Post on 27-Oct-2015
Asuhan Keperawatan Disritmia Ventrikel (Kardovaskuler)
BABI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Disritmia adalah suatu kelainan ireguler dari denyut jantung yang
disebabkan oleh pembentukan impuls yang abnormal dan kelainan konduksi
impuls atau keduanya. Fibrilasi ventrikuler Adalah sebagian depolarisasi
ventrikel yang tidak efektif, cepat, tak teratur. Ini terjadi karena iskemik, infark
miokard, manipulasi kateter dan karena sengatan listrik.
Disritmia ventrikel merupakan permulaan dari fibrilasi ventrikel. Fibrilasi
ventrikel ditandai dengan perpanjangan interval Q – T dan HR 150 – 2000 X /
menit atau bahkan lebih. Fibrilasi ventrikel merupakan penyebab kematian
tiba-tiba bila resusitasi tidak dilakukan segera. Stimulasi irama jantung
bermula dari nodus SA di dinding atrium kanan dekat muara vena kava
superior. Menyebar seluruh dinding atrium dan sampai ke nodus AV terletak
di dasar atrium kanan diatas katup trikuspidalis. Stimulasi diteruskan melalui
berkas his dan membagi 2 jaras menuju miokard ventrikel melalui serat
purkinje.
BAB II
PEMBAHASAN
DISRITMIA VENTRIKEL
A. Pengertian
Gangguan irama jantung atau disritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan
pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit
abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan
frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia merupakan gangguan sistem
hantaran jantung dan bukan struktur jantung. Disritmia dapat diidentifikasi
dengan menganalisa gelombang EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan
pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat.
Misalnya, disritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA) dan
frekuensinya lambat dinamakan sinus bradikardia. Ada empat kemungkinan
tempat asal disritmia : nodus sinus, atrial, nodus AV atau sambungan, dan
ventrikel. Gangguan mekanisme hantaran yang mungkin yang dapat terjadi
meliputi bradikardi, takikardi, fluter, fibrilasi, denyut premature, dan penyekat
jantung.
B. Etiologi
Disritmia atau Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi selsel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi,
1996).
Etiologi disritmia dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a) Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
b) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner, misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c) Karena obat (intoksikasi antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.
d) Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemi).
e) Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung.Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
f) Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
g) Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
h) Gangguan irama jantung atau gagal jantung.
i) Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
j) Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system
konduksi jantung).
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
a) Faktor Prenatal :
- Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
- Ibu alkoholisme.
- Umur ibu lebih dari 40 tahun.
- Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
- Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
b) Faktor Genetik :
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
- Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
- Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
- Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Adapun factor-faktor yang dapat mencetuskan disritmia, yaitu:
a) Obat-obatan, terutama obat-obat kelas IA (kinidin, disopiramid, prokainamid)
dan IC (flekainid, propafenon), digitalis, antidepresan trisiklik, teofilin.
b) Gangguan keseimbangan elektrolit dan gas darah terutama hipo dan
hiperkalemia, asidosis.
c) Payah jantung kongestif: akibat terjadinya aktivasi neurohumoral.
d) Kelainan jantung dan aritmogenik: sindrom wolf Parkinson white, dan sindrom
QT panjang.
e) Gangguan ventilasi, infeksi, anemia, hipotensi dan renjatan: bisa terjadi
takikardi superventrikuler.
f) Tirotoksikosis menimbulkan fibrilasi dan flutter atrium.
C. Patofisiologi
a. Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi premature ventrikel (PVC = premature ventricular contraction)
terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otot ventrikel. PVC biasa
disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis,
latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin. Pada pasien dengan miokard
infark akut, PVC bisa menjadi precursor serius terjadinya takikardia ventrikel
dan fibrilasi ventrikel bila :
- Jumlahnya meningkat lebih dari 6 per menit
- Multi focus atau berasal dari berbagai area di jantung.
- Terjadi berpasangan atau triplet
- Terjadi pada fase hantaran yang peka.
