Post on 19-Feb-2018
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 1/18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Apendisitis
1. Anatomi Apendiks
Appendik adalah ujung buntu yang berbentuk tabung, yang muncul dari caecum.
Caecum dan appendix terletak di kuadran kanan bawah abdomen. Pangkal appendix
terletak di titik McBurney`s, sepertiga jarak antara spina iliaka anterior superior !"A!# dan
umbilikus. Meskipun ujung usus buntu terletak dekat dengan pangkalnya, seringtersembunyi dibelakang usus kecil, usus besar, atau di pel$is. !ecara histologi apendiks
mengandung %olikel lim%oid. &erletak dilapisan jaringan ikat sebelah dalam lihat gambar '.
!jamsuhidayat (., )ong *im de., +- #.
Gambar 1.
Posisi Appendix '. Preileal. +. Postileal. -. Promontoric. /. Pel$ic. 0. !ubcecal. 1.
Paracolic2prececal. 3. (etrocecal
4etiga taenia coli bersatu pada daerah pertemuan antara caecum dan appendiks dan
merupakan landmark untuk mengidenti%ikasi appendiks. Panjang rata5rata appendiks adalah
6 cm, tetapi dapat ber$ariasi mulai dari .- hingga -- cm. 7iameter appendiks berkisar
5
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 2/18
antara 0 hingga ' mm. Appendiks neonatal panjang rata5ratanya adalah /,0 cm
dibandingkan pada orang dewasa yakni 8,0 cm. Appendiks pada neonates dan bayi
berbentuk corong, sehingga kecenderungan untuk terjadinya obstruksi lebih rendah. !uplai
darahnya merupakan cabang appendiceal dari arteri ileocolica, yang berjalan di belakang
ileum terminale. !kandalakis )ohn 9., Colborn :ene ;., *eidman &homas A, et all, ++#.
2. Fisioloi Apendiks
Apendiks menghasilkan sekret '5+ ml per hari. ;endir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran
tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. 7i dalam
apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan <at pelindung e%ekti%
terhadap in%eksi berperan dalam sistem imun#. 7an immunoglobulin yang banyak terdapat
di dalam apendiks adalah "gA. =amun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. "ni dikarenakan jumlah jaringan lim%e yang
terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna
lain.!jamsuhidajat, )akarta, +0#
!. De"inisi Apendisitis
Apendisitis adalah penyakit yang ditimbulkan akibat tersumbatnya lumen apendiks oleh
berbagai hal seperti cacing, kotoran penderita yang mengeras, benda asing biji# dan tumor
usus. sumbatan ini menyebabkan produksi lendir apendiks tidak tersalurkan ke usus besar,
dan berakibat pada pembengkakan serta terjadinya in%eksi di apendiks. Apendiks hanya
mempunyai satu saluran pembuangan yaitu usus besar, jadi jika salurannya tersumbat maka
produksinya akan menumpuk. (adang usus buntu bersi%at akut atau kronis, bila tidak
diatasi akan berakibat pada pecahnya usus buntu dan berakhir dengan kematian penderita.
7alam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
operasi dengan membuang apendiks yang terin%eksi. Anonim, +/#.
#. Epidemioloi Apendiks
6
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 3/18
Apendisitis akut pada anak merupakan salah satu indikasi gawat darurat bedah pada
anak berusia di atas + tahun. "nsiden apendisitis anak mencapai 3. kasus per tahun di
Amerika !erikat. "nsiden pada anak usia / tahun terdapat '5+ kasus per '. anak per
tahun. "nsiden meningkat mencapai +0 kasus per '. anak per tahun pada umur '5'3
tahun. (asio laki5laki dan perempuan +'.Minkes (4., +'+#.7i !wedia selama tahun
+8 dilaporkan '1 kasus setiap '. dan sekitar '. dilakukan appendektomi pada
tahun yang sama >ansson )., +'+ #."nsidensi appendisitis cukup tinggi di "ndonesia.
Penyakit apendiks merupakan pola penyakit pada pasien rawat inap di rumah sakit yang
menempati urutan keempat tertinggi di "ndonesia pada tahun +1 dan menempati urutan
kesembilan pada tahun +8 7epkes (", +8#.
