Post on 15-Jan-2016
description
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN MENGENAI PREDETERMINED MOTION TIME SYSTEM
(PMTS)
Disusun oleh
ADI HARTAWAN 115060702111005 MOHAMMAD IKHWAN JAMHARI 115060707111046 TAUFIK AKBAR 135060701111099
BHIMO BAYU SADEWA 135060701111102 ALI WARDANA 135060701111071
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK TEKNIK INDUSTRI
MALANG 2015
PENDAHULUAN
Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang
dibutuhkan oleh seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam
melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan
pokok dari aktivitas ini, berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu standar. Secara
historis dijumpai dua macam pendekatan didalam menentukan waktu standar ini,yaitu
pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-
down).
Pendekatan bottom-up dimulai dengan mengukur waktu dasar (basic time) dari
suatu elemen kerja, kemudian menyesuaikannya dengan tempo kerja (rating
performance) dan menambahkannya dengan kelonggaran-kelonggaran waktu (allowances
time) seperti halnya kelonggaran waktu untuk melepas lelah, kebutuhan personal, dan
antisipasi terhadap delays. Pendekatan dari atas kebawah (top-down) banyak digunakan
dalam berbagai kontrak dengan para pekerja, dimana waktu standar adalah waktu yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan kualifikasi tertentu untuk melakukan suatu
pekerjaan yang bekerja dalam kondisi biasa, digunakan untuk menentukan besarnya
jumlah insentif yang harus dibayar pada pekerja diatas upah dasarnya. Penelitian dan
analisa kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya pada bagaimana suatu
kegiatan akan bisa diselesaikan secara efisien. Disini suatu kegiatan akan diselesaikan
secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk
menghitung waktu standar penyelesaian suatu kegiatan, maka diperlukan aktivitas
pengukuran kerja (work measurement atau time study).
Ada beberapa macam cara untuk mengukur dan menetapkan waktu standar. Dalam
beberapa kasus seringkali industri hanya sekedar membuat estimasi waktu dengan
berdasar pengalaman historis. Umumnya penetapan waktu standar dilaksanakan dengan
cara pengukuran kerja seperti Stopwatch time study ,Work sampling ,Standard data dan
Predetermined motion time system.
TINJAUAN PUSTAKA
Predetermined time system adalah Suatu metode tabulasi data unsur-unsur gerakan dasar dan nilai waktu normal yang terkait dengan prosedur untuk menetapkan data untuk menganalisa tugas-tugas manual dan standard waktu.
Predetermined time system merupakan Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung
dengan data waktu gerakan yaitu pengukuran waktu yang tidak langsung berdasarkan elemen-
elemen pekerjaaannnya, melainkan berdasarkan elemen-elemen gerakannya. Elemen gerkan
timbul dari gagasan konsep Therbligs yang dikemukakan oleh Frank dan Lilian Gilberth.
Secara garis besar masing-masing gerakan Therbligs dapat didefinisikan sebagai berikut
(Wignjosoebroto, 1995)
1. Mencari. 10. Memeriksa.
2. Memilih. 11. Merakit.
3. Memegang (Grasp). 12. Mengurai Rakit.
4. Menjangau/Membawa Tanpa Beban. 13. Memakai.
5. Membawa Dengan Beban. 14. Kelambatan yang Tidak Terhindarkan.
6. Memegang Untuk Memakai. 15. Kelambatan yang Dapat Terhindarkan.
7. Melepas. 16. Merencanakan.
8. Mengarahkan. 17. Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah.
9. Mengarahkan Awal.
Menetapkan waktu baku dengan pengukuran metode ini menggunakan data waktu
gerakan yang terdiri atas sekumpulan data waktu dan prosedur sistematis yang dilakukan
dengan menganalisa dan membagi setiap operasi kerja yang dilakukan secara manual kedalam
gerakan-gerakan kerja, gerakan anggota tubuh/gerakan-gerakan manual lainnya.
