Post on 07-Apr-2019
ii
APLIKASI MOTIF HIAS TINGGALAN ARKEOLOGI MASA HINDU-
BUDHA MENJADI MOTIF HIAS BATIK DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA DAN TROWULAN
Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Arkeologi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
KINANTI HUSNUN ANGGRAINI
1201405020
PROGRAM STUDI ARKEOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
iii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 15 AGUSTUS 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Rochtri Agung Bawono, S.S., M.Si. Coleta Palupi Titasari, S.S., M.Si.
NIP: 19741119 200312 1 001 NIP: 19740307 200604 2 001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Arkeologi Dekan
Fakultas Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana Universitas Udayana
Drs. I Wayan Srijaya, M.Hum Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A
NIP: 19591010198602 1 002 NIP: 19590917 198403 2 002
iv
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DAN
DINILAI OLEH PANITIA PENGUJI PADA
PROGRAM STUDI ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
PADA TANGGAL 15 AGUSTUS 2017
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
No : 1171/UN14.2.1/PD/2017
Tanggal : 21 Agustus 2017
Panitia Penguji Ujian Skripsi
Ketua : Rochtri Agung Bawono, SS, M.Si
Sekretaris : Coleta Palupi Titasari, S.S, M.Si
Anggota : 1. Drs. I Ketut Setiawan, M.Hum
2. Drs. Anak Agung Gde Aryana, M.Si
3. Ida Bagus Sapta Jaya, SS, M.Si
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin.
Rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha membolak
balikan hati yang Maha Kuasa atas segala yang terjadi di alam semesta. Atas
Ridho-Nya lah penulis dapat mencapai tahap ini, dalam rangka menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Aplikasi Motif Hias Tinggalan Arkeologi
Masa Hindu-Budha Menjadi Motif Hias Batik di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Trowulan”, untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
perkuliahan sebagai mahasiswa Program Sarjana Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana. Tidak lupa penulis panjatkan shalawat serta salam kepada
Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam beserta para sahabat.
Setiap sujud dan tangan yang senantiasa menengadah dari mulai terbit
fajar hingga terbenam matahari, melafalkan doa segenap rasa syukur dan
terimakasih untuk kasih sayang ayah Mulya Nurjaya dan ibu Neneng Puspita
Ningrum tercinta. Pemberi nasehat dan doa tanpa henti, pemberi semangat dan
dorongan sehingga peneliti tidak menyerah dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.
Penulis persembahkan semua ini hanya untuk ayah dan ibu, bukti kecil untuk
membalas pengorbanan, memberi sedikit kebahagiaan, dan bukti kecil untuk
mewujudkan harapan terhadap penulis. Terimakasih untuk segala pengorbanan
tanpa kenal lelah agar penulis bisa mempunyai masa depan yang lebih baik.
vi
Kepada adik Adinda Nurindah Sari dan Salwa Syakila Jaya, yang selalu
penulis rindukan. Seluruh keluarga penulis tante Rita Sulistianti dan om Peter
Barry yang dengan ikhlas menjadi orangtua kedua merawat dan menjaga selama
penulis menjalani perkuliahan. Nenek dan Kakek yang selalu mendoakan agar
penulis selalu mendapatkan yang terbaik. Fauzan Zidane sepupu yang selalu setia
menjadi teman jalan-jalan dan seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih atas doa dan dukungannya.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya juga tidak lupa penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ni Luh Sutijati Beratha, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana beserta seluruh staf yang telah memberikan segala
fasilitas selama penulis menjalani masa perkuliahan,
2. Drs. I Wayan Srijaya, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Arkeologi yang
selalu memberikan arahan selama masa perkuliahan,
3. Rochtri Agung Bawono, S.S., M.Si, selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I skripsi yang sangat berjasa dalam penyelesaian skripsi ini,
yang selalu memberikan arahan, motivasi, inspirasi, dan yang tidak pernah
lelah mendengarkan keluhan penulis. Semoga Allah selalu memberikan
rahmatnya kepada bapak,
4. Coleta Palupi Titasari, S.S., M.Si, selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan semangat, arahan, dan masukan selama penyusunan skripsi ini
serta selalu membuat saya senang setelah bimbingan karena candaannya,
5. Dr. I Wayan Redig selaku Pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan dan diskusi dalam menyelesaikan perkuliahan,
vii
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Sarjana (S1) Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan
sehingga sangat bermanfaat untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini,
7. Wildan Taufiqulloh yang terkadang datang dan pergi, Irfan Fachrudin,
Zahratunnisa Deban, Aditya Iqbal Adikusumah yang setia menemani penulis
di lapangan dalam mencari data penelitian sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan, dan Seluruh narasumber yang telah bersedia memberikan data
untuk penulisan skripsi ini,
8. Muhammad Fath Armasyid, Husni Afifah, dan Andhini Putri, sahabat yang
selalu ada sejak SMA, yang secara tidak langsung memberikan semangat dan
selalu membuat penulis tertawa sehingga menghilangkan penat sejenak,
9. Fahmi Ihsan Pramana, Dinar Nurfaridah, Ayi Rizki Ramadhani, Rizki
Pratama, dan Padang Adnyana yang telah memberikan masukan dan
motivasi, serta Imam Muttaqin yang memberikan masukan sehingga penulis
selalu memperbaiki dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta,
10. Teman-teman Arkeologi angkatan 2012 Universitas Udayana yaitu Dani, Ari,
Lutfi, Aris, Dek Sri, Mega, Surya, Devy, Leonk, Julianto, Fiqri, Taufan,
Wulan, Eka, Juniantara, Gus Tresna, (Alm) Nashir, dan Awan yang telah
memberikan pengalaman yang sangat berharga selama proses perkuliahan.