$. Etiopatoenesis apendisitis
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks, yang diawali dengan obstruksi lumen
apendiks. ?bstruksi ini akan menyebabkan pembesaran dari %olikel lim%oid paling sering
dari gastroenteritis atau dari in%eksi $irus lainnya#, sumbatan %ekal atau benda asing lainnya.
!anjai dan Chaubal =:, +#
?bstruksi lumen menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri normal dan
selanjutnya terjadi sekresi mukus. Bakteri pada appendiks normal sama seperti yangterdapat pada kolon normal. ?rganisme utama yang terdapat pada appendiks normal,
appendicitis akut dan appendicitis per%orasi terutama adalah 9scherisia coli dan Bacteroides
%ragis. Beberapa penelitian melaporkan sampai '/ organisme yang ditemukan pada kultur
pasien appendicitis per%orasi seperti terlihat dibawah ini
'. Bakteri aerobe dan %akultati%
a. Bacilli gram negati$e
Escherichia Colli, Pseudomonas aeruginosa dan Klibsiella species
b. Coccus gram positi%
Stretococcus anginosus, spesies streptococcus yang lain dan spesies
enterococcus.
+. Bakteri aerobe
7
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 4/18
a. Bacilli gram negati%
Bacteriodes fragilis, spesies bacteriodes yang lain, dan spesies fusobacterium.
b. Coccus gram positi%
!pesies peptostreptococcus
c. Bacilli gram negati%
!pesies clostridium )a%%e Bernard and Berger 7a$id. +'#.
Akibat dari obstruksi tekanan intraluminal akan meningkat, menyebabkan distensi dari
apendiks.Pada tahap ini, tampak sebagai apendisitis akut sederhana. )ika distensi dari
apendiks berlanjut, kemudian akan terjadi obstruksi aliran $ena dan lim%e, yang
menyebabkan apendiks semakin bengkak dan nekrotik.)ika seluruh ketebalan dinding apendiks nekrosis, bakteri di lumen apendiks akan
bergerak melewati dinding apendiks ke ca$um peritoneal. Pada tahap ini apendiks telah
mengalami gangrenosa dan ada in%eksi lokal disekeliling apendiks. &anpa inter$ensi,
apendiks yang gangren akan mengalami per%orasi dan menumpahkan isi lumen apendiks ke
ca$um peritoneum dan terjadi peritonitis dan biasa juga terbentuk abses periependikuler.
Peritonitis dan abses periapendikuler dapat menyebabkan kematian jika in%lamasi apendiks
tidak dihilangkan dan tidak diberi terapi antibiotik Anderson, et al. +1#.
%. Etioloi
Apendisitis disebabkan karena obstruksi lumen appendiks yang diikuti in$asi bakteria.
Berbagai hal berperan sebagai %aktor pencetus terjadinya obstruksi pada lumen appendiks.
!umbatan misalnya hiperplasia jaringan lim%a, %ekalit, tumor apendiks, cacing askariasis
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolityca.!jamsuhidajat,
)akarta, +0#.
7iantara beberapa %aktor di atas, obstruksi oleh tinja2%eses dan hyperplasia jaringan
lim%oid, serta sumbatan benda keras termasuk biji5bijian merupakan %aktor utama terjadinya
obstruksi yang berkembang menjadi appendisitis. !umbatan atau pembesaran inilah yang
8
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 5/18
menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja
manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri2kuman E. coli, inilah yang
sering kali mengakibatkan in%eksi yang berakibat pada peradangan usus buntu. Anonim,
+/#
&. 'atoenesis
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
lapisan dinding apendiks. )aringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus lendir#
setiap harinya. &erjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks
ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian
terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. =amun, karena keterbatasan elastisitas
dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intralumen. &ekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran
lim%e, sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa.
Pada saat inilah terjadi apendisitis akut %okal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium
di sekitar umbilikus. Mansjoer, A, +0#
)ika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. >al ini
akan menyebabkan terjadinya obstruksi $ena, edema bertambah, dan bakteri akanmenembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai
peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. 4eadaan
ini disebut dengan apendisitis supurati% akut. Mansjoer, A, +0#
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi in%ark dinding apendiks yang
disusul dengan terjadinya gangren. 4eadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa.
