Post on 08-Mar-2019
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2. 1 Teori-teori Dasar
Dalam penelitian ini, penulis telah memilih beberapa teori umum yang
hendak digunakan sebagai konsep dan penjelasan dalam penelitian ini,
diantaranya:
1. Definisi Komunikasi dan Teori Komunikasi Massa
2. Uses and Gratification
Dengan berpatokan pada ke dua teori tersebut, diharapakan akan mampu
menjabarkan peranan sebuah komunikasi terhadap objek penelitian. Peneliti
turut akan menjabarkan bagaimana pemahaman dari tiap-tiap teori melalui
keterangan yang ada dibawah ini.
2. 1. 1 Definisi Komunikasi dan Teori Komunikasi Massa
Mendalami pemahaman komunikasi itu sendiri, banyak yang
mempertanyakan kebenaran dari ilmu komunikasi sebagai ilmu, dan
tidak sedikit pula yang memberikan definisi mengenai komunikasi itu
sendiri secara mendalam. Dalam bukunya yang berjudul “Teori
Komunikasi”, Sasa Djuarsa Senjaya, dan kawan-kawan mengumpulkan
sekiranya lima belas definisi mengenai komunikasi dari beberapa ahli
14
yang didasari pada komponen konseptual pokok dalam pemahaman
komunikasi:
1. Simbol-simbol/verbal/ujaran
“Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal”
(Hoben, 1954).
2. Pengertian/pemahaman
“Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami
dan dipahami olrang lain. Komunikasi merupakan proses yang
dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang
berlaku” (Anderson, 1959).
3. Interaksi/hubungan/proses sosial
“Interaksi, juga dalam tingkat biologis, adalah salah satu perwujudan
komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan
kebersamaan tidak akan terjadi” (Mead, 1963).
4. Pengurangan rasa ketidakpastian
“Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego” (Branlund, 1964).
5. Proses
“Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol, seperti
kata-kat, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain” (Berelson dan
Steiner, 1964).
15
6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran
“Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya
sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau
orang lainnya kata komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada apa
yang dialihkan, alat apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan,
atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan. Dalam
banyak kasus, apa yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau
bagian bersama. Oleh karena itu, komunikasi juga menuntut adanya
partisipasi.” (Ayer, 1955).
7. Menghubungkan/menggabungkan
“Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian
dalam kehidupan dengan bagian lainnya.” (Ruesch, 1957).
8. Kebersamaan
“Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang
semula dimiliki oleh seseorang menjadi dimiliki oleh dua orang atau
lebih.” (Gode, 1959).
9. Saluran/alat/jalur
“Komunikasi adalah alat pengirim pesan-pesan kemiliteran
perintah/order, dan lain-lainnya, seperti telegraf, telepon, radio, kurir,
dan lain-lainnya.” (America College Dictionary).
10. Replikasi memori
“Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang
dnegn tujuan mereplikasi memori.” (Cartier dan Harwood, 1953).
16
11. Tanggapan diskriminatif
“Komunikasi adalah tanggpan diskriminasi dari suatu organisasi
terhadap stimulus.” (Stevens, 1950).
12. Stimuli
“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian
informasi yang berisikan stimuli diskriminasi, dari suatu sumber
terhadap penerima.” (Newcomb, 1966).
13. Tujuan/kesengajaan
“komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari
sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah
laku pihak penerima.” (Miller, 1966).
14. Waktu/situasi
“Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan
struktur situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan.” (Sondel,
1956).
15. Kekuasaan/kekuatan
“Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan
kekuatan/kekuasaan.” (Schacter, 1951).
Melalui kelima belas komponen konseptual tersebut, peneliti bisa
menyusun sebuah kerangka acuan yang dapat dijadikan sebagai alat dasar
dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi. Komponen-
komponen tersebut, baik secara tersendiri maupun tergabung, bisa
dijadikan sebagai titik fokus perhatian dalam sebuah penelitian.
17
Dalam penelitian ini, peneliti turut memusatkan pada bagaimana
konseptual pemikiran seorang individu terhadap suatu media, yang
kemudian akan berlanjut pada tahap antar individu. Dan pada tahap
tersebut peranan dalam pemahaman sebuah media akan semakin
berkembang dan mencapai tahap pada bentuk komunikasi massa.
