Post on 25-Dec-2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga kami kelompok III Praktik Komunitas
dapat melaksanakan tugas dan menyelesaikan laporan dari tugas asuhan keperawatan
komunitas yang kami laksanakan di Desa Karang Anyar RT 25 RW 09 Kelurahan
Gambut kab. Banjar Kal-Sel.
Shalawat serta salam kami haturkan keharibaan junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
Komunitas di Desa Karang Anyar dan dalam menyelesaikan tugas laporan ini, yaitu:
1. Bapak Drs Murjani SH, MH, M.Kes, selaku Ketua STIKES
Cahaya Bangsa Banjarmasin
2. Ibu Yeni Mulyani, SKp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
Keperawatan STIKES Cahaya Bangsa
3. Bapak Luthfi Wardani S.Kep selaku pembimbing kelompok
III Praktik Komunitas STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin, yang telah banyak
ngmemberikan bantuan, support, dan motivasi yang sangat besar kepada kami.
4. Bapak Muhammad Tahdi B,Sc, SKM selaku pembimbing
akademik Praktik Komunitas STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin, yang telah
banyak memberi bantuan, support, dan motivasi yang sangat besar kepada kami.
5. Kepala Puskesmas Gambut yang telah memberikan
bimbingan kepada kami.
6. Pihak Kelurahan Desa Karang Anyar yang telah memberikan
bantuan kepada kami.
7. Puskesmas Gambut yang telah memberikan bimbingan dan
bantuan serta ilmu kepada kami.
8. Seluruh masyarakat/warga Dusun Karang Anyar yang telah
banyak bekerjasama dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang kami
lakukan.
9. Orang Tua kami dan saudara-saudara kami yang telah
memberikan do’a restu yang tak ternilai harganya.
10. Seluruh rekan-rekan yang telah menjalin kekompakan antar
sesama anggota kelompok.
Kami memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang dilakukan.
Kami dari kelompok III terbuka dengan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk kesempurnaan hasil laporan ini.
Akhirnya kami berharap semoga laporan hasil pelaksanaan Praktik
Komunitas ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada kita semua.
Amin.
Wassalam
Kelompok III
(Abdul Halim)
Daftar Isi
BAB I
A. Pendahuluan………………………………………………………………………………………………................i
a. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………ii
b. Tujuan Umum……………………………………………………………………………………………………..
c. Tujuan Khusus…………………………………………………………………………………………………….
d. Manfaat………………………………………………………………………………………………………………
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
BAB III
A. Analisa Data
B. Perumusan Masalah
BAB IV
A. Pemecahan Data / Rencana Tindak Lanjut
BAB V
A. Penutup
B. Daftar Pustaka
C. Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala
bidang, salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi
yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini
memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat atau status kesehatan
penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat
pembangunan kesehatan yang termuat didalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan dapat
tercapai secara optimal, diperlukan partisifasi aktif dari seluruh anggota masyarakat
bersama petugas kesehatan. Hal ini menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban
untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia diberbagai bidang kehidupan
mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang kesehatan.
Dengan berkembangnya paradigma “sehat-sakit”, saat ini telah terjadi pergeseran,
antara lain : perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi
kegiatan yang pasif menunggu masyarakat berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan
menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif
dalam upaya peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara
lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh
kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan
sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga dan kelompok
dalam masyarakat.
Dalam upaya peningkatan kemampuan dengan individu, keluarga dan
kelompok ditatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep
kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan
tenaga perawat professional dan mempunyai potensi keperawatan secara mandiri
sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Program Studi S1
STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin kelompok III melaksanakan Praktik Komunitas
di Desa Karang Anyar RT 25 RW 09 dengan menggunakan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan kelompok dan masyarakat.
Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara pembentukan kelompok
kerja kesehatan, pembentukan kelompok kerja lanjut usia, memberdayakan kader
kesehatan dan PKK serta mendayagunakan kelompok karang taruna. Dengan
pendekatan masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan
melalui kerja sama yang baik dengan instansi terkait dan seluruh komponen kota
untuk mengikutsertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan.
masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes diharapkan dapat mengenal masalah
kesehatan yang terjadi diwilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi
anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan
lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk
bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitas dan
pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam
upaya meningkatkan status kesehatannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik komunitas, mahasiswa mampu
menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan
di komunitas dengan pendekatan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian
komunitas.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik keperawatan komunitas, mahasiswa mampu:
a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji komunitas. Serta menentukan
diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas untuk komunitas yang spesifik
berdasarkan analisa epidemiologi.
b. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi organisasi
komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan kesehatan komunitas.
c. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor resiko
personal, sosial dan lingkungan.
d. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk meningkatkan
kesehatan komunitas.
e. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk mencegah
penyakit dan meningkatkan kesehatan.
f. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berpikir kritis, belajar
mandiri dengan keterampilan komunikasi yang efektif dan kepemimpinan
didalam komunitas.
C. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Manfaat yang didapat dari praktik komunitas ini bagi mahasiswa, antara lain:
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan
komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.
2. Untuk Masyarakat
Manfaat yang didapat dari praktik komunitas ini bagi masyarakat, antara lain:
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari masalah
kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah yang dialami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai upaya
peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Untuk Pendidikan
Manfaat yang didapat dari praktik komunitas ini bagi pihak pendidikan, antara
lain:
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi S1 Keperawatan STIKES
Cahaya Bangsa Banjarmasin khususnya di bidang keperawatan komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktik
keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Untuk Profesi
Manfaat yang didapat dari praktik komunitas ini bagi profesi keperawatan,
antara lain:
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang professional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah di tentukan.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga profesi
mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah terwujudkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Kesehatan Komunitas
Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Dengan demikian pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting
dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.
Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah
Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi
yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan
komunitas.
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu
lapangan khusus dibidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan
keterampilan berorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada
keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk
memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat
ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang
mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan
keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh
terhadap keluarga, kelompok, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan ditatanan pelayanan kesehatan
dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan
komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan menurut
American Nurses Association (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan
komponen pelayanan kesehatan.
Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan , dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktik.
3. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan ditatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi
dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2. Merupakan bidang khusus keperawatan.
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial
(interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitatif
dan resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat.
7. Bekerja secara tim.
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
10. Bertujuan untuk meningkatkan hidup sahat dan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.
B. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan khusus
Untuk meningkatkan kemempuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau
keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Lebih spesifik lagi adalh untuk menunjang fungsi puskesmas dalam
menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.
C. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Kelompok Khusus.
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadaap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2) bayi baru lahir; 3) balita; 4) anak usia
sekolah; serta 5) usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah: 1) penderita penyakit
menular, seperti: TBC, penyakit kelamin dan lainnya; 2) penderita dengan
penyakit tidak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, kolesterol, asam urat,
dan lain sebagainya.
c. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: 1) panti
werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan
sosial); serta 4) penitipan balita.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung
dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
D. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan mengembalikan
serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif, rehabilitatif dan resosiliatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita dan ibu
hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui
posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas
dan menyusui.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok, masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,
melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut
perawatan dari puskesmas dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di
rumah, ibu bersalin dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan
melalui kegiatan:
a. Latihan-latihan fisik tertentu bagi
penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk,
penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus kedalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti khusus
Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain.
Disamping itu, upaya resosiliatif meyakinkan masyarakat untuk dapat
menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan
dapat dimengerti.
E. Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas
Kegiatan prayang dilakukan praktik komunitas, perawat mempunyai lahan
yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja
perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik komunitas adalah sebagai berikut:
1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, kelompok
khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school healt nursing), di
perusahaan, di posyandu, di polindes dan daerah binaan kesehatan masyarakat.
2. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah
perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
6. Penemuan kasus pada tingkat individu, kelompok dan masyarakat.
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha
pendekatan ilmiah keperawatan.
9. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
10. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
11. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan
kesehatan.
F. Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat secara
keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang
dituangkan dalam proses keperawatan denga memanfaatkan pendekatan epidemiologi
yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang
dihadapi individu, kelompok dan masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui
keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya
dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan
terhadap keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila pembinaan
keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai
memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah
binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisifasi masyarakat disebut
community approach.
G. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam
bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam
mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat adalah:
a. Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi individu, kelompok khusus, masyarakat melalui wawancara, observasi, studi
dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun
informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc Forlane
(1958) terdiri dari inti komunitas yaitu meliputi demografi, populasi, nilai-nilai
keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor
lingkungannya adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi dan
rekreasi.
Hal di atas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif
dalam langkah-langkah selanjutnya.
b. Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun
dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran
yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stresor yang
mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya
dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah
tersebut terdiri dari: 1) masalah sehat sakit; 2) karakteristik populasi; serta 3)
karakteristik lingkungan.
c. Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan / Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya.
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain: 1) masalah
yang ditetapkan dari data umum; b) masalah yang dianalisa dari kesenjangan
pelayanan kesehatan.
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih
dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan: 1) masalah spesipik yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan nasional dan wilayah
setempat; 3) kemampuan dan sumber daya masyarakat, dan 4) keterlibatan, partisipasi
dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas:
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk
segera ditanggulangi.
2) Prevelensi menunjukan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu
tertentu.
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah-masalah yang
menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang
mungkin timbul. (Effendi Nasrul, 1995).
2. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan.
b) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan.
c) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
dilakukan.
3. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang pelu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah: a) melaksanakan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait; b) mengikut
sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
mengtasi masalah kesehatan; serta c) memanfaatkan potensi dan sumber daya yang
ada di masyarakat.
Level pencegahan dalam praktik keperawatan komonitas terdiri atas:
a) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya dan
diaplikasikannya kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus
terhadap penyakit.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekundar menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan
stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi optimal dari ketidakmampuannya.
4. Penilaian /Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-
hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir
(output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu: a) daya guna; b) hasil guna; c)
kelayakan; serta d) kecukupan.
Fokus evaluasi adalah:
a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.
b) Perkembangan atau kemajuan proses.
c) Efisiensi biaya.
d) Efektifitas kerja
e) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka waktu
berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan
Keterangan:
: Peran Masyarakat
: Peran Perawat
Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran perawat lebih besar
dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas keluarga yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA KARANG ANYAR RT
25 RW 09 KELURAHAN GAMBUT KAB. BANJAR KALSEL
10 – 15 Mei 2010
Praktik Keperawatan Komunitas dilaksanakan mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan kelas Reguler Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Cahaya
Bangsa Banjarmasin Kelompok III (Tiga) mulai 10 – 15 Mei 2010 sebagai salah satu
program profesi dalam menempuh pendidikan S1 Keperawatan.
Praktik tersebut dilakukan untuk menjelaskan konsep keperawatan dan
kesehatan komunitas ditatanan nyata kepada masyarakat sehingga mencetak perawat
profesional sesuai dengan kompetensinya dapat tercapai.
Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai model
pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Berikut kami uraikan ikhtisar asuhan keperawatan komunitas yang telah
kami lakukan.
