Pemeriksaan Diagnostik Dan Pemeriksaan Fisik Pada Klien Dengan Stenosis Mitral
Stenosis Mitral Rematik Pada Anak - Angel Journal
-
Upload
angelinasiauta -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
description
Transcript of Stenosis Mitral Rematik Pada Anak - Angel Journal
STENOSIS MITRAL REMATIK PADA ANAK: LEBIH CEPAT
PERKEMBANGANNYA PADA PASIEN-PASIEN DI SUB-SAHARA
(Rheumatic mitral stenosis in Children: more accelerated course in sub-Saharan Patients)
Henok T, Wubegzier M, Endale T. BMC Cardiovaskular Disorders 2013, 13:95
ABSTRAK
Latar Belakang : Stenosis mitral, salah satu resiko gawat dari penyakit jantung
rematik, pada umumnya dianggap membutuhkan waktu puluhan
tahun untuk berkembang. Namun, beberapa penelitian dari
negara berkembang telah menunjukkan bahwa stenosis mitral
mengikuti perkembangan berbeda yang terlihat pada negara
maju. Penelitian ini melaporkan prevalensi, keparahan dan
komplikasi tersering dari stenosis mitral pada tahun pertama dan
awal tahun kedua kehidupan di antara anak-anak yang dirujuk
ke pusat tersier untuk intervensi.
Metode : Rekam medik dari 365 pasien yang berusia kurang dari 16 tahun
dan didiagnosis dengan penyakit jantung rematik ditinjau ulang.
Stenosis mitral dibagi ke dalam derajat berat (area katup mitral <
1,0 cm2), sedang (area katup mitral 1,0-1,5 cm2), dan ringan
(area katup mitral > 1,5 cm2).
Hasil : Rata-rata usia saat diagnosis adalah 10,1 ± 2,5 (jarak 3-15)
tahun. Dari 365 pasien, 126 (34,5%) ditemukan memiliki
stenosis mitral melalui kriteria ekokardiografik. Di antara anak
yang berusia 6-10 tahun, prevalensi stenosis mitral adalah
26,5%. Rata-rata area katup mitral (n=126) adalah 1,1 ± 0,5 cm2
(jarak 0,4-2,0 cm2). Stenosis mitral murni ditemukan pada 35
anak. Secara keseluruhan, keterlibatan multi-valvular ditemukan
pada 330 (90,4%). Klas II NYHA ditemukan sebesar 76% dan
klas III atau IV ditemukan sebesar 22%. Hanya 25% pasien
mengingat memiliki gejala demam rematik akut. Komplikasi
pada saat rujukan meliputi 16 kasus fibrilasi atrium, 8 kasus
kontras spontan ekokardiografi pada atrium kiri, 2 kasus
trombus atrium kiri, 4 kasus trombo-emboli, 2 kasus emboli
septik, dan 3 kasus kompresi jalan napas oleh pembesaran
atrium kiri.
Kesimpulan : Stenosis mitral rematik sering terjadi pada tahun pertama dan
awal tahun kedua kehidupan di Etiopia. Perkembangannya
tampak mempercepat munculnya komplikasi dan cacat sejak
awal kehidupan. Program skrining berdasarkan ekokardiografi
diperlukan untuk memperkirakan prevalensi dan menyediakan
bantuan untuk menguatkan program pencegahan primer dan
sekunder.
Kata Kunci : Stenosis mitral, Area katup, Penyakit jantung rematik, Afrika
sub-Sahara
LATAR BELAKANG
Meskipun jarang di negara-negara maju, Penyakit Jantung Rematik (PJR) berlanjut
menjadi masalah kesehatan yang serius di negara-negara berkembang. PJR di sebagian besar
dunia tidak menurun. Survei terbaru berdasarkan ekokardiografi pada beberapa negara
berkembang memprediksi prevalensi PJR akan meningkat 3-10 kali dibandingkan dengan
prediksi sebelumnya berdasarkan pemeriksaan klinis semata.
Tidak seperti lesi katup lainnya yang mungkin disebabkan oleh banyak etiologi, stenosis
mitral sendiri atau kombinasi dengan lesi katup lainnya hampir secara khusus disebabkan oleh
PJR. Stenosis mitral kongenital adalah bentuk yang sangat jarang dari stenosis mitral yang
bersatu dengan gangguan sirkulasi serius dan mortalitas tinggi dalam beberapa tahun pertama
kehidupan.
Keparahan dari penyakit katup mitral rematik di negara berkembang berbeda dalam banyak
hal dari negara-negara industri. Dalam penelitian dari negara berkembang stenosis mitral
dianggap sebuah gejala yang lambat dan tidak sering khususnya dalam tahun pertama kehidupan
menunjukkan bahwa dibutuhkan beberapa tahun untuk berkembang. Kesimpulan ini didukung
oleh penelitian longitudinal berdasarkan ekokardiografi yang memiliki prediksi penurunan rata-
rata pada area katup menjadi rendah sebesar 0,09 cm2/tahun.