Menurut Sasa Djuarsa Senjaya, dan kawan-kawan dalam buku
Teori Komunikasi, komunkasi massa adalah komunikasi melalui media
massa yang ditunjukan kepada sejumah khalayak yang besar. Proses
komunikasi massa melibatkan aspek-aspek komunikasi intrapribadi,
komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi
organisasi. Teori-teori komunikasi massa umumnya mefokuskan
perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan
media dan masyarakat, hubungan antar media dan khalayak, aspek-aspek
budaya dari komunikasi massa, serta dampak atas hasil komunikasi
massa terhadap individu. (Senjaya, dkk. 2007: 1.28)
Dalam buku Ilmu Pengantar Komunikasi, Deddy Mulyana
menerangkan bahwa teori Komunikasi Massa Merupakan teori
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau
elektronik (radio, televise), berbiaya relative mahal, yang dikelolah oleh
suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada
sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan
heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat,
18
serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Meskipun khalayak
ada kalanya meyampaikan pesan kepada lembaga (dalam bentuk saran-
saran yang sering tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga,
karena lembagalah yang menentukan agendanya (Mulyana, 2008, hal.
83-84).
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
komunikan yang berjumlah banyak, heterogen, tidak dikenal, atau
ditujukan kepada masyarakat umum, dan proses komunikasinya
dilakukan melalui media yang mampu digunakan untuk komunikasi
massa, yaitu media massa, baik yang berupa media cetak, audio visual,
film, dan media luar ruang (Barata, 2000, hal. 107).
Jadi secara garis besar, peneliti mencoba untuk menggali
bagaimana peranan media penelitian yang berupa film, dalam
menyebarkan nilai dan pesannya terhadap para penontonnya yang
tergolong para penggemar anime di universitas Binua Nusantara. Karena
dengan melihat seberapa besar pesan yang mampu ditangkap oleh para
penonton, akan membantu terbentukanya proses mendasar dari
tercapainya tujuan mendasar penelitian ini.
2. 1. 2 Teori Kegunaan and Gratifikasi
Menurut Richard West dan Lynn H. Turner dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, teori
kegunaan dan gratifikasi merupakan teori yang menjelaskan bahwa orang
19
aktif memilih dan menggunakan media tertentu untuk memuaskan
kebutuhan tertentu. Menekankan posisi pengaruh yang terbatas, teori ini
melihat media mempunyai pengaruh terbatas karena pengguna mampu
memilih dan mengendalikan. Orang memiliki kesadaran diri, dan mereka
mampu memahami dan menyatakan alasan mereka menggunakan media.
Mereka meilhat media sebagai salah satu cara memuaskan kebutuhan
yang mereka miliki. Teori kegunaan dan gratifikasi sendiri mencoba
berfokus pada poin yang menekankan pendapat apa yang orang lakukan
dengan media.
Dalam teori ini, komunikasi yang ada pada media lebih mengarah
pada apa yang bisa dilakukan orang pada media, sehingga dalam teori ini
khalayak dinilai lebih aktif dalam menggunakan media dalam memenuhi
kebutuhannya. Teori ini turut menjadi bagian dari perluasan teori
kebutuhan dan motivasi Abraham Maslow, yang menerangkan
bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya berdasarkan tingkatan-
tingktan tertentu yang terdiri dari:
� Physiological, merupakan pemenuhan kebutuhan biologis atau fisik
yang terdiri dari kebutuhan makan, minum, oksigen, dan kesehatan.
� Safety, merupakan tahap dimana seorang individu merasakan
keamanan atas lingkungan tempat ia berada
� Love and Belongingness, dimana seorang individu merasa bahwa
dirinya memerlukan kasih sayang dan tempat dimana ia tidak merasa
sendirian.
20
� Self-Esteem, merupakan tahap dimana seseorang ingin dihargai atas
keberadaannya dan tindakannya di dalam jalinan sosial.
� Selft-Actualization, tahap tertinggi manusia dimana ia telah mampu
mengktualisasikan dirinya atas apa tujuan hidupnya (Gea, A. A.
2003: 216).
Dengan memenuhi kebutuhannya pada satu tahap, maka individu
tersebut akan mampu melangkah ketahap pemenuhan kebutuhan lainnya.