)ika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis
berada dalam keadaan per%orasi. Mansjoer, A, +0#
!ebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses
peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus
halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah
9
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 6/18
in%iltrat apendiks. 7i dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami per%orasi. =amun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan
massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara
lambat. !jamsuhidajat, ( dkk, +0#
Pada anak5anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan
dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan
terjadinya per%orasi. !edangkan pada orang tua, per%orasi mudah terjadi karena adanya
gangguan pembuluh darah.Mansjoer, A dkk, +0#
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut. )aringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan
jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut
kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan
dinyatakan mengalami eksaserbasi. !jamsuhidajat, ( dkk, +0#.
(. )ani"estasi *linik
:ejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
nyeri tumpul# di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. 4eluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya na%su
makan menurun. 4emudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah, ke titik Mc Burney. 7i titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. =amun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di
daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi.!chwart<, +#. &erkadang apendisitis juga
disertai dengan demam derajat rendah sekitar -3,0 5-6,0 derajat celcius. !jamsuhidajat,
+0#
!elain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. &imbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut.!jamsuhidajat, +0#
10
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 7/18
'. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum terlindung
oleh sekum#, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. (asa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada
saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.
=yeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari
dorsal.
+. Bila apendiks terletak di rongga pel$is
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan
rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan
rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang5ulang diare#.
-. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan %rekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
:ejala apendisitis kadang5kadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya
baru diketahui setelah terjadi per%orasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis
tidak jelas dan tidak khas. @eller dkk, +3#.
'. Pada anak5anak
:ejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. !eringkali anak tidak
bisa menjelaskan rasa nyerinya. 7an beberapa jam kemudian akan terjadi muntah5
muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. 4arena ketidakjelasan gejala ini,
sering apendisitis diketahui setelah per%orasi. Begitupun pada bayi, 658
apendisitis baru diketahui setelah terjadi per%orasi.
+. Pada orang tua berusia lanjut
:ejala sering samar5samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh
penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi per%orasi.
-. Pada wanita
11
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 8/18
:ejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya
serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital proses o$ulasi, menstruasi#,
radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia
kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah,
dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini.
!edangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral,
sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal
kanan.
+. Sistem Skor *linik ,nt,k Dianosis Apendisitis
Banyak sistem skor klinik yang ada, namun sampai saat ini sebagian besar dikembangkan pada orang dewasa. !kor apendisitis yang paling dikenal luas dikembangkan
oleh Al$arado '861#. !kor resminya disebut MA=&(9;! skor, tetapi juga dikenal sebagai
skor Al$arado, dengan 6 item dengan bobot seperti terlihat pada table dibawah ini Pinardi
et al., +#.
Tanda dan Ge-ala Skor
=yeri Berpindah
Anoreksia
Mual5muntah =yeri ossa illiaca kanan =yeri ;epas
Peningkatan !uhu -3,3 oC
;eukosit '.)umlah =eutrophil 30
'
'
'+'
'
+'
Total Skor 1
Tabel. 1. !kor Al$arado untuk diagnostic apendisitis akut
=ilai
a# D /4ronis b# / 53 (agu5?bser$asi
c# 3 Akut
Pada tahun ++, !amuel mengembangkan untuk pertama kalinya sistem skor untuk
anak5anak. Penelitian prospekti% dikembangkan pada ''3 anak usia / sampai '0
12
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 9/18
tahun. Menggunakan metode yang identik dengan Al$arado, !amuel menghitung
probabilitas gabungan jumlah probabilitas dari penyakit ketika uji positi% dan negati$e#
untuk setiap item data yang dikumpulkan. Probabilitas gabungan ini mewakili bobot
diagnostik. "ndikator diagnostik, bobot diagnostik dan nilai skor seperti tertera pada
tabel +.
Indikator Dianostik
Bobot Dianostik
*elompok
Apendisitis
Bobot Dianostik
kelompok non
apendisitis
Nilai
Skor
=yeri ketika batuk atau nyeri
ketok atau nyeri melompat
Anoreksia7emam
=ausea29mesis
=yeri tekan kuadran kanan bawah;eukositosis '.