A. Tahap Pengkajian dan Pengumpulan Data
1. Data Demografi
Desa Karang Anyar Kelurahan Gambut RT 25 RW 09 Kecamatan Gambut
Kab. Banjar Kota Banjarmasin , terdata dan terdapat 145 KK dengan jumlah
penduduk 559 jiwa, yang kesemuanya merupakan warga dan penduduk asli Desa
Karang Anyar RT 25 RW 09.
Berdasarkan metode pengkajian Winshield Survey data demografi Desa
Karang Anyar RT 25 RW 09 diperoleh data sebagai berikut:
a. Luas Wilayah Kecamatan Gambut : 129,34 Km
b. Batas Wilayah Desa Karang Anyar :
Utara : Sei. Tabuk
Selatan : Aluh-Aluh
Barat : Kertak Hanyar
Timur : Liang Anggang
A. Pemanfaatan Wilayah
Perumahan di daerah desa Karang Anyar RT 25 RW 09. Di samping itu terdapat
sawah yang dapat di manfaatkan untuk menanam padi dan tumpang sari (jagung,
kacang, ketela). Selain itu juga di desa Karang Anyar ini terdapat perkebunan
serta adanya irigasi (pengairan untuk persawahan).
B. Sarana Transportasi
Di daerah desa Karang Anyar memiliki sarana transportasi seperti Mobil, sepeda
motor, dan pejalan kaki.
C. Pembagian Wilayah
Terdiri dari .....RT dan .... RW di desa Karang Anyar tersebut.
D. Tipe Masyarakat
Yang paling dominan pada masyarakat desa Karang Anyar adalah bertani dan
juga menganut agama Islam.
E. Struktur Pemerintahan
Di desa Karang Anyar mempunyai struktur seperti swadaya dan swasembada.
Memiliki 1 kelompok PKK yang ada setiap RT nya.
F. Fasilitas
Di desa Karang Anyar memiliki 1 mesjid, 1 buah posyandu anak dan balita
kegiatan yang sering dilaksanakan adalah pengajian dan kasidah Serta memiliki 1
buah TK(Taman kanak-kanak), 1 buah sekolah dasar dan 1 buah sekolah
menengah pertama.
Hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung dari rumah
ke rumah yang dilakukan oleh kelompok III mahasiswa program S1 Keperawatan
STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin didapat 145 KK dan 559 jiwa, data tersebut
di atas sudah bisa dijadikan sample dan dapat disajikan sebagai berikut:
A.DATA PENDUDUK
1) Distribusi warga berdasarkan jenis kelamin
Gambar 3.1 Distribusi Warga Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari gambar di atas didapatkan bahwa sebagian besar warga berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 302 jiwa (50,44%) dan 277 jiwa (49,55%) berjenis kelamin perempuan.
2) Distribusi Warga Berdasarkan Umur
Gambar 3.2 Distribusi Warga Berdasarkan Umur
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Berdasarkan gambar di atas didapatkan data bahwa sebagian besar warga
berumur antara Balita 0-5 tahun berjumlah sebanyak 55 jiwa (9,83%),Usia sekolah 6-
12 tahun berjumlah 65 jiwa (11,62%). Remaja 12-18 tahun berjumlah 52 jiwa
(9,30%). Dewasa 18-55 tahun berjumlah 316 jiwa (56,29%). Lansia >55 tahun
berjumlah 71 jiwa (12,70%).
3) Distribusi warga berdasarkan Pekerjaan Penduduk
Gambar 3.3 Distribusi Warga Berdasarkan Pekerjaan Penduduk
Data Pekerjaan Penduduk
Berdasarkan gambar di atas didapatkan data bahwa sebagian besar warga
mempunyai pekerjaan Swasta dengan jumlah 157 jiwa (55,67 %), PNS 33 jiwa
(11,70%), Tani 15 jiwa (5,31%), Buruh 7 jiwa (2,48%), Pensiunan 6 jiwa (2,12%).
Dan Lain-lain 64 jiwa (22,69%).
4) Distribusi warga berdasarkan tingkat pendidikan penduduk
Gambar 3.4 Distribusi Warga Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk
Tingkat Pendidikan Penduduk
Gambar di atas menunjukan tingkat pendidikan terbanyak adalah SD dengan
jumlah 155 jiwa (30,45%), SMP 129 jiwa (25,34%), SMA 157 jiwa (30,84%), PT 41
jiwa (1,96%), Belum sekolah 27 jiwa (50,3%), tidak sekolah 28 jiwa (5%).
5) Distribusi warga berdasarkan tingkat pendapatan penduduk
Gambar 3.4 Distribusi Warga Berdasarkan tingkat pendapatan pendudukTingkat Penghasilan Penduduk
Dari gambar diatas pendapatan rata-rata penduduk dengan jumlah
<500.000/bln berjumlah 17 jiwa (3,04%), 500-1 juta/bln 37 jiwa (6,61%), 1-2juta/bln
49 jiwa (8,76%), >2juta/bln 42 jiwa (7,51%).
B. Data Kesehatan dan Lingkungan
1. Keadaan Rumah
Gambar 3.1 Distribusi Jenis Kepemilikan Rumah
Status Kepemilikan Rumah
Gambar diatas menunjukkan status kepemilikan rumah yang menyewa dengan
jumlah 124 KK (85,51%), menyewa 24 KK (14,48%), menumpang 2 KK (1,37%).
Gambar 3.6 Distribusi Tipe Rumah
Tipe Rumah
Dari gambar diatas terlihat semi permanen memiliki jumlah yaitu pemanen 67
KK (46,20%), semi permanen 67 KK (46,20%), tidak permanen 11 KK (7,58%).