Secara umum kita bisa memahami teori kegunaan dan gratifikasi sebagai
teori yang menjelaskan motivasi yang mendorong tiap orang memenuhi
kebutuhannya melalui media.
Alan Rubin (1981) mengemukakan bahwa motivasi yang
medorong khalayak menggunakan media, terutama televisi, dapat
dikelompokan menjadi beberapa kategori: untuk melewatkan waktu,
untuk menemani, kesenangan, pelarian, kenikmatan, interaksi sosial,
relaksasi, informasi, dan untuk mempelajari muatan tertentu.
Teori kegunaan dan gratifikasi memberikan sebuah kerangka
untuk memahami kapan dan bagaimana konsumen media individu
menjadi lebih atau kurang aktif dan konsekuensi dari keterlibatan yang
meningkat atau menurun.
Dari hal tersebut munculah berbagai asumsi mengenai teori
kegunaan dan gratifikasi memegang perannya dalam media. Asumsi-
asumsi itu diantaranya berdasarkan pencetus dari teori ini (Katz, Blumler,
21
& Gurevitch, 1974), dimana mereka menyatakan bahwa terdapat lima
asumsi dasar atas teori kegunaan dan gratifikasi, diantaranya:
• Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan,
yaitu dengan anggota khalayak individu dapat membawa tingkat
aktivitas yang berbeda untuk penggunaan media mereka, anggota
khalayak juga berusaha untuk menyelesaikan tujuannya melalui
media. Dalam mengidentifikasi klasifikasi kebutuhan dan kepuasan
khalayak, McQuail menerangkan klasifikasi tersebut mencakup
pengalihan (diversion), yang bisa diidentifikasi sebagai keluar dari
rutinitas atau masalah sehari-hari; hubungan personal (personal
relationship), yang terjadi ketika orang menggunakan media sebagai
temannya; identitas personal (persona identitiy), atau cara untuk
menekan nilai-nilai individu; dan pengawasan (surveillance), atau
informasi mengenai bagaimana media akan membantu individu
mencapai sesuatu. Berikut ini table kebutuhan yang dipuaskan oleh
media:
TIPE
KEBUTUHAN
DESKRIPSI CONTOH MEDIA
Kognitif Memperoleh informasi,
pengetahuan, pemahaman
Televisi, video, dan film
Afektf Pengalaman emosional,
menyenangkan, atau estetis
Film, televisi
22
Integrasi personal Meningkatkan kredibilitas,
percaya diri, dan status
Video
Integrasi sosial Meningkatkan hubungan
dengan keluarga, teman, dan
lainnya
Internet (e-mail, chat
room, Listserv, IM)
Pelepasan
ketegangan
Pelarian dan pengalihan Televisi, film, video,
radio, internet
• Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilhan
media tertentu terdapat pada anggota khalayak, karena orang pada
dasarnya adalah agen yang katif, mereka mengabil inisiatif. Kita
memilih acara seperti The Simsons ketika kita ingin tertawa dan CNN
World News Tonight ketika kita ingin mendapatkan informasi, tetapi
tidak seorangpun memutuskan untuk apa kita inginkan dari sebuah
media atau bagian isinya. Kita mungkin akan memilih CNN karena
kita ingin dihibur. Implikasi yang ada disini adalah khalayak
mempunyai banyak sekali otonomi dalam proses komunikasi massa.
• Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan
kebutuhan, yang berarti bahwa media dan khalayak dipengaruh oleh
masyarakat. Pada kencan pertama, contohnya, pergi ke bioskop
merupakan penggunaan media yang lebih mungkin daripada
menyewa sebuah video dan menontonnya di rumah. Seseorang yang
jarang menggunakan media contohnya , menggunakan kepuasan
23
lebih dalam perbincangan dnegan teman dan keluarg, mungkin akan
lebih sering beralih pada media dengan frekuensi yang tinggi ketika
mencari informasi selama pemilu.
• Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media
mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah
gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para
peneliti, sehingga menyatakan kembali keyakinan akan khalayak
aktif; hal ini juga mengimplikasikan bahwa orang sadar akan
aktivitas ini. Bahkan peneliti awal mengenai kegunaan dan gratifikasi
mencakup menanyakan kepada responden mengenai mengapa
mereka mengkonsumsi media tertentu. Pendekatan kualitatif ini,
termasuk mewawancarai responden dan secara langsung mengamati
reaksi mereka selama pembicaraan mengenai media tertentu.
Pemikiran secara teknik pengumpulan data ini adalah bahwa orang
berada pada posisi terbaik untuk menjelaskan apa yang mereka
lakukan dan mengapa mereka melakukan itu.
• Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak,
yaitu dimana sedikti berbicara mengenai khalayak daripada
mengenai mereka yang melakukan studi mengani ini. Hal ini
menyatakan bahwa peneliti harus mampu mempertahankan
penilaiannya mengenai hubungan natara kebutuhan khalayak akan
media atau muatan tertentu. Teoritikus kegunaan dan gratifikasi
beragumen bahwa karena individu khalayak yang memutuskan untuk
24
menggunakan isi tertentu untuk tujuan akhirnya, nilai muatan media
dapat dinilai hanya oleh khalayak. Menurut teoritikus dalam
kegunaan dan gratifikasi, bahkan muatn murahan yang ditemukan
dalam beberapa acara bincang-bincang seperti Jerry Springer
mungkin berfungsi jika muatan ini memberikan kepuasan untuk
khalayaknya. Orang adalah konsumen yang kritis. Menurut J.D.
Rayburn dan Philip Palmgreen (1984), “orang mungkin membaca
surat kabar tertentu karena surat kabar itu hanya satu-stunya yang
ada, tetapi ini tidak menyiaratkan bahwa ia terpuaskan secara penuh
oleh surat kabar tersebut. Bahkan ia mungkin cukup merasa tidak
puas untuk menghentikan langganan jika ada alternative surat kabar
lain” (hal. 542). (West & Turner, 2008: 101-106)
Melalui teori ini, peneliti mencoba untuk menelah pemahaman
yang muncul pada para audience yang berpartisipasi dengan objek
penelitian yang berupa media komunikasi, yaitu film yang berjudul
“Persona 4 Animation”, terhadap bagaimnan alasan dan pengharapan
meraka ketika memilih media tertentu sebagai pemuas kebutuhan mereka.
2. 2 Teori-teori Khusus
Berikut ini peneliti telah memilih beberapa konsep teori yang akan
dikaitkan langsung dengan objek penelitian ini, berikut teori-teori yang
dugunakan:
1. Teori Analitis Carl Jung
25
2. Teori Persespsi Diri
3. Teori Identitas
4. Teori Khalayak Aktif
2. 2. 1 Teori Analitis Carl Jung
Jung percaya bahwa akar dari kepribadian berasal dari keberadaan
manusia itu sendiri (King, 2008: 413). Jung juga percaya bahwa jiwa
manusia merupakan kesatuan yang didalamnya terdapat semua pikiran,
perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang
saling berinteraksi satu sama lainnya. Menurut Jess Feist dan Gregory J.
Feist dalam bukunya yang berjudul Theories of Personality menerangkan
konsep struktur jiwa menurut Jung yang terbagi atas beberapa bagian,
yaitu:
1. Ego, yaitu jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, dan
perasaan-perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious. Dari
ego lahir perasaan identitas dan keberlangsungan seseorang. Ego
merupakan gugusan tingkah laku yang pada umumnya dimiliki dan
ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat.
Jadi secara garis besar, ego merupakan bagian dari manusia yang
membuat ia sadar akan siapa dirinya.
2. Personal Unconscious, merupakan wilayah yang berdekatan dengan
ego. Pada dasarnya terdiri atas pengalaman-pengalaman yang pernah
26
disadari tetapi dipilih untuk dilupakan atau diabaikan dengan cara
penekanan. Penglaman-pengalaman yang kurang mendalam turut
disimpan ke dalam personal unconscious. Penekanan pada kenangan
pahit kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri
secara makanik, namun bisa juga karena desakan dari pihak luar
yang lebih kuat. Dalam Personal Unconscious kita turut mengenal
kompleks, yaitu kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran
dan ingatan-ingatan yang ada dalam Personal Unconscious. Setiap
kompleks memiliki atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang
memiliki inti yang menarik atau mengumpulkan berbagai
pengalaman yang memiliki inti yang menarik atau mengumpulkan
pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, dimana semakin kuat
daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap tingkah laku
manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentu akan didominasi
oleh ide, perasaan, dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu.
