Post on 30-Jan-2021
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO KEUANGAN DAN
ALTMAN Z SCORE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO
PUBLIC DI BEI TAHUN 2013 – 2015
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Disusun oleh :
Annissa Sika Ramadhani
B100140389
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKRTA
2018
v
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO KEUANGAN
DAN ALTMAN Z SCORE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG GO PUBLIC DI BEI TAHUN 2013 – 2015
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
ANNISSA SIKA RAMADHANI
B100140389
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Dosen Pembimbing
Zulfa Irawati, S.E., M.Si.
vi
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO KEUANGAN
DAN ALTMAN Z SCORE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG GO PUBLIC DI BEI TAHUN 2013 – 2015
OLEH :
ANNISSA SIKA RAMADHANI
B100140389
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 24 Maret 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Drs. Moechammad Nasir, M.M. (.................................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Zulfa Irawati, S.E., M.Si. (.................................)
(Sekretaris Dewan Penguji)
3. Dra. W. Mukharomah, M.M. (.................................)
(Anggota Dewan Penguji)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dr. Syamsudin,M.M
NIK. 131602918
vii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya jyga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 26 Maret 2018
Penulis
ANNISSA SIKA RAMADHANI
B100140389
1
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO KEUANGAN DAN
ALTMAN Z SCORE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO
PUBLIC DI BEI TAHUN 2013 – 2015
ABSTRAK
Perusahaan mempunyai tujuan jangka panjang yaitu tidak mengalami
kebangkrutan secara langsung sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana kinerja keuangan dan potensi kebangkrutan pada
perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 –
2015. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling, dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan dan diperoleh sampel
sebanyak dua perusahaan manufaktur yang termasuk sub sektor industri dasar dan
kimia dalam Daftar Efek Syariah (DES) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data
sekunder penelitian ini diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory
(ICMD). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
rasio keuangan dan Altman Z Score. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1)
Dilihat dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas kinerja keuangan
perusahaan manufaktur yang go public di BEI khususnya peusahaan manufaktur
pada sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar dalam DES dari OJK
semakin menurun, 2) Sedangkan dilihat dari rasio profitabilitas kinerja keuangan
perusahaan manufaktur yang go public di BEI khususnya peusahaan manufaktur
pada sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar dalam DES dari OJK
semakin naik, 3) Rata – rata perusahaan manufaktur yang go public di BEI
khususnya perusahaan manufaktur pada sub sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar dalam DES dari OJK berpotensi mengalami kebangkrutan selama tiga
tahun. Oleh karena itu perusahaan manufaktur yang go public di BEI khususnya
perusahaan manufaktur pada sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar
dalam DES dari OJK diharapkan memperbaiki kinerja keuangan perusahaannya
untuk masa yang akan datang.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan. Rasio Keuangan, Altman Z Score
ABSTRAC
The company has a long-term goal of not going bankrupt directly so the purpose
of this study is to find out how the financial performance and potential bankruptcy
in manufacturing companies that go public on the Indonesia Stock Exchange in
2013 - 2015. The population of this study is a manufacturing company listed in
Indonesia stock exchange. Sampling was conducted by purposive sampling
method, with several predetermined criteria and obtained samples of two
manufacturing companies including the basic and chemical industry sub-sector in
the List of Sharia Securities (DES) from the Financial Services Authority (OJK).
2
The secondary data of this study were obtained from Indonesia Capital Market
Directory (ICMD). Data analysis techniques used in this study is the analysis of
financial ratios and Altman Z Score. The results of this study indicate that: 1)
Viewed from the liquidity ratio, solvency ratio, and ratio of financial performance
activities of manufacturing companies that go public in BEI, especially
manufacturing companies in the basic and chemical industry sub-sector listed in
the DES of OJK decreased, 2) seen from the profitability ratios of the financial
performance of manufacturing companies that go public on BEI, especially the
manufacture of manufacturing in the basic and chemical industry sub-sectors
listed in DES from OJK is increasing, 3) The average of manufacturing
companies that go public in BEI, especially manufacturing companies in the sub-
sector basic and chemical industries listed in DES from OJK potentially bankrupt
for three years. Therefore, manufacturing companies that go public in BEI,
especially manufacturing companies in the basic and chemical industry sub-sector
listed in the DES of OJK is expected to improve the company's financial
performance for the foreseeable future.
