Post on 06-Mar-2019
ANALISIS PERMfNTAAN TEMBAKAU BES/NO
Dua model analisis permintaan Tembakau Bes/No yang di-
gunakan, yaitu (1) model analisis elstisitas konstan (cons-
tant elasticity models) atau double log models; (2) model
analisis pertumbuhan konstan (a constant growth models) atau
semilog models. Uji model (F test) dan korelasi determinasi
( R ~ ) yang tinggi dan significant yang digunakan sebagai mo-
delnya.
Analisis permintaan Tembakau Bes/No, dilakukan dengan
membedakan Pasar Lelang menurut kualitas (pembalut, pembung-
kus dan isi), di Luar Pasar Lelang (kualitas isi) dan Pasar
Spanyol menurut kualitas (pembalut, pembungkus dan isi).
. Analisis Permintaan Pas= Lelanx
Hasil analisis permintaan Tembakau Bes/No kualitas pem-
balut dengan menggunakan model semilog ( ~ e m i l o n ) ~ ) , ternyata
modelnya lebih bagus daripada model double-log. karena hasil
perhitungan korelasi determinasi ( R ' ) model semilon bernilai
0,67560, sedangkan model double log bernilai 0,59952. Hasil
perhitungan F [uji model') pada model semilon [Probability
Significant F=0,0001), lebih baik dari pada model double-log
(Probability Significant F = 0,0005). Secara lebih terinci
hasil-hasil analisis tersebut dapat diikuti pada tabel 4.
Jika model analisis yang dipergunakan model semilon,
hasil analisisnya memberikan petunjuk bahwa pengaruh harga
---------------- 3 1 Secara Praktis pemakaian Logaritma yang biasa adalah log
dasar 10. Hubungan antara log alami dan log biasa adalah ln,X = 23026 log
terhadap permintaan negatif dan inelastis, ha1 ini sesuai
dengan teori yang mengatakan makin tinggi harga, semakin
Tabel 4. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tembakau Bes/No Kualitas Pembalut di Pasar Lelang. ............................................................
Faktor-Faktor Elastisitas yang mempengaruhi Semi lon ............................................................
Harga pembalut DM/KG
GDP MEE ( U S $ ) (current price )
Jumlah penduduk MEE ( Orang 1
Harga Tembakau USA ( US $/pond 1
Konstanta
Propability Signf. F 0,0001
Uji Durbin-Watson 2,04415 ............................................................ * ) Tingkat signifikasi : 90 X * * ) Tingkat signifikasi : 99 X
rendah permintaan atas jumlah barang. Hasil inelastis
pengaruh harga terhadap volume permintaan dan significant
memberikan informasi bahwa proporsi perubahan harga sebesar
satu DM memberikan pengaruh perubahan permintaan atas volume
barang tersebut sebesar 0,57671 kg.
--------------- 4 Mi = d(lnY)/dX = (l/y) (dy/dx) = (dy/y) x (l/dx). Jadi
elastisitas dihitung dengan mengalikan mean variabel X. Nilai uji taraf significansi yang dikemukakan adalah ~ r o - babilitv significant test
Hasil kajian permintaan tembakau rokok di Malaysia mem-
berikan informasi elastisitas harga terhadap jumlah permin-
taan' sebesar -1,3 (elastis) (Ismail, 1971). Hal ini berarti
perubahan harga 1 unit di Malaysia dapat mengubah jumlah
permintaan tembakau untuk rokok sebesar 1,3 unit, sebab pro-
porsi perubahan harga yang relatif kecil dapat mempengaruhi
perubahan proporsi permintaan atas barang tersebut lebih
besar. Kajian tersebut tidak memberikan rincian kualitas
sebagaimana yang dilakukan pada Tembakau Bes/No. Oleh kare-
na itu dalam memutuskan pengiriman Tembakau Bes/No kualitas
pembalut ke Pasar Lelang perlu dibatasi agar supaya menda-
patkan harga yang relatif tinggi.
Pengaruh GDP negara-negara MEE terhadap permintaan
Tembakau Bes/No kualitas pembalut bernilai positif, dan in-
elastis, artinya semakin tinggi GDP semakin tinggi permin-
taan. Hasil ini juga sesuai dengan teori, yaitu apabila GDP
negara-negara MEE meningkat, maka perrnintaan atas tembakau
kualitas tinggi meningkat. Pengaruh pendapatan terhadap
permintaan Tembakau Bes/No kualitas pembalut yang positif,
memberikan informasi tentang masih adanya kemungkinan per-
mintaan atas Tembakau Bes/No meningkat apabila pendapatan
masyarakat negara tersebut meningkat, sebab pengaruh penda-
patan yang positif dapat menggeser (shifting) kurva permin-
taan kekanan, sehingga masih memberikan peluang meningkatnya
permintaan. Hasil kajian konsumsi tembakau Indonesia oleh
Kabul Santoso (1986) memberikan informasi bahwa elastisitas
pendapatan terhadap permintaan tembakau inelastis ( 0 , 5 6 ) .
Hasil kajian Ismail (1971) memberikan informasi bahwa elas-
tisitas pengeluaran total untuk tembakau di daerah perkotaan
Malaysia lebih kecil (Melayu 0.929; Tionghoa 1,294 dan India
0,962) dibandingkan daerah pedesaan (Melayu 1,207; Tionqhoa
1,425 dan India 1,139).
Pengaruh jumlah penduduk terhadap permintaan tembakau
kualitas pembalut negatif, artinya pertarnbahan penduduk akan
mengurangi permintaan terhadap Tembakau Bes/No kualitas
pembalut. Hal ini berarti apabila penduduk bertambah kurva
permintaan bergeser kekiri dan nilainya elastis (3,16907).
Proporsi perubahan permintaan jurnlah Ternbakau Bes/No turun
sebesar 3,1907 kg/tahun apabila penduduknya meningkat 1 unit
(1 orang). Hasil ini memberikan informasi yang tidak sesuai
dengan teori. Kemungkinan besar adanya pengaruh kampanye
anti rokok mengakibatkan makin besarnya penduduk yang tidak
menghisap cerutu. Kemungkinan yang lain adalah perubahan
cita rasa (taste) masyarakat yang berumur relatif muda tidak
menghisap cerutu besar lagi.