3. Collective Unconscious, merupakan wilayah kekuatan jiwa yang
paling luas dan dalam, serat turut mengatur akar dari empat fungsi
psikologis, yaitu sensasi, intuisi, pemikiran, dan perasaan. Tidak
hanya itu, Collective Unconscious juga merupakan tempat ingatan
dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi
sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri, tetapi juga
leluhur para manusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective
27
Unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan
ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari
generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-
gambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan yang dianut
oleh generasi tertentu secara hampir menyeluruh dan kemudian
ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya.
Empat archetype yang penting dalam membentuk kepribadian
seseorang adalah:
a. Persona, merupakan topeng yang dipakai setiap manusia sebagai
respon terhadap tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta
terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat terhadap
kebutuhan archetypal sendiri. Persona adalah wajah yang
ditampilkan oleh individu. Persona merupakan kepribadian yang
sadar, yang dapat diidentikkan dengan ego. Dalam mimpi, ia muncul
dalam bentuk sesosok figur yang melambangkan aku dalam suasana
tertentu. Kadang-kadang, dapat berupa seorang tua yang keras,
wanita bijak, orang gagah, badut, atau anak kecil. Inilah perilaku dari
dari pikiran penghasil mimpi kita. Kadang kala, dalam mimpi, hal ini
akan diimbangi dengan sebuah karakter yang memainkan peran yang
berlawanan. Contohnya, seseorang yang dalam keadaan sadar
sebagai sosok yang bermoral, ketika di dalam mimpi bisa jadi berupa
seorang bajingan atau sebaliknya.
28
b. Shadow, merupakan archetype kegelapan dan penekanan, yang
mewakili hal lain dari diri kita yang hendak kita tidak ingin ketahui
tetapi mencoba bersembunyi dari diri kita dan orang lain. Shadow
sendiri dapat kita pahami sebagai aspek-aspek yang lebih lemah
dominasinya hanya menjadi baying-bayang diri. Jung
mengistilahkannya dengan autonomous complex atau archetype yang
lain, yang muncul ke permukaan di dalam mimpi. Kadang-kadang,
naluri dan desakan diwujudkan dalam bentuk bayang-bayang,
bersama perasaan perasaan negatif dan destruktif. Ia dapat berupa
satu sosok yang mengancam, yang menyamar sebagai seseorang
yang tidak disukai oleh orang-orang yang bermimpi. Satu cara untuk
mengenali bayang-bayang figur di dalam sebuah mimpi adalah
dengan mengamati reaksi dan perasaan kita yang paling negatif
terhadap seseorang atau suasana tertentu, karena hal yang paling
tidak kita sukailah yang membentuk inti dari bayangan tersebut.
c. Anima pada laki-laki merupakan kondisi dimana hal yang mewakili
sebuah pemikiran irasional pada suasana hati dan perasaan seorang
laki-laki akan sisi feminim yang terdapat dalam diri mereka. Secara
garis besar, Anima adalah pusat kasih sayang, emosi, naluri, dan
intuisi dari sisi kepribadian laki-laki. Archetype ini merupakan
bentuk kolektif dari seluruh perempuan yang dikenali oleh seorang
laki-laki dalam hidupnya, khususnya ibunya sendiri. Bergabungnya
sifat tersebut ke dalam kepribadiannya memungkinkan seorang laki-
29
laki untuk mengembangkan sisi sensitif dari tabiatnya, sehingga
memungkinkannya untuk menjadi individu yang tidak terlalu agresif,
baik hati, hangat dan penuh pengertian. Tidak mengakui atau
menekan anima mengakibatkan timbulnya sifat keras kepala, keras,
kaku, dan bahkan kejam secara fisik maupun emosi.
d. Animus merupakan elemen kepribadian maskulin yang terdapat
dalam diri wanita. Secara garis besar Animus bisa dipahami sebagai
sisi praktis, independen, percaya diri, dan keberanian mengambil
resiko dari kepribadian wanita. Sebagai sebuah archetype, hal ini
merupakan bentuk kolektif dari seluruh laki-laki yang dikenal oleh
seorang wanita di dalam hidupnya, terutama ayahnya sendiri.