Keywords: Financial Performance. Financial Ratios, Altman Z Score
1. PENDAHULUAN
Pada umumnya suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh laba.
Laba merupakan hasil yang diperoleh atas kerja perusahaan dalam periode
tertentu. Dengan laba ini dapat digunakan untuk mengambangkan
perusahaan dalam menjalankan usahanya, serta sebagai alat untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan.
Adanya analisis keuangan selain dapat menilai kinerja keuangan suatu
perusahaan, analisis keuangan juga dapat memberikan gambaran mengenai
kondisi kesehatan keuangan tersebut, maka pihak manajer dan investor
dapat mngetahui baik tidaknya kondisi kesehatan suatu perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan tersebut.
Investor dan kreditor sebagai pihak yang diluar perusahaan pasti ingin
menginginkan perkembangan yang di dalam perusahaan untuk
mengamankan investasi yang telah dilakuka. Ketidakmampuan untuk
membaca sinyal – sinyal kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian
dalam investasi yang telah dilakuka. Untuk mengatasi hal tersebut harus
3
mendeteksi kemungkinan kesulitan keuangan adalah sinyal dari dalam
perusahaan yang berupa indikator kesulitan keungan .
Kegagalan keuangan dapat berupa kebangkrutan. Secara umum, rasio
keuangan diakui sebagai salah satu faktor paling penting yang
mempengaruhi prediksi kebangkrutan, digunakan untuk mengembangkan
model prediksi. Rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam empat
kategori kategori: solvabilitas, profitabilitas, likuiditas, dan aktivitas.
Diambil dari salah satu berita online kompas.com ( Selasa, 31 oktober
2017) yang menyatakan tentang Indonesia itu pernah mengalami dua kali
masa krisis yaitu, krisis ekonomi dan krisis keuangan. Krisis tersebut terjdi
pada tahun 1998 dan tahun 2008. Dalam kompas.com Menteri Keuangan
Sri Mulyani Indrawati mengatakan “belajar dari krisis tersebut pemerintah
Indonesia Bapak Joko Widodo telah mengantisipasi agar tidak terjadi
krisis seperti dua tahun diatas”. Adapun, beberapa kementerian lembaga
yang terus berkoordinasi mengantisipasi krisis keuangan diantara Bank
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, dan
Kementerian Keuangan. Dengan banyaknya keunggulan yang dimiliki
industri plastik dan alumunium di Indonesia, diperkirakan industri ini akan
terus berkembang dimasa yang akan datang. Perkembangan ini akhirnya
menyebabkan banyak bermunculan perusahaan – perusahaan baru
dibidang plastik dan alumunium. Oleh karena itu persaingan antar
perusahaan semakin kuat. Dengan persaingan yang semakin kuat ini
menuntut perusahaan untuk terus memperkuat fundamental manajemen
sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lain dan mampu menjaga
kelangsungan hidup perusahaan ditengah perubahan yang terus terjadi.
Dalam sistem ekonomi syariah menurut Advika (2017) ekonomi
syariah semakin hari perkembangannya semakin dikenal di masyarakat.
Tak hanya untuk kalangan islam semata, tetapi juga bagi mereka yang non
muslim. Kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan syariah : perusahaan
syariah menganut prinsip – prinsip yang berlandaskan nilai – nilai islam
dibandingkan dengan institusi konvensional yang masih terikat pada bunga
4
alias riba. Adanya istilah bagi hasil, pada instansi konvensional
berorientasi pada profit melalui saham yang ditanam dan membuat
investor bertanggung jawab atas resiko apapun. Sebaliknya, pada institusi
syariah menerapkan sistem pembagian laba dan rugi secara adil, risiko pun
ditanggung secara bersama dan proporsional antara pihak yang
menginvestasikan dan yang diinvestasikan. Keberadaan institusi – institusi
syariah sangat potensial dalam menguatkan perekonomian bangsa.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
studi deskriptif . Penelitian ini terdiri dari rasio keuangan dan Altman Z
Score sebagai variabel independen dan kinerja keuangan sebagai variabel
dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode purposive sampling, dengan beberapa kriteria yang telah
ditentukan dan diperoleh sampel sebanyak dua perusahaan manufaktur
yang termasuk sub sektor industri dasar dan kimia dalam Daftar Efek
Syariah (DES) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu PT. Alumindo
Light Metal Industry, Tbk dan PT. Berlina, Tbk. Data sekunder penelitian
ini diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio
keuangan dan Altman Z Score :
2.1. Analisis Rasio Keuangan menurut Hery (2016)
2.1.1. Rasio Likuiditas
2.1.1.1. Current Ratio
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑥 100%
2.1.1.2. Quick Ratio
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑥100%
5
2.1.1.3. Cash Ratio
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑥 100%
Kriteria rasio likuiditas : semakin tinggi Current Ratio / Quick Ratio /
Cash Ratio ini berarti memberikan jaminan yang baik terhadap
kreditur jangka pendek, dalam arti memiliki kemampuan semakin
besar bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
pendek. Apabila semakin rendah Current Ratio / Quick Ratio / Cash
Ratio berarti memberikan indikasi jaminan kurang baik bagi kreditur
jangka pendek, dalam arti tidak cukup memiliki kemampuan bagi
perusahaan untuk melunasi kewajiban – kewajiban finansial jangka
pendek. Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, surat berharga,
piutang, dan persediaan.