Pengaruh harga Tembakau Virginia USA yang negatif ter-
hadap permintaan Tembakau Bes/No, menunjukan bukti yang
lebih kuat lagi bahwa kampanye anti rokok cukup efektif.
Sedangkan hubungan harga Tembakau Bes/No kualitas pembalut
dengan harga tembakau Virginia adafah komplemen. Elastisi-
tas harga Tembakau USA lebih tinggi dari pada elastisitas
harga Tembakau Bes/No kualitas pembalut memberikan penger-
tian bahwa elastisitas silang yang diharapkan sesuai dengan
teori (Peter Timmer, 1971).
Penqaruh harga terhadap permintaan yang inelastis,
pengaruh pendapatan terhadap permintaan positif, tetapi
pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah permintaan yang
negatif dan elastis, cukup banyak menqurangi jumlah permin-
taan Tembakau Bes/No kualitas pernbalut. Oleh karena itu
ekspor kualitas pembalut ke Pasar Lelang perlu diperhitung-
kan secara berhati-hati.
Tabel 5. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tembakau Bes/No Kualitas Pembungkus di Pasar Lelang. ............................................................
Faktor-Faktor Elastisitas yang mempengaruhi Semi Lon ............................................................ Harga Pembungkus DM/KG - 1.57447 * )
(0,0201)
GDP MEE (US $ 1
Jumlah Penduduk MEE ( orang )
Harga Tembakau USA (US $/pond)
Konstanta
Propability Signif. F 0,0459
Uji Durbin-Watson 1,21458 ............................................................ * ) Tingkat signifikasi : 90 X * * ) Tingkat signifikasi : 99 %
Uji Durbin-Watson memberikan nilai sebesar 2,04415 ar-
tinya serial autokorelasinya sebesar 0,04415 dan pasitif5"
-------------- 5) Menurut Gujarati (1978), serial autokorelasi dapat dinya-
takan d = 2 (1 - P), jika P = 0 , d = 2, berarti tidak ada serial autokorelasi. Jika P = + 1, bararti ada kore- lasi positif yang sempurna pada sisanya.
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Tembakau Bes/No kualitas pembungkus (binder) dapat dilihat
pada tabel 5.
Berdasarkan hasil analisis di atas, ternyata pengaruh
harga terhadap permintaan kualitas pembungkus negatif dan
elastis. Hasil analisis harga kualitas pembungkus elastis
sedangkan kualitas pembalut inelastis, kemungkinan kua-
litas pembungkus dapat pula digunakan sebagai pembalut luar
cerutu kualitas relatif rendah, kadang-kadang yang baik juga
dapat digunakan untuk pembalut cerutu cigarollo. Keadaan
ini sesuai dengan hasil kajian Ismail (19711, dimana penga-
ruh harga terhadap jumlah permintaan tembakau di Malaysia
juga mempunyai nilai elastis.
Variabel-variabel lainnya (GDP negara-negara MEE,
Jumlah penduduk MEE, Harga Tembakau virgina Amerika Serikat)
tidak memberikan indikasi pengaruh yang signifikan. Walau-
pun demikian variabel pendapatan mempunyai pengaruh positif
sesuai dengan teori sedangkan variabel penduduk berpengaruh
negatif (tidak sesuai dengan teori), harga tembakau virginia
USA ternyata sebagai barang komplementer. Tanda-tandanya
relatif sama dengan pengaruh variabel-variabel tersebut ter-
hadap permintaan Tembakau Bes/No kualitas pembalut. Hasil
kajian United Nation (1977) dan Barford (1973) memberikan
informasi adanya kecenderungan permintaan penduduk terhadap
tembakau cerutu semakin menurun. Informasi tentang korelasi
determinasi ( I t 2 ) dan uji signifikan model analisis, menun-
jukkan bahwa model semilon lebih baik daripada double log.
Uji Durbin-Watson memberikan informasi adanya serial autoko-
relasi yang bernilai negatif.
Model double-log yang uji aodelnya tidak signifikan
juga, memberikan informasi yang secara teoritis benar, yaitu
pengaruh GDP MEE dan Jumlah penduduk yang posistif terhadap
permintaan kualitas pembungkus (lihat lampiran).
Tabel 6. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempenga- ruhi Permintaan Tembakau Bes/No Rualitas Isi di Pasar Lelang ............................................................
Faktor-Faktor Elastisitas yang mempengaruhi Semi Lon
Harga Isi DM/KG
GDP MEE ( US$ )
Jumlah penduduk MEE ( orang )
Harga Tembakau USA ( USS$ /pond )
Konstanta
Probality Signif. F 0,0001
Uji Durbin-Watson 2 , 0 0 8 8 7
............................................................ * ) Tingkat signifikasi : 90 X ** ) Tingkat signifikasi : 99 X
Pengaruh harga terhadap jumlah permintaan kualitas isi
negatif, elastis dan sangat signifikan. Hal ini berarti
proporsi perubahan harga dapat mempengaruhi proporsi peru-
bahan permintaan atas barang lebih besar. Hasil kajian ini
sesuai sesuai teori (Bilas, 1981; Lipsey dan Steiner, 1983;
Wold, 1953). Hasil kajian permintaan tembakau di USA (USDA,
1981) memberikan informasi bahwa untuk chewing tobacco cen-
derung meningkat. Hasil kajian permintaan ternbakau untuk
bahan baku cerutu cigar0110 di Eropah (Barford, 1973) juga
memberikan informasi masih adanya peningkatan, walaupun un-
tuk kajian cerutu besar di Eropah menyatakan adanya kecen-
derungan menurun (United Nation, 1977). Hasil ini (tabel 6)
memberikan informasi bahwa untuk kualitas isi peningkatan
ekspor ke Pasar Lelang masih sangat memungkinkan.
Pengaruh GDP MEE terhadap permintaan tembakau kualitas
isi juga positif dan inelastis. Hal ini berarti pendapatan
masih dapat menggeser kurva permintaan ke kanan, artinya
apabila pendapatan Masyarakat Ekonomi Eropah meningkat dapat
meningkatkan permintaan Tembakau Bes/No kualitas isi. Ini
sesuai dengan hasil kajian Barford (1973) tentang cerutu ci-
garollo. Theil (1972) juga mengatakan bahwa pengaruh penda-
patan terhadap permintaan yang positif dan inelastis di ke-
lompokkan pada kebutuhan pokok. Dengan demikian Tembakau
Bes/No kualitas isi di Pasar Lelang juga dikelompokkan dalam
kebutuhan pokok.