Bergabungnya sifat ini ke dalam memungkinkan dirinya untuk
menjadi seorang pemimpin, pengelola yang baik, dan pencari nafkah.
Namun, jika seorang wanita mengabaikan aspek-aspek ini dalam
dirinya, maka ia menjadi cengeng, tergantung, cerewet, dan tidak
aman.
Dengan teori ini, peneliti mencoba untuk bisa memahami
bagaimana keterkaitan konsep pribadi selalu mendasari tindakan dan
pemikiran manusia terhadap hasil dari penelitian yang hendak dilakukan
oleh peneliti, terutama mengenai bagaimana teori ini menekankan alasan-
alasan dasar terbentuknya sebuah tanggapan dari pada narasumber yang
menjadi objek penelitian ini.
30
2. 2. 2 Teori Persepsi Diri
Pemahaman mengenai teori ini berdasar pada sebuah proses
psikologis yang diasosiasikan dengan interprestasi dan pemberian makna
terhadap orang atau objek tertentu yang bisa kita sebut persepsi. Dalam
buku Teori Komunikasi, Sasa Djuarsa Senjaya, dkk. Menjelaskan
bagaimana definisi dari sebuah persepsi itu sendiri dengan mengutip
pandangan Cohen, Fisher (1987: 118) yang menerangkan bahwa persepsi
merupakan interprestasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi
dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa
yang dapat ditangkap oleh indra kita. Definisi ini sendiri melibatkan
sejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami
proses antarpribadi.
Konsep dari syarat berlangsungnya sebuah persepsi sendiri dapat
kita pahami melalui tiga tahap, yaitu:
• Suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal
untuk dapat ditangkap oleh indra kita. Dalam hal persepsi terhadap
pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal mungkin kurang nyata,
tetapi keberadaannya jelas dapat kita rasakan.
• Adanya informasi untuk diinterprestasikan. Informasi yang dimaksud
disini adalah segla sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indra
yang kita miliki.
• Berhubungan dengan sifat representative dari pengindraan.
Maksudnya, kita tidak dapat mengartikan makna suatu objek secara
31
langsung karena kita sebenarnya hanya mengartikan makna dari
informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa meskipun sebuah persepsi
didasari hanya pada pengamatan langsung, hal ini bukanlah sesuatu yang
“sebenarnya” dalam artian kita dapat menangkap atau menguasai objek
tersebut. Kita melihat, membaui, mendengar, mencicipi, dan meraba,
tetapi apa yang harus kita interprestasikan adalah penampakan, bau, rasa,
dan bentuk yang mewakili sesuatu, dan kita tidak akan pernah dapat
“merasakan” objek itu sendiri. Konsekuensinya adalah bahwa
pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukanlah tentang apakah
suatu objek, melainkan apa yang tampak sebagai objek tersebut.
Adakalanya penampakan dapat menyesatkan seperti yang kita alami
dalam ilusi optis, special effects dalam film, dan sebagainya.
Sebuah persepsi merupakan hal yang terjadi dalam benak individu
yang mempersepsikan suatu objek, dan bukan didalam objek, dan selalu
merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka apa yang jelas bagi
orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks
inilah kita perlu memahami tataran intra pribadi dari komunikasi
antarpribadi dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi sebagai
berikut:
• Persepsi adalah pengalaman, dimana untuk mengartikan makna dari
seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki dasar/basis
untuk melakukan interprestasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada
32
pengalaman masa lalu kita dengan orang, objek, atau peristiwa
tersebut, atau dengan hal-hal yang menyerupai. Tanpa landasan
pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk
mempersepsikan suatu makan, sebab ini akan membawa kita kepada
suatu kebingungan.
• Persepsi adalah selektif, dimana ketika kita mepersepsiakan sesuatu,
kita cenderung memperhatikan hanya bagian-bagian tertentu dari
suautu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi
hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan
mengabaikan orang lain. Dalam hal ini biasanya kita
mempersepsikan apa yang kita “inginkan” atas dasar sikap, nilai, dan
keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik
yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan
tersebut.
