Post on 06-Feb-2018
ARTIKEL
MANAGEMEN ASET DALAM PROSES PERENCANAAN KEBUTUHAN
DAN PENGANGGARAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
Oleh : Wahyu Nuri Rahmawati
NIM : C1G014032
Jurusan Akuntansi (Aj)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jendral Soedirman
Jl. HR. Bunyamin 708, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
TAHUN 2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanaka
secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Undang-
Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dalam pasal 3
menyebutkan bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan rasa kepatutan.
Dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban tersebut, maka
Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan dan pertanggungjawaban
Keuangan Negara. Ruang lingkup Perbendaharaan Negara disebutkan dalam
pasal 2 Undang-undang nomor 1 tahun 2004 meliputi : pelaksanaan pendapatan
dan belanja Negara, pelaksanaan pendapatan dan belanja Daerah, pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran negara, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
Daerah, pengelolaan kas, pengelolaan piutang dan utang Negara/Daerah,
pengelolaan investasi dan Barang Milik Negara/Daerah, penyelenggaraan
akuntansi dan system informasi manajemen keuangan Negara/Daerah,
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD,
penyelesaian kerugian Negara/Daerah, pengelolaan badan layanan umum,
perumusan standar, kebijakan serta system dan prosedur yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
Perkembangan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah semakin
komplek, maka agar optimal dalam pengelolaannya, pemerintah menetapkan
Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, sebagai ganti Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2008
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Berdasarkan pasal 3 ayat (1) PP No
27/2014 disebutkan Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan
berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi,
akuntabilitas dan kepastian nilai.
Ruang lingkup pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dalam ayat (2)
meliputi : perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,
pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, pembinaan pengawasan dan
pengendalian. Menteri keuangan selaku pengelola Barang Milik Negara
berwenang dan bertanggungjawab dalam merumuskan kebijakan, mengatur dan
menetapkan pedoman pengelolaan Barang Milik Negara, meneliti dan menyetujui
rencana kebutuhan Barang Milik Negara. Sedangkan Gubernur /Bupati/Walikota
adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Barang Milik Daerah.
Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan
Barang Milik Negara/Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang
telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam
melakukan tindakan yang akan datang. Pasal 9 PP No 27/2014 menyebutkan
bahwa perencanaan kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah disusun dengan
memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga/Satuan kerja perangkat Daerah serta ketersediaan
Barang Milik Negara/Daerah yang ada. Perencanaan kebutuhan meliputi
perencanaan kebutuhan pengadaan, pemeliharaan, pemanfaatan,
pemindahtanganan dan penghapusan Barang Milik Negara/Daerah.
Manajemen aset merupakan suatu proses yang sistematis dan terstruktur
yang mencakup seluruh siklus hidup aset. Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah atau dalam istilah lain manajemen aset termasuk didalamnya
perencanaan kebutuhannya adalah kegiatan pertama kali yang harus dilakukan
oleh pengelola barang, pengguna barang atau kuasa pengguna barang.
Perencanaan kebutuhan Barang Milik Negara Lebih lanjut tentang diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 150/PMK.06/2014 tentang
perencanaan kebutuhan Barang Milik Negara. Sedangkan untuk Barang Milik
Daerah lebih lanjut diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun
2007 tentang pedoman teknis pengelolaan Barang Milik Daerah.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai didalam penulisan artikel ini adalah :
1. Mengetahui tentang pengertian, siklus manajemen aset.
2. Mengetahui proses perencanaan kebutuhan dan penganggaran Barang Milik
Negara/Daerah.
3. Mengetahui keterkaitan manajemen aset terhadap proses perencanaan
kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Negara/Daerah.
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Aset
Royal institution of Chartered Surveyors, (2008:5-6) mendefinisikan
manajemen aset adalah:
“Asset management is structured process that’s seeks to ensure best value for
money from property assets in serving the strategic needs of local authorities”.
Selain itu didefinisikan juga Andrew Howart, dari OGC National school of
Government adalah: “Asset management, in its wider sense, needs to be seen
as a contributor of the core business resource planning so as to ensure that the
phisycal asset base is aligned with organisational objectives”.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 pasal 3 (1) disebutkan :
“Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian
nilai”.