2.1.2. Rasio Solvabilitas
2.1.2.1. Debt to Total Assets Ratio
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥100%
2.1.2.2. Debt to Total Equity Ratio
D𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑥100%
Kriteria rasio solvabilitas : semkin tinggi hasil presentase Debt to
Total Assets Ratio dan Debt to Total Equity Ratio, maka semakin
besar resiko keuangannya bagi kreditur maupun pemegang saham.
2.1.3. Rasio Aktivitas
2.1.3.1. Inventory Turnover
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟
= 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑥 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
2.1.3.2. Working Capital Turnover
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑥1 𝑘𝑎𝑙𝑖
6
2.1.3.3. Fixed Assets Turnover
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑥1 𝑘𝑎𝑙𝑖
2.1.3.4. Total Assets Turnover
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
Kriteria rasio aktivitas : perputaran persediaan yang tinggi
menandakan semakin kecilnya persediaan dalam satu tahun dan ini
menandakan meningkatnya pengendalian persediaan yang efektif
dalam manajemen perusahaan. Sebaliknya perputaran persediaan yang
rendah menandakan semakin besarnya persediaan dalam satu tahun
dan ini menandakan menurunya pengendalian persediaan yang efektif
dalam manajemen perusahaan.
2.1.4. Rasio Profitabilitas
2.1.4.1. Net Profit Margin
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100%
2.1.4.2. Return On Assets
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
2.1.4.3. Return On Equity
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 100%
Kriteria rasio profitabilitas : apabila NPM, ROA, dan ROE tinggi
menandakan kemampuan perusahaan yang tinggi dan menghasilkan
laba pada tingkat penjualan tertentu. Sedangkan NPM, ROA, dan
ROE rendah cenderung menunjukkan ketidak efisien perusahaan.
2.2. Altman Z Score
𝒁 = 𝟏, 𝟐𝑿𝟏 + 𝟏, 𝟒𝑿𝟐 + 𝟑, 𝟑𝑿𝟑 + 𝟎, 𝟔𝑿𝟒 + 𝟏, 𝟎𝑿𝟓
7
Dimana
𝑋1 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑋2 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑋3 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑋4 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑋5 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Dalam penelitian ini, peneliti menghitung nilai Z-Score dari masing –
masing sampel penelitian periode 2013 – 2015, kemudian
mengklarifikasi sampel penelitian berdasarkan dengan kriteria
penelitian sebagai berikut:
Z-Score > 2,99 : Dikategorikan perusahaan tidak bangkrut
(Health)
2,99 < Z-Score > 1,81 : Berada pada potensi rawan kebangkrutan
(Grey Area)
Z-Score < 1,81 : Dikategorikan sebagai perusahaan bangkrut
(Bankcrupt)
Analisis Z Score ini akan dilakukan terhadap masing – masing
perusahaan dan rata – rata analisis untuk perusahaan manufaktur.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil dan pembahasan dari rasio keuangan
Rasio Keuangan 2013 2014 2015 Keterangan
Rasio likuiditas
Current Rastio (%) 93,4955 103,56565 102,1283 Semakin Naik
Quick Ratio (%) 77,43645 58,88555 58,3577 Semakin Menurun
Cash Ratio (%) 7,25285 10,81 9,9954 Semakin Menurun
Rasio Solvabilitas
Debt to Total
Assets Ratio (%) 75,12385 77,02765 64,35715 Semakin Menurun
Debt to Total 304,11935 348,0068 203,64425 Semakin Menurun
Tabel 1. Hasil dan Pembahasan dari Rasio Keuangan