Sebaliknya, penelitian dari negara berkembang bahwa progresi cepat dari stenosis mitral
mengakibatkan cacat sejak awal kehidupan yang membutuhkan pengobatan. Pada daerah
berkembang dimana merupakan faktor predisposisi untuk kambuhnya demam rematik yang
menetap, profilaksis penisilin sering tidak tersedia dan progresi penyakit tidak terdeteksi. Pasien
di negara berkembang, termasuk mereka yang tahu diagnosisnya, tidak menerima profilaksis
sekunder.
Afrika sub-Sahara (dimana buta huruf merajalela, akses ke layanan medis jarang dan
praktik skrining berdasarkan ekokardiografi tidak mudah dikerjakan) dapat diperkirakan
memiliki prevalensi PJR yang tinggi. Etiopia merupakan satu dari daerah estimasi tinggi
prevalensi PJR di dunia, tetapi penelitian berdasarkan ekokardiografi pada anak tidak tersedia.
Penelitian ini melaporkan prevalensi dan keparahan stenosis mitral pada anak berusia < 16 tahun
yang dirujuk ke pusat akademi tersier untuk pengobatan.
METODE
Rekam medik dari semua pasien dengan PJR yang dirujuk ke pusat pengobatan jantung di
Addis Ababa, antara Januari 2009 sampai Desember 2012 ditinjau lagi. Pasien yang termasuk
dalam penelitian ini adalah pasien dengan usia < 16 tahun dan memiliki diagnosis
ekokardiografi, yakni penyakit katup jantung rematik kronik. Pasien yang tidak termasuk adalah
jika pengukuran area katup dilakukan menggunakan metode lain daripada teknik jiplakan area
(seperti rata-rata teknik gradient tekanan diastolik transmitral atau teknik tekanan paruh waktu)
dalam pengaturan regurgitasi mitral.
Data demografi, klinis, elektrokradiogram, roentgenogram dan ekokardiografi
dikumpulkan dari rekam medik pasien. Keparahan stenosis mitral dibagi menjadi derajat ringan
(area katup > 1,5 cm2), sedang (area katup 1,0-1,5 cm2) dan berat (area katup < 1,0 cm2). Status
fungsional pasien digolongkan berdasarkan New York Heart Association (NYHA) berdasarkan
gejala dan tanda klinis dalam dokumen saat dirujuk. Komite etik departemen kesehatan pediatrik
dan anak dari Sekolah Kedokteran mengizinkan penelitian ini.
Metode Statistik
Pertama-tama data dimasukkan ke Excel. Perangkat lunak SPSS versi 20 untuk Windows
digunakan untuk analisis data. Statistik deskriptif dianalisis untuk variabel dasar. Variabel
kontinu dihitung sebagai rata-rata ± SD (jarak).
HASIL
Selama periode Januari 2009 sampai Desember 2012, total 365 anak dengan diagnosis
ekokardiografi yaitu PJR kronik, dan berusia < 16 tahun dirujuk ke pusat pengobatan jantung
untuk operasi atau intervensi perkutaneus. Rata-rata usia pada saat terdiagnosis untuk semua
pasien adalah 10,1 ± 2,5 (jarak 3-15) tahun. Rata-rata berat badan untuk semua pasien adalah
26,2 ± 8,2 kg (jarak 12-48 kg). Dari 365 pasien dengan PJR kronik, 126 (34,5%) memiliki
stenosis mitral (Gambar 1). Rata-rata area katup mitral untuk pasien dengan stenosis mitral
(n=126) adalah 1,1 ± 0,5 cm2 (jarak 0,4-2,0 cm2). Data demografi, klinis dan ekokardiografi
mereka terlihat dalam Tabel 1.
Dua pasien dengan stenosis mitral berat memiliki trombus pada atrium kiri. Delapan pasien
dengan stenosis mitral berat memiliki perbedaan echo spontan pada atrium kiri (Gambar 2). Satu
pasien dengan kombinasi stenosis mitral dan regurgitasi dan dua pasien dengan regurgitasi mitral
berat memiliki bukti kompresi bronkial dari pembesaran atrium kiri (Gambar 3). Komplikasi
pulmonal termasuk atelectasis total di paru-paru kiri pada satu pasien dengan stenosis mitral dan
yang kedua dengan regurgitasi mitral berat. Pasien ketiga memiliki kolaps lobus tengah kanan.