Data waktu gerakan ini terdiri dari:
a) Work Faktor (WF) System
Faktor kerja (work factor) adalah salah satu sistem diantara data sistem-sistem yang
dikembangkan sebagai data waktu gerakan. Pada factor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas
elemen-elemen gerak Menjangkau (Reach), Membawa (Move), Memegang (Grasp),
Mengarahkan Sementara (Preposition), Merakit (Assembly), Lepas Rakit (Diassemble),
Memakai (Use), Melepaskan (Release), dan Proses Mental (Mental Process), sesuai dengan
pekerjaan yang bersangkutan.
b) Maynard Operation Sequece Time (MOST System)
Atau lebih sederhana dikatakan sebagai perpindahan objek. Dalam metode MOST objek
dipindahkan menurut dua cara:
1) Diambil dan dipindahkan secara bebas.
2) Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan benda lain
Untuk tiap tipe kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu
dilakukan pemisahan model urutan kegiatan dalam metode MOST.
Maynard Operation Sequece Time (MOST system)
Manual Handling
Activity Seguence Model Subactivities
General Move ABG ABP A A - Action Distances
B - Body Motion
G - Gain Control
P – Place
Controlled Move ABG MXI A M - Move controlled
X - Process time
Tool Use ABG ABP * ABP A I – Align
F – Fasten
L- Loosen
C - Cut
S - Surface treat
R – Record
M - Measure
c) Motion Time Measurement ( MTM System )
Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement) adalah suatu sistem
penetapan awal waktu baku yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan
kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. Methods Time Measurement
(MTM) merupakan salah satu metode pengukuran kerja secara tidak langsung yang dapat
digunakan dalam penentuan waktu kerja.
Keistimewaan MTM dibandingkan pengukuran waktu kerja yang lain ialah dapat
menentukan waktu penyelesaian suatu pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dilakukan, karena
dalam perhitungan MTM digunakan tabel-tabel waktu kerja berdasarkan elemen-elemen kerja
yang telah distandarkan. Akan tetapi, dalam proses pengidentifikasian gerakan kerja dalam MTM
perlu dilakukan simplifikasi karena proses identifikasi tersebut kurang efektif dan efisien untuk
dilakukan secara manual dan sulit dilakukan oleh orang yang masih awam dengan metode MTM.
Elemen dasar pada MTM adalah sebagai berikut :
1.Reach Perpindahan tangan atau jari ke tujuan dipengaruhi oleh panjang gerak dan jenis jangkauan 2.Move (M)) Transportasi objek ke tujuan dipengaruhi oleh panjang gerakan, berat benda dan jenis gerak. 3.Grasp (G) Pengamanan dengan kontrol yang cukup pada satu atau lebih objek dengan jari atau tangan untuk mengizinkan kinerja gerakan yang diperlukan berikutnya dipengaruhi oleh bentuk dan lokasi objek. 4.Position (P) Pelurusan, orientasi, dan penglibatan obyek dengan obyek lain (bila hanya gerakan kecil diperlukan) dipengaruhi oleh kemudahan penanganan, simetri, dan jumlah tekanan yang dibutuhkan untuk penyisipan.
5.Release (RL) Melepaskan kontrol dari sebuah objek dengan jari atau tangan. 6.Disengage (D) Istirahat kontak antara satu objek dengan yang lain dipengaruhi oleh jumlah usaha yang diperlukan. 7. Turn (T)
Gerak yang digunakan untuk mengubah keadaan tangan, kosong atau dimuat, dengan gerakan yang tangan berputar, pergelangan tangan, dan lengan bawah pada sumbu panjang lengan bawah dipengaruhi oleh tingkat rotasi dan dengan berat benda. 8. Eye Travel (ET) Dianggap hanya ketika mata harus mengarahkan tangan atau gerakan tubuh (termasuk fokus mata dan mata waktu trevel) dipengaruhi oleh jarak antara titik titik perjalanan dan jarak antara mata ke garis perjalanan. 9. BodyofLeg and Foot Motion (BMF) Gerakan lain yang berhubungan dengan tubuh dan kaki (berjalan, berdiri, membungkuk, dll).
SUMBER : 1. Modul Laboratorium APK & Ergonomi -Universitas Islam Indonesia 2. Auburn University Spring 2007 3. Kurt Pfeifer Dipl.for.Eng., swiss federal insitute of technology ,1964