Post on 22-Oct-2015
1
TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (sudoyo, dkk, 2009).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli pada
parenkim paru yang terjadi pada anak (suriadi, 2006).
B. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti :
1. Bakteri : stapilokokus, streptokokus, aeruginosa,
enterobakter
2. Virus : virus influenza, adenovirus
3. Microplasma pneumonia
4. Jamur : candida albicans
5. Aspirasi : lambung
C. TANDA DAN GEJALA
1. Secara umum diawali dengan awitan menggigil, demam
yang timbul dengan cepat (39°C sampai 40,5°C)
2. Batuk
3. Takipnea (25-45x/mnt) disertai dengan pernafasan
mendengkur, pernafasan cuping hidung
4. Nadi cepat dan bersambung
2
5. Bibir dan kuku sianosis
6. Sesak nafas
7. Rales (ronchi)
8. Whezzing
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui
aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel
bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat
mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme
imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan
pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat
menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya
pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan
kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada
anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui
perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat
3
menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus
terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat
menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas
bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme
yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus
(contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli
menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto
toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada
struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (Sudoyo,
dkk, 2009).
4
PHATWAY
5
E. KOMPLIKASI
1. Gangguan pernafasan
2. Obstruksi jalan nafas
3. Efusi pleura
4. Bronkaltasis
5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak
sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak
mengandung udara dan kolaps).
6. Komplikasi sistemik (meningitis)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Fhoto rontgen
2. WBC(white blood cell) biasanya kurang dari 20.000
cells mm3
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus dirawat
3. Berikan oksigen, fisioterapi dada, dan cairan
intravena
4. Antibiotik sesuai dengan program (ex : ampicilin)
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Kaji status pernafasan
b. Kaji tanda-tanda distress pernafasan
c. Kaji adanya demam, tachycardia, malaise, anoreksia,
kegelisahan dan perubahan kondisi.
6
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan
dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli.
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
jaringan paru.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan
anoreksia.
3. INTERVENSI
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan
dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli
Rencana tindakan :
a. Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage
setiap 4 – 6 jam.
b. Beri therapy oksigen sesuai program.
c. Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.
d. Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien
bernafas.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien
dapat tidur tenang.
f. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status
pernafasan.
g. Beri minum yang cukup.
h. Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.
i. Kelolaa pemberian antibiotik dan obat lain
sesuai program.
7
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
jaringan paru
a. Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S,
dan tanda-tanda keefektifan jalan napas.
b. Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal
c. Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan terapi
d. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai
order, kaji keefektifan dan efek samping (ruam,
diare)
e. Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks
f. Lakukan suction secara bertahap
g. Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap
2 – 4 jam
3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh.
a. Kaji turgor kulit dan membran mukosa
b. Berikan cairan peroral atau intravena
c. Monitor intake dan output
d. Kaji tanda-tanda dehidrasi (oliguria, ubun-ubun
cekung, berat badan menurun)
e. Timbang berat badan
f. Kaji demam setiap 4 jam dan berikan
antipiretik, analgetik dan antibiotic sesuai
program.
8
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan
anoreksia
a. Catat intake dan output, berat diapers untuk
output
b. Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit
cairan dan kondisi IV line
c. Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu
d. Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam
9
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.
Sudoyo, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid
III, edisi V. Jakarta : InternaPublishing
Suriadi, Rita Yuliana. 2006. Asuhan Keperawatan pada
Anak. Jakarta : Sagung Seto.