Mardiasmo (2002:240) bahwa dalam melaksanakan pengelolaan kekayaan
Daerah harus memenuhi beberapa aspek sebagai berikut : a) Akuntabilitas
hukum; b) Akuntabilitas proses; c) Sumber Daya Manusia (SDM) yang
professional; d) Anggaran; e) Pengawasan.
Pengelolaan Barang Milik Daerah pada dasarnya berhubungan dengan
manajemen materi dan manajemen perlengkapan Daerah. Manajemen materi
menurut Serdamayanti (2000:169) adalah proses kegiatan perencanaan
kebutuhan pemilihan sumber, pembelian, pemindahan, penyimpanan dan
pengawasan materil/produksi dalam rangka meningkatkan keuntungan
perusahaan. Menurut Syamsi (1983:9) yang dimaksud dengan perlengkapan
Daerah adalah perlengkapan materil atau milik Pemerintah Daerah, sedangkan
menajemen perlengkapan Daerah atau pengelolaan perlengkapan Daerah
adalah segenap proses penyelenggaraan yang meliputi fungsi merencanakan,
mengatur melaksanakan dan mengontrol terhadap barang-barang milik
Pemerintah Daerah, sehingga tercapailah efisiensi di bidang perlengkapan
Daerah.
Siklus Manajemen Aset
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 pasal 3 (2) menyebutkan
siklus pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi : perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan,
penghapusan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Barang Milik Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 pasal 1 (1) mendefinisikan
Barang Milik Negara adalah: “semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah, (2) Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah”.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 150/PMK.06/2014 tentang perencanaan
kebutuhan Barang Milik Negara pasal 1 (1) “Barang Milik Negara yang
selanjutnya disingkat BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah”.
Berdasarkan lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan barang Daerah dijelaskan bahwa :
”Barang Daerah adalah semua kekayaan Daerah baik yang dimiliki maupun yang
dikuasai yang berwujud, baik yang bergerak maupaun tidak bergerak serta
bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai,
dihitung, diukur, atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh- tumbuhan
kecuali uang dan surat berharga lainnya”.
Pejabat Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Pejabat pengelolaan Barang Milik Negara menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2014 Bab II pasal 4 (1) “ Menteri Keuangan selaku bendahara
umum negara adalah pengelola Barang Milik Negara, (3) Pengelola Barang Milik
Negara dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang”.
Sedangkan disebutkan pengertian Pejabat Pengelolaan Barang Milik Daerah
dalam pasal 5 (1) “Gubernur/Bupati/Walikota adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan Barang Milik Daerah, (3) Sekretaris Daerah adalah pengelola
Barang Milik Daerah”.
Selain itu disebutkan tentang Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna
Barang Milik Negara/Daerah pada bagian kedua pasal 6 (1) “Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku pimpinan Kementerian/Lembaga adalah Pengguna Barang Milik
Negara, 7 (1) Kepala Kantor dalam lingkungan Kementerian/Lembaga Kuasa
Pengguna Barang Milik Negara dalam lingkungan kantor yang dipimpinnya, 8 (1)
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah Pengguna Barang Milik Daerah”.
Kewenangan dan Tanggung Jawab
Kewenangan dan tanggung jawab Pengelola Barang Milik
Negara/Daerah, Pengguna Barang Milik Negara/Daerah, Kuasa Pengguna
Barang Milik Negara/Daerah disebutkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
nomor 150/PMK.06/2014 sebagai berikut :
Kewenangan dan tanggung jawab Pengelola Barang adalah : Pasal 2 ayat (1)
“Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang berwenang dan bertanggung jawab
untuk: a) menelaah RKBMN; b) menandatangani Hasil Penelaahan RKBMN; c)
menyampaikan Hasil Penelaahan RKBMN kepada Pengguna Barang;
d)memproses atau tidak memproses Usulan Perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN; e) menandatangani Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN; dan
f)menyampaikan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN kepada Pengguna
Barang; ayat (2) Direktur Jenderal merupakan pelaksana fungsional Menteri
Keuangan selaku Pengelola Barang atas kewenangan dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1); ayat (3) Dalam melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur
Jenderal atas nama Menteri Keuangan dapat mendelegasikan kepada pejabat
structural di lingkungan Direktorat Jenderal”.