11. WARMA (Warga Mahasiswa Arkeologi) Universitas Udayana, Dharma,
Arga, Rizki, Nizar, dan teman-teman lainnya yang namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terimakasih telah mewarnai kehidupan penulis
selama masa perkuliahan,
viii
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena alasan
keterbatasan. Atas perhatian, motivasi, semangat, serta bantuannya secara
langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
Penulis mengucapkan terimakasih dengan sepenuh hati karena dengan
segala bantuan dan motivasinya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan cukup baik.
Penulis menyadari skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
ix
APLIKASI MOTIF HIAS TINGGALAN ARKEOLOGI MASA HINDU-
BUDHA MENJADI MOTIF HIAS BATIK DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA DAN TROWULAN
ABSTRAK
Motif hias adalah ekspresi seni sehingga menjadi salah satu komponen
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia mulai dari masa prasejarah
hingga saat ini. Bukti-bukti tinggalan arkeologis pada masa Hindu-Budha di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kecamatan Trowulan Mojokerto telah
menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan seni motif hias, sehingga setiap daerah
di Indonesia memiliki ciri khas motif hiasnya masing-masing. Motif hias tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menciptakan suatu karya seni dengan cara
membuat motif hias yang mengaplikasi motif hias tinggalan arkeologi menjadi
motif hias batik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif hias tinggalan
arkeologi yang diaplikasikan menjadi motif hias batik oleh masyarakat masa kini
di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan Mojokerto dan faktor yang menjadi
pertimbangan pembatik dalam memilih motif hias tersebut.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi
kepustakaan, observasi/pengamatan secara langsung, dan wawancara. Data yang
terkumpul di analisis menggunakan metode analisis kualitatif, stilistik, simbolik,
dan komparatif. Penelitian ini menggunakan teori seni sebagai dasar pemikiran
untuk mengetahui pengaruh seni motif hias tinggalan arkeologi pada masa kini.
Tinggalan arkeologi berupa candi, arca, dan terakota memiliki motif hias
dengan nilai estetika dan filosofis, motif hias tersebut dapat diklasifikasikan
menurut media, bentuk, fungsi, dan makna. Hal tersebut dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai inspirasi dalam pembuatan motif hias batik. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian pada dua daerah yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Kecamatan Trowulan Mojokerto telah menemukan beberapa motif hias
tinggalan arkeologi yang diaplikasikan menjadi motif hias batik. Motif hias
tersebut diantaranya adalah: pada Daerah Istimewa Yogykarta terdapat motif hias
kawung atau ceplok, motif hias pohon kalpataru dan kinara-kinari, sedangkan
pada daerah Trowulan terdapat motif hias surya majapahit, motif hias padma.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pengaplikasian motif
hias tinggalan arkeologi menjadi motif hias batik, antara lain: motif hias tersebut
memiliki nilai estetika, nilai ekonomis, nilai sejarah, dan nilai ilmu pengetahuan.
Kata kunci: Aplikasi motif hias, tinggalan arkeologi, batik.
x
THE APPLICATION OF ARCHEOLOGICAL RELIC PATTERNS ON
HINDU-BUDHA PERIOD INTO ORNAMENTAL BATIK PATTERNS IN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA AND TROWULAN
ABSTRACT
Ornamental patterns is an expression of art that became one of the
components that cannot be separated from human life from prehistoric times to
the present. The evidences of archaeological remains in the Hindu-Buddhist
period in Yogyakarta and Trowulan Mojokerto District has shown that Indonesia
is rich in the art of ornamental patterns, so that every region in Indonesia has its
own decorative patterns. Ornamental patterns is used by the community to create
a work of art by making ornamental patterns that apply archaeological relic
patterns into decorative patterns of batik. This study aims to determine the
archaeological relic patterns applied to ornamental batik patterns by today's
society in Yogyakarta and Trowulan Mojokerto District and the factors that
become the consideration by batik craftsman in choosing such decorative
patterns.
