Post on 11-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditanganidapat menyebabkan kematian .
Banyak kasus gigitan ular yang berakibat fatal telah tercatat di berbagai
wilayah di indonesia dalam beberapa dkd terakhir ini fakta ini mengakibatkan image
yang buruk mengenai ular. Banyak yang menganggap bahwa semua ular berbisa,
sehingga kebanyakan orang akan takut saat berjumpa dengan ular. Faktanya, hanya
ular berbisa dan hanya sebagian dari kelompok ular tersebut yang mematikan bagi
manusia.
Oleh karenanya, kami menekankan pentingnya pengenalan jenis-jenis ular
baik yang berbisa maupun tidak.
Ada 3 familli ular berbisa, yaitu: elapidae, hidropidae, dan viperidae. Bisa
ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema, dan pendarahan, banyak bisa
yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang
tergigit, sedangkan beberapa bisa elapidae tidaak terdapat lagi di lokasi gigitan dalam
waktu delapan jam.
Untuk sementara waktu bisa akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi
dalam kelenjar getah bening, jika tidak di lakukan tindakan pertolongan pertama,
dalam waktu 2 jam setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma dan urin dengan
kadar tinggi
` 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan, sehingga tindakan pertolongan
pertama dapat mudah di lakukan.
B. Rumusan Masalah
1. apakah defenisi dari gigtan ular ?
2. bagaimanakah konsep penyakit pada klien dengan gigitan ular ?
3. bagaimanakah konsep askep pada klien dengan gigitan ular ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses gigitan ular, serta mengetahui apa yang
yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang terkena gigitan ular, serta
dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien
dengan gigitan ular,
D. Manfaat
Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang
keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan
keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga kami
dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP GADAR DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN :
“GIGITAN ULAR‖
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang
digigit ular atau diduga digigit ular
2. Anatomi fisiologi kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .
Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan
ikat.
Anatomi kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan
kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berSSSkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
―True Skin‖.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal
pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin
berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak
mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.
Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme
patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon
rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan
ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan
elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami
proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan
mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh
darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian
tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada
temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian
akan mempertahankan panas.
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin
D.
3. Etiologi
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae
4. Patofisiologi
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut
bersifat
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena
paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan,
kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya
atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu
sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis:
luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM,
hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan
pada tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
5. Manifestasi Klinis
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun
yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :
Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
Mulut terasa kering
Pusing, mata berkunang – kunang
Demam, menggigil
Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah
Reaksi emosi yang kuaat
Penglihatan kembar/kabur, mengantuk
Pingsan
Mual dan atau muntah dan diare
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki
Sukar bernafas dan berkeringat banyak
Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.
6. Penatalaksanaan Medic
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk
mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering
penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada
memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap
dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.
Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency
life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi
ABC (Airway, Breathing, Circulation).]
Pertolongan Pertama :
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit
dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka
habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani
secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area
yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang
tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa
keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini
telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin
tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin
alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat
menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar
untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas,
dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu
jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis
ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan
sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah
mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat
mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang
salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau
bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga
menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari
atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi
kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek
mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi
dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid
Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke
bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan
kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan
tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini
membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi
juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang
signifikan terdapat di sana.
7. Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.
Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi
kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau
komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan
blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang
dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian
umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala
demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya
tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks
antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas
timbulnya arthralgia, urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8
vial antivenin harus diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari
antihistamin dan steroid.