Gambar 3.7 Distribusi Jenis Lantai Rumah
Jenis Lantai Rumah
Berdasarkan gambar diatas dapat diperoleh data tentang jenis lantai rumah
yang semen berjumlah 11 KK (7,58%), Kayu 121 KK (83,44%), Keramik 13 KK
(8,96%).
Gambar 3.8 Distribusi Sistem Ventilasi Rumah
Gambar diatas menunjukkan rumah mempunyai ventilasinya 143 KK (98,62%), tidak
ada ventilasi 2 KK (1,37%).
Gambar 3.9 Distribusi Sistem Pencahayaan Rumah
Pencahayaan Rumah
Dari gambar diatas dapat diperoleh data tentang sistem pencahayaan rumah
yang terang sebanyak 94 KK (64,82%),Kurang Terang 46 KK (31,72%) dan Tidak
Terang sebanyak 5 KK (3,44%).
Gambar 3.10 Distribusi Halaman Sekitar Rumah
Dari gambar di atas dapat disimpulkan seluruh kepala keluarga mempunyai
halaman sekitar rumah.
Gambar 3.11 Distribusi Jenis Pemanfaatan Halaman Rumah
Jenis Pemanfaatan Pekarangan
Gambar diatas menunjukkan yang dimanfaatkan untuk warung 5 KK(3,44%),
tnaman hias 20 KK (13,79%), apotik hidup 2 KK (1,37%), tidak di manfaatkan 28 KK
(19,31%) dan lain-lain 90 KK (62,06%).
Gambar 3.12 Distribusi Sumber Air
Data Sumber Air Masak Dan Minum
Gambar diatas menunjukkan sumber air terbanyak yaitu PAM 99 KK (68,27%),
sumur 10 KK (6,89%), sungai tidak ada dan pompa air 36 KK (24,82%).
Gambar 3.13 Pengolahan Air Minum
Dari gambar diatas menunjukkan pengolahan air minum yang dimasak diseluruh KK
berjumlah 145 KK (100%).
Gambar 3.14 Kondisi Air
Data Sumber Air Di wilayah RT.25
Gambar diatas kondisi air disini berasa 8 KK (5,55%), berbau 13 KK (9,02%), ada
endapan 49 KK (34,02%), tidak berasa 75 KK (52,08%).
Gambar 3.15 Distribusi Tempat Penampungan Air
Gambar diatas menunjukkan tempat penampungan air yang tertutup 125 KK (86,2%)
dan yang terbuka 20 KK (13,79%).
Gambar 3.17 Distribusi Pengurasan Tempat Penampungan Air
Data didapat dari seluruh kepala keluarga yang menguras tempat penampungan air
adalah 145 KK (100%).
Gambar 3.18 Distribusi Waktu Pengurasan
Data Pengurangan Air
Minum
Rentang waktu yang didapat, pengurasan < seminggu sebanyak 26 KK (17,93%), 1
kali seminggu 78 KK (53,79%), dan yang > seminggu 41 KK (28,27%).
Gambar 3.19 Distribusi Cara Pembuangan Sampah
Data Cara Pembuangan Sampah
Dari Data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat membuang
sampah dengan cara di tumpuk 42 KK (28,96%), di bakar sebanyak 99 KK (68,27%),
di kubur sebanyak 4 KK (2,75%).
Gambar 3.19 Distribusi tempat Penampungan Sampah
Tempat Penampungan Sampah
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa disetiap KK yang mempunyai tempat
penampungan sampah sebanyak 82 KK (40%) dan yang tidak mempunyai tempat
penampungan sampah sebanyak 93 KK (60%).
Gambar 3.21 Distribusi kebiasaan keluarga buang air besar
Data Kebiasaan BAB
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kebiasaan keluarga buang air besar di setiap
KK adalah di Jamban sebanyak 5 KK (3,44%),septic tank sebanyak 136 KK (93,79%)
dan yang Menumpang di tempat tetangga sebanyak 6 KK (2,75%).
Gambar 3.23 Distribusi jarak sumber air dengan septik tenk
Jarak Septik Tenk Dengan Sumber Air
Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat bahwa jarak sumber air dengan septik tenk
yang > 10M sebanyak 33 KK (22,75%), sedangkan yang < 10M sebanyak 112 KK
(77,24%).
Gambar 3.24 Distribusi sistem pembuangan air limbah
Data Pembuangan Air Limbah
Dari data setiap KK yang membuang air limbah di resapan sebanyak 35 KK
(24,13%), di Got sebanyak 31 KK (21,37%), sedangkan di sembarang tempat
sebanyak 79 KK (54,48%).
Gambar 3.25 Distribusi Pelayanan kesehatan yang terdekat
Data Yang Di lakukan Apabila Mengalami Keluhan
Dari hasil data di atas dapat di simpulkan bagaimana upaya yang di lakukan keluarga
apabila mempunyai keluhan, yang ke puskesmas sebanyak 117 KK (80,68%), obat
warung sebanyak 20 KK (13,79%), ke dukun sebanyak 4 KK (2,75%), dan di
diamkan saja sebanyak 4 KK (2,75%).
Gambar 3.26 Distribusi sumber pendanaan kesehatan keluarga
Data Pendanaan Kesehatan Keluarga
Dari sumber pendanaan yang menggunakan aaskes sebanyak 7 KK (4,82%), yang
menggunakan Jamkesmas 46 jiwa (31,72%),yang menggunakan pendanaan kesehatan
secara umum sebanyak 92KK (63,44%).