The data collection method used in this research is literature study,
observation / direct observation, and interview. The collected data were analyzed
using qualitative, stylistic, symbolic, and comparative analysis methods. This
study uses the theory of art as a rationale for knowing the influence of
archaeological ornamental art relic patterns in the present.
The archaeological relic in the form of temples, statues, and terracotta
have decorative patterns with aesthetic and philosophical value, the decorative
patterns can be classified based on media, form, function, and meaning. It is used
by the community as an inspiration in making decorative batik patterns. The
results obtained in the research on two areas of Special Region of Yogyakarta and
Trowulan Mojokerto District have found some archaeological ornamental relic
patterns applied to decorative batik patterns. The ornamental patterns include: in
the Special Region of Yogyakarta there are decorative pattern Kawung or Ceplok,
ornamental patterns Kalpataru and Kinara-kinari, while in Trowulan area there
are ornamental solar pattern Majapahit, ornamental pattern Padma. There are
several factors that become consideration in applying ornamental patterns of
archaeological relic into decorative patterns of batik, namely: decorative patterns
have aesthetic value, economic value, historical value, and value of science.
Keywords: application decorative patterns, Archaeological relic, batik.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
PRASYARAT GELAR ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
PENETAPAN PANITIA UJIAN iv
UCAPAN TERIMAKASIH v
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 8
1.3.1 Tujuan Umum 8
1.3.2 Tujuan Khusus 8
1.4 Manfaat Penelitian 9
1.4.1 Manfaat Teoritis 9
1.4.2 Manfaat Praktis 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 10
1.5.1 Ruang Lingkup Objek 10
1.5.2 Ruang Lingkup Masalah 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN 12
2.1 Tinjauan Pustaka 12
2.2 Konsep 15
2.3 Landasan Teori 17
xii
2.4 Model Penelitian 19
BAB III METODE PENELITIAN 21
3.1 Rancangan dan Jenis Penelitian 21
3.2 Lokasi Penelitian 21
3.3 Jenis dan Sumber Data 22
3.3.1 Jenis Data 22
3.3.2 Sumber Data 23
3.4 Instrumen Penelitian 23
3.5 Teknik Pengumpulan Data 24
3.5.1 Studi Pustaka 24
3.5.2 Observasi 24
3.5.3 Wawancara 25
3.6 Teknik Analisis Data 25
3.6.1 Analisis Kualitatif 25
3.6.2 Analisis Stilistik 26
3.6.3 Analisis Simbolik 26
3.6.4 Analisis Komparatif 27
3.7 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data 27
BAB IV GAMBARAN UMUM MOTIF HIAS TINGGALAN
ARKEOLOGI PADA MASA HINDU-BUDHA DAN BATIK
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN TROWULAN 30
4.1 Gambaran Umum Motif Hias pada Tinggalan Arkeologi
Pada Masa Hindu Budha 30
4.1.1 Motif Hias Pada Candi 33
4.1.2 Motif Hias Pada Arca 41
4.1.3 Motif Hias Pada Terakota 44
4.2 Motif Hias Tinggalan Arkeologi Masa Hindu-Budha
di Daerah Istimewa Yogyakarta 44
4.3 Motif Hias Tinggalan Arkeologi Masa Hindu-Budha di Trowulan 56
4.4 Motif Batik Pada Tinggalan Arkeologi dan Sumber Tertulis 61
xiii
4.5 Gambaran Umum Batik 65
4.5.1 Batik Berdasarkan Teknik Pembuatannya 70
4.5.2 Motif Hias Batik 73
4.5.2.1 Batik Daerah Istimewa Yogyakarta 74
4.5.2.2 Batik Trowulan 77
BAB V JENIS MOTIF HIAS TINGGALAN ARKEOLOGI
YANG DIAPLIKASIKAN MENJADI MOTIF HIAS BATIK 80
5.1 Motif Hias Tinggalan Arkeologi yang Diaplikasikan Menjadi 80
Motif Hias Batik
5.1.1 Motif Hias Tinggalan Arkeologi yang Diaplikasikan
Pada Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta 80
5.1.2 Motif Hias Tinggalan Arkeologi yang Diaplikasikan
Pada Batik di Trowulan Mojokerto Jawa Timur 97
5.2 Pertimbangan Pemilihan Motif Hias Tinggalan Arkeologi