8
Equity Ratio (%)
Rasio Aktivitas
Inventory Turnover
(X) 15,62395 3,9872 4,8385 Semakin Naik
Working Capital
Turnover (X) 3,85905 4,4718 3,7213 Semakin Menurun
Fixed Turnover (X) 2,5098 3,00815 2,6355 Semakin Menurun
Total Assets
Turnover (X) 0,94805 0,9903 1,1124 Semakin Naik
Rasio Profitabilitas
Net Profit Margin
(%) 1,5803 1,8415 16,47385 Semakin Naik
Return On Assets
(%) 1,4351 2,0322 10,95685 Semakin Naik
Return On Equity
(%) 5,6572 7,36835 22,2036 Semakin Naik
Sumber : Data yang telah diolah
Dari tabel diatas, maka interpretasi kondisi kinerja keuangan PT. Alumindo
Light Metal Industry, Tbk dan PT. Berlina, Tbk sebagai berikut :
3.1.1. Kondisi kinerja keuangan dilihat dari rasio likuiditas
Dilihat dari hasil rata – rata current ratio pada tahun 2013 sebesar
93,4955%, tahun 2014 sebesar 103,5656%, dan tahun 2015 sebesar
102,1283% sehingga current ratio selama tiga tahun semakin naik pada
setiap tahunnya. Untuk hasil quick ratio pada tahun 2013 sebesar
77,4364%, tahun 2014 sebesar 58,8855%, dan untuk tahun 2015 sebesar
58,3577% sehingga quick ratio selama tiga tahun semakin menurun pada
setiap tahunnya. Sedangkan untuk hasil cash ratio pada tahun 2013
sebesar 7,2585%, tahun 2014 sebesar 10,81%, dan tahun 2015 sebesar
9,9954% sehingga cash ratio selama tiga tahun semakin menurun pada
setiap tahunnya. Oleh karena itu kinerja keuangan perusahaan manufaktur
yang go public di BEI semakin menurun dilihat dari rasio likuiditas.
9
3.1.2. Kondisi kinerja keuangan dilihat dari rasio solvabilitas
Dilihat dari hasil rata – rata debt to total assets ratio pada tahun 2013
sebesar 75,1238%, tahun 2014 sebesar 77,0276%, dan tahun 2015 sebesar
64,3571% sehingga debt to total assets ratio selama tiga tahun semakin
menurun pada setiap tahunnya. Sedangkan untuk hasil rata – rata debt to
total equity ratio pada tahun 2013 sebesar 304,1193%, tahun 2014 sebesar
348,0068%, dan tahun 2015 sebesar 203,6442%. Sehinnga debt to total
equity ratio selama tiga tahun semakin menurun pada setiap tahunnya.
Oleh karena itu kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang go public di
BEI semakin menurun dilihat dari rasio solvabilitas.
3.1.3. Kondisi kinerja keuangan dilihat dari rasio aktivitas
Dilihat dari hasil rata – rata inventory turnover pada tahun 2013 sebesar
15,6239 kali, tahun 2014 sebesar 3,9872 kali, dan tahun 2015 sebesar
4,8385 kali sehingga inventory turnover selama tiga tahun semakin naik
pada setiap tahunnya. Untuk hasil working capital turnover pada tahun
2013 sebesar 3,8590 kali, tahun 2014 4,4718 kali, dan tahun 2015 sebesar
3,7213 kali sehingga working capital turnover selama tiga tahun semakin
menurun pada setiap tahunnya. Untuk hasil fixed assets turnover pada
tahun 2013 sebesar 2,5098 kali, tahun 2014 sebesar 3,0081 kali, dan tahun
2015 sebesar 2,6355 kali sehingga fixed assets turnover selama tiga tahun
semakin menurun pada setiap tahunnya. Sedangkan untuk hasil total assets
turnover pada tahun 2013 sebesar 0,9480 kali, tahun 2014 sebesar 0,9903
kali, dan tahun 2015 sebesar 1,1124 kali sehingga total assets turnover
selama tiga tahun semakin naik pada seiap tahunnya. Oleh karena itu
kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang go public di BEI semakin
naik dilihat dari rasio aktivitas.