Gambar 3.27 Distribusi penyakit yang sering di derita keluarga dalam 6 bulan terakhir
Data Penyakit Yang di derita Saat ini
Dari data diatas dapat di lihat penyakit hypertensi 24 jiwa (4,29%), gastritis 17 Jiwa
(3,04%), asma 14 jiwa (2,50%), Kolesterol 12 jiwa (2,14%), asam urat 7 jiwa
(1,25%), DM 3 jiwa (0,53%), THT 3 jiwa (0,53%), rematik 3 jiwa (0,53%), diare 3
jiwa (0,53), alergi 2 jiwa (0,35%), typus 1 jiwa (0,17%), vertigo 2 jiwa (0,35%),
osteoporosis 1 jiwa (0,17%), TB 1 jiwa (0,17%), stroke 1 jiwa (0,17%), malaria 1 jiwa
(0,17%), radang usus 1 jiwa (0,17%).
Gambar 3.28 Distribusi pasangan usia subur (PUS)
Data Distribusi PUS
Dari hasil data diatas dapat dilihat jumlah PUS yang menggunakan KB sebanyak 67
jiwa (46,20%), tidak KB 10 jiwa (6,89%), bumil 1 jiwa (0,68%), nifas 6 jiwa (4,13%),
menyusui 10 jiwa (6,89%).
Gambar 3.29 Distribusi kontrasepsi yang di gunakan
Data Pemakaian Alat Kontrasepsi
Dari hasil data di atas dapat di lihat di jumlah penduduk yang menggunakan
kontrasepsi suntik sebanyak 33 KK (22,75%), implan sebanyak 1 KK (0,68%), pil
sebanyak 45 KK (31,03%).
Gambar 3.30 Distribusi Imunisasi
Data Distribusi Imunisasi Balita
Data di atas dapat di lihat jumlah balita yng di imunisasi lengkap 35 jiwa (24,13%),
yang tidak lengkap sebanyak 8 jiwa (5,51%), yang belum lengkap sebanyak 6 jiwa
(4,13%).
Gambar 3.31 Data Perilaku Kesehatan Komunitas
Data Perilaku Kesehatan Komunitas
Dari data di atas dapat di lihat perilaku kesehatan yang kurang sebanyak 71 KK
(48,96%), perilaku kesehatan yang cukup sebanyak 46 KK (31,72%), dan yang
berperilaku kesehatan yang baik sebanyak 28 KK (17,93%).
Gambar 3.32 Data karakteristik Kesehatan Lingkungan
Data Karakteristik Kesehatan Lingkungan
Komunitas
Dari data di atas dapat di lihat kesehatan lingkungan yang kurang sebanyak 99 KK
(68,27%), cukup sebanyak 26 KK (17,93%), baik sebanyak 20 KK (13,79%).
BAB III
PERUMUSAN MASALAH
C. Analisa Data
Tabel 3.1 Distribusi Analisa Data Kesehatan Masyarakat
No DATA MASALAH1. Presentasi Penyakit yang diderita:
Hipertensi 4.29 % Gastritis 3.04 % Asma 2.50 % Cholesterol 2.14 % Batuk Pilek 1.25 % Asam Urat 1.25 % Diabetes Militus 0.53 % THT 0.53 % Rematik 0.53% Diare 0.53 % Alergi 0.53 %
Typoid 0.53 %
Vertigo 0.53 %
Osteoporosis 0.17%
TBC 0.17 %
Stroke 0.17 %
Penyempitan Syarap 0.17 %
Malaria 0.17%
Radang Usus 0.17%
Jenis Lantai Rumah Semen 7.58 %
Resiko Terjadinya Peningkatan Penyakit (Hipertensi, Gastritis, Asma, Cholesterol, Batuk Pilek, Asam Urat, Diabetes Militus, THT, Rematik, Diare, Alergi, Typoid, Vertigo, Osteoporosis, TBC, Stroke, Penyempitan Syarap, Malaria dan Radang Usus).
2. Lingkungan Fisik: Sistem Pembuangan Air
Limbah Sembarangan 54.48 % Tempat Pembuangan Sampah
yang Dibakar 68.27 % Penampungan Air Sementara
Yang Terbuka 13.79 % Jarak Sumber Air Dengan
Septik Tank Kurang Dari 10M 77.24 %
Rumah Yang Pencahayaannya
Resiko Terjadinya Peningkatan Penyakit Karena Lingkungan Yang Tidak Sehat (Diare, Typoid, TBC, ISPA).