yang Diaplikasikan Menjadi Motif Hias Batik 105
5.2.1 Pertimbangan Pemilihan Motif Hias Tinggalan Arkeologi
yang Diaplikasikan Menjadi Motif Hias Batik di
Daerah Istimewa Yogyakarta 105
5.2.2 Pertimbangan Pemilihan Motif Hias Tinggalan
Arkelogi yang Diaplikasikan Menjadi Motif Hias Batik
di Trowulan 107
BAB VI PENUTUP 110
6.1 Simpulan 110
6.2 Saran 112
DAFTAR PUSTAKA 114
LAMPIRAN 120
GLOSARIUM 129
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Bagan Alur Penelitian 19
Gambar 4.1 Relief cerita naratif pada Candi Siwa 35
di Candi Prambanan
Gambar 4.2 Motif geometris segi empat dan oval di Candi Ijo 36
Gambar 4.3 Motif sulur berbentuk tumbuhan di Candi Kedulan 37
Gambar 4.4 Motif hias binatang rusa pada relief 39
Candi Prambanan
Gambar 4.5 Motif hias manusia di Candi Sambisari 40
Gambar 4.6 Motif hias kombinasi manusia dan geometris 41
di Candi Kedulan
Gambar 4.7 Arca Dwarapala koleksi Museum Majapahit 42
Gambar 4.8 Motif hias lidah api pada terakota koleksi 44
Museum Majapahit
Gambar 4.9 Kala makara di Candi Barong 46
Gambar 4.10 Motif hias geometris bujur sangkar di Candi Barong 51
Gambar 4.11 Motif hias kertas tempel di Candi ijo 51
Gambar 4.12 Motif hias Sulur di Candi Sari 52
Gambar 4.13 Motif hias sulur gelung pada Candi Barong 52
Gambar 4.14 Motif hias Purnakasala di Candi Prambanan 52
Gambar 4.15 Motif hias purnagatha di Candi Sambisari 53
Gambar 4.16 Motif hias bunga di Candi Kalasan 53
Gambar 4.17 Motif hias Sangka bersayap di Candi Sambisari 53
Gambar 4.18 Motif hias tirai di Candi Ijo 54
Gambar 4.19 Motif hias tumpal di Candi Kalasan 54
Gambar 4.20 Motif hias kala di Candi Sambisari 55
Gambar 4.21 Motif hias manusia pada relief Candi Prambanan 55
Gambar 4.22 Motif hias kepala gajah di Candi Banyunibo 56
Gambar 4.23 Motif geometris pada Gapura Bajang Ratu 59
Gambar 4.24 Motif hias kertas tempel pada koleksi 59
Museum Majapahit
xv
Gambar 4.25 Motif hias kala makara di Gapura Bajang Ratu 60
Gambar 4.26 Motif hias tumbuhan pada relief Candi Minak Jinggo 60
Gambar 4.27 Motif hias kerbau pada relief Candi Minak Jinggo 60
Gambar 4.28 Motif hias manusia pada relief panji koleksi 61
Museum Majapahit
Gambar 4.29 Pembagian motif hias pada kain batik 74
Gambar 5.1 Motif hias kawung pada arca Ganesha 82
di Candi Prambanan
Gambar 5.2 Motif batik kawung endok koleksi 84
Museum Batik Yogyakarta
Gambar 5.3 Aplikasi motif kawung modifikasi produksi Suhada 85
pengrajin batik Bayat
Gambar 5.4 Motif sangkha bersayap pada dinding 86
Candi Prambanan
Gambar 5.5 Aplikasi awal motif sangkha bersayap 87
Gambar 5.6 Aplikasi hasil motif hias sangkha bersayap 87
menjadi batik
Gambar 5.7 Motif hias pohon kalpataru dan kinara-kinari 88
di Candi Prambanan
Gambar 5.8 Aplikasi awal motif hias pohon kalpataru dan 89
kinara-kinari
Gambar 5.9 Aplikasi hasil motif hias pohon kalpataru dan 89
kinara-kinari pada batik
Gambar 5.10 Motif tirai dan burung di Candi Prambanan 90
Gambar 5.11 Aplikasi awal motif hias tirai dan burung 91
Gambar 5.12 Aplikasi hasil motif hias tirai dan burung 91
Pada batik
Gambar 5.13 Motif teratai pada arca Parwati koleksi 92
Museum Candi Prambanan
Gambar 5.14 Aplikasi awal motif hias teratai 93
Gambar 5.15 Aplikasi hasil motif hias teratai pada batik 93
Gambar 5.16 Motif hias pola kertas tempel di Candi Prambanan 94
Gambar 5.17 Aplikasi awal motif hias belah ketupat dan ceplok 95
Gambar 5.18 Aplikasi hasil motif hias pola kertas tempel 95
pada batik
xvi
Gambar 5.19 Motif hias ceplok kombinasi geometris di 95
Candi Barong
Gambar 5.20 Aplikasi awal motif stilasi ceplok 96
Gambar 5.21 Aplikasi hasil motif stilasi ceplok pada batik 96
Gambar 5.22 Motif hias sulur tumbuhan di Candi Kedulan 96
Gambar 5.23 Aplikasi hasil motif hias sulur tumbuhan pada batik 97