Gelombang T memperlihatkan periode di mana jantung lebih berespon
terhadap setiap denyutan dan tereksitasi secara disritmik.Fase hantaran
gelombang T ini dikatakan sebagai fase yang peka.
Karakteristik :
Frekwensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
Gelombang P : Tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel.
Kompleks QRS : Biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih dari 0, 10
detik. Mungkin berasal dari satu focus yang sama dalam ventrikel; atau
mungkin memiliki berbagai bentuk konfigurasi bila terjadi dari multi focus di
ventrikel.
Hantaran : Terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan
atrium.
Irama : Ireguler bila terjadi denyut premature.
Untuk mengurangi iritabilitas ventrikel, harus ditentukan penyebabnya
dan bila mungkin, dikoreksi. Obat anti disritmia dapat dipergunakan untuk
pengoabtan segera atau jangka panjang. Obat yang biasanya dipakai pada
penatalaksanaan akut adalah lidokain, prokainamid, atau quinidin mungkin
efektif untuk terapi jangka panjang.
b. Bigemini Ventrikel
Bigemini Ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit
arteri koroner, MI akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi di
mana setiap denyut adalah premature.
Karakteristik :
- Frekuensi : Dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi biasanya
kurang dari 90 denyut per menit.
- Gelombang P : Seperti yang diterangkan pada PVC; dapat tersembunyi
dalam kompleks QRS.
- Kompleks QRS : Setiap denyut adalah PVC dengan kompleks QRS yang
lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
- Hantaran : Denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal, namun
PVC yang mulai berselang seling pada ventrikel akan mengakibatkan
hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
- Irama : Ireguler.
Bila terjadi denyut ektopik pada setiap denyut ketiga maka disebut
trigemini, tiap denyut keempat, quadrigemini.
Penanganan bigemini ventrikel adalah sama dengan PVC karena
penyebab yang sering mendasari adalah intoksikasi digitalis, sehingga
penyebab ini harus disingkirkan atau diobati bila ada. Bigemini ventrikel akibat
intoksikasi digitalis diobati dengan fenitoin (dilantin).
c. Takikardi Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti
pada PVC. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner
dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardi ventrikel sangat berbahaya
dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar
akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas. Irama ventrikuler yang
dipercepat dan takikardia ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Frekwensi : 150 sampai 200 denyut per menit.
Gelombang P : Biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila terlihat,
tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel
tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.
Kompleks QRS : Mempunyai konfigurasi yang sama dengan PVC- lebar
dan aneh, dengan gelombang T terbalik. Denyut ventrikel dapat bergabung
dengan QRS normal, menghasilkan denyut gabungan.
Hantaran : Berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran
retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
Irama : Biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takikardia ventrikel
ireguler.
Terapi yang akan diberikan dtentukan oleh dapat atau tidaknya pasien
bertoleransi terhadap irama yang cepat ini. Penyebab iritabilitas miokard
harus dicari dan dikoreksi segera. Obat antidisritmia dapat digunakan.
Kardioversi perlu dilakukan bila terdapat tanda-tanda penurunan curah
jantung.
d. Fibrilasi Ventrikel
Adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini
denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi.
Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya.
Karena tidak ada koordinasi aktivitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung
dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi.
Karateristik :
- Frekwensi : Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif.
- Gelombang P : Tidak terlihat.
- Kompleks QRS : cepat, undulasi ireguler tanpa pola yang khas (multifokal).
Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar.
- Hantaran : Banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat yang
sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi ventrikel.
- Irama : Sangat ireguler dan tidak terkordinasi, tanpa pola yang khusus.
- Penanganan segera adalah melalui defibrilasi.