Apabila dilihat pengaruh jumlah penduduk terhadap per-
mintaan yang negatif dan signifikan, indikasi tersebut mem-
berikan informasi bahwa pertambahan penduduk akan mengurangi
permintaan akan kualitas isi. Ini memberikan indikasi ter-
jadinya perubahan pandangan dan pendapat (Preference) masya-
rakat terhadap tembakau. Informasi ini memberikan pengerti-
an bahwa dalam jangka panjang permintaan kualitas isi akan
menurun. Hasil tersebut sama dengan gejala menurunnya per-
mintaan tembakau cerutu di Eropa (laporan ITC, 1978).
Permintaan atas kualitas isi dapat saling melengkapi
(komplementer) komplemen dengan Tembakau Virginia (untuk
rokok putih), ini berarti bahwa berkurangnya permintaan
kualitas isi juga berkurang pula permintaan atas Tembakau
virginia Amerika Serikat. Hal ini berarti makin berkurangnya
penghisap cerutu dan rokok putih di Eropa.
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi per-
mintaan akan Tembakau Bes/No kualitas isi seperti halnya
kualitas pembungkus, harga kualitas isi mempunyai pengaruh
negatif dan elastis di atas 1. Dengan demikian dapat pula
diartikan bahwa harga kualitas isi relatif lebih stabil jika
dibandingkan dengan harga kualitas pembalut tetapi agak
kurang elastis jika dibandingkan dengan kualitas pembungkus.
Seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Tem-
bakau Bes/No memberikan indikasi pengaruh yang signifikan
pada taraf kepercayaan antara 95 % atau 100 %, berarti mem-
punyai pengaruh yang nyata dengan elastisitas yang relatif
tinggi, terutama jumlah penduduk MEE, dan bertanda negatif.
Hal ini memberikan informasi bahwa peningkatan penduduk akan
semakin mengurangi permintaan Tembakau Bes/No kualitas isi
sebab adanya perubahan taste penduduk MEE. Gejala menurun-
nya permintaan akan bahan dasar pembuat cerutu sesuai hasil
kajian Barford (1973) dan United Nation (1977), baik Temba-
kau kualitas pembalut maupun pembungkus dan isi memberikan
bukti makin berkurangnya permintaan akan cerutu. Tetapi
tanda positif pada GDP, yang berarti bahwa permintaan cerutu
kualitas tinggi masih cukup besar, sehingga permintaan akan
Tembakau Bes/No kualitas tinggi pun makin meningkat jika GDP
meningkat.
Khusus untuk kualitas pembalut ekspornya perlu dibatasi
sesuai dengan kebutuhan Pasar Lelang saja sebab elastisitas
terhadap jumlah permintaan adalah inelastis. Sudah barang
tentu dengan imbangan ekspor ke pasar lain untuk mengimbangi
kelebihan produksi di dalam negeri misalnya ke Spanyol dan
negara-negara Afrika serta Amerika Serikat.
Seperti halnya dua persamaan sebelumnya, pada persamaan
kualitas isi memberikan indikasi bahwa model persamaan Semi
Lon lebih baik hasilnya dari pada Double-log. Terbukti de-
ngan nilai-nilai koefisien korelasi determinasi dan proba-
bility Significant F (model) lebih baik model Semi Lon dari
pada Double-Log (lihat lampiran).
Analisis Permintaan Pasar Spans-01
Permintaan Pasar Spanyol terutama dipenuhi oleh PTP
XXVII, dan baru dimulai sekitar tahun 1976. Pada umumnya
jenis cerutu yang diproduksi Spanyol adalah cerutu cigarol-
lo, yaitu jenis cerutu kecil meyerupai rokok sigaret biasa
tetapi seluruhnya terbuat dari daun tembakau. Jenis cerutu
ini banyak digemari oleh masyarakat Eropa, utamanya masyara-
kat Spanyol sendiri. Cerutu cigar0110 sebagaimana cerutu
besar lainnya, memerlukan tiga macam daun, yaitu: daun pem-
balut, daun pembungkus dan isi. Kualitas yang diminta jenis
Spanyol ini relatif lebih rendah dari pada kualitas yang
diminta Pasar Lelang, tetapi mempunyai ukuran yang lebih
panjang. Misalnya kualitas pembungkus yang mempunyai ukuran
40, dapat digunakan sebagai kualitas pembalut di Spanyol.
Harganya pun relatif lebih tinggi di Spanyol daripada di
Pasar Lelang, tetapi jumlah permintaannya lebih sedikit.
Hasil analisis permintaan menggunakan model Semi Lon
dan Double-Log khusus kualitas Spanyol. memberikan bukti
bahwa analisis dengan menggunakan model Double-Log lebih
baik daripada Semi Lon, karena uji F model dan korelasi de-
terminasinya lebih baik analisis yang menggunakan model
Double-Log. Tetapi karena perbedaannya tidak terlalu besar
(hampir sama), maka agar dapat dilihat perbandingannya de-
ngan Pasar Lelang interprestasinya dipakai dari hasil ana-
lisis Semilon.
Pengaruh harga kualitas pembalut terhadap jumlah per-
mintaan pada kualitas yang sama di Spanyol adalah negatif
(sesuai dengan teori) dan elastis (-2,070), sedangkan pe-
ngaruh harga terhadap permintaan di Pasar Lelang adalah
inelastis. Peluang masih dapat ditingkatkannya permintaan
kualitas pembalut di Pasar Spanyol ini sesuai dengan hasil
laporan ITC (19781, dan United Nation (1977) yang menggam-
barkan gejala makin meningkatnya permintaan cerutu cigarollo
dan menurunnya cerutu besar. Permintaan Spanyol pada umum-
nya melayani industriawan cerutu cigarollo gang banyak di
Spanyol. Industriawan ini umumnya menggunakan mesin yang
canggih (Bobby System) yang sedikit menggunakan tenaga kerja
manusia (reduce cost), sehingga mampu membeli bahan dasar
cerutu yang relatif agak mahal, karena biaga tenaga kerjanya
relatif murah.