Gambar 5.24 Artefak surya Majapahit koleksi Museum Majapahit 98
Gambar 5.25 Batik suryo produksi Supriyadi di Trowulan 99
Gambar 5.26 Motif hias lotus pada fragmen batu koleksi 100
Museum Majapahit
Gambar 5.27 Aplikasi motif hias lotus pada baik produksi 101
Sukiman di Trowulan
Gambar 5.28 Aplikasi motif hias lotus pada batik produksi 101
Supriyadi di Trowulan
Gambar 5.29 Motif hias meander pada terakota koleksi 102
Museum Majapahit
Gambar 5.30 Aplikasi motif hias tepian awan pada batik 102
produksi Istikharah di Trowulan
Gambar 5.31 Motif ukel pada arca dwarapala koleksi Museum 103
Majapahit Trowulan
Gambar 5.32 Motif ukel pada jaladwara Candi Tikus 103
Gambar 5.33 Aplikasi motif ukel menjadi motif batik produksi 104
Istikharah di Trowulan
Gambar 5.34 Terakota suromino pada koleksi Museum Majapahit 104
Trowulan
Gambar 5.35 Aplikasi motif suromino menjadi motif batik 105
produksi Supriyadi di Trowulan
xvii
DAFTAR TABEL
Nomor Nama Halaman
Tabel 4.1 Jenis motif hias pada tinggalan arkeologi
di Daerah Istimewa Yogyakarta 50
Tabel 4.2 Jenis motif hias tinggalan arkeologi di Trowulan 58
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Nama Halaman
Lampiran 1. Peta Administratif Lokasi Penelitian 120
Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta 121
Lampiran 3. Peta Administratif Lokasi Penelitian Kabupaten 122
Mojokerto
Lampiran 4. Peta Administratif Lokasi Penelitian 123
Lampiran 5. Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Trowulan 124
Lampiran 6. Daftar Informan 125
Lampiran 7. Pedoman Wawancara 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah bangsa Indonesia telah meninggalkan bukti-buktinya, antara lain
peninggalan arkeologi yang ditemukan tersebar diseluruh tanah air. Peninggalan
arkeologi itu dapat dipilah menurut bahannya, yaitu berbahan dasar batu, kayu, dan
logam (perunggu). Pemilahan warisan budaya dapat juga dilakukan menurut
zamannya yaitu Zaman Prasejarah dan Zaman Hindu-Budha (Soejono et al, 1984
dalam Sutaba dkk, 2002:1).
Periode Hindu-Budha khususnya di Pulau Jawa dibagi menjadi dua, yaitu
Periode Klasik Tua yang berkembang sekitar abad VIII M sampai dengan X M
dengan pusat-pusat kerajaan berada di Jawa Tengah dan Periode Klasik Muda pada
abad XI sampai dengan XV M dimana kerajaan terpusat di Jawa Timur (Munandar,
2003: 28). Dalam periode tersebut meninggalkan kebudayaan yang beraneka ragam,
tinggalan tersebut seperti bangunan-bangunan candi dan hasil kesenian seperti arca
dan ragam hias seperti relief.
Peninggalan kebudayaan tesebut mempunyai nilai dan makna simbolik,
informatif, estetik, dan ekonomi. Nilai estetika pada tinggalan arkeologi
menimbulkan daya tarik tersendiri baik dalam segi bentuk, jenis, dan teknik
pengerjaannya. Nilai estetika dari suatu sumberdaya budaya dapat dinikmati pada
masa kini tanpa melihat konteksnya di masa lalu. Dengan demikian, tidak tertutup
2
kemungkinan bahwa nilai estetika masyarakat masa kini akan berbeda dengan
persepsi masyarakat pada masa lalu (Lipe, 1984 dalam Ardika, 2007:9).
Estetika (keindahan) dan manusia memang tidak dapat dipisahkan, sehingga
bentuk dari keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni
rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang dapat menjadi bagian dari suatu
kebudayaan perlu dilestarikan. Hasil kekayaan budaya yang sangat menonjol tampak
pada pencapaian tingkat estetika unsur kesenian pada zaman klasik dimana
perkembangan agama Hindu dan Budha dari India sangat mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan masyarakat Indonesia (Sedyawati, 1995: 250-252). Cakupan
keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula
dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya, karena itu estetika
(keindahan) dapat dikatakan sebagai bagian hidup manusia.