• Persepsi adalah penyimpulan, dimana ketika kita menilai proses
psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui
suatu proses induksi secara logis. Interprestasi yang dihasilkan
melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi
yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna
adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya
didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita. Sifat ini
saling mengisi dengan sifat kedua. Pada sifat kedua, persepsi adalah
selektif karena keterbatasan kapasitas otak maka kita hanya dapat
33
mempersepsikan sebagian karakteristik dari objek. Melalui
penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambaran yang
lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsiakn atas dasar
sebagian karakteristik dari objek tertentu.
• Persepsi tidak akurat, dimana setiap persepsi yang kita lakukan, akan
mengandung kesalahan dalam kadar tertentu, hal ini disebabkan oleh
pengaruh pengalaman masa lalu, selektivitas, dan penyimpulan.
Biasanya ketidakakuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu
mudah, atau menyamaratakan. Adakalanya persepsi tidak akurat
karena orang menganggap sama sesuatu yang sebenarnya hanya
mirip. Dan semakin jauh jarak antara orang mempersepsi dnegan
objeknya maka semakin tidak akurat persepsinya, meskipun
demikian kita biasanya mengabaikan ketidak akuratan tersebut dalam
kegiatan persepsi kita sehari-hari, dan ketidakakuratan persepsi tidak
selalu menjadi/menimbulkan masalah dalam komunikasi antarpribadi.
• Persepsi adalah evaluative, dimana persepsi tidak akan pernah
objektif karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman
dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang
digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi. Karena
persepsi merupakan proses kognitif psikologis yang ada di dalam diri
kita, maka cenderung bersifat subyektif. Fisher (1987: 125) bahkan
mengemukakan bahwa persepsi bukan hanya merupakan proses
intrapribadi, tetapi juga sesuatu yang sangat pribadi, dan tidak
34
terhindarkannya keterlibatan pribadi dalam tindakan persepsi
menyebabkan persepsi sangat subyektif.
Pada dasarnya, bagaimana kita hendak menilai sesuatu obyek atau
pun sebuah pristiwa, tanggapan dari diri kita lah yang akan
mempengaruhi bagaimana kita menanggapi atau menindak keputuasn
yang kita pilih. Hal tersebut bisa kita sebut sebagai persepsi, suautu hal
yang muncul dalam pemikiran kita ketika kita hendak menilai sesuatu
berdasarkan bagaimana suatu objek mempengaruhi pemikiran kita,
sehingga terkadang kita menilai sesuatu secara subyektif. (Senjaya, dkk.,
2007: 2.13-2.16).
Dengan mempertimbangkan hal ini, peneliti mencoba menggali
bagaimana para narasumber yang menjadi penonton film “Persoan 4
Animation” memberi tanggapan mereka terhadap film yang telah mereka
lihat, walalupun terkadang tanggapan tersebut cenderung bersifat
subyektif, namun peneliti akan menekankan hal tersebut sebagai hasil
penelitian yang penting untuk mencapai tujuan penelitian ini.
2. 2. 3 Teori Identitas
Onong Uchjana Effendy menekankan bahwa dalam ilmu jiwa
sosial terdapat gejala yang disebut identifikasi psikologis, dimana dalam
menghayati sebuah film kerap kali penonton menyamakan seluruh
pribadinya dengan salah satu karakter dalam film. Tidak hanya
memahami atau merasakan, melainkan layaknya baik sang karakter film
35
dengan penonton ada dalam satu kondisi yang sama. Penonton yang
menyukai suatu film akan cenderung terbawa dalam alur cerita film
tersebut, sehingga ia merasa seakan-akan dirinya turut ada dalam film
yang bersangkutan dan menjadi pemain itu sendiri. (Effendy, 2003: 207-
208)
Media cenderung menampilkan sosok figure secara eksplisit
dengan disertai kondisi dramatis yang melibatkan respon-respon menarik
dan memberikan bahan identitas peranan untuk memperkaya konsep diri.
Isi yang bersifat fiktif eksplisit menampilkan orang dalam peranan-
peranan yang secara tipikal dirancang untuk dikagumi dan seringkali
diwarnai glamour dengan fantasi yang memudahkan khalayak untuk
mengambil peran pendorong ego melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh.