Stenosis struktur katup trikuspid ditemukan pada 19 (5,2%) pasien. Semua pasien dengan
stenosis katup trikuspid memiliki stenosis mitral. Bukti elektrokardiografi dari fibrilasi atrium
ditemukan pada 16 (4,4%) pasien. Kejadian trombo-embolik terjadi pada 4 pasien dengan
stenosis mitral berat, mengakibatkan anggapan stroke emboli hemiparetik pada dua pasien dan
gangrene dan yang berikut amputasi satu kaki pada dua pasien. Dua pasien lain tanpa stenosis
mitral memiliki penurunan nadi akibat anggapan emboli septik. Hanya 91 (24,9%) pasien
mengingat memiliki gejala yang mengarah pada demam rematik akut.
Gambar 1. Distribusi pasien stenosis mitral pada usia yang berbeda antara anak-anak dengan penyakit PJR kronik (n=365)
Tabel 1. Karakteristik demografi, klinis, dan ekokardiografi untuk pasien dengan penyakit katup jantung rematik kronik (n=365)
Variabel Frekuensi (persentase)
Jenis kelamin (perempuan)
Usia saat diagnosis (tahun)
≤ 5
6-10
11-15
Tempat tinggal (urban atau semi-urban)
Penyakit katup mitral
Stenosis mitral murni (semua derajat)
Stenosis mitral dengan regurgitasi (semua derajat)
Regurgitasi mitral, tanpa stenosis (semua derajat)
Keterlibatan multi-valvular (termasuk penyakit katup mitral):
Penyakit katup aorta (regurgitasi dan/atau stenosis)
Penyakit katup trikuspid (regurgitasi dan/atau stenosis)
212 (58,1)
24 (6,6)
170 (46,6)
171 (46,8)
178 (48,8)
359 (98,4)
35 (10,0)
91 (24,9)
233 (63,8)
257 (70,4)
299 (81,9)
Rata-rata gradient tekanan diastolik transmitral (n=108):
< 10 mmHg
21-30 mHg
21-30 mmHg
30 mmHg
Skor katup mitral untuk stenosis mitral berat (n=19)
≤ 8
> 8
Klas fungsional (NYHA)
I
II
III
IV
Pada profilaksis sekunder melawan kekambuhan demam rematik (pada saat rujuk)
4 (3,5)
40 (35,7)
61 (54,5)
3 (2,7)
2 (10,5)
17 (89,5)
10 (2,7)
276 (75,6)
27 (7,4)
52 (14,2)
272 (74,5)
DISKUSI
Dalam serangkaian kasus dari pasien anak Etiopia dengan PJR, keseluruhan prevalensi
stenosis mitral di pasien kami adalah 34,5% dan prevalensi stenosis mitral berat, ditegaskan
sebagai daerah katup < 1,0 cm2 adalah 18,1%. Gambaran ini tampak tinggi tetapi sulit untuk
dibuat perbandingan dengan penelitian lain, sebagaimana pengaturan dan metodologi penelitian
lain sangat berbeda dari penelitian kami. Prevalensi stenosis mitral murni dalam penelitian kami
adalah 9,5%, angka ini hampir empat kali lipat lebih besar daripada sebuah penelitian yang mirip
dilaporkan oleh Yuko-Jowi dkk. dari Kenya. Rata-rata gradient tekanan diastolik transmitral
(n=108) adalah ≥ 10 mmHg di 104 (96,5%) pasien dan hasil ini lebih besar dari 20 mmHg di 64
(57,2%) di 108 pasien. Namun, parameter ini tidak digunakan untuk derajat keparahan stenosis
mitral karena kebanyakan pasien memiliki signifikansi berkaitan dengan regurgitasi katup mitral
yang dapat membesarkan gradient diastolik transmitral.
Sebuah pengamatan mencolok menemukan prevalensi tinggi dari pasien stenosis mitral
antara usia 6-10 tahun (26,5%). Dalam penelitian dari negara-negara maju, stenosis mitral dalam
kelompok usia ini jarang terjadi. Penelitian kami menegaskan hal itu dari negara-negara
berkembang lainnya menunjukkan bahwa stenosis mitral dapat berkembang secara cepat dan
dapat mengakibatkan cacat berat pada usia dini.