Kewenangan dan tanggung jawab Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang pada bagian kedua Pasal 3 ayat (1) “Menteri/Pimpinan Lembaga
merupakan Pengguna Barang yang dalam menjalankan kewenangan dan
tanggung jawabnya secara fungsional dilaksanakan oleh: a) Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Kementerian/Sekretaris Utama pada Kementerian/Lembaga,
termasuk Kantor Menteri Koordinator/Kantor Menteri Negara; b) Jaksa Agung
Muda Pembinaan pada Kejaksaan Agung; c) Pimpinan
Kesekretariatan/Kepaniteraan pada Lembaga Tinggi Negara; ayat (2) Pengguna
Barang berwenang untuk: a) melakukan penelitian atas RKBMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang; b) menyampaikan RKBMN kepada
Pengelola Barang; c) memberikan penjelasan, klarifikasi, dan/atau keterangan
lain yang diperlukan oleh Pengelola Barang terkait dengan RKBMN yang
diusulkan; d) menandatangani Hasil Penelaahan RKBMN; e) menandatangani
Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN; ayat (3) Pengguna Barang bertanggung
jawab atas: a) kebenaran dan kelengkapan dari usulan RKBMN yang
disampaikannya; b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan
PerencanaanKebutuhan BMN; ayat (4) Pengguna Barang dapat menunjuk
pejabat pada kantor pusat dan/atau pejabat di instansi vertikal untuk
melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3); ayat (5) Kuasa Pengguna Barang berwenang dan
bertanggung jawab mengajukan RKBMN untuk lingkungan kantor yang
dipimpinnya kepada Pengguna Barang”.
Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran BMN
Hani dan Handoko (dalam wahyuningrum, E. dkk, ) Perencanaan adalah
proses dasar dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya.
George Terry (dalam wahyuningrum, E. dkk, ) berpendapat batasan lain
perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta serta membuat dan
menggunakan dugaan mengenai masa yang akan dating, menggambarkan dan
merumuskan aktivitas yang diusulkan dianggap perlu untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Menurut Louis A. Allen (dalam wahyuningrum, E. dkk, ) aktivitas dalam
perencanaan adalah sebagai berikut : 1) Prakiraan (forecasting); 2) Penetapan
tujuan (establishing objective); 3) Pemrograman (programming); 4) Penjadwalan
(Scheduling); 5) Penganggaran (budgeting); 6) Pengembangan prosedur
(developing procedure); 7) Penetapan dan interpretasi kebijakan (establishing
and interpreting policies).
PP No 27/2014 pasal 9 ayat (2) menyebutkan “ Perencanaan kebutuhan
meliputi perencanaan Pengadaan, Pemeliharaan, Pemanfaatan,
Pemindahtangan, Penghapusan BMN/D”. PMK No 150/PMK.06/2014
mendefinisikan perencanaan Kebutuhan BMN adalah “kegiatan merumuskan
rincian kebutuhan BMN untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah
lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan
tindakan yang akan datang”.
Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat RKBMN,
adalah dokumen perencanaan BMN untuk periode 1 (satu) tahun. Hasil
Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan RKBMN antara Pengguna
Barang dan Pengelola Barang. Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN
adalah dokumen penelaahan RKBMN yang diusulkan untuk dilakukan
perubahan. Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan
Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN antara Pengguna Barang dan
Pengelola Barang.
Ruang Lingkup Perencanaan Kebutuhan BMN
Ruang lingkup perencanaan kebutuhan BMN menurut Peraturan Menteri
Keuangan nomor 150/PMK.06/2014 adalah : Pasal 4 “Ruang lingkup
Perencanaan Kebutuhan BMN yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
a) perencanaan pengadaan BMN; b) perencanaan pemeliharaan BMN”.
Objek Perencanaan Kebutuhan BMN
Objek Perencanaan Kebutuhan BMN adalah : Pasal 5 “Objek Perencanaan
Kebutuhan BMN meliputi: a) tanah dan/atau bangunan; b) selain tanah dan/atau
bangunan”.
Prinsip Perencanaan Kebutuhan BMN
Prinsip Perencanaan Kebutuhan BMN adalah : Pasal 6 “RKBMN memuat
informasi berupa unit BMN yang direncanakan untuk dilakukan pengadaan
dan/atau pemeliharaan, Pasal 7 RKBMN disusun oleh Pengguna Barang dengan
berpedoman pada: a) Renstra-K/L; b) Standar Barang; dan c) Standar
Kebutuhan”.