D. Manifestasi Klinis
Kebanyakan manifestasi klien dengan aritmia tidak disadari, sehingga
terdeteksi pada saat rasa yang tidak nyaman seperti berdebar-debar,
palpitasi, atau adanya denyut jantung yang berturut-turut bertambah serta
adanya irama denyut yang tidak teratur. Keadaan ini tidak terlalu
membahayakan, jika tidak terjadi gangguan hemodinamik. Tetapi manifestasi
klinik pada klien dengan aritmia yang berbahaya adalah klien merasakan nyeri
dada, pusing, bahkan keadaan yang lebih serius kemungkinan klien
ditemukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan pasokan darah yang
mengandung nutrient dan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan tubuh tidak
mencukupi sehingga aktivitas/kegiatan metabolisme jaringan terganggu.
Adapun penampilan klinis klien sebagai berikut:
a. Anxietas
b. Gelisah
c. capek dan lelah serta gangguan aktivitas
d. palpitasi
e. nyeri dada
f. vertigo, syncope
g. tanda dan gejala sesak, crakles
h. tanda hipoperfus
E. Pemeriksaan Penunjang
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung
Monitor Holder : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan di mana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif
(di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevalusasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia.
Foto dada : dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup.
Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
Tes stress latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
Pemeriksaan obat : dapat menyebabkan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan, atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin, dll.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan/meningkatkan disritmia.
Laju sedimentasi : peningggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif,
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus untuk disritmia.
GDA/nadi oksimetri : hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksasernasi
disritmia.
F. Penatalaksaan
Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian gangguan ini
tidak perlu diterapi. Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika
kausa aritmia berhasil dideteksi, maka tak ada yang lebih baik daripada
menyembuhkan atau memperbaiki penyebabnya secara spesifik. Aritmia
sendiri, dapat diterapi dengan beberapa hal di bawah ini; Disritmia umumnya
ditangani dengan terapi medis. Pada situasi dimana obat saja tidak
memcukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi yang
paling sering adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker.
Penatalaksanaan bedah, meskipun jarang, juga dapat dilakukan.
G. Obat – obatan
Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk
mengendalikan aritmia. Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati
karena mereka pun memiliki efek samping. Beberapa di antaranya justru
menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi terhadap efektivitas obat
dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik jantung).
a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
- Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
- Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
- Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
- Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
- Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) : Atenolol, Metoprolol,
Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi.
- Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) : Amiodarone, indikasi VT, SVT
berulang.
- Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) : Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia
b. Terapi mekanis
- Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
- Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
- Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
- Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
Pada prinsipnya tujuan terapi diritmia adalah mengembalikan irama
jantung yang normal (rhythm control), menurunkan frekuensi denyut jantung
(rate control), dan mencegah terbentuknya bekuan darah.
a) Kardoiversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur
elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
b) Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi
ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan
mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga
memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai
pacemaker.
c) Defibrilator Kardioverter Implantabel
Adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia
ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko
tinggi mengalami fibrilasi ventrikel.
d) Terpai Pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai
dan memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung
tak mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila
pasien mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran
yang mengakibatkan kegagalan curah jantung.
e) Pembedahan Hantaran Jantung
Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons terhadap pengobatan
dan tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani dengan metode
selain obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial,
reseksi endokardial, krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio.
Isolasi endokardial dilakukan dengan membuat irisan ke dalam endokardium,
memisahkannya dari area endokardium tempat dimana terjadi disritmia. Batas
irisan kemudian dijahit kembali. Irisan dan jaringan parut yang ditimbulkan
akan mencegah disritmia mempengaruhi seluruh jantung. Pada reseksi
endokardial, sumber disritmia diidentifikasi dan daerah endokardium tersebut
dikelupas. Tidak perlu dilakukan rekonstruksi atau perbaikan.
f) Krioablasi dilakukan dengan meletakkkan alat khusus, yang didinginkan
sampai suhu -60ºC (-76ºF), pada endokardium di tempat asal disritmia selama
2 menit. Daerah yang membeku akan menjadi jaringan parut kecil dan sumber
disritmia dapat dihilangkan.
Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau dekat sumber
disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300 joule diberikan
melalui kateter langsung ke endokardium dan jaringan sekitarnya. Jaringan
jantung menjadi terbakar dan menjadi parut, sehingga menghilangkan sumber
disritmia.
Ablasi frekwensi radio dilakukan dengan memasang kateter khusus
pada atau dekat asal disritmia. Gelombang suara frekwensi tinggi kemudian
disalurkan melalui kateter tersebut, untuk menghancurkan jaringan disritmik.
Kerusakan jaringan yang ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan
disritmik saja disertai trauma kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma
luas seperti pada krioablasi atau ablasi listrik.
Asuhan Keperawatan pada Klien Disritmia Ventrikel
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja.
Tanda : Perubahan frekuensi jantung/TD dengan aktivitas/olahraga
2. Sirkulasi
Gejala: Riwatar IM sebelumnya/akut ( 90%-95% mengalami disritmia ),
kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi.
Tanda :
Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode disritmia.
- Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus altenan
(denyut kuat teratur/denyut lemah), nadi
bigeminal (denyut kuat tak teratur/denyut lemah).
- Deficit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial).
- Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
- Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat
(gagal jantung, syok).
- Edema : dependen, umum, DVJ (pada adanya gagal jantung).
- Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritasi Ego
Gejala :
- Perasaan gugup (disertai takiaritmia), perasaan terancam.
- Stressor sehubungan dengan masalah medik.
Tanda : Cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
4. Makanan / Cairan
Gejala :
- Hilang nafsu makan, anoreksia.
- Tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat).
- Mual/muntah.
- Perubahan berat badan
Tanda :
- Perubahan berat badan.
- Edema
- Perubahan pada kelembaban kulit/turgor.
- Pernapasan krekels.
5. Neuro Sensori
Gejala : Pusing, berdenyut, sakit kepala.
Tanda :
- Status mental/sensori berubah, contoh disorientasi, bingung, kehilangan
memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.
- Perubahan perilaku, contoh menyerang, letargi, halusinasi.
- Perubahan pupil (kesamaan dan reaksi terhadap sinar).
- Kehilangan refleks tendon dalam dengan disritmia yang mengancam hidup
(takikardia ventrikel , bradikardia berat).
6. Nyeri / Ketidak Nyamanan
Gejala : Nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak bisa hilang
oleh obat anti angina
Tanda : Perilaku distraksi, contoh gelisah.
7. Pernapasan
Gejala :
- Penyakit paru kronis.
- Riwayat atau penggunaan tembakau berulang.
- Napas pendek.
- Batuk (dengan /tanpa produksi sputum).
Tanda :
- Perubahan kecepatan/kedalaman pernapasan selama episode disritmia.
- Bunyi napas : bunyi tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal.
8. Keamanan
Tanda :
- Demam.
- Kemerahan kulit (reaksi obat).
- Inflamasi, eritema, edema (trombosis superficial).
- Kehilangan tonus otot/kekuatan.
9. Penyuluhan
Gejala :
- Faktor risiko keluarga contoh, penyakit jantung, stroke.
- Penggunaan/tak menggunakan obat yang disresepkan, contoh obat jantung
(digitalis); anti koagulan (coumadin) atau obat lain yang dijual bebas, contoh
sirup batuk dan analgesik berisi ASA.
- Adanya kegagalan untuk memeprbaiki, contoh disritmia berulang/tak dapat
sembuh yang mengancam hidup
Pertimbangan :
- DRG menunjukkan rerata lama di rawat : 3,2 hari.
Rencana pemulangan :
- Perubahan penggunaan obat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas miokardial.
2. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi;
tidak mengenal sumber informasi; kurang mengungat
3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
5. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat
suplay oksigen ke jaringan.
C. Perencanaan
1. Diagnosa : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan gangguan konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas miokardial.
Perencanaan dan rasional :
a) Raba nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan,
amplitude (penuh/kuat) dan simetris. Catat adanya pulsus alternan, nadi
bigeminal, atau deficit nadi.