Jumlah penduduk Spanyof berpengaruh positif terhadap
permintaan Tembakau Bes/No, ha1 ini dibenarkan pula secara
teoritis, karena makin bertambah penduduk permintaannya ma-
kin meningkat (Bilas, 1984, Friedman, 1962).
Sedangkan GDP Spanyol yang secara teoritis seharusnya
berpengaruh positif, ternyata pengaruhnya negatif meskipun
Tabel 7. Hasil Analisis Faktor-Paktor yang Mempengaruhi Permintaan Tembakau Bes/No Kualitas Pembalut di Pasar Spanyol
............................................................ Faktor-Faktor Elastisitas yang mempengaruhi Semi Lon
Harga fembalut (DM/KG)
GDP Spanyol (US$ )
Jumlah penduduk Spanyol (orang 1
Harga Tembakau USA
Konstanta
U J ~ Model F (Signif.F) 0,0417**)
Durbin-Watson 1,25567
............................................................ * * ) Tingkat Signifikasi : 95 % * ) Tingkat signifikasi : 80 %
tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa peningkatan GDP akan
mengurangi permintaan. Pendapatan yang berpengaruh negatif
pada jumlah permintaan kualitas pembalut ini memberikan in-
formasi bahwa walaupun ekspor tembakau kualitas ini ke Pasar
Spanyol masih dapat ditingkatkan, tetapi perlu diperhatikan
pembatas elastisitas pendapatan yang negatif tersebut. Wa-
laupun jika dibandingkan dengan elastisitas penduduk ter-
hadap permintaan yang relatif besar, keadaan tersebut tidak
terlalu mengkhawatirkan. Hasif penelitian United Nation
(1977) dan ITC (1981) memberikan informasi bahwa golongan
pendapatan tinggi di Eropa lebih suka menghisap cerutu besar
dari pada cerutu cigarollo. Keadaan yang sama terjadi pula
pada harga Tembakau Virginia di Amerika Serikat yang berpe-
ngaruh negatif, ini berarti bahwa Tembakau Virgina merupakan
barang komplementer (tetapi pengaruhnya tidak nyata).
Dari uji t secara parsial didapat petunjuk bahwa vari-
abel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap dependen varia-
bel. Dalam ha1 ini masih ads perdebatan antara para ahli,
Frisc dalam buku Maddala (1977) memberikan penjelasan bahwa
apabila modelnya signifikan, maka otomatis pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen juga significan. Ini
berarti pengaruh harga barang itu sendiri, GDP, penduduk dan
harga substitusi juga signifikan. Tetapi pada kelompok yang
lain ada yang tidak menyetujui pendapat tersebut. Walaupun
modelnya signifikan, apabila pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen (hubungan parsial) tidak signifi-
kan, model tersebut dianggap tidak berpengaruh nyata.
Seperti halnya analisis permintaan kualitas pembungkus
di Pasar Spanyol, ternyata baik modelnya naupun hubungan
parsialnya tidak memberikan indikasi yang signifikan. Hung-
kin untuk kualitas tersebut hubungan antar variabel tidak
kuat, mungkin karena modelnya, mungkin juga karena jumlah
sampelnya yang kecil atau karena modelnya yang tidak tepat,
mungkin juga karena datanya.
Harga kualitas pembungkus mempunyai pengaruh negatif
terhadap permintaan kualitas pembungkus pasar Spanyol dan
mempunyai nilai di bawah satu (inelastis). Padahal pengaruh
Tabel 8. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tembakau Bes/No Kualitas Pembungkus di Pasar Spanyol ............................................................
Faktor-Faktor Elastisitas yang mempengaruhi Semi Lon
Harga Pembungkus IDM/KG)
GDP Spanyo1 (US$)
Jumlah penduduk Spanyol (orang
Harga Tembakau USA
Konstanta 4,61354
Uji Model F (Signif.F) 0.4166
Durbin-Watson 0,90875
harga pada kuafitas yang sama di Pasar Lelang mempunyai ni-
lai lebih besar dari satu (elastis). Sebab kualitas pembung-
kus kemungkinan di Pasar Spanyol audah tertentu (khusus),
sehingga tidak dapat dipakai untuk substitusi baru sebagai
bahan cigarollo. Kebutuhan di Pasar Spanyol untuk jenis ini
sangat kecil sekali (lihat lampiran).
GDP Spanyol mempunyai pengaruh negatif terhadap permin-
taan kualitas pembungkus, sedangkan menurut teori seharusnya
berpengaruh positif. Hal ini mungkin karena alasan yang
sama dengan kualitas pembalut, yaitu pada kurva Engel sudah
berada pada titik balik atau berubah taste.
Jika dilihat dari pengaruh jumlah penduduk terhadap
permintaan tembakau kualitas pembungkus yang mempunyai nilai
positif dan sangat elastis (8,34174) (sesuai dengan teori),
Tabel 9. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tembakau Bes/No Kualitas isi di Pasar Spanyol
............................................................ Faktor-Faktor Elastisitas yang mempengaruhi Semi Lon
Harga Isi (DM/KG)
Jumlah penduduk Spanyol (orang )
Harga Tembakau U S A
Kons tanta
R~
Uji Model F (Signif.F)
Durbin-Watson
* ) Tingkat signifikasi 95 % dan untuk model 90 %
maka tampaknya penduduk Spanyol dapat digolongkan sebagai
penghisap cerutu yang cukup besar. Sebab apabila penduduk-
nya bertambah maka jumlah permintaan akan tembakau kualitas
ini meningkat juga.
Pengaruh harga isi terhadap permintaan negatif dan
elastis untuk persamaan Semi Lon dan persamaan Double-Log.
Walaupun demikian elastisitas di Pasar Lelang tetap lebih
tinggi daripada Pasar Spanyol. Artinya untuk permintaan
Tembakau Bes/No kualitas Isi, di Pasar Lelang lebih stabil
dibandingkan dengan di Pasar Spanyol. Harga yang lebih sta-
bil di Pasar Lelang tersebut, mungkin di Pasar Lelang selalu
dipilih kualitas isi baik dan sedang. Sedangkan kualitas
isi yang dikirim ke Spanyol umumnya tidak menentu, ada ke-
mungkinan baik, sedang, bahkan mungkin kualitas isi buruk.