No DATA MASALAHRemang-remang 31.72 %
1. Resiko Terjadinya Peningkatan Penyakit (Hipertensi, Gastritis, Asma, Cholesterol, Batuk Pilek, Asam Urat, Diabetes Militus, THT, Rematik, Diare, Alergi, Demam, Vertigo, Osteoporosis, TBC, Stroke, Penyempitan Syarap, Malaria dan Radang Usus). Berhubungan Dengan Kurang Terpaparnya Informasi Masyarakat Dalam Memelihara Kesehatan, ditandai dengan:
Presentasi Penyakit yang diderita: Hipertensi 4.29 % Gastritis 3.04 % Asma 2.50 % Cholesterol 2.14 % Batuk Pilek 1.25 % Asam Urat 1.25 % Diabetes Militus 0.53 % THT 0.53 % Rematik 0.53% Diare 0.53 % Alergi 0.35%
Typoid 0.53 %
Vertigo 0.53 %
Osteoporosis 0.17%
TBC 0.17 %
Stroke 0.17 %
Penyempitan Syarap 0.17 %
Malaria 0.17%
Radang Usus 0.17%
Jenis Lantai Rumah Semen 7.58 %
2. Resiko Terjadinya Peningkatan Penyakit Karena Lingkungan Yang Tidak Sehat (Diare, Typoid, TBC, ISPA) Berhubungan Dengan Kurangnya Kepedulian Masyarakat Tentang Kebersihan Lingkungan ditandai dengan:Lingkungan Fisik: Sistem Pembuangan Air Limbah Sembarangan 54.48 % Tempat Pembuangan Sampah yang Dibakar 68.27 % Penampungan Air Sementara Yang Terbuka 13.79 % Jarak Sumber Air Dengan Septik Tank Kurang Dari 10M 77.24 %Rumah Yang Pencahayaannya Remang-remang 31.72 %
3. Resiko Terjadinya Peningkatan Penyakit Degeneratif (Penurunan Fungsi Organ) Pada Lansia Berhubungan Dengan Kurang Terpaparnya Pengetahuan Masyarakat Dalam Memelihara Kesehatan Lansia ditandai dengan:Usia Lanjut:Jumlah Lansia 35 (12.95)%
No Masalah
kesehatan
A B C D E F G
H I J K L
1
2
Resiko
terjadinya
penyakit
yang
dapat
dicegah
dengan
imunisasi
Resiko
Terjadiny
a
peningkat
an
penyakit
karena
lingkunga
n yang
tidak
sehat
(Diare,
Typohid,
TBC,
DBD,
ISPA ).
Prioritas Masalah
1Resiko terjadinya peningkatan penyakit karena lingkungan yang Tidak sehat
(Hipertensi, Gastritis, Asma, kolesterol) Berhubungan Dengan Kurangnya Kepedulian Masyarakat Tentang Kebersihan Lingkungan ditandai dengan:Lingkungan Fisik: Sistem Pembuangan Air Limbah Sembarangan 54.48 % Tempat Pembuangan Sampah yang Dibakar 68.27 % Penampungan Air Sementara Yang Terbuka 13.79 % Jarak Sumber Air Dengan Septik Tank Kurang Dari 10M 77.24 %Rumah Yang Pencahayaannya Remang-remang 31.72 %
2.resiko terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berhubungan
dengan persepsi keliru dari masyarakat tentang manfaat imunisasi ditandai dengan:
> Balita yang di imunisasi lengkap 70 %
> Balita yang tidak belum di imunisasi lengkap 16 %
> Balita yang belum di imunisasi 12%
> Balita yang tidak di imunisasi ) 0,00 %
C.Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (Diare, Typoid, TBC, ISPA) di RT.25 Kelurahan Gambut berhubungan dengan kurangnya kepedulian masyarakat tentang kebersihan lingkungan.
2.Resiko terjadinya penyakit yang di cegah dengan imunisasi di RT. 25 kelurahan Gambut berhubungan dengan persepsi keliru dari masyarakat tentang manfaat Imunisasi
Intervensi
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Sasaran Evaluasi Intervensi
Jangka panjang
Jangka Pendek
kreteria standar
Resiko Terjadinya peningkatan penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat(Diare,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masyarakat mampu menciptakan dan
Setelah dilakukan kunjungan masyarakat mampu :1.Membuang sampah dibak penampungan sampah2.Memanfaatkan
Masyarakat Rt.25 RW. Di kelurahan Gambut kecamatan Gambut
1.Masyarakat membuang sampah ditempat penampungan sampah2. Masyarakat mau memanfa
1. Masyarakat membuat bak penampungan sampah yang tutupnya mudah dibuka.
Diskusikan tentang lingkungan yang sehat.
Diskusikan cara memeli
Typoid, TBC, ISPA) berhubungan dengan kurangnya kepedulian masyarakat tentang kebersihan lingkungan
memelihara kebersihan lingkungan
pekarangan 3.Menggunakan sumber air bersih ntuk MCK4. BAB dan BAK diWC dengan penampungan limbah yang tertutup
atkan pekarangan untuk apotik hidup, tanaman sayuran.3. Masyarakat sudah berusaha mengajukan proposal untuk pemasangan ledeng tetapi belum ada tanggapan.4. Masyarakat BAB dan BAK di WC.
2. Masyarakat membersihkan pekarangan rumah.3. Masyarakat membeli air PAM untuk keperluan makan dan minum.4. Masyarakat membuat WC dengan penampungan tertutup.
hara lingkungan yang sehat.
Diskusikan manfaat pemeliharaan lingkungan.
Diskusikan cara penangannan limbah padat dan cair.
BAB IVRENCANA TINDAK LANJUT
KEPERAWATAN KOMUNITAS TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
Proses keperawatan komunitas dipakai untuk membantu perawatan dalam melakukan praktik asuhan keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan yang berterkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat . focus dari asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dengan penekanan pada pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
B. Tujuan Kegiatan
Masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat untuk mengurangi resiko terjadinya peningkatan penyakit yang diakibatkan lingkungan yang tidak sehat seperti Diare, Typoid, TBC, ISPA .
Masyarakat mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi lebih sehat seperti :
Membuat tempat penampungan sampah ( Lubang dipekarangan , bak sampah dan dari papan sederhana )
Masyarakat membuang sampah ditempat sampah
Masyarakat mampu memanfaatkan perkarangan, misalnya untuk tanaman sayuran, apotik hidup.
Masyarakat menggunakan handuk sendiri-sendiri.
Menggunakan sumber air bersih untuk mandi,cuci, minum dan memasak.
Masyarakat tidak mengganggu atau menumpuk pakaian agar tidak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
Masyarakat membuka jendela pada pagi hari agar sinar matahari masuk.
Masyarakat rutin membersihkan tempat penampungan air 2x seminggu.