PM=2=etrophilia
=yeri migrasi
,81
,66
,63,61
,6/,6'
,6
,6
,-3
,'+
,'+,'/
,-3,+
,++
,+
+
'
''
+'
'
'
Total 1
Tabel 2. Probabilitas metode Al$arado
Penelitian yang dilakukan oleh Bhatt Maala dkk +8# mendapatkan skor PA! D /
dimasukkan kedalam kelompok bukan apendisitis dan skor PA! 6 digolongkan sebagai
apendisitis. =ilai skor PA! 053 masih memerlukan e$aluasi radiologi dalam mendiagnosa
apendisitis. 4edua modalitas ini telah menunjukkan man%aat dalam mendiagnosa
apendisitis, terutama untuk anak5anak dengan mani%estasi klinis yang tidak jelas. )adi dapat
disimpulkan bahwa, tujuan lain dari penggunaan skor ini adalah untuk menyeleksi pasien
yang dianggap perlu dilakukan pencitraan.
1. 'enatalaksanaan
Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang
meradang !melt<er E Bare, ++#. Appendiktomi diindikasikan untuk semua
kasus apendisitis akut yang ditemukan dalam 3+ jam pertama, tetapi tidak pada
anak5anak. !esudah 3+ jam mungkin terdapat massa peradangan sehingga
13
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 10/18
apendiktomi dilakukan kira5kira 1 minggu kemudian &horek, '88+#. Apabila
penderita dijumpai dalam dua hari pertama mengalami serangan apendisitis akut,
maka tidak diperlukan untuk pengobatan yang lain. Fmumnya dilakukan
pengangkatan apendiks atau sering disebut apendiktomi 7udley, '88+#
!ecara keseluruhan insidens in%eksi luka pasca bedah dilaporkan 3,0
dalam penyelidikan nasional. Angka kejadian ber$ariasi tergantung ahli bedah,
1 rumah sakit dan tindakan psikologis sepsis luka pasca bedah menurut metode
pencegahan yang digunakan.
B. L,ka Operasi
Ada beberapa masalah yang sering muncul pada luka pasca pembedahan. 7iantaranya
masalah tersebut adalah luka yang mengalami stres selama masa penyembuhan akibat
nutrisi yang tidak adekuat, gangguan sirkulasi dan perubahan metabolisme yang dapat
meningkatkan resiko lambatnya penyembuhan luka potter and perry, +1#. Menurut
karakata +1# pada luka bersih dan dirawat dengan baik maka luka akan sembuh lebih
cepat, sedangkan menurut (. !jamsuhidajat +0# proses penyembuhan luka disebabkan
oleh gangguan sistem imun yang akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap
luka.
aktor5%aktor yang dapat menghambat penyembuhan luka pasca operasi ada + %aktor
yaitu %aktor intrinsik umur, penyakit penyerta, status nutrisi, oksigenasi dan per%usi
jaringan, serta merokok. 4emudian %aktor ekstrinsik teknik pembedahan buruk,
mobilisasi, pengobatan, manjemen luka yang tidak tepat, psikososial dan in%eksi Potter and
Perry, +1#.!elain itu, beberapa penelitian yang terkait dengan proses penyembuhan luka operasi,
diantaranya Penelitian tentang G%aktor5%aktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka
pasca operasiH yang dilakukan oleh hayati +'#, dari hasil analisis menunjukkan ada
hubugan bermakna antara umur, status nutrisi, oksigenasi dan per%usi, merokok, serta
mobilisasi dengan penyembuhan luka, dengan %aktor yang paling dominan adalah status
nutrisi.
14
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 11/18
?perasi dapat dikategorikan kedalam / kelas dengan meningkatnya insiden kontaminasi
bakteri dan kejadian in%eksi pasca operasi !cottish "ntercollegiate :uidelines =etwork,
+'/#
Tabel. !.
)enis
operasi
/. Antibiotika
1. De"inisi Antibiotika
Antibiotika adalah <at5<at kimia oleh yang dihasilkan oleh %ungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan 2menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya
bagi manusia relati% kecil. &urunan <at5<at ini, yang dibuat secara semi5sintesis, juga
termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri &jay E
(ahardja, +3#.
