan mengamati dan menilai apakah yang dilakukan peserta didik telah sesuai dengan kriteria yang telah disepakati. Jika tujuan praktikum adalah peserta didik mampu berpikir ilmiah, metode evaluasi harus dapat menilai kemampuan yang ditunjukkan peserta didik. Penilaian praktikum yang hanya didasarkan pada laporan saja, tidak akan berhasil mengukur kemampuan berpikir pada tingkat tinggi yang ada pada pekerjaan praktikum itu sendiri.
Umpan balik juga merupakan salah satu sarana penilaian. Proses belajar peserta didik akan dapat difasilitasi dengan baik apabila ada umpan balik terhadap yang mereka lakukan dan hasilkan. Umpan balik dapat diperoleh dari guru pembimbing, dosen pendamping atau kelompok praktikan.
A. Tenaga Pendidik
KTSP membuka ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola sekolah dalam penjabaran rencana, metode, dan alat-alat pengajaran. Standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar kurikulum masih ditentukan pemerintah pusat, namun kontekstualisasi detailnya diarahkan kepada pengelola sekolah dan guru. Guru ditantang untuk mampu menciptakan suasana belajar yang kontekstual dan menyenangkan bagi siswa, barangkat dari pemahaman bahwa guru (dan pihak sekolahlah) yang paling paham mengenai karakteristik siswa dan lingkungan sekolahnya.
Dengan demikian seorang tenaga pendidik di program CI+BI harus memiliki kemampuan optimal dalam mengembangkan potensi siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendorong terjadinya pengembangan siswa. Upaya peningkatan kemampuan tenaga pendidik perlu dilakukan secara sistemik dan sistematis, bukan sekedar mencukupi prasyarat sertifikasi.
Pengajar siswa kelas akselerasi harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik yang ada pada siswa akselerasi. Secara umum kompetensi yang harus dimiliki guru terdiri dari kompetensi pedagogik, profesional, personal/kepribadian dan sosial (Kepmendiknas No. 19 Tahun 2005). Secara lebih spesifik, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru pengajar kelas akselerasi antara lin:
1. Lulusan S-1 yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari perguruan tinggi negeri/swasta yang terakreditasi A.
2. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru.
4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik berkecerdasan istimewa.
5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.
6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik, yang meliputi:
a. Perancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar.
b. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi kecardasan.
7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar peserta didik cerdas istimewa.
8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan.
9. Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik.
10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran.
11. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran.
12. Memiliki pengalaman mengajar di kelas reguler sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dengan prestasi baik.
13. Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan terkait penyelenggaraan pendidikan.
B. Kelembagaan
Pemerintah pada dasarnya telah membuka pintu yang cukup terbuka terkait dengan pelaksanaan pendidikan akselerasi. Dalam layanan pendidikan khusus yang ditetapkan oleh direktorat pendidikan luar biasa mengenai bentuk program akselerasi dan keberbakatan, dicantumkan bahwa program percepatan belajar bisa dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu: 1) kelas reguler, 2) kelas khusus, dan 3) sekolah khusus. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bentuk ini :
1. Kelas Reguler, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model terpadu/inklusif). Bentuk penyelenggaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut:
a. Kelas reguler dengan kelompok (cluster). Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.
b. Kelas reguler dengan pull out. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas regular, namun dalam waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus.
2. Kelas Khusus, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus (Bentuk inilah yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta);
3. Sekolah Khusus, dimana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
C. Manajemen.
Pengelolaan pendidikan khusus bagi siswa CI/BI di sekolah reguler harus memiliki manajer/pengelola program sendiri dan tidak boleh dirangkap oleh kepala sekolah. Artinya kepala sekolah, berdasarkan mekanisme pengambilan keputusan yang ada, harus menetapkan manajer/kepala program tersendiri dengan tugas utama mengelola pendidikan khusus bagi siswa CI/BI. Dalam pelaksanaan tugas, manajer pendidikan khusus bagi siswa CI/BI dibantu oleh staf yang dapat berupa staf mandiri maupun dirangkap oleh staf sekolah secara umum. Namun demikian, secara administratif pendidikan khusus bagi siswa CI/BI harus memiliki dokumen administrasi yang terpisah dari administrasi sekolah secara umum dalam berbagai aspek, termasuk aspek pembiayaan. (direktorat PSLB, Dirjend Mandikdasmen Dapartemen Pendidikan Nasional, 2009).
Sumber:
Amril Muhammad (Sekjend. Asosiasi CI+BI Nasional, Sekretaris Dewan Pembina Cugenang Gifted School, Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan FIP UNJ). 2010. Memahami Anak Cerdas/berbakat Istimewa (CI+BI) dan Pengembangan Layanan Pendidikannya: Makalah.
Muh. Hanif Dhakiri (Komisi X DPR RI). 2010. Penyediaan Layanan Pendidikan Khusus untuk Anak CI + BI di Indonesia: Makalah.
Alfikalia (Dosen Program Studi Psikologi Universitas Paramadina). 2010. Inklusivitas dalam Pendidikan bagi Siswa Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa: Makalah.
Direktorat PSLB, Dirjend Mandikdasmen Dapartemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa.
http://www.ditplb.or.id
http://santosasmaga.blogspot.com/2012/07/anak-cerdas-istimewa-bakat-istimewa.html