Berkembangnya masyarakat Jawa dalam suatu sistem keagamaan mendorong
kemajuan bidang kesenian seperti arsitektur, seni relief, arca, sastra, dan seni
pertunjukan yang difungsikan sebagai media religi. Salah satu wujud utama dari
kemajuan seni itu adalah pendirian bangunan-bangunan candi Hindu-Budha yang
tersebar luas di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Candi sebagai
bangunan suci pemujaan tidaklah berdiri sendiri dalam mewakili simbolisme religius
melainkan juga ditopang oleh berbagai ragam hias sebagai unsur dominan dalam
mendukung para umat untuk melakukan pemujaan religi di candi (Soekmono, 1971:
13-15).
3
Tinggalan arkeologi seperti arca, relief pada bangunan candi, nekara, keramik
ataupun tembikar yang memiliki nilai estetika yang tinggi dapat dijadikan sumber
inspirasi oleh para seniman masa kini untuk menciptakan karya-karya (Ardika, 2007 :
11). Karya-karya yang diciptakan dapat berupa karya sastra atau motif-motif ragam
hias dari tinggalan arkeologi yang diaplikasikan menjadi berbagai macam bentuk
seni.
Tinggalan arkeologi yang hakikatnya dapat dijadikan inspirasi pada
pemberdayaan masyarakat masa kini adalah pemanfaatan ragam hias sebagai motif
pada benda-benda kerajinan seperti batik dan kriya lainnya. Ragam hias pada
tinggalan arkeologi memiliki nilai estetika yang tinggi sehingga sejatinya dapat ditiru
dan dikembangkan pada masa kini. Peniruan dan pengembangan ragam hias tinggalan
arkeologi ini pada tahap selanjutnya dapat memberikan manfaat informatif dan
ekonomis bagi masyarakat.
Ragam hias merupakan bentuk dasar hiasan yang biasanya menjadi pola yang
diulang-ulang dalam suatu karya seni. Ragam hias sering juga disebut ornamen,
berasal dari bahasa Yunani “ornare” yang berarti hiasan. Produk seni ini sengaja
diciptakan untuk mengisi panil atau ruang kosong menjadi terisi, dengan maksud
memperindah karya seni. Karya seni tersebut berupa tenunan, tulisan pada kain, batik,
songket, ukiran, atau pahatan pada kayu dan batu. Ragam hias yang bersifat
ornamentik, dalam seni ukir atau seni pahat sering disebut pepataran, keberadaannya
sangat luwes dalam arti dapat distilisasi, sehingga mengalami penyederhanaan atau
perubahan bentuk, deformasi (Sulisyanto dalam Istari, 2015: v).
4
Ornamen merupakan salah satu bentuk karya seni rupa yang sudah
berkembang sejak Zaman Prasejarah, ketika manusia belum mengenal tulisan.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki banyak ragam hias. Ragam hias di
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain lingkungan alam flora dan
fauna serta manusia yang hidup di dalamnya. Keinginan untuk menghias merupakan
naluri manusia tetapi faktor kepercayaan turut mendukung berkembangnya karya seni
tersebut, karena ada perlambangan di balik fakta berupa gambar. Ragam hias
terkadang tidak hanya sekedar goresan tanpa makna, karya ini memiliki makna
karena kesepakatan tak tertulis oleh masyarakat pendukungnya (Sulisyanto dalam
Istari 2015: v).
Indonesia memiliki kekayaan motif ragam hias dan memiliki ciri-ciri yang
khas pada masing-masing daerah. Kekayaan berupa variasi ragam hias yang ada, baik
yang primitif maupun tradisional, memiliki variasi ragam hias yang luas dan dibuat
dengan teknik penggarapan yang artistik (Sabatari, 2010: 1). Ragam hias atau biasa
disebut juga ornamentasi, merupakan bentuk hasil dari kesenian yang biasa disebut
dengan seni hias atau decorative art. Seni hias adalah segala rupa yang digunakan
untuk memperindah atau menghiasi benda lain. Sesuai dengan sifatnya, seni hias
tidak dapat berdiri sendiri dan hanya merupakan pelengkap dari benda lain, oleh
karena itu unsur seni hias bertujuan untuk menambah keindahan dan keselarasan
suatu benda (Atmosudiro, Sumijati, dan Agus. 2008: 156).