Ketika orang-orang yang disajikan media memainkan peranan “rakyat
biasa”, maka penyajian media tetap menegaskan dan meninggikan
makna peran-peran tersebut, yang sebenarnya secara meluas diperankan
oleh kebanyakan anggota khalayak. (Rakhmat, 2008: 215-216).
Dengan mempertimbangkan bagaimana pola pikir seorang
individu terhadap tanggapannya mengenai seorang karakter yang terdapat
dalam film yang ia lihat. Karena berdasarkan hal itu akan mempengaruhi
bagaimana penilaian dan alasan mereka membuat keputusan dalam
memilih film tersebut sebagai media alternative mereka.
36
2 .2. 4 Teori Khalayak Aktif
Menurut Ricard West dan Lynn H. Turner dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, teori
khalayak aktif merupakan teori yang didasarkan pada asumsi bahwa
konsumen media adalah aktif harus menjelaskan apa yang dikatakan
sebagai “Khalayak Aktif.” Mark Levy dan Sven Windahl (1985)
menjawab masalah ini dengan cara:
Sebagaimana dipahami secara umum oleh penelitian gratifikasi, istilah “aktivitas khalayak” merujuk pada orientasi sukarela dan selektif oleh khalayak terhadap proses komunikasi. Singkatnya, hal ini menyatakan bahwa penggunaan media dimotivasi oleh kebutuhan dan tujuan yang didefinisikan oleh khalayak itu sendiri, dan bahwa partisipasi aktif dalam proses komunikasi mungkin difasilitasi, dibatasi, atau memengaruhi kepuasan dan pengaruh yang dihubungkan dengan eksposur. Pemikiran terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas khalayak paling baik dikonseptualisasikan sebagai sebuah variable konstruk, dengan khalayak mempertunjukan berbagai jenis dan tingkat aktivitas. (hal.110)
Jay G. Blumler (1979) juga menawarkan beberapa saran jenis
aktivitas khalayak yang dapat dilakukan oleh konsumen media.
Termasuk di dalamnya kegunaan, kesengajaan, selektivitas, dan kesulitan
untuk mempengaruhi, dengan penjelasan sebagai berikut:
• Kegunaan (utility), yaitu dimana media memiliki kegunaan bagi
orang, dan orang dapat menempatkan media pada kegunaan tersebut.
Seperti ketika saat orang mendengarkan radio karena mereka ingin
mendapatkan informasi lalu lintas. Mereka membeli CD Online.
Mereka membaca majalah mode untuk mengetahui gaya terbaru.
• Kesengajaan (intentionality), yaitu dimana ketika motivasi orang
menentukan konsumsi mereka akan isi media. Ketika orang hendak
37
dihibur, mereka akan menonton komedi. Ketika ingin mengetahui
suatu berita dengan lebih mendalam, terdapat Charlie Rose atau
Nightline.
• Selektivitas (selectivity), yaitu bahwa khalayak menggunakan media
dapat merefleksikan ketertarikan dan preferensi mereka. Jika anda
penggemar Jazz, anda mungkin mendengarkan program Jazz pada
stasiun NPR local.
• Kesulitan untuk mempengaruhi (imperviousness to influence), yaitu
bahwa khalayak membentuk pemahaman mereka sendiri dari isi dan
bahwa makna memengaruhi apa yang mereka pikirkan dan lakukan.
Mereka sering secara aktif menghindari jenis pengaruh media
tertentu. Contohnya, beberapa orang membeli produk berdasarkan
kualitas dan nilai daripada berdasarkan kampanye periklanan. Atau
mereka tidak memperlihatkan serangan terhadap orang lain, tidak
peduli seberapa banyak mereka menikmati film laga/ petualangan
dan acara televisi.
Melalui pemahaman ini peneliti mencoba untuk menegaskan
bahwa sebagaimana tujuan proses ini adalah untuk mengetahui tanggapan
dari pada narasumber mengenai film “Persona 4 Animation”, maka
peneliti tidak meneliti pada tahap pemahaman bagaimana pengaruh
secara nyata dalam objek penelitian pada para narasumber. Namun secara
garis besar, para narasumber bebas dalam memberi keputusan atas media
yang mereka gunakan sebagai kebutuhan.