Rasional : perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi menunjukkan
efek gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.
b) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adaya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi.
Rasional : disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari
pada dengan palpasi. Pendenganaran terhadap bunyi jantung ekstra atau
penurunan nadi membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak
terpantau.
c) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
Laporkan variasi penting pada TD/frekuensi nadi, kesamaan, pernafasan,
perubahan pada warna kulit/suhu, tingkat kesadaran/sensori, dan hakuaran
urine selama episode disritmia.
d) Rasional : meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup, penanganan
cepat untuk mengakhiri disritmia diperlukan pada adanya gangguan curah
jantung dan perfusi jaringan.
e) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut
f) Rasional : penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat katekolamin,
yang menyebabkan/meningkatkan disritmia dan vasokonstriksi serta
meningkatkan kerja miokardia.
g) Demonstrasikan/dorong pemnggunaan perilaku pengbaturan stress, contoh
teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, nafas lambat/dalam
Rasional : meningkatkan partisipasi pasien dalam mengekluarkan beberapa
rasa control dalam situasi penuh stress.
h) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
Rasional : terjadinya disritmia yang mengancam, hidup memerlukan upaya
intervensi untuk mencegah kerusakan iskemia/ kematian.
i) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk miokard, yang
menurunkan iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.
j) Siapkan untuk/Bantu penanaman otomatik kardioverter atau defibrillator
(AICD) bila diindikasikan
k) Rasional : alat ini melalui pembedahan ditanam pada pasien dengan
disritmia berulang yang mengancam hidup meskipun diberi obat terapi secara
hati-hati.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
Perencanaan dan rasional :
a) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan factor pemberat dan
penurun.Perhatikan petunjuk nonverbal ketidak nyamanan
b) Rasional : Nyeri secara khas terletak subternal dan dapat menyebar keleher
dan punggung. Namun ini berbeda dari iskemia infark miokard.
Pada nyeri ini dapat memburuk pada inspirasi dalam, gerakan atau berbaring
dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk
c) Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan mis: perubahan
posisi, masasage punggung,kompres hangat dingin, dukungan emosional
Rasional : untuk menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
d) Berikan aktivitas hiburan yang tepat
e) Rasional : mengarahkan perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat
aktivitas individu
f) Berikan obat-obatan sesuai indikasi nyeri
Rasional : untuk menghilangkan nyeri dan respon inflamasi
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
a) Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : Dapat mempengaruhi aktivitas curah jantung
b) Pantau frekuensi jantung,TD, pernapasan setelah aktivitas
Rasional :Membantu menentukan derajat kompensasi jantung dan pulmonal,
penurunan TD, takikardi,disritmia dan takipneu adalah indikatif dari kerusakan
toleransi terhadap aktivitas
c) Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama faseakut dari
perikarditis/endokarditis.
d) Bantu pasien dalam program latihan aktivitas
Rasional : Saat inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu
melakukan aktivitas yang diinginkan.
4. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi;
tidak mengenal sumber informasi; kurang mengingat.
Perencanaan dan rasional :
a) Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi eliktrikal
Rasional : memeberikan dasar pengetahuan untuk memahami variasi
individual dan memahami alasan intervensi terapeutik
b) Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/orang terdekat
Rasional : informasi terus-menerus/baru dapat menurunkan cemas
sehubungan dnegan ketidaktahuan dan menyiapkan pasien/orang terdekat.
Pendidikan pada orang terdekat mungkin penting bila pasien lansia,
mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran, atau tak mampu atau
tak minat belajar/mengikuti instruksi. Penjelasan berulang mungkin
diperlukan, karena kecemasan dan/atau hambatan informasi baru dapat
menghambat/membatasi belajar.
c) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
d) Rasional : pacu sementara mungkin perlu untuk neningkatkan pembentukan
impuls atau menghambat takidisritmia dan aktivitas ektopik supaya
mempertahankan fungsi kardiovaskuler sampai pacu spontan diperbaiki atau
pacuan permanent dikakukan.
e) Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan.