C. Permasalahan dan Cara Pencegahan
Hasil dari pengkajian Di kelurahan Gambut Jl. Karang Anyar RT.25 RW.09 Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kota Banjarmasin yang terdapat 145 KK yang berhasil dikaji dan diperoleh beberapa masalah kesehatan komunitas yang terjadi diantaranya :
Resiko terjadinya peningkatan penyakit karena lingkungan yang tidak sehat
( Diare, Typoid, TBC, ISPA ).
Mayoritas masyarakat membuang air limbah disembarangan tempat
Membuang sampah disembarang tempat
Tempat penampungan sampah terbuka
Penampungan air sementara yang terbuka
Jarak sumber air dengan septic tenk kurang dari 10 M
Rumah yang pencahayaannya kurang terang
Sumber air dari sumur berwarna kuning
Pencegahan masalah diatas dapat dilakukan dengan :
1. Memberikan konseling dan penyuluhan kepada masyarakat yang tidak berperilaku sehat.
2. Menjelaskan cara pengelola sampah yang benar yaitu : Penyimpangan sampah, pengumpulan sampah dan pembuangan sampah.
3. Menjelaskan cara pengelolaan air limbah yang benar
4. Menjelaskan cara pengawasan kualitas sumber air
5. Menjelaskan bagaimana menciptakan rumah yang sehat.
II. PELAKSANAANa) Waktu Kegiatan : Mei 2010
b) Tempat : Di kelurahan Gambut Jl. Karang Anyar RT. 25 RW. 09 Kecamatan Ganbut Kabupaten Banjar Kota Banjarmasin.
c) Metode : Ceramah Tanya jawab
d) Sarana / Media : Leaflet
e) Sasaran : Masyarakat di JL.Karang Anyar RT.25 RW.09
f) Perubahan perilaku yang diharapkan : Agar masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.
III. MATERI PENYULUHANMenurut UU No. 23 tahun 1992, pasal 22 yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan, disebutkan : Kesehatan lingkungan diselanggarakan untuk mewujutkan kualitas
lingkungan yang sehat.
Kesehatan lingkungan dilaksanakan pada lingkungan tempat umum, lingkungan permukiman, lingkungan kerja, angkutan umum.
Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vector penyakit dan penyehatan dan pengamanan.
Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat dan sesuai dengan standard dan persyaratan.
Di Indonesia, masalah kesehatan perumahan telah diutur dalam keputusan nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan keadaan rumah, meliputi :
Lingkungan perumahan terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas air tanah,sarana dan prasarana lingkungan, binatang penular penyakit dan penghijauan,
Rumah tinggal terdiri dari bahan bangunan,komponen dan penataan ruangan, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit air, limbah dan kepadatan hunian tidur.
Persediaan air bersih
Menurut pemenkes 416/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air,yaitu:
1. Syarat fisik,artinya air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa dan tidak berbau
2. Syarat bakteriologis,artinya air yang sehat harus bebas mengandung zat-zat tertama bakteri pathogen
3. Syarat kimia, artinya air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu seperti sulfat, fluoride dan zat organic
4. Syarat lokalisasi
Jarak sumur dengan WC,lubang galian sampah,dan limbah minimal 10 meter
Letak jangan berada dibawah sumber pengotoran
Dibuat tempat yang ada sumber air dalam tanah
Jangan dibuat ditanah yang rendah karena bila hujan lebat dan terus menerus bias terendam banjir.
Entjang (2000) yang dimaksud dengan sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai lagi baik berasal dari rumah-rumah maupun sisa-sisa proses industry, dibagi dalam :
a) Garbage adalah sisa-sisa pengolahan ataupun sisa pengolahan yang mudah membusuk.
b) Rubbish adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang tidak membusuk seperti kayu, kertas, kaleng, kawat.
Pengolahan Sampah
1. Penyimpanan sampah (refuse storenge)
sementara, sebelum sampah dikumpulkan kemudian diangkut atau dimusnahkan. syarat :
Konstruksi kuat, tidak mudah bocor
Mempunyai tutup yang mudah dibuka
Ukuran yang memungkinkan dapat mudah diangka
2. Pengumpulan sampah (refuse colekticon)
Dibangun rumah sampah syaratnya : Dibangun diatas setinggi kendaraan pengangkut sampah
mempunyai dua buah pintu untuk memasukan dan mengeluarkan sampah
Perlu ada lubang ventilasi, ditutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.
Harus ada keran air untuk membersihkan lantai
Mudah dicapai oleh masyarakat atau kendaraan pengangkut sampah
3. Pembuangan sampah (refuse disposal)
Dengan cara : Ladfil : sampah dibuang ditanah yang rendah kemudian ditutup lagi
dengan tanah. Sampah jenis rubbish
Sanitary lad fiil : sampah dibuang pada tanah yang rendah kemudian ditutup lagi dengan tanah.
Individual incineration : sampah dari rumah kemudian dikumpulkan sendiri dan dibakar sendiri.
Inceretion dengan incerator khusus ( alat pembakar sampah)
Pulverization : semua sampah digiling dengan alat khusus kemudian dibuang kelaut.
Composting ( untuk pupuk)
Hog feeding : pembuangan sampah un tuk makanan babi, sebelumnya dipisahkan dulu dengan sampah yang tidak dapat dimakan seperti kaca, kaleng.
Dumping : pembuangan sampah dengan meletakan begitu saja ditanah
Dumping in water: Sampah dibuang kedalam air ( sungai atau laut ),harus diolah dulu sebelumnya
Recycling : daur ulang
Burning on premising : sampah dibakar sendiri – sendiri ditiap rumah, menyebabkan masalah kebakaran,asap dan debu.