Pengaruh harga negatif, GDP positif, penduduk positif
dan harga substitusi negatif terhadap jumlah permintaan
kualitas isi Pasar Spanyol. Hasil ini memberikan indikasi
sesuai dengan teori (Bilas, 1984, Theil, 1971, Friedman,
1962). Artinya permintaan kualitas isi untuk Pasar Spanyol
meningkat, sehingga ekspornyapun dapat terus ditingkatkan
pula. Hasil kajian ini memberikan informasi yang menggembi-
rakan, sesuai dengan laporan yang disusun oleh DITH (1979),
Temindo (1979) dan Tabakkomissie (1978) yang menggambarkan
bahwa pasar Spanyol memberikan harapan yang cerah pada per-
mintaan Tembakau Bes/No dimasa mendatang, kecuali apabila
ada perubahan kebijaksanaan negara tersebut, misalnya masuk
menjadi anggota MEE.
Analisis Permintaan Pasar di Luar Pasar Lelan~
Di Luar Pasar Lelang, biasanya Tembakau Bes/No yang
diminta adalah kualitas isi (filler) sedang dan rendah. Ku-
alitas ini biasanya digunakan untuk cerutu kualitas rendah
dan untuk bahan membuat tembakau kunyah (chewing tobacco)
dan tembakau hisap. Negara-negara yang mengimpor jenis tem-
bakau ini dari Indonesia antara lain adalah: Amerika Seri-
kat, Maroko, Tunisia, Spanyol, Aldjazair dsb.
Negara-negara tersebut kadang-kadang juga mengimpor
Tembakau Bes/No kualitas pembungkus dan pembalut. tetapi ti-
dak berkesinambungan dao bukan kualitas yang baik, sehingga
tidak dapat dianalisis dengan analisis permintaan.
Dalam produksi Tembakau Bes/No, kualitas isi merupakan
bagian produksi yang terbesar (di atas 50 persen produksi),
tetapi juga merupakan bagian produksi yang harganya paling
rendah. Bahkan apabila keadaan musim tidak menentu maka
hasil produksi kualitas isi bisa mencapai 70 persen. Kesa-
lahan pengolahan (prosesing) juga dapat mengakibatkan daun
kualitas pembalut/pembungkus menjadi kualitas isi. Oleh
karena itu daun tembakau sebagai barang dagangan sering di-
katakan sebagai fancy product (Anonim, 1969).
Analisis permintaan Tembakau Bes/No kualitas isi seper-
ti halnya analisis permintaan pada pasar Tembakau Bes/No
yang lain, menggunakan model analisis Semi Lon, karena hasil
analisis korelasi determinasi dan uji model memberikan indi-
kasi nilai yang lebih baik pada analisis Double-Log.
Hasil analis is pengaruh harga terhadap jumlah yang di-
minta, memberikan indikasi yang negatif dan inelastis. Hasil
analisis ini memberikan arti bahwa harga pada kualitas isi
di Luar Pasar Lelang berfluktuasi. Jika dibandingkan antara
harga kuafitas isi di Pasar Lelang, harga isi di Pasar Spa-
nyol dan harga kualitas isi di Luar Pasar Lelang, ternyata
Tabel 10. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tembakau Bes/No Kualitas Isi di Luar Pasar Lelang
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Elastisitas Semi Lon
Harga Isi (DM/KG)
GDP Spanyol, USA, Tu- nisia, Maroko (US$)
Jumlah penduduk ( 4 negara, orang)
Harga Tembakau USA (US $ cents/pond)
Konstanta
FI2
Uji Model F (Signif.F)
Durbin-Watson
yang paling tidak elastis (inelastis) adalah harga di Luar
Pasar lelang, Hal ini berarti proporsi perubahan harga ber-
pengaruh terhadap proporsi permintaan atas barang yang rela-
tif lebih kecil. Harga kualitas isi di Luar Pasar Lelang
adalah harga kualitas isi yang sedang dan jelek. Jadi har-
ganya pun merupakan harga yang variasinya cukup besar, se-
hingga harga tersebut berfluktuasi tinggi.
Apabila dilihat hasil analisis pengaruh harga terhadap
jumlah barang yang diminta negatif dan inelastis, berarti
pasar di Luar Pasar Lelang tidak dapat menerima tambahan
ekspor, karena akan mengurangi penerimaan eksportir (Stieg-
ler, 1966). Analisis double-log juga memberikan informasi
yang relatif sama (inelastis), berarti untuk kualitas isi di
Luar Pasar Lelang sulit untuk ditingkatkan ekspornya, kecua-
li apabila elastisitas pendapatannya positif. Padahal baik
analisis Semilon maunpun double-log memberikan informasi
elastisitas pendapatannya negatif dan inelastis.
Hasil laporan USDA (1983) memberikari informasi bahwa
pada umumnya di Amerika Serikat lebih menyenangi rokok putih
atau cerutu yang menggunakan bahan dasar tembakau dari Kame-
run dan Kuba, karena tembakaunya lebih hitam (coklat) dan
lebih tajam aromanya. Tembakau kualitas isi Indonesia hanya
dipakai untuk bahan dasar tembakau hisap dan atau tembakau
Kunyah. Sedangkan di beberapa negara di Afrika (Moroko,
Tunisia, dan Ajazair d s b ) , tembakau kualitas isi dibutuhkan
hanya untuk tambahan bahan baku yang telah dihasilkan oleh
negara itu sendiri (Anonim, 1981, Anonim 1972). Oleh karena
itu pernintaan atas tembakau kualitas isi saja relatif tidak
stabil, demikian pula kualitas pembalut dan pembungkus hanya
sewaktu-waktu saja diperlukan.
GDP mempunyai pengaruh negatif (seharusnya secara teo-
ritis berpengaruh positif), artinya ada kemungkinan jika GDP
naik mereka akan beralih pada cerutu yang berkualitas lebih
baik, atau kemungkinan lain mereka tidak lagi menghisap ce-
rutu. Jika melihat hasil analisis double-log yang memberi-
kan indikasi bahwa jika jumlah penduduk meningkat permintaan
tembakau kualitas isi juga meningkat (berpengaruh positif),
maka permintaan akan kualitas isi di Luar Pasar Lelang men-
punyai masa depan masih baik [elastisitasnya di atas 3).