METODE PENULISAN
Metode penulisan artikel ini adalah menggunakan metode deskriptif,
dengan sumber datanya adalah data primer, serta teknik mengumpulkan
datannya adalah dengan studi pustaka.
PEMBAHASAN
Didalam modul prinsip-prinsip manajemen aset (2007:7) yang diterbitkan
Lembaga Administrasi Negara yang dimaksud optimalisasi aset merupakan
proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan
potensi, lokasi, nilai, jumlah atau volume, legal dan ekonomi yang dimiliki oleh
aset tersebut. Oleh karena itu perencanaan dan penganggaran yang baik,
dengan berdasarkan asas efisiensi, maka akan menunjang penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal. Asas efisiensi yaitu bahwa
barang milik Negara/daerah diarahkan untuk digunakan sesuai batasan-batasan
standar kebutuhan yang diperlukan.
Perencanaan Kebutuhan BMN sebagai kegiatan merumuskan rincian
kebutuhan BMN untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu
dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan
yang akan datang, harus dilaksanakan secara terintegrasi antara pengelola
barang, pengguna barang/kuasa pengguna barang, dengan berpedoman pada
Renstra-K/L, Standar Barang, dan Standar Kebutuhan, serta Penyusunan
RKBMN untuk pengadaan BMN memperhatikan ketersediaan BMN yang ada
pada Kementerian/Lembaga. Dalam proses penetapan Standar Barang dan
Standar Kebutuhan Pengelola Barang dapat berkoordinasi dengan instansi atau
dinas teknis terkait.
Koordinasi dengan instansi atau dinas teknis terkait dalam proses
penetapan Standar Barang dan Standar Kebutuhan merupakan hal penting
yang diperlukan oleh pengelola barang/Kuasa pengelola barang, agar output
yang dihasilkan tepat, efisien dan efektif serta berkesinambungan. Selain itu
diperlukan juga koordinasi tentang penentuan standar harga, dimana didalam
PMK No 150/PMK.06/2014 tidak disyaratkan, seperti dalam pasal 9 PP No
27/2014. Penentuan standar harga ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, tetapi di lingkungan pemerintahan daerah, standar harga
tidak relevan dengan kondisi sebenarnya di pasaran, maupun tidak baku atau
berbeda-beda disetiap daerah.
Ruang lingkup perencanaan kebutuhan BMN menurut Peraturan Menteri
Keuangan nomor 150/PMK.06/2014 meliputi perencanaan pengadaan BMN dan
perencanaan pemeliharaan BMN, sedangkan selain hal tersebut didalam
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, dalam PP No 27/2014 pasal 9
terdapat perencanaan pemanfaatan BMN, perencanaan pemindahtanganan
BMN serta perencanaan penghapusan BMN. Padahal dalam manajemen
perencanaan kebutuhan dan anggaran harus dilaksanakan secara yang
terintegrasi berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi,
efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai, baik antara instansi terkait maupun
dengan kegiatan-kegiatan yang termasuk lingkup dari pengelolaan BMN itu
sendiri.
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen perencanaan kebutuhan aset dan penganggaran sebagai bagian
pertama dari pengelolaan BMN/D sangat penting didalam menunjang
kesuksesan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan. Manajemen yang
terintegrasi dan menyeluruh terhadap kegiatan-kegiatan terkait pengelolaan aset
diharapkan akan mampu mengoptimalkan peningkatan pendapatan pemerintah
maupun penurunan belanja disisi lainnya.
Rekomendasi
1. Landasan hukum atau aturan teknis seperti peraturan menteri keuangan,
yang mengatur tentang perencanaan pemanfaatan BMN, perencanaan
pemindahtanganan BMN serta perencanaan penghapusan BMN.
2. Peraturan perundang-undangan atau peraturan lainnya, yang mengatur
tentang Standar harga secara nasional dan local.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan
BMN
Wahyuningrum, E. dkk (2010). Analisis Optimalisasi Proses Perencanaan Aset
Daerah di Pemerintah Kota Salatiga. The Computer Journal.
. , 2008. Royal institution of Chartered Surveyors