8. Penyimpangan KDM
9. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan
penentuan gula darh, BUM dan elektrolit
10. Terapi
Dimana proses terapi/pengobatan yaitu :
Pemberian antibiotik dan diuretika untuk mempertahankan di uresis
Pemberian sedase atau analsesit untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik
Hidrokortison 100 mg/iv
Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di kurangi) dan pada penyakit jantung
pemberianya harus hati-hati
Pemberian serum anti bisa
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,
diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama : Nyeri
Riwayat keluhan utama
P : nyeri
Q : Terus menerus
R : seluruh persendian,dada, dan perut
S : 4(0-5)
T : saat beraktifitas
Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
- Riwayat pemakaian obat-obatan
b. Pengkajian primer
Airway
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal
Distress pernapasan
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang – kunang
4) Disability
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase : merah
c. Analisa data
Data Penyebab Masalah
Peningkatan frekunsi
napas
Napas dangkal
Distress pernapasan :
pernapasan cuping
hidung, takipneu, retraksi
Menggunakan otot-otot
pernapasan
Kesulitan bernapas :
sianosis
Bisa ular mengandung toksin
yang bersifat neurotoksin
↓
Merangsang saraf perifer atau
sentral
↓
Menyebabkan paralise otot otot
lurik
↓
Kelumpuhan / kelemahan otot
otot pernapasan
↓
Kompensasi tubuh dengan cara
napas yang dalam dan cepat
↓
Sesak
↓
Gangguan pola napas
Gangguan pola
napas
Penurunan curah jantung :
gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang –
kunang
Bisa ular yang mengadung toksin
yang bersifat kardiotoksin dan
cytotoksin
↓
Mengakibatkan terganggunya otot
otot jantung
↓
Kerusakan otot jantung
↓
Penurunan curah jantung
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan
b. Penurunan curah jantung
Tindakan Gawat Darurat
a. Gangguan pola napas
1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan
pernafasan dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag
2) Terapi oksigen
3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong
4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau
PEEP
5) Pemantauan hemodinamik/jantung
b. Penurunan curah jantung
1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar
bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2
kali hembusan ambu bag
2) Kaji / pantau tekanan darah
3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat
frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra
4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan
menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran
ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget
5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari
situasi stress
d. Pengkajian Sekunder
1) Pengumpulan Data
Aktivitas / Istrahat
Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
Tanda ; Klien nampak lemah
Makanan dan Cairan
Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Tanda ; Klien nampak mual dan muntah
Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Pusing, mata berkunang – kunang
Tanda ; Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
Tanda-tanda tusukan gigi
Integritas ego
Gejala : Klien mengatakan takut dengan keadaannya
Tanda ; Reaksi emosi yang kuat, kaget
e. pengkajian psikososial
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya
seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.
f. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan
penentuan gula darh, BUM dan elektrolit
2) Pengelompokan Data
Data Subyektif
a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
c. Klien mengatakan merasa mual dan muntah
d. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
e. Rasa sakit atau berat didada dan perut
f. Pusing, mata berkunang – kunang
g. Klien mengatakan takut dengan keadaannya
Data Obyektif
a. Klien nampak lemah
b. Reaksi emosi yang kuat, kaget
c. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
d. Ekspresi wajah meringis
e. Tanda-tanda tusukan gigi
f. Klien nampak mual dan muntah
3) Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds :
Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas
Klien mengatakan pinggangnya
terasa pegal
Do :
Klien nampak lemah
Gigitan ular yang berbisa
↓
Toksin masuk ke tubuh
↓
Merangsang saraf saraf
↓
Kelemahan otot
↓
Intoleransi aktivitas
Intoleransi
aktivitas
Ds :
Klien mengatakan rasa sakit di
seluruh persendian tubuh
Klien mengatakan rasa sakit atau
berat didada dan perut
Klien mengatakan pusing, mata
berkunang – kunang
Do :
Nampak pembengkakan pada luka
gigitan ular
Gigitan ular berbisa yang
mengandung toksin
↓
Merangsang saraf saraf seluruh
tubuh
↓
Merangsang pengeluaran
bradikin, prostaglandin
↓
Impuls di sampaikan ke SSP
Nyeri
Ekspresi wajah meringis
bagian korteks serebri
↓
Thalamus
↓
Nyeri dipersepsikan
Ds :
Klien mengatakan takut dengan
keadaannya
Do :
Reaksi emosi yang kuat, kaget
Gigitan ular berbisa yang
mengandung toksin
↓
Mempengaruhi saraf saraf
↓
Kurang informasi
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Cemas
Cemas
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot
c. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk
3. Rencana tindakan keperawatan
Nyeri berhubungan dengan retensi urin
Tupan :
Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi
Tupen :
Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat
berkurang dengan kriteria :
Klien melaporkan tidak nyeri lagi
Ekspresi wajah tidak meringis
Intervensi
1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri
R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan
dalam menentukan tindakan selanjutnya
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak
klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup
R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang
cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas
secara mandiri dengan kriteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga
perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga
memberi support dalam pemulihan kesehatan
4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu
R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi
penyebaran toksin.
Cemas berhubungan kondisi yang menurun
Tupan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang
Tupen :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur ansur hilang
Intervensi
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan
cukup
2) Anjurkan klien untuk tidak panic
R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh
3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan
tindakan yang akan dilakukan
R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu
menambah wawasan klien akan gigitan ular
4. Implementasi dan Evaluasi
DX Hari/
tgl
jam Implementasi Hari/
tgl
jam Evaluasi
1 1)Mengkaji skala
nyeri, frekuensi,dan
lokasi
Hasil:
-nyeri klien
berkurang
2) mengatur posisi
klien senyaman
mungkin.