Antibiotika dikenal sebagai agen antimikroba, adalah obat yang melawan in%eksi yang
disebabkan oleh bakteri. Pada tahun '8+3, Alexander leming menemukan antibiotika
pertama yaitu penisilin. !etelah penggunaan antibiotika pertama di tahun '8/5an, mereka
mengubah perawatan medis dan secara dramatis mengurangi penyakit dan kematian dari
penyakit menular. "stilah IantibiotikI awalnya dikenal sebagai senyawa alami yang
dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme lain yang membunuh bakteri penyebab
penyakit pada manusia atau hewan. Beberapa antibiotika merupakan senyawa sintetis tidak
dihasilkan oleh mikroorganisme# yang juga dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri. !ecara teknis, istilah Iagen antibakteriI mengacu pada kedua
15
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 12/18
senyawa alami dan sintetis, akan tetapi banyak orang menggunakan kata IantibiotikaI
untuk merujuk kepada keduanya. Meskipun antibiotika memiliki banyak man%aat, tetapi
penggunaannya telah berkontribusi tehadap terjadinya resistensi. 4at<ung, +3#.
Pemilihan terapi antibiotika yang rasional harus mempertimbangkan berbagai %aktor, antara
lain %aktor pasien, bakteri dan antibiotika. &erapi empiris diarahkan pada bakteri yang
dikenal menyebabkan in%eksi yang bersangkutan. 7ipiro et al., +0#.
2. Antibiotik 'ro"ilaksis
Antibiotik pro%ilaksis adalah pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga +/ jam
pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda5tanda in%eksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi in%eksi luka operasi Menkes,+''#.
Penggunaan antibiotik pro%ilaksis terbukti dapat mencegah dan mengurangi kejadian
in%eksi, sehingga pemakaian dianjurkan dalam praktek pembedahan "wan, '880#. !elain
itu, antibiotik pro%ilaksis juga diberikan jika diperkirakan akan terjadi in%eksi dengan resiko
yang serius seperti pada pemasangan implan, penggantian sendi, dan operasi yang lama
>idajat, +8#.
Prinsip 7asar dari Pro%ilaksis Bedah. 7alam ilmu bedah, pro%ilaksis antibiotik
menunjukkan pemberian antibiotik pada penderita tanpa adanya bukti in%eksi telah terjadi
dengan maksud mengurangi komplikasi septik pasca bedah nantinya. Pro%ilaksis harus
dibatasi pada penderita dengan dugaan akan terjadi in%eksi atau pada mereka yang
in%eksinya dapat berakhir buruk !abiston, '88+#. Menurut Peraturan Menteri 4esehatan
tahun +'' dasar pemberian antibiotik pro%ilaksis yaitu
'# !esuai dengan sensiti$itas dan pola bakteri patogen terbanyak pada
kasus bersangkutan.+# !pektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi bakteri.
-# &oksisitas rendah.
/# &idak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian obatan estesi.0# Bersi%at bakterisidal.
1# >arga terjangkau.
16
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 13/18
&ujuan Pemberian Antibiotik Pro%ilaksis pada kasus pembedahan adalah
untuk mencegah kemungkinan terjadinya in%eksi saat dilakukan pembedahan.
!edangkan menurut Peraturan Menteri 4esehatan tahun +'' adalah
a. Penurunan dan pencegahan kejadian "n%eksi ;uka ?perasi ";?#.
b. Penurunan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.c. Penghambatan muncul %lora normal resisten.
d. Meminimalkan biaya pelayanan kesehatan.
e. "ndikasi Antibiotik Pro%ilaksis
Pemberian antibiotik pro%ilaksis harus sesuai dengan kondisi dan keadaan
yang dialami pasien. "ndikasi penggunaan antibiotik pro%ilaksis didasarkan kelas
operasi, yaitu operasi bersih dan bersih kontaminasi PerMen4es, +''#.
Penentuan waktu kee%ekti%an penggunaan antibiotik pro%ilaksis sebagian besar tergantung atas penentuan waktu yang tepat untuk pemberiannya. Pemberian antibiotic
pro%ilaksis secara parenteral dalam dosis e%ekti% dilakukan dalam waktu ' jam sebelum
operasi. Penentuan waktu ini akan menghasilkan kadar terapi obat dalam luka dan
jaringannya selama operasi, tetapi tidak akan menimbulkan resistensi bakteri. Pemberian
obat harus dilanjutkan kurang dari +/ jam saat konsentrasi bakteri dalam luka dan jaringan
terpotong dapat melampaui kapasitas jaringan yang tanpa dibantu untuk memusnahkannya
dan untuk menyembuhkannya.