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan aktivitas cepat, contoh pusing,
silau, dispnea, nyeri dada.
Rasional : bila disritmia ditangani dengan tepat, aktivitas normal harus
dilakukan. Program latihan berguna dalam memperbaiki kesehatan
kardiovaskuler.
5. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat
suplay oksigen ke jaringan.
Perencanaan dan rasional :
a) Selidiki nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri
pleuritik,sianosis pucat
Rasional : Emboli arteri. Mempengaruhi jantung dapat terjadi sebagai akibat
penyakit katup dan disritmia kronis.
b) Observasi ekstremitas terhadap edema, eroitema
Rasional : Ketidakaktifan/tirah baring lama mencetuskan stasis vena,
meningkatkan resiko pembentukan trombosis vena
c) Observasi hematuri
Rasional : Menandakan emboli ginjal
d) Perhatikan nyeri abdomen kiri atas
Rasional : menandakan emboli splenik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan irama jantung atau disritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan
pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit
abnormal atau otomatis.
Disritmia atau Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi selsel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.
B. Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat dipakai sebagai acuan untuk
belajar bagi mahasiswa – mahasiswi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga,
1996, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth,
edisi 8 , EGC, Jakarta.
Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, EGC,
Jakarta.
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume I, EGC, Jakarta.
Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.
Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI ; 2001.
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3. Jakarta:EGC.
Senin, 02 April 2012
Aritmia (Gangguan Irama Jantung)
GANGGUAN IRAMA JANTUNG
(ARITMIA/DISRITMIA)
A. Pendahuluan
Istilah disritmia dan aritmia pada dasarnya mempunyai maksud yang sama,
meskipun disritmia diartikan sebagai abnormalitas irama jantung sedangkan aritmia
berate tidak adanya irama. Sekarang lebih banyak digunakan istilah disritmia.
Dalam keadaan fisiologis, pembentukan irama jantung bermula pada nodus
sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada dinding atrium kanan dekat muara vena kava
superior. Rangsang yang terbentuk keluar dari nodus SA ini kemudian menyebar ke
seluruh dinding atrium dan sampai ke nodus atrioventrikular (nodus AV) yang terletak di
dasar atrium kanan di atas katup tricuspid, tepat disebelah kanan septum interatrial
(dalam dinding atrium terdapat 3 buah jaras penghantar preferensial antara nodus SA
dan nodus AV).
B. Definisi
Disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan
oleh konduksi elektrikal abnormal atau otomatis. Disritmia merupakan gangguan system
penghantaran jantung dan bukan struktur jantung.
C. Etiologi
Etiologi disritmia dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh:
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
2. gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner, misalnya
iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemi)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
7. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung atau gagal jantung
10. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi jantung).
Adapun factor-faktor yang dapat mencetuskan disritmia, yaitu:
1. Obat-obatan, terutama obat-obat kelas IA (kinidin, disopiramid, prokainamid) dan
IC (flekainid, propafenon), digitalis, antidepresan trisiklik, teofilin.
2. Gangguan keseimbangan elektrolit dan gas darah terutama hipo dan
hiperkalemia, asidosis.
3. Payah jantung kongestif: akibat terjadinya aktivasi neurohumoral.
4. Kelainan jantung dan aritmogenik: sindrom wolf Parkinson white, dan sindrom QT
panjang.
5. Gangguan ventilasi, infeksi, anemia, hipotensi dan renjatan: bisa terjadi takikardi
superventrikuler.