Air Limbah dan pengolahannya a) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic waste
water ) yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk, terdiri excreta, air bekas cucian, dapur, kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan organic.
b) Air buangan industri (Industial waste water), yang berbagai jenis industry akibat proses produksi. Zat-zat yang ada didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industry antara lain nitrogen , sulfide, amoniak, lemak, zat-zat pelarut
c) Air buangan kota praja (munipical waste water ),yaitu air buangan yang bersasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran.
Syarat pembuangan air limbah
Tidak mengotori aia bancrotiair minum
Tidak memberikan sumber untuk tinggal vector (tikus , lalat)
Tidak mengganggumasyarakat karena banyak yang busuk atau mengganggu pandangan
Tidak mengotori perairan memeliharan ikan atau tempat rekreasi
Penyakit menular
Penyakit menularan yang sering terjadi dilingkungan perumahan dimana vector hewan reservoir adalah :
a) Malaria disebabkan oleh plasmodium Sp. Disebarkan oleh nyamuk Anopeles Sp.
b) Filariasis (Elephantiasis ) disebabkan oleh microfilaria (cacing ),filarial bancroti atau Brugaria malayi, disebabkan oleh nyamuk culex fatigan
c) Penyakit saluran pencernaan yang menular typus, infeksi hepatitis, polio, dan penyakit cacing yang ditularkan oleh lalat yang memindahkan bibit penyakit dari feses penderita.
PETUGAS PELAKSANA Petugas yang bertugas memberikan materi penyuluhan keperawatan
komunitas tentang kesehatan lingkungan adalah mahasiswa STIKES CAHAYA BANGSA dan didampingi dari Puskesmas Gambut.
Demikian rencana tindak lanjut keperawatan komunitas ini dibuat untuk dijadikan pedoman pelaksanaan kesehatan, dan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Terimakasih.
.........................
Gambut , Mei 2010
Kelompok III
Abdul Halim
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktik komunitas yang dilaksanakan pada Tanggal 10 – 15 Mei 2010 oleh
mahasiswa Program S1 Keperawatan Reguler Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya
Bangsa Banjarmasin Kelompok III merupakan salah satu program profesi untuk
menghasilkan tenaga perawat yang professional sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan. Sebagai aplikasi nyata dari konsep keperawatan komunitas kepada warga
Desa Karang Anyar RT 25 RW 09 Kelurahan Gambut Kab. Banjar untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas adalah
pendekatan proses keperawatan yang meliputi 2 tahap, yaitu pengkajian dan
perencanaan, yang dilaksanakan secara integral dan komprehensif dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal masalah kesehatannya dan
mampu menciptakan berbagai alternatif dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatannya.
Dari kedua tahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa
bersama dengan kader, puskesmas, dinas kesehatan, aparat terkait dan warga Desa
Karang Anyar RT 25 RW 09 Kelurahan Gambut Kab. Banjar . Dalam pelaksanaannya
tidak pernah lepas dari hambatan dan rintangan, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi
dengan baik tanpa mengganggu aktivitas.
Secara umum tingkat keberhasilan pelaksanaan praktik Komunitas adalah 80
% dengan tingkat antusiasme warga, peran serta aktif dan bantuan dari berbagai
pihak.
B. Saran-Saran
1. Bagi Pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota
a. Agar lebih meningkatkan pembinaan terhadap kelompok-
kelompok yang terdapat di masyarakat khususnya di bidang kesehatan, sehingga
apa yang menjadi upaya Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dapat tercapai
dengan baik.
b. Terbukanya kerja sama lebih lanjut dengan S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa Banjarmasin khususnya untuk
program keperawatan komunitas.
2. Bagi Pihak Pendidikan
a. Dalam proses persiapan memasuki program praktik
komunitas yang dibekalkan kepada mahasiswa hendaknya memiliki suatu konsep
yang terstruktur dan mengintegrasikan keseluruhan konsep keperawatan klinik
dengan kondisi lapangan, sehingga didapatkan kesamaan ide, pendapat dan
persepsi menuju peningkatan efektivitas pelaksanaan praktik di lapangan.
b. Untuk meningkatkan, memperluas dan mempermudah
hubungan instansi yang terkait praktik kesehatan masyarakat desa dengan
mahasiswa, diharapkan adanya kerja sama antara pendidikan dengan instansi
terkait, baik berupa kontrak waktu atau dalam bentuk yang lain.
c. Berdasarkan atas saran pembimbing praktik komunitas untuk
dilakukannya evaluasi dan tindak lanjut terhadap wilayah yang telah dibina
khususnya oleh kelompok selanjutnya, hendaknya disusun kembali/re-organisasi
kembali rencana program praktik komunitas khususnya konsep evaluasi
keberhasilan dari masyarakat sebagai suatu tindak lanjut.
3. Bagi Mahasiswa S1 Keperawatan
a. Bekali diri dengan konsep perawatan komunitas dan
keluarga, proses pengorganisasian masyarakat, teknik komunikasi dan interaksi
sosial.
b. Pertahankan kebersamaan dan kerja sama yang baik antar
anggota kelompok sebagaimana yang telah kami lakukan, sebab itu modal utama
keberhasilan kita.
c. Lakukan analisa situasi dan lingkungan dari praktik
sebelumnya sebagai wacana dan modal perencanaan selanjutnya.
d. Tunjukkan professionalisme kita sebagai perawat sehingga
memberikan kesan yang membekas bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengajar Komunitas Panduan Pengalaman Belajar Lapangan Keperawatan
Komunitas. Buku Kedokteran : EGC
Absensi Mahasiswa PBL