Hasil analisis ini memeberikan informasi bahwa untuk Amerika
Serikat, Tunisia, Maroko, dan Aljazqir dsb, penduduknya
masih membutuhkan Tembakau Bes/No kualitas ini. Oleh karena
itu perlu dikaji lebih jauh bagaimana kualitas yang diminta,
harga yang diinginkan, dan jenis produk yang dihasilkan
negara-negara tersebut, dalam rangka untuk meningkatkan
permintaan. Hasil kajian USDA (1981) memberikan informasi
bahwa permintaan tembakau untuk Amerika Serikat ada kecen-
derungan turun. Sedangkan untuk Afrika meningkatnya relatip
kecil sekali. Harga Tembakau Amerika Serikat bernilai posi-
tif, karena mungkin memang merupakan barang substitusi ter-
hadap tembakau kualitas isi.
Model analisis ternyata dapat diterima karena mempu- '
nyai probability uji F yang bernilai 0,0005, artinya taraf
kepercayaannya cukup tinggi.
Nilai korelasi determinasi relatif rendah 0,598 artinya
model tersebut hanya dapat menerangkan 60 persen dari selu-
ruh parameter variable yang dipergunakan. Selebihnya meru-
pakan variable analisis yang tidak masuk dan error.
Berdasarkan hasil analisis permintaan di atas, ternyata
harga-harga di Pasar Lelang lebih stabil jika dibandingkan
dengan harka di Pasar Spanyol dan harga di Luar Pasar Lelang
terutama untuk komoditi pembungkus dan isi. Perkecualiannya
hanyalah harga kualitas Pembalut di Pasar Spanyol lebih
elastis dibandingkan dengan di Pasar Lelang, tetapi jumlah
penjualan di Pasar Lelang lebih tinggi daripada di P a s a r ,
Spanyol. Jadi walaupun harga kualitas pembalut di Pasar
Spanyol lebih elastis, yang berarti lebih stabil, tetapi
jika Spanyol menjadi negara MEE akan mengikuti peraturan
MEE, sehingga kemungkinan pembelian Tembakau Bes/No nya pun
akan turun.
Proyeksi Permintaan Tembakau Bes/No
Proyeksi permintaan Teabakau Bes/No tahun 2000, dapat
diperhitungkan dengan cara membuat regresi linier tahun pada
variable independent (Harga, GDP, Penduduk dan Harga Temba-
kau Virginia USA). Hasil perhitungannya dimasukkan ke dalam
hasil analisis permintaan lanalisis Semi Lon), sehingga da-
pat diketemukan proyeksi permintaan Tembakau Bes/No tahun
2000 pada seluruh pasar (Pasar Lelang, Pasar Spanyol han Lu-
ar Pasar Lelang).
Asumsi yang digunakan adalah pola hubungan yang ada
dari data yang telah lalu akan berkelanjutan dimasa yang
akan datang.
Jika melihat hasil proyeksi di bawah, permintaan untuk
tahun 2000 relatif turun drastis. Pasar Lelang untuk seluruh
kualitas permintaan Tembakau Bes/No hanya tinggal 783.544 kg
( 7385.44 ball. Pasar Spanyol total permintaannya adalah
287.185 kg (2871,85 bal). Sedangkan Luar Pasar Lelang per-
mintaannya sebesar 5.125.582 k g (51.255,82 bal). Total per-
mintaan seluruh pasar Tembakau Bes/No untuk tahun 2000 sebe-
sar 6.151.311 kg (61.513,ll bal). Ini berarti bahwa total
devisa negara yang didapatkan dari tembakau Bes/No turun
menjadi 21.986.000 DM (rincian lihat tabel lampiran 22).
Padahal dalam tahun 1984 devisa yang dihasilkan tembakau
Bes/No mencapai 90.383.000 DM.
Rician hasil analisis proyeksi permintaan Tembakau Bes/
No tahun 2000, pada seluruh pasar dspat dilihat pada tabel 11
berikut :
Tabel 11. Hasil Proyeksi Permintaan Pasar Tembakau Bes/No Menurut Kualitas Untuk Tahun 2 0 0 0 ~ )
............................................................ Kuaf itas (kg )
pasar Tembakau Bes/No ..................................... Pembalut Pembungkus Is i
Pasar Lelang 86 583**' 577 474*' 74 487**)
Pasar Spanyol 27 512**) 61 324 198 349**'
Luar Pasar Lelang - - 5 125 582**)
Total 114 095 638 798 5 398 418
Keterangan :
**I 99 % n r 10 ( 4 variabel) = 0,882 ; n = 26 = 0,642 * ) 95 X n = 10 (4 variabel) = 0,811 ; n = 26 = 0,562
-------------- 6, Selang kepercayaan (confidence interval) dapat dilihat
pada tabel lampiran 38.
Angka proyeksi permintaan tahun 2000 tersebut hanya re-
kitar 53,26 persen dari rata-rata total ekspor antara tahun
1972 - 1984 (115.506 kg). Padahal produksi total Tembakau
Bes/No selama ini berkisar antara 63.000 bal sampai dengan
187.000 bal.
Hasil proyeksi tersebut memberikan implikasi bahwa
prospek permintaan tembakau Bes/No makin menurun tajam.
Kebijaksanaan secara dini yang perlu dipersiapkan adalah
yang menyangkut kemungkinan kurangnya devisa, terlemparnya
tenaga kerja yang diserap oleh aktivitas komoditi Tembakau
Bes/No (terutama untuk prosesing) dan beralihnya tenaga ker-
ja dari komoditi tembakau ke komoditi lain yang dapat diker-.
jakan pada bidang dan musim yang s a m a serta menguntungkan.
Jika angka proyeksi tersebut benar, maka komoditi Tembakau
Bes/No tipis sekali harapannya untuk dapat dikembangkan.
Usaha pengembangan komoditi Tembakau Bes/No, kemungkin-
an hanya dapat dilakukan dengan cara perfuasan pasar, perba-
ikan harga, penurunan biaya produksi (peningkatan produk-
tivitas), perbaikan pesayanan pasar di Pasar Lelang maupun
pasar lainnya. Apabila dilihat dari faktor-faktor yang mem-
pengaruhi permintaan Tembakau Bes/No pada seluruh pasar
{GDP, Penduduk dan Harga Tembakau USA) sulit diharapkan akan
adanya perbaikan dibidang permintaan.