Ornamentasi yang merupakan hasil dari seni hias buatan manusia umumnya
dibuat dengan cara dipahat atau diukir pada suatu media seperti batu, tanah liat, dan
5
logam. Ragam hias atau ornamentasi yang terdapat pada tinggalan arkeologi
umumnya dapat ditemui pada arca, gerabah, keramik, senjata, genta, dan juga
tinggalan lainnya. Selain itu, ragam hias atau ornamentasi juga dapat ditemukan pada
bangunan-bangunan, baik yang bersifat sakral ataupun bangunan biasa, seperti candi,
keraton, mesjid, ataupun bangunan-bangunan lainnya (Satari, 1987: 288-289).
Perkembangan seni hias di Indonesia, pada masa klasik merupakan masa
berkembangnya seni hias secara pesat. Terlihat dari banyaknya ragam hias berupa
relief yang hampir terdapat pada semua bangunan candi, baik candi bernafaskan
agama Hindu maupun agama Budha. Ragam hias atau ornamen yang terdapat pada
masing-masing benda tinggalan arkeologi tersebut juga memiliki bentuk yang
beraneka ragam, sehingga apabila diamati terlihat beberapa bentuk ragam hias yang
memiliki pola-pola tertentu. Bukti yang menunjukkan hal tersebut yaitu dapat dilihat
pada tempayan yang ditemukan di Trowulan, yang memiliki pola ragam hias dengan
motif berbentuk tepian awan atau meander (Satari, 1987: 290).
Benda lain yang dapat menjadi wadah atau media dari suatu ragam hias, yaitu
kain. Kain merupakan suatu bahan, hasil dari tenunan benang. Kain mempunyai
beberapa fungsi yang digunakan sebagai pakaian, sebagai sarana kesenian, sebagai
sarana upacara adat, dan lain lain. Kain yang diberi hiasan dengan cara dilukis,
ditulis, atau digambar dengan sebuah pola dan dibuat dengan cara tertentu disebut
dengan kain batik.
Motif batik di Indonesia mengadopsi beberapa motif hias tinggalan arkeologi
misalnya motif hias pada relief, arca, keramik atau pada motif hias yang terdapat pada
6
candi. Secara umum, batik memiliki fungsi sebagai pakaian yang digunakan dalam
berbagai acara baik acara formal maupun non formal dan dikenakan oleh semua
orang dari semua kalangan. Apabila dilihat dari sejarah dan kronologi
perkembangannya di Indonesia, batik tidak hanya digunakan sebagai pakaian untuk
menutupi tubuh, tetapi batik juga digunakan sebagai sarana upacara pada suatu adat
tertentu.
Pada zaman kerajaan, batik juga memiliki tingkatan dalam pemakaiannya.
Tingkatan pemakaian tersebut dilihat dari motif hias pada batik yang terinspirasi dari
motif hias pada tinggalan arkeologi seperti relief, keramik, motif hias pada candi,
motif hias pada arca, dan motif hias pada tinggalan arkeologi lainnya. Motif hias
batik juga dapat membedakan identitas pemakainya, perbedaan tersebut berasal dari
makna simbolik yang terdapat pada motif hias.
Indonesia memiliki berbagai macam motif hias batik. Setiap daerah di
Indonesia memiliki ciri khas motifnya sesuai dengan karakter yang ada pada
masyarakat tersebut. Misalnya kain batik di daerah pesisir pantai identik dengan
hiasan ikan atau binatang laut serta hiasan yang berhubungan dengan daerah pesisir.
Berbeda dengan motif batik pedalaman yang identik dengan ciri-ciri alam dan
berbagai ornamen baik hewan atau tumbuhan.
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan Mojokerto Jawa Timur
merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak situs cagar budaya yang kaya
akan motif hias. Ciri khas motif hias tersebut terdapat pada bangunan candi, arca,
relief, dan tinggalan arkeologi yang lain. Motif hias yang terdapat pada kedua daerah
7
ini menarik untuk diteliti karena memiliki ciri yang khas yang dapat dicari
perbandingan dari segi bentuk atau gaya, simbol atau makna yang terkandung dalam
motif hias tersebut. Motif-motif hias tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai
motif hias batik sebagai warisan budaya Indonesia khususnya etnis Jawa. Kedua
daerah tersebut memiliki banyak potensi ragam hias yang dapat dikembangkan
menjadi motif hias batik, berupa relief pada candi dan ragam hias pada arca.
Penelitian mengenai aplikasi motif hias tinggalan arkeologi pada batik pernah
dilakukan oleh Dharsono (2007) dengan objek kajian motif pohon hayat di Candi
Prambanan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta
(2011) dengan upaya inventarisasi dan digitalisasi motif hias dan diversifikasi pada
pengembangan kerajinan batik Bayat di Yogyakarta. Bawono dan Zuraidah (2014 dan
2015) juga meneliti motif hias pada Benda Cagar Budaya periode Majapahit sebagai
desain pengembangan usaha batik.