3.1.4. Kondisi kinerja keuangan dilihat dari rasio profitabilitas
Dilihat dari hasil rata – rata net profit margin pada tahun 2013 sebesar
1,5803%, tahun 2014 sebesar 1,8415%, dan tahun 2015 sebesar 16,4738%
sehingga net profit margin selama tiga tahun semakin naik pada setiap
tahunyya. Untuk hasil return on assets pada tahun 2013 sebesar 1,4351%,
10
tahun 2014 sebesar 2,0322%, dan tahun 2015 sebesar 10,9568% sehingga
return on assets selama tiga tahun semakin naik pada setiap tahunnya.
Sedangkan untuk return on equity pada tahun 2013 sebesar 5,6572%,
tahun 2014 sebesar 7,3683%, dan untuk tahun 2015 sebesar 22,2036%
sehingga return on equity selama tiga tahun semakin naik pada setiap
tahunnya. Oleh karena itu kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang
go public di BEI semakin naik dilihat dari rasio profitabilitas.
3.2. Hasil dan pembaasan Z Score
Perusahaan 2013 2014 2015 Rata - rata
Z Score Kondisi
PT. Alumunium
Light Metal
Industry, Tbk
1,677 1,356 1,683 1,572 Bankcrupt
PT. Berlina, Tbk 1,192 1,714 1,835 1,5803 Bankcrupt
Rata - rata Z Score
Perusahaan
Manufaktur
1,4345 1,535 1,759 1,5761 Bankcrupt
Sumber : Data yang telah diolah
Dilihat dari tabel diatas dapat dinyatakan rata – rata pertahun pada
perusahaan manufaktur telah mengalami kenaikan pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2013 telah mengalami kebangkrutan dengan potensi
kebangkrutan sebesar 1,4345 dinyatakan bangkrut karena kurang dari 1,81
( < 1,81 ). Tahun 2014 telah mengalami kebangkrutan dengan potensi
kebangkrutan sebesar 1,535. Sedangkan untuk tahun 2015 telah
mengalami kebangkrutan dengan potensi kebangkrutan sebesar 1,759.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan manufaktur dinyatakan
bangkrut dengan potensi kebngkrutan sebesar 1,5761. Dilihat dari hasilnya
bahwa perusahaan manufaktur akan mengalami kebangkrutan selama tiga
tahun kedepan apabila perusahaan tersebut tidak mengalami perubahan.
4. PENUTUP
4.1. Dilihat dari rasio likuiditas, current ratio semakin naik sedangkan
untuk quick ratio dan cash ratio semakin menurun. Untuk rasio
solvabilitas, debt to total assets ratio dan debt to total equity ratio
Tabel 2. Hasil dan pembaasan Z Score
11
semakin menurun. Untuk rasio aktivitas, inventory turnover dan total
assets turnover semakin naik sedangkan pada working capital turnover
dan fixed assets turnover semakin menurun. Untuk rasio profitabilitas
net profit margin, return on assets, dan return on equity semakin naik.
Oleh karena itu perusahaan manufaktur yang go public di BEI
khususnya peusahaan manufaktur pada sub sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar dalam DES dari OJK dilihat dari rasio likuiditas,
rasio solvabilitas dan rasio aktivitas semakin menurun, sedangkan
untuk rasio profitabilitas perusahaan manufaktur yang go public di BEI
khususnya peusahaan manufaktur pada sub sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar dalam DES dari OJK dilihat dari semakin naik.
4.2. Bagi PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk , menunjukkan Altman
Z Score dalam bangkrut selama tahun 2013 – 2015. Bagi PT. Berlina,
Tbk menunjukkan dalam kategori bangkrut selama tahun 2013, 2014
dan dalam kategori grey area pada tahun 2015. Sedangkan analisis rata
– rata Z Score pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI
khususnya peusahaan manufaktur pada sub sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar dalam DES dari OJK berpotensi mengalami
bangkrut selama tahun 2013 – 2015. Jadi, analisis Altman Z Score
pada penelitian ini berfungsi sebagai early warning pada perusahaan
manufaktur yang go public di BEI khususnya peusahaan manufaktur
pada sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar dalam DES
dari OJK.
DAFTAR PUSTAKA
Advika. 2017. Kelebihan Institusi Syariah dan Konvensional. Mei
2017. www.advikamedia.com
http://ekonomi.kompas.com/read/2016/05/25/185650326/ini.26.emiten.yang.masuk.daftar.efek.syariah.2016
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. PT Gramedia Widiasarana. Indonesia. Jakarta.