4elanjutan terapi pro%ilaksis dengan obat melampaui +/ jam meningkatkan risiko
toksisitas obat atau superin%eksi bakteri dan tidak mengurangi insidens in%eksi
nantinya !abiston, '88+# Antibiotik pro%ilaksis yang diberikan secara peroral diberikan sebelum
reseksi kolon, maka pemberian dilakukan hanya selama +/ jam sebelum operasi.
Pemberian prabedah yang lebih lama tidak diperlukan dan telah dihubungkan
dengan penemuan organisme resisten di dalam lumen kolon pada waktu reseksi
!abiston, '88+#.
(ute pemberian antibiotik pro%ilaksis pemberian antibiotik pro%ilaksis secara sistemik
melalui in%us intra$ena "J# lebih disukai untuk pasien yang mengalami pembedahan.
Pemberian larutan antibiotik intra$ena dalam $olume yang lebih kecil untuk jangka waktu
yang lebih pendek bolus "J# menghasilkan kadar dalam serum yang tinggi, ditunjukkan
dengan lebih cepatnya masuk dan lebih tingginya konsentrasi dini antibiotik dalam cairan
17
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 14/18
luka !abiston, '88+#. Fntuk menghindari risiko yang tidak diharapkan dianjurkan
pemberian antibiotik intra$ena drip PerMen4es, +''#.
Antibiotik pro%ilaksis pada pembedahan hanya digunakan dalam kasus
dengan rasio in%eksi paska bedah yang tinggi yaitu yang tergolong operasi bersihkontaminasi dan operasi kontaminasi. Pada bedah apendisitis masuk dalam
kategori operasi bersih kontaminasi sehingga dibutuhkan antibiotik pro%ilaksis.
:olongan se%alosporin seperti se%oksitin atau se%otetan dengan akti$itas
antianaerobik direkomendasikan sebagai first line. 7alam percobaan komparati%
se%oksitin dan se%otetan menunjukkan se%otetan lebih unggul dibandingkan
dengan se%oksitin, ini dimungkinkan karena durasi lebih lama dari aksi.
!edangkan pada pasien dengan alergi golongan K5laktam direkomendasikan
menggunakan kombinasi metronida<ol dengan gentamisin 7ipiro, +6#.
Alternati% antibiotik lain yang dapat digunakan pada apendisitis yaitu
golongan se%alosporin generasi "" se%oksitin atau kombinasi keduanya# atau
dikombinasikan dengan metronida<ol yang diberikan secara intra $ena atau intra
muskulus Minkes, +/#.
:olongan antibiotik yang digunakan sebagai antibiotik pro%ilaksis dalam
pada operasi appendiktomi adalah golongan !e%alosporin. !e%alosporin berasal
dari jamur Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun '8/6 oleh
Brot<u :unawan, +3#. !pektrum kerja dari se%alosporin luas dan meliputi
banyak kuman :ram5positi% dan negati%, termasuk E. coli, klebsiella, dan proteus
yang berkhasiat bakterisid dalam %ase pertumbuhan kuman, berdasarkan
penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman ketangguhan
dindingnya &jay E (ahardja, ++#. !e%alosporin terbagi menjadi beberapa
generasi berdasarkan akti$itas antimikrobanya. !aat ini se%alosporin yang la<im
digunakan dalam pengobatan telah mencapai generasi keempat :unawan, +3#.
!. 'enolonan Antibiotik
Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan akti$itas, cara kerja maupun struktur
kimianya. Berdasarkan akti$itasnya, antibiotika dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
:aniswara, '880L ;llmann, Mohr, >ein E Bieger, +0#
18
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 15/18
a. Antibiotik kerja luas broad spectrum#, yaitu agen yang dapat menghambat
pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positi% maupun bakteri gram negati%.
:olongan ini diharapkan dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan sebagian
besar bakteri. Nang termasuk golongan ini adalah tetrasiklin dan deri$atnya,
kloram%enikol, ampisilin, se%alosporin, carbapenem dan lain5lain.b. Antibiotik kerja sempit narrow spectrum# adalah golongan ini hanya akti% terhadap
beberapa bakteri saja. Nang termasuk golongan ini adalah penisilina, streptomisin,
neomisin, basitrasin.