Penulis melakukan penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian
yang telah disebutkan di atas memiliki potensi untuk memberikan manfaat bagi
masyarakat dan pentingnya peranan motif hias pada batik dan pada tinggalan
arkeologi. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu
terdapat pada ruang lingkup objek yang berawal dari motif hias batik yang dibuat
oleh masyarakat dan memiliki kesamaan dengan motif hias tinggalan arkeologi.
1.2 Rumusan Masalah
8
Berdasarkan uraian latar belakang di atas terdapat beberapa permasalahan
yang menjadi fokus penelitian ini sebagai berikut.
1. Apa motif hias tinggalan arkeologi yang diaplikasikan ke dalam motif hias batik
di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan?
2. Mengapa motif hias pada tinggalan arkeologi tersebut dipilih menjadi motif hias
batik?
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian memiliki tujuan agar dapat memecahkan permasalahan yang telah
dirumuskan sehingga dapat memudahkan peneliti dalam menentukan langkah-
langkah yang diambil sehingga dapat lebih efektif untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan macam-macam
motif hias tinggalan arkeologi Masa Hindu-Budha yang diaplikasikan pada motif hias
batik serta pertimbangan yang mendasari pengaplikasian motif hias tersebut di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan Mojokerto.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu menjawab semua pertanyaan secara
terperinci yang menjadi permasalahan yang telah dirumuskan yaitu:
1. Mengetahui jenis motif hias pada tinggalan arkeologi yang diaplikasikan ke dalam
motif hias batik.
9
2. Menganalisis pertimbangan-pertimbangan motif hias tinggalan arkeologi yang
diaplikasikan ke dalam motif hias batik.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat yang dapat memberikan kontribusi bagi ilmu
pengetahuan sehingga dapat dimanfaatkan secara praktis. Penelitian ini diharapkan
menghasilkan beberapa manfaat yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu arkeologi dalam
bidang ragam hias dan aplikasi kepada masyarakat terhadap tinggalan arkeologi.
Selain itu, dapat memberikan manfaat dalam menghasilkan sebuah karya ilmiah
mengenai motif-motif hias pada tinggalan arkeologi Masa Hindu-Budha yang
terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan. Hasilnya yaitu menemukan
motif hias yang potensial yang dapat diaplikasikan ke dalam motif hias pada batik.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak
dari berbagai kalangan antara lain bagi pihak akademisi dalam bidang ilmu arkeologi,
peneliti, institusi cagar budaya, dan bagi masyarakat. Khususnya bagi masyarakat
diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas terkait dengan
ilmu arkeologi, dan dapat menjadi inspirasi dalam menciptakan ekonomi kreatif
dalam hal ini yaitu motif hias tinggalan arkeologi yang diaplikasikan ke dalam motif
hias batik. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga
10
terhadap kebudayaan bangsa dan menimbulkan kembali identitas bangsa pada zaman
globalisasi sekarang.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai lebih
terarah. Ruang lingkup ini digunakan untuk membatasi permasalahan yang sangat
luas, agar peneliti mempunyai batasan dalam menjawab permasalahan, tidak menjauh
dan melebar dari objek yang diteliti. Ruang lingkup penelitian ini fokus pada aspek
sebagai berikut.
1.5.1 Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini yaitu tinggalan arkeologi pada Masa
Hindu-Budha dan batik masa kini. Objek tinggalan arkeologi tersebut berupa candi,
arca, dan terakota yang memiliki motif hias. Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil sample di dua daerah yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dengan objek
tinggalan arkeologi yang terdapat di Candi Prambanan, Candi Sari, Candi Kalasan,
Candi Kedulan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Banyunibo, Candi Sambisari dan
arca yang menjadi koleksi BPCB Yogyakarta dan batik yang terdapat di Desa Jarum
Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Daerah Trowulan Mojokerto Jawa
Timur dengan objek Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Minak Jinggo, dan
koleksi Museum Majapahit berupa arca dan terakota dan batik yang dibuat oleh
pengrajin batik di Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto Jawa
Timur.
11
1.5.2 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah mencakup permasalahan yang diajukan,
memfokuskan pada motif hias tinggalan arkeologi pada Masa Hindu-Budha yang
diaplikasikan pada motif hias batik. Mengacu pada beberapa variabel berupa bentuk,
tingkat kesulitan motif hias pada tinggalan arkeologi, filosofi motif, keindahan, dan
ciri khas. Penelitian ini juga akan mengkaji mengenai pertimbangan-pertimbangan
pengaplikasian motif hias tersebut menjadi motif hias batik.