Post on 30-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia adalah salah satu
komitmen Kementrian Kesehatan melalui penerapan rencana pengurangan angka
kesakitan dan kematian ibu serta bayi. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tahun 2012 masih tergolong tinggi, AKI
sebesar 200 per 100 ribu kelahiran, sedangkan AKB sebesar 34 per 100 ribu
kelahiran hidup. Penggunaan kedua angka tersebut merupakan indikator yang
mengisyaratkan bahwa bila AKI dan AKB tinggi, maka derajat kesehatan suatu
daerah yang bersangkutan rendah (Proverawati, 2010). Target Millenium
Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi AKI maksimal
102 per 100 ribu kelahiran dan AKB 23 per 100 ribu kelahiran. Penyebab utama
tingginya angka kematian bayi, khususnya pada masa perinatal adalah Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi yang terlahir dengan BBLR berisiko kematian
35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya di atas
2500 gram (Setyowati, 2010).
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor
risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Bayi BBLR dapat mengalami ganguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi (Kosim dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2011 di Indonesia terdapat
82,5% dengan berat badan lahir normal 2500-3999 gram dan 17,5% dengan berat
2
badan lahir yang tidak normal yang terdiri 11,1% berat badan lahir < 2500 gram,
sedangkan 6,4% berat badan lahir ≥ 4000 gram. Di Provinsi Bali terdapat 84,7%
dengan berat badan lahir normal 2500-4000 gram, sedangkan 15,3% berat badan
lahir tidak normal yang terdiri 9,9% berat badan lahir < 2500 gram dan 5,4% berat
badan lahir ≥ 4000 gram (BKKBN, 2012). Di Kabupaten Gianyar dilaporkan
prevalensi BBLR tahun 2010 yaitu 3,8%, sebesar 4,2% tahun 2011 dan sebesar
4,6% tahun 2012 (Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, 2012). Angka kelahiran
BBLR wilayah kerja di Puskesmas Blahbatuh I tahun 2010 mengalami
peningkatan, yaitu dari 905 kelahiran bayi tercatat 32 (3,5%) adalah BBLR, pada
tahun 2011 dari 934 bayi tercatat 45 (4,1%) adalah BBLR dan tahun 2012 dari
921 bayi tercatat 52 (5,6%) adalah BBLR.
Berat bayi lahir merupakan cerminan dari status kesehatan dan gizi selama
hamil serta pelayanan antenatal care yang diterima ibu. Gizi ibu yang buruk
sebelum kehamilan maupun sedang hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR
atau lahir mati dan menyebabkan cacat bawaan (Kusumawati, 2007).
Pertumbuhan janin dan berat badan anak yang dilahirkan dipengaruhi oleh status
gizi ibu hamil, baik sebelum dan selama hamil. Status gizi Status gizi ibu selama
hamil dapat ditentukan dengan memantau pertambahan berat badan selama hamil,
mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) dan mengukur kadar hemoglobin.
Bertambahnya umur kehamilan biasanya disertai dengan pertambahan berat badan
yang sesuai. Pertambahan berat badan ibu yang tidak normal dapat menyebabkan
terjadinya keguguran, prematur, BBLR, gangguan pada rahim dan perdarahan
setelah melahirkan (Waryono, 2010) status gizi baik pada ibu sebelum hamil
menggambarkan ketersediaan cadangan zat gizi dalam tubuh ibu yang siap untuk
mendukung pertumbuhan janin pada awal kehamilan (Pantiawati, 2010).
3
Status gizi kurang pada ibu hamil dapat disebabkan oleh masalah gizi yang
dialaminya. Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Kurang Energi
Kronik (KEK) dan anemia gizi yang dapat menghambat pertumbuhan janin
sehingga menimbulkan risiko BBLR (Proverawati, 2010).
Faktor umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan pada
usia muda merupakan faktor risiko, hal ini disebabkan belum matangnya organ
reproduksi untuk hamil (endometrium belum sempurna), sedangkan pada umur
diatas 35 tahun endometrium yang kurang subur memperbesar kemungkinan
untuk mengalami kelahiran BBLR, sehingga dapat berakibat terhadap gangguan
perkembangan dan pertumbuhan janin dan berisiko untuk mengalami kelahiran
BBLR (Proverawati, 2010). Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Depkes RI
(2005) dalam hubungannya dengan umur ibu melahirkan, dikatakan bahwa risiko
kehamilan akan terjadi pada ibu yang melahirkan dengan umur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun erat kaitannya dengan terjadinya kanker rahim dan
BBLR
Kasus Kurang Energi Kronik (KEK) di Indonesia banyak terjadi terutama
disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Sumber data dari Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 ibu hamil yang mengalami KEK adalah
27,6 %. Hasil Survei Pemantauan Status Gizi (PSG) ibu hamil pada tahun 2012
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Bali menemukan kasus KEK
sebesar 24,7 %. Di Kabupaten Gianyar tahun 2012 ibu hamil yang mengalami
KEK adalah 22,8 %, di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I ibu hamil yang
mengalami KEK adalah 20,5 %, (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2012).
4
Penelitian yang dilakukan oleh Festy (2011) yang meneliti tentang analisis
faktor risiko pada kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Kabupaten Sumenep,
hasil penelitian terhadap 50 sampel didapatkan variabel yang berhubungan secara
bermakna adalah LILA dan umur ibu. Hasil nilai Odds Rasio berturut turut adalah
34,346 pada umur dan 6,307 pada LILA, nilai tersebut dapat menyatakan risiko
terhadap kejadian berat badan lahir rendah.
Berdasarkan data tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan lila dan umur ibu hamil dengan kejadian bayi BBLR di Wilayah Kerja
Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah untuk
penelitian ini adalah “Adakah hubungan LILA dan umur ibu hamil dengan
kejadian bayi BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2010
sampai dengan Tahun 2012 ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan LILA dan umur ibu hamil dengan kejadian bayi
BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2010 sampai dengan
Tahun 2012
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi kelahiran bayi BBLR dan tidak BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Blahbatuh I
b. Untuk mengidentifikasi LILA ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh
I
5
c. Untuk mengidentifikasi umur ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Blahbatuh I
d. Untuk menganalisis hubungan LILA ibu hamil dengan kejadian BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I
e. Untuk menganalisis hubungan umur ibu hamil dengan kejadian BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Untuk institusi pendidikan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan
memperkaya sumber bacaan di bidang asuhan pada bayi dengan BBLR
b. Untuk peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat digunakan untuk data dasar dalam melaksanakan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan BBLR dengan variabel yang
berbeda.
2. Manfaat praktis
a. Untuk masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
memeberikan KIE untuk meningkatkan pengetahuan pada ibu hamil khususnya
tentang LILA dan umur ibu hamil yang berhubungan dengan berat bayi lahir,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga
kehamilan dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
6
b. Untuk tempat penelitian
Memberikan informasi tentang faktor risiko kejadian kelahiran bayi Berat
Badan Lahir rendah, sehingga dapat memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan
setempat untuk memberikan penatalaksanaan dan pencegahan yang tepat terhadap
LILA dan umur ibu hamil dengan berat bayi lahir sehingga dapat menurunkan
angka kematian maternal dan perinatal