Hasil:
-posisi klien dapat
dirubah setiap saat.
3)mengajarkan klien
tehnik relaksasi dan
distraksi
S:klien
mengatakan
nyerinya sudah
berkurang
O: klien nampak
istrahat dengan
tenang
A:masalah agak
mulai teratasi
P:intervensi di
pertahankan
Hasil:
-klien dapat
mengikuti instruksi
perawat
4)menciptakan
lingkungan yang
aman dan tenang dan
anjurkan klien
beristrahat yang
cukup
Hasil:
-klien bisa istrahat
dengan tenang
karena pengunjung
disaran agar tidak
ribut dalam ruangan
2 1)memantau
kemampuan klien
dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
Hasil:
-klien dapat
melakukan aktifitas
secara bertahap
2) membantu klien
dalam melakukan
pemenuhan
kebutuhan sehari-
hari
Hasil:
-klien dapat
melakukan aktifitas
dalam pemenuhan
S:klien
mengatakan
sudah bisa
menerima dan
memahami
anjuran perawat
O: klien nampak
terlihat lega
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
kebutuhan
3) menganjurkan
klien untuk ikut serta
dalam tindakan
pemulihan kesehatan
klien
Hasil:
-klien dapat
mengukuti anjuran
tim medis dalam
proses pemulihan
4) menganjurkan
klien untuk istrahat
dan tidak melakukan
aktifitas yang tidak
perlu.
Hasil:
-klien dapat
mengikuti anjuran
yang diberikan oleh
perawat
3 1)menciptakan
lingkungan yang
sehat
Hasil:
-klien merasa
nyaman dengan
keadaan rumah sakit
2) menganjurkan
klien untuk tidak
panik
Hasil:
-klien dapat
S: kliem
mengatakan
sudah mulai
menerima
skeadaanya
O: klien nampak
lega
P: intervensi
dilanjutkan
mengikuti saran
perawat
3) memberikan
informasi yang
cukup mengenai
gigitan ular serta
penangananya dan
tindakan yang
dilakukan
Hasil:
-klien mulai
menerima keadaanya
DAFTAR PUSTAKA
Badan pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup di alam bebas
Sartono, 1999, racun dan keracunan. Jakarta: EGC
http://www.searo.who.int/een/sektion10/ sektion/17.htm
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………… DAFTAR ISI …………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………….............
B. Rumusan Masalah……………………………………....................
C. Tujuan …………………………………………............................
D. Manfaat………………………………………………...................
BAB II : PEMBAHASAN
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian ………………………………………………......
B. Etiologi..............................……………………………….....
C. Patofisiologi……………………………………………… ...
D. Manifestasi Klinis……………………………………….......
E. Komplikasi ............................................................................
F. Penyimpangan KDM……………………………….............
G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................
H. Terapi .....................................................................................
2. KONSEP ASKEP
A. Pengkajian ……………………………………..………........
B. Diagnosa………………………………………………….....
C. Perencanaan……………………………………………........
D. Implementasi ..........................................................................
E. Evaluasi ..................................................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………........
B. Saran……………………………………………….…….........
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat
pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‗‘
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‗‘. Adapun askep ini membahas mengenai
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN
ULAR”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan askep ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha, September 2012
Penyusun
DOSEN : Ns FITRI NINGSIH, S.Kep TUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN “GIGITAN ULAR”
OLEH
KELOMPOK 2:
FITRAWATI WAODE YUL SARTIKA
IRWANA PUJI ASTUTI MUH.ASWIN
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2012/2013
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang
digigit ular atau diduga digigit ular.
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun
yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya yaitu :
Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna, Rasa sakit di seluruh persendian
tubuh, Mulut terasa kering, Pusing, mata berkunang – kunang, Demam, menggigil,
Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah, Reaksi emosi yang kuaat,
Penglihatan kembar/kabur, mengantuk, Pingsan, Mual dan atau muntah dan diare,
Rasa sakit atau berat didada dan perut,Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya
pada tungkai/kaki, Sukar bernafas dan berkeringat banyak, Kesulitan menelan serta
kaku di daerah leher dan geraham.
B. Saran
Diharapkan semoga dengan Askep Gangguan Intergumen Pada Klien Dengan
Gigitan Ular ini yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat
bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan
dengan gangguan intergumen pada klien yang terkena gigtan ular, Dalam rangka
mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka tugas perawat yang
utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gigitan
ular.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami
butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.