6. Tirotoksikosis menimbulkan fibrilasi dan flutter atrium.
D. Jenis Disritmia
1. Disritmia nodus sinus, terdiri dari:
a. Bradikardi sinus
b. Takikardi sinus
2. Disritmia atrium, terdiri dari:
a. Premature atrium contraction
b. Paroxysmal atrium tachicardi
c. Flutter atrium
d. Atrium fibrilasi
3. Disritmia ventrikel, terdiri dari:
a. Premature ventrikel contraction
b. Ventrikel bigemini
c. Ventrikel tachicardi
d. Ventrikel fibrilasi
4. Abnormalitas hantaran, terdiri dari:
a. AV block first degree
b. AV block second degree
i. AV block second degree type 1
ii. AV block second degree type 2
c. AV block third degree (total AV block)
5. Asistole ventrikel
E. Patofisiologi
Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi dapat disebabkan oleh:
1. Gangguan pembentukan rangsang
Gangguan ini dapat terjadi secara aktif atau pasif. Bila gangguan rangsang
terbentuk secara aktif di luar urutan yang jaras hantaran normal, seringkali menimbulkan
gangguan irama ektopik, dan bila terbentuk secara pasif sering menimbulkan escape
rhythm (irama pengganti).
۩ Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsang ektopik secara aktif dan fenomena
reentry.
۩ Escape beat (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang normal tidak atau belum
sampai pada waktu tertentu dari irama normal, sehingga bagian jantung yang belum
atau tidak mendapat rangsang itu bekerja secara otomatis untuk mengeluarkan
rangsangan intrisik yang memacu jantung berkontraksi. Kontraksi inilah yang dikenal
sebagai denyut pengganti (escape beat).
۩ Active ectopic firing terjadi pada keadaan dimana terdapat kenaikan kecepatan automasi
pembentukan rangsang pada sebagian otot jantung yang melebihi keadaan normal, atau
mengatasi irama normal.
۩ Reentry terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blockade indirectional(blockade
terhadap rangsang dalam arah antegrad), dimana rangsang dari arah lain dapat masuk
kembali secara retrograde melalui bagian yang mengalami blockade tadi. Setelah masa
refrakternya dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang baru secara ektopik. Bila
reentry terjadi secara cepat dan berulang-ulang atau tidak teratur (pada beberapa
tempat), maka dapat menimbulkan keadaan takikardi ektopik atau fibrilasi.
2. Gangguan penghantaran rangsang (konduksi) jantung
Kelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran
(konduksi) aliran rangsang yang disebut blockade. Hambatan tersebut mengkibatkan
tidak adanya aliran rangsang yang sampai ke bagian miokard yang seharusnya
menerima rangsang untuk dimulai kontraksi. Blockade ini dapat terjadi pada tiap bagian
system hantaran rangsang mulai dari sinus SA, sinus AV, berkas his, dan serabut
purkinjedalam miokard.
3. Gangguan pembentukan dan penghantaran rangsang (konduksi) jantung
Gangguan irama jantung dapat terjadi sebagai akibat gangguan pembentukan
rangsang bersama gangguan hantaran rangsang.
F. Manifestasi Klinis
Kebanyakan manifestasi klien dengan aritmia tidak disadari, sehingga terdeteksi
pada saat rasa yang tidak nyaman seperti berdebar-debar, palpitasi, atau adanya denyut
jantung yang berturut-turut bertambah serta adanya irama denyut yang tidak teratur.
Keadaan ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi gangguan hemodinamik.
Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia yang berbahaya adalah klien
merasakan nyeri dada, pusing, bahkan keadaan yang lebih serius kemungkinan klien
ditemukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan pasokan darah yang mengandung
nutrient dan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan tubuh tidak mencukupi sehingga
aktivitas/kegiatan metabolisme jaringan terganggu. Adapun penampilan klinis klien
sebagai berikut:
a. anxietas
b. gelisah
c. capek dan lelah serta gangguan aktivitas
d. palpitasi
e. nyeri dada
f. vertigo, syncope
g. tanda dan gejala sesak, crakles
h. tanda hipoperfusi
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram
b. Holter
c. Elektrofisiologi
H. Penanganan
a. Masase Kritis
b. Obat anti aritmia
c. Pemasangan pacu jantung sementara
d. Penanganan menggunakan alat kejut listrik