RESPON AREAL PRODUKSI TEMBAKAU BES/NO
Pertanaman Tembakau Bes/No rata-rata setiap tahun areal
produksinya berkisar 15 969 hektar (antara 9 700 Ha - 23 939 Ha)(lihat tabel lampiran 1). Semenjak adanya ITB/NO, penge-
lolaan pertanaman Tembakau Bes/No ditangani oleh perusahaan
eksportir, walaupun petani berhak memutuskan apakah tanahnya
akan ditanami Tembakau Bes/No atau tanaman yang lain.
Biasanya pada bulan-bulan April a t a u Mei petani baru
memutuskan apakah tanahnya akan ditanami Tembakau Bes/No
atau tidak. Pada saat-saat itu pula petani baru memutuskan
di bawah pengelolaan eksportir mana petani Tembakau Bes/No
bernaung , atau bebas tanpa terikat dengan pengelola. Jika
petani memutuskan untuk bebas, maka petani tersebut bebas
pula menjual hasil produksinya kepada pembeli yang menawar
dengan harga tertinggi.
Areal pertanaman Tembakau Bes/No tersebar antara Gambi-
rono (Kabupaten Jember) sampai dengan Tamansari (Bondovaso).
Sedangkan daerah Sentral pertanaman Tembakau Bes/No antara
Gambirono sampai dengan Sukowono (Kabupaten Jember), untuk
lebih jelasnya lihat peta terlampir. Tetapi pada dewasa ini
areal pertanaman Tembakau Bes/No meluas ke selatan (daerah
Ambulu) dekat pantai selatan, sehingga mutu Tembakau Bes/No
menurun karena diduga banyak mengandung chlor (CL). Perlu-
asan ke daerah selatan tersebut disebabkan oleh (1) makin
kurusnya daerah utara (sekitar Tamansari dan Sukowono); ( 2 ) - petani daerah selatan rajin dan tekun menggarap tanah maupun
daun tembakaunya; (3) Importir/industriawan mau mentolerir
mutu (walaupun rnengandung banyak CL), dalam ha1 i n i masih
agak d i r a g u k a n kebenarannya, ka rena menurut i n f o r m a s i banyak
ke luhan c e r u t u i n d u s t r i a w a n t e n t a n g t i n g g i n y a kandungan CL.
Sementara a h l i mengatakan bahwa u n t u k p a s a r l e l a n g se-
b a i k n y a d i p e n u h i o l e h p roduk Tembakau Bes/No d a r i d a e r a h
S e n t r a l (Anonim, 1987). P e r n y a t a a n i n i r e l a t i f b e n a r , s e b a b
p a d a umumnya p r o d u k Tembakau Bes/No d a r i d a e r a h S e n t r a l
mendapatkan h a r g a yang r e l a t i f t i h g g i , utamanya k u a l i t a s
pembalut .
Tabe l 12. Harga Tembakau Bes/No Menurut Tahun dan Daerah Pembel ian dan K u a l i t a s S e t i a p K g .
S e n t r a l ( Rp. ) S e l a t a n ( R p . ) Tahun .....................................................
Pembalut Pembungkus Isi Pembalut Pembungkus Isi ............................................................ 1980 4370,88 2750.64 970.96 4169,04 2700,80 975.80
Rata- rata 4322,31 2526,67 1016.54 3989,21 2476,91 1001,78 ............................................................ Sumber : PTP X X V I I , LDO. Gading M a s
D a r i d a t a pada t a b e l 1 2 d i atas, nampak bahwa s e b a g i a n
b e s a r h a r g a menurut k u a l i t a s s e l a m a l i m a t a h u n r a t a - r a t a
h a r g a d i d a e r a h s e n t r a l l e b i h t i n g g i d i b a n d i n g k a n d e n g a n
d a e r a h S e l a t a n , walaupun kemungkinan a d a ha rga-harga ter-
t e n t u yang l e b i h t i n g g i d i d a e r a h s e l a t a n d a r i pada d a e r a h
S e n t r a l . Utamanya rata-rata h a r g a k u a l i t a s pembalut l e b i h
t i n g g i d i d a e r a h S e n t r a l , w a l a u p u n p e r b e d a a n n y a r e l a t i f
kecil. Perbedaan harga tersebut mungkin diakibatkan kan-
dungan CL yang relatif tinggi untuk daerah selatan, sehingga
kualitasnya relatif lebih rendah.
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas
areal produksi adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Areal Produk- si Tembakau Bes/No, Tahun 1959 - 1984. ............................................................
1) Faktor-Faktor yang Elastisitas mempengaruhi areal ............................................................ Harga kualitas 0,21927*) pembalut tahun lalu (0.15559)
Harga kual itas pembungkus tahun lalu
Harga kualitas isi tahun lalu
Kebijaksanaan tahun 1977
Kebijaksanaan Sanering
Produksi tahun lalu
Harga beras tahun lalu
Konstanta
Uji F model
Durbin-Watson Test 1,52627 ............................................................ * ) Tingkat signifikan 80 X ** ) Tingkat signifikan 99 X 1 ) Elastisitas = d(ln Y)/dX = (l/Y)(dY/dX) = (dY/Y)(l/dX),
hasil kalkulasi dikalikan dengan mean dari setiap X yang dipergunakan.
Areal produksi Tembakau Bes/No selalu berubah-ubah se-
tiap tahun, perubahan areal produksi tersebut banyak ditentu
kan oleh keputusan petani untuk menanam komoditi yang di-
inginkan. Sedangkan keputusan petani untuk menentukan bera-
pa luas areal yang akan ditanami Tembakau Bes/No kemungkinan
ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya, misal-
nya harga tahun lalu produksi tahun lalu &an berbagai kebi-
jaksanaan pemerintah atau eksportir.
Model analisis di atas significant dengan tingkat koe-
fisien determinasi cukup tinggi (0,791, artinya variabel-
variabel yang belur diterangkan dalam model ini dan tingkat
ke salahan (error) sebesar 0,21.