#. 'enolonan antibiotik berdasarkan 0ara ker-ana pada bakteri :aniswara,
'880L ;llmann, Mohr, >ein E Bieger, +0#
a# Antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri,
misalnya penisilin, se%alosporin, carbapenem, basitrasin, $ankomisin, sikloserin.
b# Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba, yang termasuk
kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antibakteri
kemoterapetik.
c# Antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesa protein, yang termasuk
golongan ini adalah kloram%enikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin dan
antibiotika golongan aminoglikosida.
d# Antibiotik yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat bakteri,
yang termasuk golongan ini adalah asam nalidiksat, ri%ampisin, sul%onamid,
trimetoprim.e# Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba, yang termasuk dalam
kelompok ini adalah sul%onamid, trimetoprim, asam p5aminosalisilat PA!# dan
sul%on.
$. 'emberian Antibiotika 'as0a Appendiktomi
Appendiksitis tetap menjadi penyebab paling umum dari sakit perut akut yang
memerlukan inter$ensi operasi. Meskipun antibiotik pasca operasi secara umum digunakan
untuk appendiksitis per%orasi, tidak ada konsensus yang menyebutkan apakah antibiotik
pasca operasi pada kasus nonper%orasi tidak berman%aat untuk mencegah in%eksi luka
operasi. Coachley, +''#
19
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 16/18
!ehubungan dengan terapi antibiotik, ada $ariabilitas yang cukup besar dalam pilihan,
durasi, dan rute pemberian pada apendisitis akut diobati operati%. !elain itu, sejak
ditemukan adanya peningkatan resistensi antibiotik terhadap bakteri patogen usus maka
optimalisasi penggunaan antibiotik diperlukan. 7askalakis, +'/#
Allo dkk. menunjukkan bahwa golongan tikarsilin5kla$ulanat cukup e%ekti% dan aman
seperti golongan imipenem5cilastatin. >opkins et al. menunjukkan bahwa monoterapi
dengan generasi kedua, spektrum luas se%alosporin, seperti ce%otetan, adalah rejimen yang
e%ekti%, dan aminoglikosida serta antimikroba lebih kuat lainnya harus disediakan untuk
organisme resisten atau in%eksi nosokomial. Berne dkk menunjukkan bahwa meropenem
lebih e%ekti% daripada golongan tobramycin5klindamisin. &erapi antimikroba dalam studi
yang disebutkan di atas umumnya termasuk agen spektrum luas yang e%ekti% terhadap
organisme gram negati% dan anaerobik aerobik.
Banani dan &alei melakukan uji coba membandingkan peroral metronida<ole baik pra
dan pasca operasi dibandingkan "J ce%ti<oxime jika tidak diemukan pus dan pemberian
kombinasi tiga macam antibiotika yaitu penisilin "J, kloram%enikol, dan gentamisin jika
ada ditemukan nanah selama operasi. Perbedaan dalam tingkat komplikasi secara statistik
tidak signi%ikan. 7alam studi oleh &aylor dkk, pasien menerima +50 hari "J ampisilin
sulbaktam5dan kemudian diacak untuk plasebo atau peroral antibiotik yang terdiri dari
amoksisilin5kla$ulanat untuk pasien di atas '6 tahun dan le$o%loxacin untuk pasien di
bawah '6 tahun. &idak ada perbedaan yang signi%ikan secara statistik untuk komplikasi
in%eksi ditemukan dalam dua kelompok. 7askalakis, +'/#
20
7/23/2019 App Bab II
http://slidepdf.com/reader/full/app-bab-ii 17/18
D. *eranka Berpikir
:br. -.' 4erangka 4onsep
21
Appendisitis Akut
Pemberian Antibiotik Proflaksis (Pre-
Operasi
Pemberian Antibiotik Pasca-
Antibiotik Peroral Antibiotik Injeksi
Efektivitas
Dosis Obat"ises#aikan
ber!asar
Jenis Antibiotik
(%e&alosporin
HOST
(Pen!eritaApen!isitis ak#ttanpa komplikasi)an* !ilak#kan
Observasi linis+istemik , "emam )eri l#ka operasi/okal , iperemis Oe!em %airan
Apaka! ada perbedaan !asil