Beberapa alasan dapat dilaporkan untuk perbedaan perkembangan PJR di negara-negara
berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju. Pertama, faktor predisposisi untuk
demam rematik akut menetap dan terapi profilaksis penisilin sering tidak adekuat. Kedua,
sementara profilaksis sekunder dapat mencegah atau berpengaruh dalam menurunkan
perkembangan stenosis mitral atau aorta, banyak pasien PJR kurang akses atau gagal untuk taat
terhadap profilaksis sekunder. Pasien di negara berkembang yang mendapatkan profilaksis
sekunder memiliki perkembangan yang mirip dengan mereka yang ada di negara maju. Lagipula,
penurunan prevalensi PJR sendiri dan bahkan keparahan stenosis mitral memiliki perubahan
yang sejajar dengan faktor sosio-ekonomi pada beberapa negara berkembang tercepat di Asia
Tenggara. Kenyataan bahwa banyak pasien tidak mengingat serangan demam rematik di masa
lalu dapat juga berperan untuk terjadinya karditis. Meskipun peran pengobatan anti-inflamasi
terhadap karditis rematik akut tidak dapat dibuktikan, kekurangan pengobatan penisilin atau tirah
baring secara signifikan berperan untuk terjadinya karditis. Observasi ini mengusulkan bahwa
meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan meningkatkan ketaatan terhadap profilaksis primer
dan sekunder dapat menurunkan angka PJR dan komplikasinya.
Rendahnya persentasi dalam hal mengingat kembali gejala yang tetap dengan demam
rematik akut (24,9%) adalah konsistensi dengan penelitian lain. Penjelasan yang lebih baik
adalah demam rematik akut tersebut luput dari perhatian jika tidak muncul bersamaan dengan
migratory polyarthritis atau korea Sydenham, khususnya pada negara dengan peralatan canggih.
Hasil penemuan kami yakni semua pasien dengan stenosis trikuspid memiliki stenosis
mitral berat juga terdapat pada hasil penelitian lain di United State. Fibrilasi atrium ditemukan di
4,4% pasien kami. Penelitian lain telah menemukan kisaran angka lebih tinggi yaitu antara 5,9%
dan 40%. Namun, pertimbangan usia muda pada pasien kami, persentasi ini mengkhawatirkan.
Komplikasi jarang seperti kompresi jalan napas oleh pembesaran atrium kiri terjadi pada satu
pasien dengan kombinasi stenosis mitral dan regurgitasi dan dua pasien lain dengan mitral
regurgitasi berat. Kompresi ini mengakibatkan atelektasis total pada paru-paru kiri di dua pasien
dan kolaps lobus tengah kanan pada pasien ketiga. Komplikasi ini telah dilaporkan pada banyak
laporan kasus, umumnya, pada dewasa.
Pasien kami tampaknya memiliki angka tinggi terhadap profilaksis sekunder melawan
kekambuhan demam rematik, tetapi sebagian besar didiagnosis beberapa bulan sebelum mereka
dirujuk dan mendapatkan hanya satu atau dua dosis.
Gambar 2. Gambaran ekokardiografi dari seorang gadis 10 tahun dengan PJR dan stenosismitral berat (area katup mitral 0,51 cm2), menunjukkan pembesaran atrium kiri dan kontras spontan echo pada atrium kiri. A. sepotong tampilan empat bilik (diastol), B. tampilan aksis parasternal (diastol); LA, atrium kiri; LV, ventrikel kiri; RA, atrium kanan; RV, ventrikel
kanan; MV, katup mitral; AV, katup aorta.
Gambar 3. Gambaran ekokardiografi pada aksis parasternal (A)dan sepotong tampilan empat bilik (B) dari seorang gadis 13 tahun
dengan stenosis mitral berat (area katup mitral = 0,84 cm2) dan regurgitasi ringan, menunjukkan pembesaran atrium kiri.
KESIMPULAN
Penelitian kami menunjukkan bahwa dalam populasi kami, stenosis mitral rematik sangat
sering muncul pada tahun pertama dan awal tahun kedua kehidupan, dengan perkembangan
gejala klinis yang cepat dan kecacatan. Program skrining berdasarkan ekokardiografi sangat
dibutuhkan untuk menentukan prevalensi yang sebenarnya dari penyakit katup rematik diantara
populasi anak-anak kita, dan tentu saja, memperkuat komitmen untuk program pencegahan
primer dan sekunder.
Penelitian kami memiliki banyak keterbatasan. Ini adalah penelitian berdasarkan diagnosis
rumah sakit. Itu mungkin hanya kasus simptomatik lanjutan yang dirujuk kepada kami, seperti
pepatah fenomena gunung es. Pasien kami mungkin tidak menjadi perwakilan dari sebagian
besar beban penyakit pada tingkat komunitas. Sebagai tambahan, penelitian kami adalah
penelitian retrospektif, dan banyak variabel penting tidak lengkap, sehingga analisis luas
terhadap faktor resiko menjadi sulit. Namun, penelitian ini menyediakan wawasan baru dalam
keparahan, kompleksitas, dan perkembangan yang cepat dari penyakit katup jantung rematik di
antara Etiopia muda, dan berharap untuk analisis populasi yang lebih luas.