Harga kualitas pembalut berpengaruh positif kepada
areal produksi, dengan elastisitas sebesar 0.26479. Penga-
ruh positif harga terhadap areal produksi ini sesuai dengan
teori (Henderson dan Quandt, 1958, Bilas. 1981). Hasil
kajian Ismet Ahmad (1982) mengatakan adanya kecenderungan
kenaikan areal produksi tembakau ekspor Indonesia, apabila
nilai tembakaunya meningkat (1975 - 1979). Tetapi pengaruh
harga kualitss pembungkus tahun lalu dan kualitas isi tahun
lalu berpengaruh negatif terhadap areal produksi, walaupun
pengaruhnya tidak nyata. Hal ini agak berbeda dengan teori
(Snodgras dan Wallace, 1964).
Tampaknya dari hasil analisis di atas harga yang me-
nguntungkan atau harga yang merangsang,petani adalah harga
kualitas pembalut, karena apabila hasil tanamannya berhasil,
maka harga kualitas pembalutnya akan menjadi tinggi, aehingga
apabila harga kualitas pembungkus dan kualitas isi relatif
rendah petani masih tetap untung. Oleh karena itu dalam pe-
nyusunan kebijaksanaan, perlu diadakan kebijaksanaan harga
yang dapat melindungi kemantapan harga yang diterima petani,
artinya fluktuasi harga di tingkat petani dapat ditekan
serendah mungkin. Standar kualitas tidak hanya ditentukan
oleh eksportir dan importir saja, tetapi juga oleh keikut
sertaan unsur petani Tembakau Bes/No. Ini dirnaksudkan agar
supaya petani tahu persis, kualitas daun yang bagaimana yang
mendapat tawaran harga relatif tinggi.
Peubah boneka (dummy variable) kebijaksanaan tahun 1977
bernifai negatif, artinya areal produksi sesudah tahun 1977
lebih sempit (berkurang) dibandingkan dengan areal produksi
sebelum kebijaksanaan tahun 1977. Hasil kajian Ismet Ahmad
(1982) mengatakan bahwa turunnya nilai tambah komoditi komer-
sial adalah akibat turunnya produktivitas (Yield) kopi dan
tembakau. Apabila Yield meningkat untuk mendapatkan suplai
yang tetap, maka areal tanahnyapun akan berkurang. Jika
hasil analisis ini dihubungkan dengan pengaruh harga terha-
dap areal produksi, maka jelas bahwa petani akan memutuskan
untuk mengurangi areal produksinya apabila harga atau keun-
tungan yang diterimanya rendah/turun.
Peubah boneka (dumy variable) Sanering juga bernilai
negatif, walaupun tidak signifikan. Mernang kebijaksanaan sa-
nering pada waktu itu mengakibatkan nilai uang yang diterima
petani menjadi rendah, sehingga petani merasa resiko yang
diterimanya akan terlalu besar apabila areal produksinya
tidak dikurangi. Oleh karena itu kebijaksanaan moneter
(mengurangi volume uang) yang dilakukan oleh pemerintah, a-
pabila tidak diperhitungkan dengan matang akan dapat mengu-
rangi keuntungan petani dan mengurangi areal produksi, yang
berarti mengurangi volume ekspor.
Pengaruh produksi tahun lalu terhadap areal produksi
mempunyai elastisitas sebesar 0,80736 dan bernilai negatif.
Hal ini dapat berarti, apabila produksi tahun lalu meningkat
sebesar 1 persen, maka areal produksinya akan berkuranq se-
besar 0,231 persen. Hasil anaLisis variable ini sangat sig-
nifikan dan sesuai dengan hasil analisis Ismet Ahmad (1982)
bahwa pengaruh produksi tahun lalu terhadap areal produksi
akan bernilai negatif. Hal ini juga sesuai dengan teori,
karena apabila produksi tahun lalu tingsi, berarti suplainga
tinggi dan jika suplai tahun lalu meningkat sedangkan per-
mintaannya tetap, maka harga akan turun. Jika harga turun
maka keuntungan petani akan turun pula, sehingga petani akan
berusaha rnenurunkan areal produksinya (Snodgras dan Wallace,
1964, Henderson dan Quandt, 1958, Hurwiez, 1972).
Pengaruh harga beras tahun lalu terhadap areal Tembakau
Bes/No negatif, tetapi secara parsial tidak signifikan. Pe-
ngaruh negatif tersebut sesuai dengan teori, sebab apabila
harga beras tahun lalu naik, petani akan lebih suka menanami
lahannya dengan tanaman padi, akibatnga akan mengurangi are-
al tanam Tembakau Bes/No. Ismet Ahmad (1982) dalam analisis
nya juga menunjukkan bahwa harga tanaman kompetitif mempunyai
pengaruh negatif terhadap areal produksi tembakau.
Implikasi hasil analisis ini adalah pengelolaan areal
yang dilakukan oleh eksportir terhadap petani pemilik tanah
dalam melaksanakan Program ITB/NO supaya memperhatikan fak-
tor harga, produksi tahun lalu, dan berbagai kebijaksanaan
yang mempunyai dampak terhadap keuntungan yang diterima pe-
tani. Usaha membagi keuntungan yang diterima eksportir dari
hasil ekspornya terhadap petani penanam Tembakau Bes/No per-
lu diperhatikan. Sebab apabila kebijaksanaan tersebut dapat
meningkatkan keuntungan eksportir, tetapi tidak meningkatkan
keuntungan petani, berarti eksportir sebagai pengelola ku-
rang memperhatikan kesinambungan produksi Tembakau Bes/No.
Artinya eksportir tidak berbagi hasil dengan petani, tetapi
apabila menderita kerugian petani diajak menanggung resiko.
Eksportir sebagai pengelola dirasakan perlu pula untuk
membuat proyeksi kebutuhan Tembakau Bes/No pada tahun beri-
kutnya, agar supaya produksi petani sesuai dengan kebutuhan
pasar . Dalam mengelola areal produksi, utamanya untuk Pasar
Lelang, dirasakan perlu untuk memperhatikan daerah Sentral
sebagai daerah khusus untuk ekspor bagi Pasar Lelang. Se-
dangkan daerah non sentral (selatan) dapat digunakan untuk
melayani ekspor bagi Luar Pasar Lelang.